“Sayang..”“Sudah pagi, bangunlah,”Matahari menyapa sepasang suami istri ini dari arah jendela, menandakan hari sudah pagi. Olivia mengusap pipi suaminya yang masih tertidur pulas di sampingnya. Ia memeluk Cooper dengan penuh kasing sayang di pagi hari itu. Olivia sesekali masih tidak menyangka, jika kini dirinya menjadi seorang istri. Sudah menjadi istri, dimana ia harus melupakan semua masa lalunya dan memulai kehidupan yang baru bersama keluarga kecilnya nanti. Meskipun begitu, masa lalu yang tersulit ia lupakan masih tentang George. Mengingat George adalah pria yang memberikan kenangan terhebat untuknya. Sesekali George pun muncul dalam benak istri dari Cooper tersebut. Olivia kini harus melawan semua pikiran masa lalunya, karena ia sudah mencintai dan memilih Cooper menjadi pendamping suaminya. Lalu Ia pun percaya, jika pelan-pelan George bersama kenangan itu akan punah dalam ingatannya. “Hmm.. aku masih sedikit ngantuk,”“Tapi, baru kali ini aku melihat wajah wanita cantik di b
Di sebuah apartment di kota New York, Olivia dan temannya, Shasha tinggal satu atap. Mereka adalah mahasiswi jurusan S2 Psikologi di sebuah universitas ternama di sana. Meskipun begitu, kehidupan mereka tidak jauh dari dunia malam. Olivia dan Shasha sering kali mengunjungi salah satu club malam di kota New York, bahkan mereka menjadi wanita yang paling dipandang banyak mata di sana karena pesona yang mereka miliki.“Malam ini aku butuh segelas wine,” ucap Olivia sembari merias wajahnya di depan cermin.“Girl! Kali ini kamu tidak hanya dapat segelas wine, namun kamu bisa minum wine sepuasmu,” jawab Shasha menggoda.“Jangan lupa, kita harus tampil paling menarik malam ini, bagaimana dress-ku?” ujar Olivia menunjukkan dress berwarna hitam yang kelihatan mewah.“Kamu pakai apapun juga cantik, dress-ku juga cantik ‘kan malam ini?” tanya Shasha sambil memutar badannya di depan Olivia dan memperlihatkan dress miliknya.“Kau lebih dari sekedar cantik, Shasha!” jawab Olivia kepada Shasha. Begi
Setelah perjalanan beberapa saat, akhirnya George sampai di apartment Olivia. George kemudian membangunkan Olivia dan merangkulnya sampai menuju kamar. Saat sampai di dalam kamar, George kemudian meletakkan tubuh di Olivia di atas kasurnya. “Kamu baik-baik saja?” tanya George lembut. Dengan kondisi setengah sadar, Olivia kemudian memegang kepalanya. “Ya, sepertinya rasa sakit di kepalaku sudah mendingan,” jawab Olivia sambil menatap penuh ke arah George. Mereka pun bertatapan satu sama lain. Wajah tampan George dan bentuk tubuhnya yang sexy membuat Olivia terpanah. Hal yang sama juga dirasakan oleh George saat menatap wajah cantik Olivia dan bulu mata yang lentik, juga tubuh Olivia yang begitu mengundang napsu untuk George. George melirik ke arah Olivia dengan tatapan penuh. “Olivia, kamu mau melakukannya malam ini denganku?” bisik George kepada Olivia. Seketika Olivia merasa bergairah saat mendengar bisikkan dari George. “Ayo lakukan,” jawab Olivia sambil memegang pipi Ge
Setelah mendengar teriakan seorang wanita dari arah pintu apartmentnya, Olivia langsung bergegas mengenakan pakaiannya dan pergi ke arah teriakan itu. Setelah membuka pintu apartment, rupanya ia melihat Shasha yang tengah mabuk di depan pintu. Olivia lalu merangkul sahabatnya itu dan membawanya ke tempat tidur. Olivia pun meletakkan tubuh Shasha di atas tempat tidur dan ia pun kembali ke kamarnya untuk beristirahat. **** Singkat cerita, jarum jam pun menunjukkan angka 8 pada pagi hari. Dan hari ini, Olivia dan Shasha mendapat kelas kuliah pagi. Namun, Olivia masih terbaring pulas di tempat tidurnya.Shasha yang sudah terbangun lebih dulu, berjalan ke arah kamar Olivia dan mencoba membangunkannya.“Olivia! Kamu belum bangun? Buka pintunya!” teriak Shasha dari balik pintu kamar Olivia. Olivia yang mendengar teriakan Shasha seketika terbangun dan langsung membukakan pintu untuk sahabatnya itu.“Oh my God! Apa yang kamu lakukan semalam?” tanya Shasha kepada Olivia.Olivia menguap sa
