Beranda / CEO / Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya / Bab 140 Luka Caesario

Share

Bab 140 Luka Caesario

Penulis: Buenda Vania
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sanjaya hanya tidak ingin duduk bosan tanpa melakukan apapun.

Davinka memperhatikan wajah Sanjaya yang memang terlihat sangat pucat. "Apa mau aku panggilkan dokter?"

Sanjaya menggeleng, "Aku hanya butuh berbaring dan mungkin semangkuk bubur kacang hijau sangat enak, bisakan!"

"Ya, tentu saja. Ayo ke kamarku!" Davinka membantu Sanjaya berjalan. Ia hanya takut Sanjaya tiba-tiba pingsan dan terjatuh.

"Berbaringlah, aku buka jendela dulu supaya udara segar dapat masuk," pintanya.

Sanjaya menurutinya dan Davinka bergegas pergi ke balkon, membuka pintu ganda itu selebar mungkin. Davinka juga menyalakan kipas angin agar udara dapat berputar dengan baik. Davinka melihat Sanjaya sudah memejamkan matanya, ia menghampiri pria itu dan menyentuh dahinya yang terasa dingin.

"Aku ke dapur sebentar," ujarnya memberi tahu.

"Hem, jangan lama!" pinta pria itu. Terlihat begitu lemah dan tidak berdaya.

Davinka tidak mengatakan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 141 Apa Sanja akan Meminangku?

    Sanjaya terus membolak-balik berkas dalam genggamannya. Pria itu mencari sedetail mungkin sesuatu yang mungkin saja tanpa sengaja terjadi kesalahan di dalamnya. "Golongan darah disini sama dengan Diandra, tapi tanggal dan bulan lahir mereka berada." Sanjaya terus mencari. Tidak puas dengan apa yang ia dapatkan. Sanjaya kembali mencari di lemari dan beberapa tumpukan buku lainnya. Disana ia menemukan semua diary dan buku agenda. "Ini tulisan Davinka sebelum terjadi kecelakaan, dan bukan tulisan Diandra," monolognya lagi. Disana jelas tertera tanggal dan tahun. Davinka wanita yang merencanakan semuanya sesuai jadwal. Wanita itu begitu disiplin pada dirinya sendiri. Bahkan agenda kunjungan ke bidan, mall dah beberapa tempat lainnya sudah dijadwalkan jauh sebelum harinya tiba. Akan tetapi, Sanjaya tidak pernah tahu Davinka yang sekarang, Davinka yang hilang ingatan. Dalam tas Davinka yang sekarang hanya ada ponsel, beberapa make up dan isinya sangat tidak

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 142 Jadi Asisten Rumah Tanggaku

    Davinka berusaha mengendalikan dirinya. Ia takut berharap terlalu tinggi dan menyakiti dirinya sendiri. "Minta izin untuk apa? Lagipula, apa kak Noel bisa ditemui?" Degup jantungnya begitu nyaring di telinganya. Suara Davinka bahkan terdengar sedikit bergetar.Davinka sangat takut mendengar jawaban Sanjaya. Bolehkah ia berharap Sanjaya akan melamarnya di kapal pesiar dimana mereka akan makan malam nanti? Hanya memikirkan itu Davinka hampir gila.Sanjaya meraih tangan Davinka yang dingin dan memainkannya, menatapnya, menautkan jari mereka, sesekali bahkan mengecupnya penuh kelembutan. Pria itu tahu, Davinka dapat mengerti apa yang ia katakan dengan jelas. Wanita ini hanya memastikannya kembali."Apa aku boleh berkata jujur?" tanyanya ragu. Sanjaya sedikit gugup.Jika ia mengatakan yang sebenarnya apa Davinka akan merah dan merasa sakit hati? Jujur, saat ini ia sendiri dalam dilema besar. Namun, di masa depan bolehkah ia memiliki kedua wan

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 143 Sidik Jari yang Sama

    Sandy menghembuskan napas panjangnya dan kembali memangku laptop-nya, pria itu kembali terlihat sibuk sambil berkata, "Tidak masalah jika kamu menghabiskan sebagian uangmu untuk ongkos pulang pergi dari kontrakan ke apartemenku!" 'Sial!' Rani mengakui apa yang dikatakan oleh pria ini sangat benar. Ia bahkan tidak tahu berapa gaji jadi ART di rumah pria ini. Tapi ia juga tidak ingin tinggal di tempat Sandy, pria itu masih lajang dan Rani tidak ingin ada omongan yang tidak enak didengar dan ia juga tidak tahu setelah pulang dari sini harus pulang kemana.Rani mendesah, semua pilihan sangat sulit dimatanya. "Baiklah, saya akan tinggal di tempat Bapak dan menyerahkan surat pengunduran diri saya setelah saya pulang dari sini," ujarnya lemah.**Davinka membuka matanya setelah terlelap beberapa saat. Ia melihat Sanjaya tengah menghisap nikotinnya dalam dan menghembuskan dengan kasar."Sanja," panggil Davinka dengan suara se

