Rashika melangkah dengan tergesa-gesa menyusuri gerbang kampus. Ia celingak celinguk mencari keberadaan sahabatnya, Neha.
"Rashika!"Rashika berbalik saat mendengar suara yang memanggil namanya. Dari arah perpustaskaan, tampak Neha melambaikan tangannya memanggil nama Rashika.Rashika pun bergegas menghampiri Neha untuk membagi permasalahan yang begitu rumit dalam hidupnya."Ya ampun! Kenapa wajahmu seperti itu? Kau marah atau sedih saat ini?" Tanya Neha melihat raut wajah Rashika yang ditekuk. Ia juga terlihat cemas dan khawatir."Ayo kita duduk di sana! Kau bisa membagi masalahmu denganku." Ajak Neha sambil meraih tangan sahabatnya itu.Neha membawa Rashika duduk di bawah pohon yang rindang, di mana di bawahnya terdapat bangku-bangku tempat para mahasiswa lainnya duduk-duduk dan bersantai."Sekarang katakan! Apa rencana bandot tua itu?" Tanya Neha tanpa berpikir lebih lama.Rashika menatap Neha setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkannya. Neha baru menyadari dari kosa katanya yang terucap."Em maksudku ... apa rencana ayahmu?" Ucap Neha mengulangi pertanyaannya lagi. Neha menghembuskan napasnya setelah itu."Ayahku berencana untuk menikahkan aku dengan seorang tentara," jawab Rashika dengan nada lesu."Apa?" Neha terkejut dan menganga mendengar jawaban Rashika. "Se-seorang tentara?" Tanya gadis itu masih kurang percaya dengan apa yang ia dengar tadi."Iya."Neha tersenyum-senyum dan tampak sumringah. "Wah! Itu sangat keren," celetuknya pula."Keren katamu?""Iya. Itu sangat keren, kau tahu tentara itu memang terlihat seram dan kaku tapi sebenarnya mereka punya sisi lembut juga." Ucap Neha dengan mimik centilnya.Rashika memutar bola matanya melihat gaya Neha yang kembali pada habitatnya."Neha, kau ini bagaimana? Aku ini ingin meminta solusi padamu, kenapa kau malah membayangkan hal-hal demikian?" Sergah Rashika dengan jengkel.Neha menghentikan tawanya seketika."Kau itu terlalu banyak menonton drama, sampai-sampai kau membawa kehidupan nyata ke dalam dunia imajinasimu itu." Tukas Rashika kembali."Maaf," ucap Neha dengan nada pelan."Semua karena surat bodoh itu. Aku tidak akan berada di situasi sulit ini kalau bukan karena surat si bodoh itu." Rutuk Rashika semakin kesal."Kalau begitu aku akan menemui ayahmu dan menjelaskan padanya bahwa surat itu sebenarnya ditujukan untukmu," ucap Neha.Rashika memplototi sahabatnya itu."Maksudku untukku," ucap Neha meralat kata-katanya.Rashika menghela napas dan bersanda ke sandaran bangku. "Entahlah. Aku tidak tahu apa ayah akan mendengarkan penjelasanmu atau tidak," ujar Rashika dengan nada putus asa."Kenapa? Kita 'kan belum mencobanya,""Apa kau tahu ayahku telah menghubungi laki-laki itu, ayah ingin aku menemuinya kalau dia menelponku." Ujar Rashika dengan wajah memelas."Huh! Ayahmu itu memang sangat keterlaluan." Tanggap Neha yang juga tampak kesal mendengar keputusan ayah Rashika. "Lalu, apa laki-laki itu telah menelponmu?" Tanya Neha kembali."Belum," jawabnya singkat."Ya sudah kalau begitu. Hei! Kalau dia sampai menelponmu, katakan saja bahwa kau sibuk," celetuk Neha dengan memberikan solusi."Tidak bisa. Ayah pasti akan mengomeliku saat sampai di rumah, kau tahu sendiri ayahku