"Hah, api? Dimana?" tanya Mila kemudian keluar kamar dan melihat sisi depan rumah nya sudah mengepul. Rian hanya memakai kaos oblong mencoba menelpon pemadam kebakaran. Dan karena panik ia dengan susah menghubungi pemadam kebakaran. Dan setelah beberapa kali akhirnya ia berhasil menelpon petugas pemadam kebakaran. Namun, api dengan cepat menyambar ke dalam. Sehingga Mila kemudian keluar dari jendela kamar bersama dengan Rian dan bibi. Tak ada apapun yang ia bawa selain pakaian yang menempel. Mereka melihat si jago merah melahap hampir seluruh bagian rumahnya. Para tetangga pun membantu dengan menyiram air tetapi apalah daya kekuatan api begitu kuat sehingga tak bisa meredam api. Tak lama kemudian petugas pemadam kebakaran pun datang. Dengan bagian rumah yang terlihat hanya bagian belakang. Dan setelah sekitar dua mobil kebakaran membantu menjinakkan api akhirnya api bisa padam. Tetapi terlihat ada yang bisa diselamatkan dari rumah tersebut. Hanya mobil Rian saja yang kebetulan
Mila kembali meneteskan air mata. Begitu banyak ujian yang menimpa nya. Apalagi saat ini tak memiliki rumah selain rumah yang sudah dijadikan resto oleh Mila dan Rian."Kamu nggak usah khawatir! Kita masih punya tempat tinggal. Dan kita akan mencari tahu orang yang telah dengan sengaja membakar rumah serta yang memberikan obat peluruh kandungan," ujar Rian. Ia juga merasa begitu terpukul atas ujian yang terus menerus dialami oleh keluarga kecilnya."Iya. Aku hanya tak menyangka kalau ujian ini begitu berat. Aku tak tahu harus kuat atau tidak," sahut Mila merasa lemas."Kamu harus kuat, Sayang! Demi anak kita. Dia sudah bertahan sejauh ini. Dan dokter mengatakan kalau kondisi anak kita juga baik-baik saja karena tak sampai ke cairan ketuban. Hanya mungkin kamu yang lemah karena dokter memberikan cairan untuk merangsang kamu memuntahkan semua yang sempat kamu minum," balas Rian. Ia tak mau kalau Mila sampai menyerah begitu saja. Hidupnya sudah cukup berarti hingga saat ini."Baiklah. As
Rian langsung menuju ke kantor polisi. Ia tak mau membuang banyak waktu untuk segera menyelesaikan masalah nya. Agar tidak ada lagi yang mengganggu dirinya. Begitu sampai di kantor polisi. Rian mengatakan jika dirinya adalah korban rumah kebakaran dan polisi segera meminta Rian untuk duduk."Pak, tadi saya sudah ke pos satpam kompleks rumah saya. Dan mengatakan kalau rekaman cctv sudah dibawa ke kantor polisi," jelas Rian."Iya, Pak. Saya telah mengkonfirmasi itu. Dan kini susah ditangani oleh pihak kami. Setelah kami periksa memang ada seorang laki-laki yang dengan sengaja membakar rumah anda saat satpam rumah anda tidak berada di tempat. Seperti nya hal itu telah direncanakan oleh orang tersebut. Karena kalau tidak tentu hal itu tak akan terjadi. Tetapi wajahnya tak terlihat karena tertutup oleh hoodie dan sidik jarinya juga tidak ditemukan karena memakai kaos tangan," terang pak polisi.Rian tak habis pikir. Siapa sebenarnya yang melakukan itu? "Pak, apa masih bisa dicari siapa pel
Saat sedang menyambut para pengunjung ada seseorang yang tak asing. "Kamu," celetuk Mila. Ia kemudian mundur beberapa langkah. Rian melihat Mila merasa cemas langsung menghampiri Mila. Ia melihat sosok yang sedang ditatap oleh Mila. "Bukan kah kamu Yana?" tanyanya."Wah, ternyata ingatanmu cukup kuat, ya? Aku nggak nyangka kalian bisa berdua terus. Apa kabar kamu, Mila?" balas Yana dengan senyum yang Mila mengartikan itu adalah senyum sinis."Baik. Ada apa kamu ke sini?" tanya Mila. Ia ingin menghindari Yana. Tetapi jaraknya terlalu dekat. Yana dengan senyum miring kemudian mendekati Mila. "Mila, kenapa kamu terlihat takut? Nggak usah khawatir. Masalah perusahaan di tanganku baik-baik saja kok. Tapi sayang sekali kamu tak ada andil di sana? Atau kamu mau dapat bagian?" "Nggak sudi. Pergi kamu dari sini!" usir Mila. Ia tak tahan dengan kedatangan Yana."Loh, kamu kok sewot. Aku mau ke sini makan. Bukankah aku juga ingin jadi pengunjung yang bersama dengan pengunjung lain merayakan aca