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 144 Sembunyikan Hal Ini

    Sanjaya membatu, jantungnya seakan berhenti berdetak. Orang imigrasi ini tidak melanjutkan kata-katanya, tapi ia seolah tahu apa yang akan dikatakan berikutnya."Si-sidik jarinya kenapa?" tanya Sanjaya dengan suara tercekat. Ingin memastikannya lagi apa yang ia pikirkan."Sama dengan Nyonya Diandra," sambung Sandy dengan napas tersengal-sengal. Pria itu seperti habis dikejar hantu dengan wajahnya yang seputih kapas dan peluh mengalir deras disekujur tubuhnya.Sanjaya menatap Sandy tidak percaya, apa yang ia dengar tidak salah? Ia tahu orang imigrasi ini akan mengatakan itu, tapi ini Sandy yang mengatakannya langsung dan apa semua itu benar?"A-apa kamu bisa me-memastikannya?" Kata-katanya terbata, bergetar hebat dengan napasnya yang menderu-deru.Sandy masuk kedalam ruang kerja Sanjaya dan bersimpuh dihadapan bosnya. Matanya memerah dengan linangan yang hampir jatuh. Perasaan pria itu begitu membuncah hebat. Setelah sekian lama berusaha mencari kebenaran, ak

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 145 Ayunan

    "Ya, ibu pasti punya alasan," sahutnya mengiakan, "Sandy!" panggilnya, suaranya terdengar tegas dan penuh penekanan, "Minta orang itu untuk mencari kebenaran akan putraku. Diandra sudah ditemukan dan bayi kami tidak ada bersama jasad yang dianggap Diandra. Cari tau kebenarannya, apa putraku masih hidup atau sudah tiada," pintanya lemah. Ia memang tidak pernah bisa mengikhlaskan kepergian Diandra dan Putranya, mereka emang bagian dari dirinya yang tidak akan terpisahkan. Mata Sandy terbelalak lebar, ia melupakan hal ini. "Tuan, hal ini hanya Nyonya yang tau. Davinka yang asli juga memiliki seorang putra, tapi baru berusia 1 tahun."Sanjaya mengingat foto robekan di perut Diandra yang begitu mengerikan. Tubuh Sanjaya kembali bergetar hebat, istrinya pasti begitu kesakitan dan sangat tersiksa di tahun pertama. "Lukanya sangat dalam, isi perutnya mungkin terlihat jika kita melihatnya langsung." Sanjaya terisak, suaranya terdengar begitu memilukan, "Apa bayiku dikeluarkan secara paksa?

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 146 Identitas Baru

    Davinka mengangkat wajahnya dan menatap Sanjaya, wanita itu hampir saja menangis dan terisak, "Ya," jawabnya dengan suara tercekat karena sambil menangis, "dalam mimpiku kalian begitu mesra, tertawa dan sesekali kalian berciuman. Kamu bahkan tidak tau aku disana!" keluhanya. Davinka menggenggam tangan Sanjaya erat, "Sanja, belikan aku ayunan dan untuk sementara bisakah simpan ayunan itu untukku, aku tersiksa disini, di semua tempat di rumah ini selalu ada bayangan Nyonya, wanita itu bahkan memakai bajuku!" rengekannya lagi.Sanjaya tercengang, jika Diandra bermimpi seperti itu seharusnya Dia penasaran dan merasa aneh karena dapat melihat segalanya dengan jelas. Tidakkah Diandra berpikir bahwa itu dirinya? "Apa kamu benar-benar melihat wajah Nyonya?" Davinka mengangguk sebagai jawaban, bibir wanita itu bahkan cemberut dan seperti mulut bebek. Sanjaya bertanya lagi, "Seperti apa wajahnya, apa kamu yakin itu Nyonya, bukan kamu?"Davinka menggeleng dan mendesah panjang