bagaimana, 'kan?" Jawab Rashika lesu."Untung saja dia bukan ayaku, aku bisa gila kalau mempunyai ayah seperti dia." Celetuk Neha sembari melipat kedua tangannya ke dada.Drrrrrrrtttt ... ddrrrrrrtt ....Ponsel Rashika tiba-tiba bergetar. Tanpa memperhatikan nomornya, Rashika menekan tombol terima."Hellloo!""Hello, Rashika?""Iya, siapa ini?" Tanya Rashika pula."Ini aku. Aku Kabir Singh. Tuan Thakur memberikan nomormu padaku," jawab lelaki itu."Apa?" Rashika terkesiap dari duduknya. Ia terlihat panik setelah mengetahui kalimat terakhir."Hei! Kau kenapa? Siapa yang telpon?" Tanya Neha bingung melihat reaksi Rashika yang terlonjak.Rashika lalu menutup speaker ponselnya dan berbisik pada Neha. "Dia ... si tentara itu," bisik Rashika dan kembali mendekatkan ponselnya ke indera pendengar."Emm ii-iiya, Pak." Ucap Rashika gugup."Kenapa panggil pak, panggil Kabir saja." Sahut lelaki itu nun jauh di sana.Rashika menggigit-gigit bibirnya menghadapi lelaki itu bicara."Oh ya, apa yang sedang kau lakukan sekarang?" Tanya lelaki itu kembali."Sekarang aku sedang berada di kampus," jawab Rashika."Di kampus? Oh maaf, aku tidak tahu. Oh ya, Rashika nanti saat jam makan siang aku ingin kita bertemu, kau bisa, 'kan?" Ucap Kabir dengan nada mengajak.Rashika tampak jengkel mendengar ajakan pria itu. Namun, ia teringat akan ayahnya. Akan terjadi masalah besar kalau dia tidak menuruti perkataan ayahnya nanti."Baiklah," jawab gadis itu singkat."Ok. Aku akan menunggumu di Kelocoffe," ujar lelaki itu sembari tersenyum. "Sampai jumpa," lanjutnya dan memutuskan panggilan tersebut.Rashika menurunkan ponselnya perlahan sambil berdiri kaku. Neha yang melihat sahabatnya itu mencoba menyadarkanya."Hei, kau baik-baik saja?"Rashika tak menjawab pertanyaan Neha. Ia hanya terduduk lunglai di bangku setelah mendapat telpon dari lelaki tersebut."Rashika, katakan padaku! Apa kata lelaki itu?" Tanya Neha penasaran."Hancur sudah harapanku untuk menjadi seorang dokter. Ini semua karena surat bodoh itu." Gumam Rashika tanpa ekspresi."Laki-laki itu ingin bertemu denganku, kalau sampai dia bertemu denganku, aku yakin dia akan menikahiku." Ucap Rashika lagi."Kenapa kau begitu yakin bahwa dia akan menikahimu?" Tanya Neha menatap sahabatnya itu."Tentu saja, aku sangat cantik, 'kan?" Tanggap Rashika narsis.Neha tertawa mendengar ucapan Rashika. "Hahaha! Kau ini, percaya dirimu terlalu tinggi," ucap Neha sembari menyikut lengan sahabatnya itu.Rashika dan Neha pun sama-sama terdiam beberapa saat. Rashika berpikir keras untuk mencari alasan agar ia tidak pergi menemui lelaki itu."Rashika, kalau menurutku sih, sebaiknya kau temui saja laki-laki itu. Kau 'kan tidak tahu bagaimana sosok lelaki itu, apa salahnya kau lihat dulu tampangnya." Ucap Neha memberikan solusi yang menurutnya benar.Rashika menatap Neha namun tidak mengatakan apa-apa."Kau jangan marah dengan ideku ini. Kau sendiri 'kan yang mengatakan kalau kau tidak pergi menemuinya kau akan dimarahi oleh ayahmu ... ya sudah kau temui saja dia. Setelah bertemu kau bisa memberikan alasan pada ayahmu untuk menolak perjodohan ini seperti dia tidak tampan atau apa. Benar, 'kan?" Papar Neha panjang lebar.Raut wajah Rashika tampak sumringah