Olivia membalik badannya dan ia melihat Shasha yang sedang berdiri. Rupanya Olivia terlalu asik memainkan ponselnya sampai lupa dengan Shasha dan meninggalkannya di belakang. Olivia langsung menghampiri sahabatnya itu dan menggandeng tangannya. “Dengan begini, kamu tidak akan tertinggal,” ucap Olivia sembari berjalan menuju mobilnya bersama Shasha. Mereka hendak kembali ke apartementnya. Mereka sampai di sebuah tempat parkiran yang ada di universitas itu. Kemudian mereka masuk, dan Shasha masih tetap duduk di kursi kemudi.“Kamu bisa telepon dia sekarang,” Shasha mengawali obrolan sambil menyetir mobilnya.Olivia yang tengah bengong di kursi penumpang itu seketika terkejut.“Sha! Kamu mengagetkanku! Aku tidak mau terburu-buru, mau kirim pesan saja,” jawab Olivia sembari melirik ponselnya.Namun belum sempat ia mengirim pesan ke George, tiba-tiba ia mendapat telepon masuk dari seseorang di Whatsapp nya. Betapa terkejutnya Olivia saat melihat nama kontak pemanggil itu. Rupany, Geor
Setelah mengurung diri di dalam kamar, akhirnya suasana hati Olivia sudah cukup tenang. Terlihat hari sudah mulai gelap, ia pun kemudian membuka pintu kamarnya dan berniat mencari George di ruang tamu. Saat hendak berjalan ke ruang tamu, Olivia mendapati George tengah tertidur di atas sofa besar di sana.“Jangan tidur di sini, pintu kamar sudah aku buka,” ujar Olivia lemas.George yang mendengar suara kekasihnya itu langsung bangkit dari sofa.“Bagaimana aku bisa tidur sehabis melihatmu menangis?” jawab George lirih sambil memandang wajah Olivia.“Aku minta maaf ya , sayang, aku akan berusaha untuk menerima keadaan ini dan mencoba untuk menjadi seorang ayah yang baik,” sambung George pelan.Olivia seakan tersentuh mendengar ucapan dari kekasihnya itu. Ia kemudian ikut duduk di sofa dan memeluk George dengan erat. “Aku memaafkanmu, tapi mohon jangan kecewakan aku lagi,” ucap Olivia di pelukan George. George begitu tenang dan lega ketika permintaan maafnya diterima oleh kekasihnya itu
“Bayi kita pasti lucu pakai baju ini,” George menunjukkan baju bayi berwarna biru muda.Olivia begitu senang saat membongkar peralatan bayi yang dibawa George.“Dia juga pasti sangat bahagia punya ayah sepertimu,” sahut Olivia lembut.Mereka pun kemudian merapikan dan perlengkapan bayi itu di kamar khusus yang akan dijadikan sebagai kamar bayi untuk anaknya nanti.**** Waktu berlalu dan jarum jam menunjukkan hampir tengah malam. George masih berada di studio pribadi miliknya, sedangkan Olivia terdiam di kamarnya. Ia memikirkan sesuatu tentang masa depannya dengan George, ia masih heran kenapa sampai detik ini George tidak juga memberikannya cincin pernikahan untuknya padahal Olivia sendiri sudah mengandung bayi darinya. Namun, semua itu ia tepis karena berpikir George akan serius padanya suatu saat nanti, mungkin butuh waktu untuk George memikirkan rencana pernikahannya dengan Olivia.'Tok! Tok! Tok!' Terdengar suara ketukan pintu kamar dari luar. Rupanya George masuk ke dalam k
“George! George!” teriak Olivia dari dalam kamar mandinya. Teriakan itu seketika mengagetkan George yang tengah tertidur pulas di tempat tidurnya, ia kemudian bergegas bangun dan menemui istrinya di dalam kamar mandi. Saat masuk ke kamar mandi, betapa terkejutnya ia saat melihat darah yang bercucuran di kaki Olivia. Tanpa basa-basi George langsung merangkul tubuh Olivia yang sedang pendarahan itu untuk dibawa ke rumah sakit. Dengan tergesa-gesa George menyetir mobilnya dan sesekali ia memastikan kondisi Olivia saat itu, ia juga mengambil ponselnya dan mengabari Shasha akan kondisi Olivia.**** Shasha yang masih tertidur pulas setelah bercinta semalam, tiba-tiba terkejut saat mendapat panggilan telepon dari George. Ia pun langsung mengangkat telepon itu dan betapa kagetnya dia saat mendengar ucapan George yang sudah tersengal-sengal. Shasha tanpa pikir panjang langsung turun dan pergi ke rumah sakit mengendarai mobilnya. Situasi saat itu benar-benar mengkhawatirkan bagi mereka bertiga,