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 147 Nyonya Sanjaya Hardian

    Dari pantulan kaca Laura menatap Venti dengan matanya yang begitu sipit, sudut bibirnya sedikit terangkat, ada kepuasan terpancar jelas. 'Rencanamu kali ini harus berhasil Nyonya Hardian! Jika tidak, aku sendiri yang akan bertindak untuk mengambil anakmu sebagai ganti nyawa yang telah kamu ambil. Kalian harus hancur di tanganku sendiri!' ancamannya.Hari itu, dimana Venti mendapatkan kecelakaan, itu semua adalah rekayasanya agar menjadi pahlawan dan masuk dengan mudah kedalam kediaman Brata Hardian. Bisa saja ia menggoda Sanjaya langsung dan menjebaknya, menjadi wanita pemuas nafsu pria itu di kelab malam, meminta Sanjaya untuk menikahinya dan berkata ia mengandung anaknya. Tapi, lama berpikir Laura akhirnya memutuskan untuk mendekati Venti agar menyukainya dan itu semua terwujud. Venti begitu menyayanginya seperti putrinya sendiri dan sangat memanjakannya."Aku sudah tidak sabar menjadi menantumu, Mah, dan melahirkan banyak cucu untuk Mama!" ujarnya terdengar begitu tulus. Suara La

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 148

    Laura memang sangat membenci Venti, tapi ia juga begitu memuja ketampanan dan bentuk tubuh Sanjaya yang atletis. Sudah sangat lama wanita itu memendam hasratnya. Akan tetapi, Diandra selalu menjadi duri panghalang. Teman satu kamarnya itu selalu lebih unggul darinya, kini mendengar wanita itu mati, dengan misinya ini ia yakin dapat mencicipi sebentar tubuh yang selalu ia puja itu sebelum ikut binasa.Wanita itu membelai tubuhnya dengan lembut, jarinya terus bergerak menelusuri setiap lekuk tubuhnya. Dalam bayangannya tangan itu adalah tangan Sanjaya yang begitu penuh kehati-hatian saat menyentuh tubuhnya lalu berhenti pada ujung payudaranya yang montok dan meremasnya kuat."Eghhh, Sanjaya … aku sudah tidak sabar merasakan keperkasaanmu merobek selaput daraku," erang wanita itu dengan mata terpejam. Bayangan wajah Sanjaya sudah sangat dekat di pelupuk matanya.Tet! Tet! Tet! Bel pintu membuatnya terpana. Pria yang baru saja ia hayalkan ada di depan pintu kamar hotelnya.'Apa wanita tua

Bab terbaru

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 244 Tujuan Hidupku Adalah Kamu

    Davinka kembali menoleh pada Wulan dan menggenggam tangannya, menatap wanita itu penuh hormat, berkata dengan suara yang lembut dan penuh permohonan, "Mah, aku tidak dibesarkan oleh seorang ibu dan tidak banyak orang yang aku kenal. Sekarang aku memanggilmu Mama. Emm, Mama mau, kan, menjadi ibuku dan merestui pernikahanku!"Pupil matanya melebar, terus menatap Wulan penuh harap. Akankah Wulan memenuhi keinginannya?Wulan sendiri kehilangan kata-katanya. Air mata kembali mengalir deras dengan isakkan tertahan. Wanita itu hanya mengangguk sebagai jawaban.Bodoh! Anak sebaik ini, bagaimana ia bisa menyakitinya dan menolaknya berulang kali!Davinka mengangguk dengan senyum lebarnya, lalu memeluk tubuh gemetar itu dengan penuh kehangatan."Terima kasih, mulai sekarang aku punya Mama." Bisik Davinka dengan elusan lembut di punggung Wulan.Davinka mengurai pelukan, menarik tangan Sanjaya agar menjabat tangan Wulan, "Sekarang Mama Wulan adalah ibu mertuamu, cepat sungkem!"Sanjaya tercengang.

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 243 Semua Sudah Selesai

    Mendengar ibunya berkata seperti itu membuat Yudha bangun dari duduknya dan meraih tangannya."Ini semua karena Yudha. Mama hanya korban dari obsesi Yudha! Sudah, semua sudah selesai. Biar Yudha yang menanggung semua ini!" Tegas pria itu. Kini aura kehidupan sudah terlihat di wajahnya. Davinka yang asli sering menolaknya dengan kata-kata kasar karena ke keraskepalaannya.Penyesalan, kekecewaan, dan amarah terpancar jelas. Akan tetapi, semua ditujukan kepada dirinya sendiri."Tidak ada yang akan masuk penjara. Semua hanya karena kesalahpahaman!" tanam Sandy, "Tuan Sanjaya mengembalikan semua yang sudah diambilnya," ujarnya lagi yang membuat mereka semua tercengang."Mak-maksudnya?"Kebingungan jelas terlihat dari bagaimana cara mereka bereaksi. Entah apa yang diambil dan harus dikembalikan."Toko elektronik suami Anda beserta isinya dan beberapa calon investor sudah ada di dalam dokumen ini. Kalian tidak bisa menolak! Ja