mendengarkan ide dari sahabatnya itu."Tumben sekali hari ini otakmu bekerja dengan benar," celetuk Rashika senang.Rashika pun merasa lega. Ia berpikir akan menemui laki-laki itu saat jam makan siang nanti."Neha kau harus menemaniku saat bertemu laki-laki itu nanti, ya." ucap Rashika menatap sahabatnya itu."Apa? Kenapa harus aku?""Kau 'kan sahabatku. Aku merasa canggung kalau pergi sendirian," ujar Rashika meraih tangan Neha. Ia memasang wajah memelas agar hati Neha luluh."Ayolah temani aku. Aku mohon!"Melihat ekspresi wajah Rashika, Neha pun jadi tidak tega untuk menolaknya. "Baiklah, kau ini memang pandai sekali dalam membujukku."Rashika tersenyum senang karena Neha mau menemaninya.****Saat jam makan siang tiba,Rashika dan Neha berangkat menuju Kelocofee seperti yang ia telah janjikan tadi. Saat sampai di dalam, kedua gadis itu tampak celingak celinguk mencari keberadaan laki-laki itu."Di mana laki-laki itu?" Tanya Neha yang tampak menerka-nerka pula. Neha menyoroti setiap laki-laki yang ada di cafe itu, namun tidak ada diantara mereka yang duduk sendirian."Aku juga tidak tau," tanggap Rashika singkat."Coba kau hubungi dia lagi," ucap Neha pula.Rashika meraih ponselnya dan menekan nomor laki-laki itu lagi. "Hello, aku sudah sampai, kau di mana?" Tanya Rashika tanpa basa basi.Pandangan Neha teralihkan pada seorang pria yang usianya diperkirakan sudah kepala empat. Pria itu tampak melambaikan tangan pada mereka."Rassshh, kenapa pria tua itu melambai pada kita?" Ucap Neha sembari berbisik.Rashika lalu mengalihkan pandangannya pula."Rashika aku di sini," ucap lelaki itu masih berbicara pada Rashika di telpon. Rashika tampak canggung melihat ke arah pria yang dikatakan oleh Neha tadi.Pria itu kembali melambai dan menuruhnya untuk datang ke sana."Oh ya, ampun apa benar itu laki-laki yang dimaksudkan oleh ayahmu?" Bisik Neha sembari mengikuti langkah Rashika yang berjakan menghampiri pria itu."Kalau sampai itu benar huh ayahmu benar-benar keterlaluan. Dia akan menjodohkanmu dengan temannya?" Neha kembali membisik-bisikkan kata yang semakin membuat Rashika jengkel."Sudahlah. Tutup mulutmu!" Pungkas Rashika semakin mendekati meja pria itu.***To be continueRashika dan Neha berjalan mendekati meja pria yang melambaikan tangannya kepada mereka. Ada rasa canggung dan kesal terbesit dibdalam hati Rashika setelah mengetahui kenyataan pria tersebut."Paman Thakur sudah buta, dia memilihkan pria untuk menjadi suamimu yang usianya hampir sama dengannya?" Oceh Neha dengan pelan di sela-sela langkah mereka.Rashika menatap Neha tanpa berkata apapun."Oh ya ampun, Rassshh aku rasa kau benar-benar cocok dengannya," ledek Neha sembari cengingisan."Sudah tutup mulutmu! Jangan membuat aku tambah kesal." Rutuk Rashika semakin mendekati meja pria tersebut.Saat Rashika dan Neha hampir sampai, Kabir Singh berdiri sembari menyambut kedatangan Rashika."Salam!" Ucap pria itu dengan Ramah.Rashika menempelkan kedua telapak tangannya. "Salam!" Balasnya tersenyum kecil. Neha juga memberi salam pada Kabir."Silakan duduk!" Kabir mempersilakan Rashika dan temannya itu untuk duduk. Dengan perasaan campur aduk, Rashika duduk di kursi yang agak jauh dari Kabir. Ne
