"Ya sudah, nanti siang aku ajak ke Bank, ya? Sekalian kita bawa uang Bibi agar aman," ajak Mila. "Sebaiknya sekarang uang Bibi dihitung saja dulu! Nanti biar gampang kita bawa ke banknya," imbuhnya."Baiklah, Non," sahut Bibi.Tepat pukul sepuluh pagi, Bibi telah selesai menghitung semua uangnya. Dan Mila menghampiri ke kamar Bibi. "Udah Bi hitung nya?" tanya Mila."Sudah, Non. Tapi mau ditaruh dimana ini? Bibi hitung uangnya ada sekitar seratus jutaan," balas Bibi."Taruh kesekian hitam saja! Nanti biar aku yang bawa pakai tas ransel. Biar diantar sama Pak supir saja," jawab Mila. Mereka berdua akhirnya menuju ke sebuah bank. Dimana tas yang dibawa Mila diletakkan di depan dada dan Pak supir mengawal mereka. Sampai di depan bank disambut oleh satpam dan Mila mengatakan kalau akan membuat rekening baru. Dengan senang hati satpam tersebut mengarahkan kepada petugas yang bersangkutan.Mila memberitahukan kepada petugas dan petugas tersebut melayani dengan senang hati dan senyum yang r
"Apa? Sejak kapan, dok? Setahu saya ayah saya baik-baik saja. Kenapa bisa seperti itu?" cerca Mila. Ia tak mengerti kenapa ayahnya merahasiakan hal yang seperti ini."Iya, sejak dua tahun terakhir. Waktu itu pasien ke sini mengeluh dadanya sakit. Kebetulan saya waktu itu dokter jaga yang memeriksa kondisi pasien. Untuk saat ini sudah mendapatkan penanganan dari dokter yang spesialis. Dan Mbak sebagai keluarga pasien tolong diurus administrasi agar bisa lebih cepat proses operasi. Karena jalan yang terbaik saat ini adalah pemasangan ring," jelas dokter.Hati Mila sangat sakit. Selama dua tahun ia tak tahu jika ayahnya memiliki penyakit yang cukup serius. Bahkan ibunya juga mungkin tak tahu karena ayahnya terlalu rapat menjaga rahasia. Jantung Mila terasa berdegup kencang. Ia membiarkan Rian mengurus administrasi karena Mila seperti tak sanggup untuk menompa dirinya. Air matanya luruh seperti aliran sungai yang tak terbendung. Tak lama berselang Pak Seno dibawa ke ruang operasi. Mila
[Mila, anakku sayang. Kamu adalah putri yang paling ayah sayang. Sebenarnya ada banyak hal yang ayah sembunyikan dari kamu dan juga ibumu. Pertama, kamu Sebenarnya memiliki saudara tiri. Ayah pernah batal menikah dengan seorang wanita sebelum ibumu. Tetapi semua itu bukan keinginan ayah. Ayah hanya tak bisa menjaga diri dan akhirnya wanita itu berhasil memperdaya ayah. Dan dia hamil. Tetapi semenjak saat itu ayah tak tahu lagi kabarnya. Dan ayah juga tak ingin mencari tahu tentang itu. Ayah yang mencintai ibumu kemudian menikahi ibumu dan kemudian lahirlah kamu. Sewaktu ayah tahu kamu disakiti oleh Adam, Ayah sangat marah karena anak ayah telah disakiti oleh orang yang tak bertanggung jawab. Tetapi yang jelas kamu adalah pewaris harta milik ayah. Tak ada yang berhak selain kamu, Mila. Dan satu lagi, ayah mengalami sakit. Yang entah kapan saja bisa merenggut kebersamaan kita. Ayah senang kita bisa tinggal bersama. Tetapi kalau saja kamu tahu ayah sangat lah cinta sama kamu dan juga ibu
Mila langsung menoleh melihat orang yang tak ia kenal dan bukannya menolong justru pergi begitu saja. Rian langsung menolong Mila. "Kamu nggak apa-apa, Sayang?" tanya Rian. "Nggak apa-apa. Terus kita mau kemana?" balas Mila."Kita sebaiknya ke kantor! Di kantor harus ada rapat komite dan pemegang saham sepeninggal ayah. Karena sampai saat ini perusahaan belum ada yang memegang. Kamu lah yang berhak mengurus semua, Sayang," sahut Rian. Ia sebenarnya sudah sejak tadi ingin mengajak Mila ke kantor hanya saja Mila masih keukeuh mencari tahu tentang Yana dan ia menemani saja.Mila mengangguk pelan. Setelah ganti pakaian di rumah, Mila segera menuju ke kantor. Memang sudah saatnya kantor mencari pengganti. Dan dia lah satu-satunya pewaris. Bisa dibilang pewaris tunggal. Setelah sampai di kantor, Mila langsung memerintahkan kepada Sera untuk mengurus rapat sesegera mungkin. Setidaknya kantor harus ada yang memegang. Dan dia mau tak mau harus mengurus semuanya.Tiga jam berselang akhirnya r