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 242 Kebebasan Yudha

    "Udah malem! bye, Rani …." Davinka langsung menutup pintunya rapat.Rani membalikkan tubuhnya, kamar itu sudah temaram. Yang membuat ia menggigit bibir bawahnya adalah, Sandy berada di tengah ranjang dengan memeluk Inggi. Putrinya malah ada di sisi lainnya ranjang itu.'Ais … jadi gue harus tidur disamping dia?' jerit Rani dalam hatinya.Bersentuhan dengan kulitnya saja sudah hampir membuatnya seperti terbakar. Tapi ini ….Pikirannya terhenti."Mau sampai kapan kamu di sana!" Suara bariton itu menggema dalam remangnya kamar hingga mampu membuat bulu kuduk Rani meremang sempurna.Suara serak Sandy menandakan bahwa pria itu sudah sempat tertidur, terdengar sangat menggoda di telinganya hingga jantungnya mulai berdetak lebih hebat. Rani mulai melangkah dengan kaki beratnya. Ia tahu malam ini harus tidur di ranjang yang sama dengan Sandy. Mampukah?Ini memang bukan malam pertama mereka. Tapi, tidur tepat di sisi pria itu hampir tidak pernah terjadi selama tiga Minggu mereka menikah."Di-d

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 241 Permata yang Kutenggelamkan!

    'Aku tahu, aku sedang dihukum atas semua kejahatan-kejahatanku. Tapi kenapa tidak ambil saja nyawaku daripada membuat semua orang menderita bersamaku!'Venti mulai merasa depresi dengan keadaannya. Kata-kata berikutnya semakin membuatnya tenggelam."Itu jauh lebih bagus. Di kantor Papa bisa fokus bekerja. Tadinya Papa hanya akan pergi saat mendesak saja. Tapi melihat cinta kalian, Papa merasa sangat lega!"Davinka melihat suster membawa sesuatu di tangannya. "Apa itu, Sus? Apa makan siang mama?""Ya, Nyon—""Panggil ibu saja. Saya lebih nyaman dengan itu!" pangkas Davinka cepat. Dia sudah sangat risih dengan sebutan nyonya-nonyaan.Suster itu mengangguk dan berjalan mendekati Davinka, memperlihatkan apa yang ia bawa."Ini bubur cair. Nyonya Venti hanya dapat makan ini sementara waktu sampai bisa mengunyah kembali," jelas suster itu.Dengan wajah murung dan dan air mata yang hampir jatuh, Davinka terus menatap ib

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 240 Menunda Bulan Madu

    "Keadaannya tidak akan membaik hanya karena kamu membatalkan resepsi kita, Ra!" Dan ini akan selalu menjadi panggilan untuk Diandra walaupun kini sudah mengganti nama Davinka dan melupakan panggilan Davin-nya."Baiklah, aku kalah dari kalian!" desahnya sambil menatap kelima pria ini yang sekarang berada dikamar perawatan Venti."Ayo! Rasty dan yang lainnya sudah menunggu di rumah," ujar Noel mengingatkan.Mereka akan pulang ke apartemen mewah Sanjaya. Noel sendiri setelah resepsi akan kembali ke Singapura dan menetap disana. Insiden berdarah di rumahnya sama sekali tidak pernah terpublikasikan. Ada keinginan untuk menjual rumah itu, tapi Davinka menolaknya. Bagaimanapun, rumah itu memiliki kenangan untuk Davinka ataupun Diandra.Brata menyewa satu jasa suster untuk merawat istrinya. Sebenarnya ia ingin dua orang agar mereka bisa bergantian menjaga. Tapi, menantunya ini menolak dengan alasan Venti sekarang memiliki empat orang anak. Satu suster sudah cukup."Kenapa tidak pulang kerumah