Di tengah kebingungan Rashika memikirkan rencana untuk besok, ia kembali dibuat terkesiap."Oh, astaga! Bagaimana aku lupa?" Ucap gadis itu terhenyak."Kenapa?" Tanya Neha melihat reaksi Rashika yang memelas.Tanpa menjawab pertanyaan Neha, Rashika mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dengan terburu-buru. Ia mencari nomor seseorang dan segera memanggilnya."Hello, Rashika!""Hello, Tuan Kabir, maaf aku mengganggumu," ucap Rashika canggung."Tidak apa-apa, Rashika. Apa ada yang penting sehingga kau menelponku? Padahal baru beberapa jam yang lalu kita bertemu." Ucap Kabir sembari menggoda Rashika."Bukan begitu, Tuan. Aku hanya ingin meminta sesuatu,""Katakan saja! Apa yang bisa aku lakukan?" Tanya Kabir Singh pula.Rashika bergidik mendengar setiap perkataan lelaki itu. "Astaga, perkataannya begitu berlebihan, lagipula aku tidak akan meminta dia untuk menjadi suamiku," celetuk Rashika di dalam hatinya."Begini Tuan, pertemuan kita tadi bisakah anda merahasiakannya dari ayahku? Anda ta
"Aku tidak mau menjadi kekasih pura-puranya," cetus Sidarth hingga membuat Rashika terperangah. Ia tidak terima dengan ide gila Neha. Ia pikir akan menjadi kekasih Neha, hingga membuat dia sumringah."Apa kau bilang?" Sergah Rashika."Hei, hentikan! Kenapa kalian jadi bertengkar?" Sergah Neha kembali menengahi kedua orang itu.Mereka saling bergidik merasa jijik satu sama lain."Sid, tolonglah! Dengarkan aku kali ini, aku tidak akan meminta pertolonganmu kalau hal ini tidak ada kaitannya denganmu." Lanjut Neha mencoba menjelaskannya kepada Sidarth."Apa? Memang apa hubungannya denganku?" Tanya lelaki itu bingung.Braaakkk!Sidarth tersentak saat Rashika menggeprak meja dengan sedikit keras."Ini semua terjadi karena surat cinta bodohmu itu," tuding Rashika sudah mulai muak.Sidarth tampak terkesiap mendengarnya. "Surat cinta?" Ucapnya semakin bingung. Ia teringat surat cintanya beberapa hari yang lalu."Tapi aku mengirimkan surat cinta pada nona Neha, bukan padamu." Lanjut Sidarth kemu
Keesokkan harinya,Siang itu Rashika tengah bersiap-siap untuk bertemu dengan Kabir Singh. Ia merasa deg-degan karena harus bertemu lelaki tersebut bersama kekasih pura-puranya juga."Mudah-mudahan Sidarth tidak mengacaukan rencanaku," gumam gadis itu sambil menyisir rambutnya.Setelah selesai berdandan, ia melangkah pergi ke luar kamar. Rashika memelankan langkahnya saat menuruni anak tangga, ia celingak celinguk mencari keberadaan sang ayah. Ia tidak ingin ayahnya itu tahu bahwa ia pergi ke luar hari ini.Kalau sampai ayahnya tahu ia akan seperti penjahat yang sedang diinterogasi nanti. Akan banyak pertanyaan yang akan ditujukan padanya.Setelah memastikan bahwa ruang tengah dalam keadaan sepi, ia pun mempercepat langkahnya untuk meninggalkan rumah."Astaga hari ini Neha tidak bisa menjemputku, aduh bagaimana aku akan pergi?" Gumam Rashika saat sampai di teras rumahnya.Gadis itu pun berlari cepat menuju pintu gerbang. Walaupun serba berkecukupan, Rashika tidak pernah pergi memakai