"Kamu jangan mengeluh, Sayang! Kita akan hadapi ini sama-sama. Aku janji akan terus ada di samping kamu," tutur Rian. Ponselnya tiba-tiba bergetar. Ia meraih ponsel di atas nakas dan melihat panggilan dari kantor polisi. "Halo, Pak?" Polisi memberitahukan sesuatu kepada Rian."Baik, saya akan ke sana sekarang," jawab Rian."Ada apa?" tanya Mila."Katanya polisi orang yang telah membakar rumah kamu sudah tertangkap. Kamu di sini saja, ya? Biar aku yang ke kantor polisi sendiri," jawab Rian. Ia sudah antusias untuk berangkat ke kantor polisi."Aku ikut," rengek Mila."Sebaiknya kamu di rumah saja! Nanti aku pasti akan kabari kamu kok. Ingat kamu juga tidak boleh kelelahan. Kasihan anak kita kalau kamu capek," sahut Rian. Ia menatap wajah Mila."Ya sudah. Kamu hati-hati di jalan! Kalau ada informasi terbaru segera beritahu aku, ya?" balas Mila. Ia kemudian mengantarkan Rian sampai ke depan pintu kamar saja dan kemudian mengunci pintu kamarnya agar merasa ny
Kenapa Yana melakukan semua itu? Dugaannya memang sangat tepat. Tetapi bagaimana menolong orang yang telah menjadi suruhan Yana begitu juga dengan istrinya. Ia harus berhati-hati karena Yana bukanlah manusia yang memiliki hati manusia. Hatinya sudah seperti iblis. Mungkin karena dia terlahir dari orang tua yang tidak memberikan dia kasih sayang. Sehingga ia seperti kurang kasih sayang dan tak ada yang mengarahkan dalam kebaikan. Itulah tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak agar bisa berfikir jernih dan juga bisa dihargai oleh orang lain.Rian juga harus berhati-hati. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan kantor polisi dan telah membuat kesepakatan kalau pelaku tadi tidak memberitahukan kepada Rian. Seperti yang dikatakan oleh pelaku, kalau Rian sebenarnya sudah diikuti oleh orang suruhan Yana. Sehingga Rian juga harus santai seperti tak tahu apa-apa. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah resto. Ia menyampaikan hal yang ia dapatkan dari kantor polisi. "Hah? Teg
"Lalu bagaimana dengan kami? Aku sudah mengatakan yang sebenarnya kepada kalian. Kenapa kalian tega membiarkan aku dan Sera dalam ketakutan," tanya Sera. Wajahnya seperti marah."Kamu bisa istirahat di kamar karyawan. Kan ada beberapa tempat tidur di sana. Kamu bisa pakai satu untukmu dan Sean. Kamu tahu sendiri kalau kamar kami hanya satu di sini. Apa kamu tahu siapa yang membakar rumahku, Sera?" sahut Mila. Ia hanya ingin mengetes Sera saja."Aku benar-benar nggak tahu. Aku juga tahu dari berita kalau rumah kamu kebakaran," jawab Sera. Kemudian Sean menangis. Sera mengatakan kalau Sean mengantuk. Mila kemudian mengantarkan Sera ke kamar khusus karyawan agar Sean bisa tidur dengan nyaman. Sementara itu Rian membawa rekaman pembicaraan nya dengan Sera ke kantor polisi. Beberapa kali Rian menoleh ke arah belakang mobil yang sejak awal tadi seperti mengikuti nya. Ia kemudian melewati jalanan yang selalu ramai kendaraan. Meskipun agak jauh. Agar ia merasa aman sepanjang p
Keesokan harinya, Bu Widia mengabarkan kalau akan ada orang yang memantau rumah resto Mila. Karena dirasa tak aman karena adanya anak buah Yana yang berkeliaran. Mila dan Rian cukup berterima kasih karena ternyata ada orang yang masih ada di pihak mereka untuk saat ini. Bu Widia telah menyuruh orang juga untuk mengawasi perusahaan milik keluarga Mila serta rumah Yana juga. Karena Bu Widia benar-benar ingin membantu keluarga teman lamanya. Rian juga fokus mengurus resto saja. Ia juga harus menjadi suami siaga yang menjaga istrinya jika Sewaktu-waktu akan melahirkan. Karena menurut dokter HPL hanya sebagai perkiraan saja. Tetapi yang namanya takdir tidak akan bisa ditentang. Begitu juga kapan anaknya akan lahir. *Satu bulan berlalu.Bu Widia mengabarkan jika Yana telah ditangkap. Rian yang mendapatkan kabar itu langsung meminta izin ke kantor polisi untuk mengecek kebenaran. Mila diminta untuk selalu di rumah serta memegang ponsel jika Sewaktu-waktu ia akan m