Mila diam sejenak. "Lalu sebenarnya apa motif perempuan itu infonya mengganggu perusahaan kami?""Besar kemungkinan kalau saudara tiri Anda ingin mendapatkan harta dari almarhum Pak Seno. Karena sudah jelas kalau anak yang diakui oleh Pak Seno hanyalah Mbak Mila. Bisa jadi dia menaruh dendam. Yang saya ketahui juga adalah ibunya perempuan itu sudah meninggal lama karena frustasi," imbuh Pak Hamdan.Mila manggut-manggut saja. "Apa perempuan itu telah menikah?" "Sejauh informasi yang saya dapat belum. Dia Belum menikah. Tetapi dia punya usaha berupa toko pakaian yang cukup besar. Hanya itu," jawab Pak Hamdan. Tak ada informasi lagi yang Pak Hamdan sampaikan akhirnya orangnya undur diri.Mila akhirnya percaya kalau Yana memang orang yang tak baik. Ia gegas harus menemui Yana sekarang juga. Ia berusaha menghubungi nomor telepon Yana tetapi tak tersambung dan selalu dialihkan. Akhirnya Mila ke ruang kerja Rian dan ternyata Rian cukup sibuk. Akhirnya Mila mengajak Sera untuk menemaninya be
"Sebaiknya aku saja yang membawa mobil, Mila. Aku khawatir kalau kamu yang bawa," usul Sera.Mila dengan senyap memberikan kunci mobil kepada Sera. Sepanjang perjalanan Mila hanya melamun. Ia memikirkan banyak sekali yang ada di pikirannya. Ia tak menyangka jika hidupnya akan seperti ini. Ia mengira ayahnya memang orang yang sangat bertanggung jawab ternyata di sisi lain orang juga memiliki kesalahan. Tetapi sayang sekali sampai meninggal pun ayahnya tak menyampaikan hal itu. Harus sampai meninggal baru Ia mengetahui semuanya. Kalau saja masih ada tentu Mila bisa menjaga dengan baik hubungan nya dengan saudara tirinya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Ia tak bisa mengubah apa yang ada."Mila?" Panggil Sera dengan menepuk pundak Mila."Eh iya," sahut Mila terkejut."Kita sudah sampai. Ayuk turun!" ajak Sera. Sebenarnya ia sudah beberapa memanggil Mila tetapi Mila tak mendengar hingga akhirnya menepuk pundak Mila.Begitu masuk ke dalam kantor Mila masih begitu sedih. Ia masih khawatir j
Tiba-tiba Mila terisak. Rian langsung menoleh dan hendak mengusap air mata Mila. "Sayang," panggil Rian lembut. "Aku nggak memaksa untuk segera punya anak. Aku punya kamu itu sudah sangat membahagiakan untukku. Sudah ku katakan berkali-kali kalau masalah anak itu urusan Tuhan. Kita hanya perlu berusaha saja.""Tapi kita tahu dalam pernikahan itu juga salah satu cara agar keturunan kita bisa survive. Apa kamu menikah lagi saja untuk bisa mendapatkan anak?" usul Mila.Rian terkejut. Kenapa bisa Mila mengatakan hal begitu. Tak mudah bagi seorang perempuan akan mengatakan itu kalau dirinya sedang tak baik-baik saja. "Aku terlalu sayang sama kamu, Mila. Aku tak akan pernah melakukan itu. Seumur hidupku hanya kamu yang akan aku miliki." Mila hanya terdiam. Ia tahu Rian memang tak pernah menuntut karena anak. Tetapi walau bagaimana pun kehadiran anak tentu pasti didambakan oleh pasangan suami istri. Kehamilan nya waktu itu menunjukkan jika memang Mila tak mandul. Ia bisa hamil. Tetapi sete
Tak butuh waktu lama. Orang tua Rian pulang keesokan harinya. Karena memang urusannya hanya ingin bertemu dengan Mila dan belum sempat datang saat pemakaman Pak Seno. Rian mengantarkan orang tuanya sampai ke terminal. Sedangkan Mila tetap harus bekerja seperti biasanya. Tetapi pikiran Mila hari ini begitu kacau. Dan hal itu diketahui oleh sekretaris nya yaitu Sera yang masuk ke dalam ruang kerja Mila tetapi tak disadari oleh Mila."Bu Mila," panggil Sera untuk yang kesekian kalinya."Oh, iya? Ada apa, Sera?" tanya Mila."Saya perhatikan Bu Mila kok dari tadi melamun saja? Saya sudah memanggil beberapa kali tetapi tak didengarkan," balas Sera."Oh iya, Sera. Aku lagi kepikiran sama mertuaku. Mereka mendesak untuk aku bisa segera hamil. Kamu tahu 'kan kalau waktu itu aku sempat keguguran. Tetapi kemarin mereka datang untuk segera menginginkan aku hamil," cerita Mila dengan wajah cemas."Kenapa bisa begitu? Anak itu adalah titipan. Kalau memang belum waktunya maka ya belum bisa kita memi