"KABIR SINGH!" Teriak Sidarth dengan nada tinggi memanggil nama tersebut.Mendengar namanya disebut, Kabir Singh pun berdiri dari tempat duduknya."Hei, kau memanggilku?" Sahut Kabir Singh berdiri dengan tegak.Sidarth mengalihkan pandangannya kepada sumber suara tersebut. Ia pun menjadi ciut saat melihat sosok Kabir Singh itu. Tampak seorang pria paruh baya dengan lencana Tentara-nya berdiri menatap ke arahnya."Bb-bukankah? Dia yang menyenggolku tadi?" Gumam Sidarth setelah memperhatikan wajah lelaki itu dengan seksama.Sidarth teringat saat berada di luar caffe tadi, ia secara tak sengaja bertabrakan dengan seorang lelaki paruh baya, namun saat itu lelaki tersebut memakai jaket kulit sehingga Sidarth begitu berani membentaknya tadi.Dengan langkah gemetar, Sidarth berjalan perlahan mendekati meja Kabir Singh. Sedangkan, Kabir Singh sendiri masih belum mengalihkan pandangannya dari Sidarth.Kabir Singh duduk kembali ke kursinya, Sidarth meremas-remas jemari yang berkeringat karena m
Mendengar ucapan Kabir Singh yang terdengar sungguh-sungguh, Sidarth pun bangkit dari kursinya."Jadi kau akan tetap merebut cintaku dariku, Tuan?" tanya Sidarth dengan nada tinggi sehingga pembicaraan mereka mengalihkan pandangan semua orang yang ada di caffe.Kabir Singh terperangah karena dirinya dan Sidarth menjadi pusat perhatian semua orang sekarang.Sidarth mulai memasang wajah memelas. "Kau ingin merebut cintaku?" Tanya Sidarth dengan mimik muka menangis. Kabir Singh pun mengangguk perlahan walau pandangan semua orang mulai tajam ke arahnya.Sidarth sontak berbalik sambil mengetok meja. Ia lalu berbalik kembali menatap Kabir Singh."Kenapa kau ingin memisahkan aku dan cintaku hanya karena pekerjaanku, Tuan?Apa kau tahu Tuan, selama ini aku berjuang demi Rashika. Aku bekerja siang dan malam untuk membahagiakannya, tapi dengan mudahnya kau mengatakan aku tidak bisa membahagiakan cintaku. Nyawaku pun akan kuberikan pada cintaku, huhuhu." Pungkas Sidarth dan mulai menangis dengan
Sidarth mengantarkan Rashika menuju rumah Neha. Di dalam hati, Sidarth sangat bersemangat untuk bertemu dengan gadis pujaan hatinya, Neha.Sidarth menepikan motor besarnya di depan rumah gadis itu. Rashika berpegangan pada kedua bahu Sidarth agar bisa turun dari atas motornya."Ya, sudah. Terima kasih. Kau bisa pergi sekarang!" Ucap Rashika mengusir lelaki itu."Oih, kenapa kau mengusirku? Aku 'kan ingin bertemu dengan nona Neha, kami ingin membicarakan rencana kencan kami malam ini." Celetuk Sidarth mematikan mesin motornya.Rashika menaikkan alisnya dan menatap Sidarth dengan tajam. "Hei, tugasmu itu belum selesai." Pungkas Rashika dengan tegas.Rashika berdiri sambil melipat kedua tangannya ke dada. "Kalau Tuan Kabir Singh sudah menelponku dan memastikan bahwa dia benar-benar membatalkan perjodohannya maka, kau baru bisa pergi berkencan dengan sahabatku." Tukas Rashika dan menunjuk wajah Sidarth."Apa? Perjanjiannya 'kan bukan seperti itu," balas Sidarth tidak ingin kalah."Yang be