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 239 Semua Sudah Terlambat

    Ketika semua tidak seperti apa yang kita rencanakan maka, pasrahkan, serahkan, ikhlaskan …. Biarkan tangan Tuhan yang melanjutkan karena, seberapa gigih pun kita mencoba, tanpa jamahan tangannya semua akan sia-sia.Venti sudah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menyingkirkan Diandra agar menjauh dari putranya. Tapi apa? Semakin ia berusaha, semakin mendekatkan mereka hingga akhirnya membuat dirinya seperti ini sekarang. Bahkan, kematian lebih baik daripada kehidupan yang menyiksa ini.Dari tempatnya berbaring, Venti terus menatap wajah Davinka. Wajah cantik itu memang sangat berbeda dengan milik Diandra kecuali, mata, bibir, siluet dan suaranya yang sangat ia kenal.Seharusnya dia tahu akan hal ini karena Noel adalah bedah plastik terbaik di negaranya hingga mendapatkan pekerjaan di Singapura."Kita harus mencari dokter terapis terbaik, mama tidak bisa terus seperti ini!" bujuk Davinka disela isak tangisnya.'Apa dia menangis untukku? Menangisi aku yang jahat ini?' bagaimana mana

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   238 Jagain Mama Dan Reno

    Para polisi langsung mengamankan Laura. Peluru mengenai dadanya dan langsung tembus ke jantung. Bukan hanya satu, tapi dua sekaligus hingga menewaskan wanita itu.Ambulance dan beberapa polisi sudah datang, mereka ditelpon oleh Noel dan Brata."Sanja!" panggil Davinka saat melihat suaminya terbaring lemas. Noel dan Sandy sudah ada disana memberikan pertolongan pertama."Aku gak papa," sahutnya menenangkan.Dengan kaki gemetar, Davinka membawa Renhart mendekat pada Sanjaya dan bersimpuh di hadapannya. Sanjay menyentuh wajah putranya dan bertanya dengan suara yang parau. Berusaha untuk tetap tersadar, "Kamu gak papa, kan? Apa ada yang sakit?"Pria itu melihat bagaimana Renhart di bekap oleh Laura.Renhart menggeleng, "Papa pasti kesakitan. Itu pasti sakit."Anak itu bicara di sela isak tangisnya. Merasa sangat khawatir. Renhart tahu Papanya sengaja melakukan itu agar peluru tidak mengenai tubuhnya. Ia melihat sendiri Papanya langsung melompat saat wanita jahat itu berteriak memintanya u

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 237 Sanjaya Terkapar

    Suhu di ruangan itu mendadak berubah dibawah nol derajat. Suasananya lebih dingin dari kutub Utara. Siapapun tidak berani mengambil napas dengan semaunya. Mereka hanya tidak ingin mengeluarkan suara dan mengganggu konsentrasi.Laura masih menatap puas apa yang ada di hadapannya, bagaimana musuh terbesar ibunya kini sudah tidak terselamatkan lagi. Wajah Venti sudah terlihat bengkok dan kaku, napasnya sedikit terengah-engah, terlihat sangat kesakitan.Venti masih belum bisa memalingkan wajahnya dari tempat Davinka berdiri. Hanya suara geraman yang lolos dari bibir wanita itu yang sedikit membiru."Ini lebih bagus dari kematian. Kamu tersiksa sebelum ajal menjemput! Hahah!" Sandy melangkah maju. Tapi sial, ternyata telinga Laura sangat peka. Wanita itu kembali fokus pada Renhart dalam dekapan lengangnya."Apa kalian gila!" teriak wanita itu. Laura memutar tubuhnya dengan Renhart dalam lengannya, pistol terus menempel pada kepala anak itu dan siapa di tekan kapanpun. Ia menatap semua y

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 236 Ini Tidak Sah!

    Suara benda jatuh dan teriakan menggema dari arah pintu dapur. Suara langkah kaki mulai terdengar semakin dekat. Venti yang masih menggenggam tangan Davinka merasa sangat bingung dengan nama ayah Davinka yang sama persis seperti nama ayah Diandra. Wanita itu masih berpikir keras dan berusaha mengenyahkan semua ketakutannya.'Ini pasti hanya kebetulan, kan?' tanyanya dalam hati, 'apa mereka saudara, satu ayah, atau—' Suaranya terhenti. Venti melihat genggaman tangannya yang masih menggenggam tangan Davinka yang kini dipaksa lepas oleh suaminya sudah terbuka dan tangan Davinka hilang dalam genggaman tangannya."Apa yang kamu pikirkan? Sekarang putra kita sudah sah menjadi suami Davinka," tukas pria berusia mengingat istrinya yang masih diam membisu. Pikirannya bahkan terlihat kosong.Brata membantu Davinka agar duduk disisi Sanjaya. Mereka mulai menandatangani berkas pernikahan. Namun, saat penghulu menyerahkan dua buku merah dan hijau, teriakan seseorang menghentikan pergerakannya.

DMCA.com Protection Status