Wajah Tuan Thakur tampak sumringah mendengarnya. Itu adalah kabar yang ia tunggu-tunggu dari Kabir Singh sejak tadi."Tapi, aku tidak bisa menikahinya," lanjut Kabir Singh sehingga membuat senyuman lebar Tuan Thakur tadi jadi menciut."Aa-aapa?" Tanggapnya gagap.Tuan Thakur tampak terdiam beberapa saat. Seleranya untuk melanjutkan pembicaraan menjadi hilang setelah mendengar hal itu.Kabir Singh pun tidak ingin membuat Tuan Thakur bertanya-tanya di dalam hatinya terkait penolakannya. Lelaki itu melanjutkan perkataannya lagi."Aku mempunyai alasan tersendiri kenapa aku tidak bisa menikahi Rashika, Tuan." Ucap Kabir Singh yang membuat wajah Tuan Thakur semakin masam."Aku tidak suka menerima alasan apapun. Penolakan berarti suatu penghinaan terbesar dalam hidupku," tukas Tuan Thakur terdengar lantang.Kabir Singh dapat mengerti dengan kekecewaan Tuan Thakur. "Aku dapat mengerti dengan kekecewaan anda, Tuan. Aku minta maaf akan hal itu," ucap Kabir Singh.Tuan Thakur sontak mengacungkan
Pendeta hendak memulai upacara pernikahan, namun sebelum itu pendeta meminta kepada kedua mempelai untuk saling bertukar kalung bunga."Silakan, pakaikan kalung bunga terlebih dahulu, agar ritual ini dapat berjalan dengan lancar dan diberkati oleh Dewa," ucap pendeta itu.Pelayan wanita Kabir Singh memberikan kalung bunga pada Sidarth dan Rashika. Sidarth menatap lama pada gadis itu. Nasib saat ini benar-benar telah mengujinya. Tidak ada dalam pikirannya akan menikah secepat ini dan dengan cara seperti ini pula."Ya, Dewa, kenapa jantungku berdegub kencang seperti ini?" Tanya Sidarth di dalam hatinya."Sid, ayo, pasangkan kalung bunga itu, waktu yang baik terus berjalan." Kata Kabir Singh menyentuh lengan lelaki itu.Tanpa harus menunggu lama, Sidarth mendekati Rashika dan perlahan memasangkan kalung bunga tersebut ke leher gadis itu.Kabir Singh tampak sumringah melihatnya. Ada rasa bangga tersendiri baginya karena telah membantu menyatukan dua hati tersebut.Kini tanpa pikir panjang
Sidarth menelan salivanya mendengar perkataan Rashika. Ia bergidik ngeri dan membayangkan detik-detik lehernya digorok oleh pria si bujang lapuk itu."Aaauuhh," teriak Sidarth dengan nada pelan. "Kau telah menipuku, kaulah yang menyeretku dalam masalah ini." Lanjut lelaki itu pula dengan nada merengek."Itu juga kesalahanmu. Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan dengan lelaki itu waktu di caffe, sehingga dia berani memaksaku untuk menikah denganmu dengan cara seperti ini," balas Rashika dengan raut wajah jengkel.Sidarth membelalakan kedua matanya. "Apa? Apa yang telah kulakukan? Aku tidak mengatakan apa-apa padanya, justru aku telah membantumu sampai sejauh ini," balas Sidarth pula.Rashika pun membalas balik dengan membelalakan kedua matanya kepada lelaki yang duduk di sampingnya itu pula. "Kau bukan membantuku tapi kau justru yang menjebakku, sekarang bagaimana bisa aku menikah denganmu? Kaulah yang bersalah dalam hal ini," tukas Rashika bersikeras dan terus menyudutkan Sidarth."J
"Aku telah belajar tentang arti cinta sesungguhnya dari kalian berdua, untuk itu sebelum aku kembali ke perbatasan aku ingin melakukan sesuatu untuk kalian," lanjut Kabir Singh yang semakin membuat Sidarth dan Rashika penasaran."Apa itu, Tuan?" Tanya Sidarth pula."Menikahkan kalian berdua," lirih Kabir Singh hingga membuat keduanya tersontak kaget."Apa?" Pekik Sidarth dan Rashika secara bersamaan.Kabir Singh menoleh ke belakang menatap Sidarth dan Rashika. Lelaki paruh baya itu merasa heran saat melihat ekspresi kedua orang itu."Kenapa kalian histeris seperti itu?" Tanya Kabir Singh heran, namun ia kembali tersenyum dan berkata, "ternyata kalian memang serasi, berteriak saja bisa bersamaan begitu." Celetuknya.Sidarth dan Rashika saling melirik satu sama lain. Mereka berdua tampak bingung dan begitu shock mendengar rencana dari Kabir Singh."Bb-bbukan apa-apa, Tuan. Hanya saja aku sangat terkejut," tanggap Sidarth tersenyum kecut. Ia melirik tajam ke arah Rashika."Yah, aku henda
Rashika memberikan upah seperti yang ia janjikan waktu itu. Sidarth tersenyum girang saat menghitung jumlah uang yang ada di tangannya."Malam ini akan menjadi malam yang spesial dalam hidupku," celetuk Sidarth sembari melempar senyuman kepada Rashika.Rashika mencibir jengkel sekaligus memutar bola matanya memandang ke arah lain."Aku akan menghubungi nona Neha terlebih dahulu," ujar Sidarth lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku."Terserah kau saja tapi yang harus kau ingat adalah kau jangan macam-macam dengan sahabatku atau aku akan membuat perhitungan denganmu. Kau mengerti!" Cetus Rashika dengan tatapan tajamnya.Sidarth menelan salivanya. "Kenapa kau suka sekali mengancamku? Padahal aku sudah membantu menyelesaikan masalahmu sampai hari ini," ujar Sidarth menatapnya pula.Rashika terdiam sejenak.Sidarth melangkahkan kakinya mendekati Rashika. "Selain mengancamku kau juga suka mengaturku," lanjut Sidarth semakin mendekati Rashika. Tatapan lelaki itu tampak seperti orang ber
Wajah Tuan Thakur tampak sumringah mendengarnya. Itu adalah kabar yang ia tunggu-tunggu dari Kabir Singh sejak tadi."Tapi, aku tidak bisa menikahinya," lanjut Kabir Singh sehingga membuat senyuman lebar Tuan Thakur tadi jadi menciut."Aa-aapa?" Tanggapnya gagap.Tuan Thakur tampak terdiam beberapa saat. Seleranya untuk melanjutkan pembicaraan menjadi hilang setelah mendengar hal itu.Kabir Singh pun tidak ingin membuat Tuan Thakur bertanya-tanya di dalam hatinya terkait penolakannya. Lelaki itu melanjutkan perkataannya lagi."Aku mempunyai alasan tersendiri kenapa aku tidak bisa menikahi Rashika, Tuan." Ucap Kabir Singh yang membuat wajah Tuan Thakur semakin masam."Aku tidak suka menerima alasan apapun. Penolakan berarti suatu penghinaan terbesar dalam hidupku," tukas Tuan Thakur terdengar lantang.Kabir Singh dapat mengerti dengan kekecewaan Tuan Thakur. "Aku dapat mengerti dengan kekecewaan anda, Tuan. Aku minta maaf akan hal itu," ucap Kabir Singh.Tuan Thakur sontak mengacungkan
Sidarth mengantarkan Rashika menuju rumah Neha. Di dalam hati, Sidarth sangat bersemangat untuk bertemu dengan gadis pujaan hatinya, Neha.Sidarth menepikan motor besarnya di depan rumah gadis itu. Rashika berpegangan pada kedua bahu Sidarth agar bisa turun dari atas motornya."Ya, sudah. Terima kasih. Kau bisa pergi sekarang!" Ucap Rashika mengusir lelaki itu."Oih, kenapa kau mengusirku? Aku 'kan ingin bertemu dengan nona Neha, kami ingin membicarakan rencana kencan kami malam ini." Celetuk Sidarth mematikan mesin motornya.Rashika menaikkan alisnya dan menatap Sidarth dengan tajam. "Hei, tugasmu itu belum selesai." Pungkas Rashika dengan tegas.Rashika berdiri sambil melipat kedua tangannya ke dada. "Kalau Tuan Kabir Singh sudah menelponku dan memastikan bahwa dia benar-benar membatalkan perjodohannya maka, kau baru bisa pergi berkencan dengan sahabatku." Tukas Rashika dan menunjuk wajah Sidarth."Apa? Perjanjiannya 'kan bukan seperti itu," balas Sidarth tidak ingin kalah."Yang be
Mendengar ucapan Kabir Singh yang terdengar sungguh-sungguh, Sidarth pun bangkit dari kursinya."Jadi kau akan tetap merebut cintaku dariku, Tuan?" tanya Sidarth dengan nada tinggi sehingga pembicaraan mereka mengalihkan pandangan semua orang yang ada di caffe.Kabir Singh terperangah karena dirinya dan Sidarth menjadi pusat perhatian semua orang sekarang.Sidarth mulai memasang wajah memelas. "Kau ingin merebut cintaku?" Tanya Sidarth dengan mimik muka menangis. Kabir Singh pun mengangguk perlahan walau pandangan semua orang mulai tajam ke arahnya.Sidarth sontak berbalik sambil mengetok meja. Ia lalu berbalik kembali menatap Kabir Singh."Kenapa kau ingin memisahkan aku dan cintaku hanya karena pekerjaanku, Tuan?Apa kau tahu Tuan, selama ini aku berjuang demi Rashika. Aku bekerja siang dan malam untuk membahagiakannya, tapi dengan mudahnya kau mengatakan aku tidak bisa membahagiakan cintaku. Nyawaku pun akan kuberikan pada cintaku, huhuhu." Pungkas Sidarth dan mulai menangis dengan
"KABIR SINGH!" Teriak Sidarth dengan nada tinggi memanggil nama tersebut.Mendengar namanya disebut, Kabir Singh pun berdiri dari tempat duduknya."Hei, kau memanggilku?" Sahut Kabir Singh berdiri dengan tegak.Sidarth mengalihkan pandangannya kepada sumber suara tersebut. Ia pun menjadi ciut saat melihat sosok Kabir Singh itu. Tampak seorang pria paruh baya dengan lencana Tentara-nya berdiri menatap ke arahnya."Bb-bukankah? Dia yang menyenggolku tadi?" Gumam Sidarth setelah memperhatikan wajah lelaki itu dengan seksama.Sidarth teringat saat berada di luar caffe tadi, ia secara tak sengaja bertabrakan dengan seorang lelaki paruh baya, namun saat itu lelaki tersebut memakai jaket kulit sehingga Sidarth begitu berani membentaknya tadi.Dengan langkah gemetar, Sidarth berjalan perlahan mendekati meja Kabir Singh. Sedangkan, Kabir Singh sendiri masih belum mengalihkan pandangannya dari Sidarth.Kabir Singh duduk kembali ke kursinya, Sidarth meremas-remas jemari yang berkeringat karena m
Keesokkan harinya,Siang itu Rashika tengah bersiap-siap untuk bertemu dengan Kabir Singh. Ia merasa deg-degan karena harus bertemu lelaki tersebut bersama kekasih pura-puranya juga."Mudah-mudahan Sidarth tidak mengacaukan rencanaku," gumam gadis itu sambil menyisir rambutnya.Setelah selesai berdandan, ia melangkah pergi ke luar kamar. Rashika memelankan langkahnya saat menuruni anak tangga, ia celingak celinguk mencari keberadaan sang ayah. Ia tidak ingin ayahnya itu tahu bahwa ia pergi ke luar hari ini.Kalau sampai ayahnya tahu ia akan seperti penjahat yang sedang diinterogasi nanti. Akan banyak pertanyaan yang akan ditujukan padanya.Setelah memastikan bahwa ruang tengah dalam keadaan sepi, ia pun mempercepat langkahnya untuk meninggalkan rumah."Astaga hari ini Neha tidak bisa menjemputku, aduh bagaimana aku akan pergi?" Gumam Rashika saat sampai di teras rumahnya.Gadis itu pun berlari cepat menuju pintu gerbang. Walaupun serba berkecukupan, Rashika tidak pernah pergi memakai