“Sayang..”“Sudah pagi, bangunlah,”Matahari menyapa sepasang suami istri ini dari arah jendela, menandakan hari sudah pagi. Olivia mengusap pipi suaminya yang masih tertidur pulas di sampingnya. Ia memeluk Cooper dengan penuh kasing sayang di pagi hari itu. Olivia sesekali masih tidak menyangka, jika kini dirinya menjadi seorang istri. Sudah menjadi istri, dimana ia harus melupakan semua masa lalunya dan memulai kehidupan yang baru bersama keluarga kecilnya nanti. Meskipun begitu, masa lalu yang tersulit ia lupakan masih tentang George. Mengingat George adalah pria yang memberikan kenangan terhebat untuknya. Sesekali George pun muncul dalam benak istri dari Cooper tersebut. Olivia kini harus melawan semua pikiran masa lalunya, karena ia sudah mencintai dan memilih Cooper menjadi pendamping suaminya. Lalu Ia pun percaya, jika pelan-pelan George bersama kenangan itu akan punah dalam ingatannya. “Hmm.. aku masih sedikit ngantuk,”“Tapi, baru kali ini aku melihat wajah wanita cantik di b
Hari pun sudah mulai gelap, untuk pertama kalinya Olivia melaksanakan kewajiban menjadi seorang istri untuk suaminya. Untuk pertama kalinya pula, ia memasak makan malam untuk Cooper. Dia menghidangkan makanan lezat di atas meja dengan sedikit taburan bunga mawar di sekeliling meja. Itu ia lakukan, agar makan malamnya selalu terasa romantis seperti dulu. Saat duduk di meja makan, Olivia menyiapkan segalanya untuk Cooper. Ia mengambilkan makanan, minum sekaligus menyuapi Sang Suami.“Bagaimana? Enak ‘kan?” tanya Olivia saat menyuapi makanan untuk Cooper.Cooper memejamkan matanya. “Hmm… Ini lebih dari enak! Lebih enak dari masakanku! Suapi aku lagi!” Ia kegirangan saat mencicipi masakaj istrinya yang ternyata rasanya tidak mengecewakan.“Ini untuk pertama kalinya, kamu makan masakanku. Seterusnya akan seperti ini, ya. Jangan pernah bosan,” Olivia menatap lembut suaminya itu sambil meletakkan sendok di sebuah piring milik Cooper.“Sini! Giliranku menyuapimu!” Cooper lalu mengambil sendok
Kehidupan baru kini harus siap dijalani Olivia dan Cooper. Setelah acara pernikahan yang membahagiakan itu, Olivia tidak hanya meninggalkan sahabat dan apartmentnya, tetapi juga meninggalkan semua masa lalunya. Ia kini tinggal bersama suaminya di sebuah rumah mewah yang jaraknya hanya membutuhkan waktu 3 jam untuk menempuhnya dari pusat kota New York. Rumah itu sengaja dibeli Cooper untuk tempat tinggal mereka setelah menikah. Di rumah itu hanya ada Olivia, Cooper dan satu asisten rumah tangga, yang sengaja dipekerjaan Cooper di rumah itu untuk membantu segala urusan dari istrinya. Setelah mengetahui tempat dimana mereka akan tinggal, keduanya sibuk berkemas barang dan bersiap-siap untuk meninggalkan tempat lamanya. Ucapan perpisahan terucap dari mulut Olivia untuk sahabatnya, Shasha. “Aku pasti akan ke sini lagi,” ucap Olivia. Ia lalu berpamitan dengan Shasha sekaligus memberikan pelukan hangat.**** Perjalanan pun mereka tempuh selama 3 jam dari pusat Kota. Selama perjalanan,
Waktu begitu cepat berlalu, semua kesedihan, rasa trauma, kecewa serta sakit hati kian mengecil di dalam hati Olivia. Tepat waktunya ia akan dipinang oleh seorang pria yang tak sengaja dikenalnya di New York. Pria asing kini menjadi calon suaminya. Bahagia campur haru menyelimuti suasana hatinya, ia bahagia akhirnya bisa menikah dengan pujaan hati dan akan memiliki sebuah keluarga kecil impiannya. Namun, ia juga sedih akan meninggalkan sahabatnya tinggal sendirian di apartmentnya. Dimana aprtment itu ialah saksi semua suka duka keduanya. Benar-benar hari yang bersejarah dalam hidup Olivia. Mengenakan gaun putih yang mewah, membawa seikat bunga pernikahan dan berjalan anggun bak model. Itulah impian Olivia, kini terwujud. Parasnya yang cantik mendukung penampilannya pada hari pernikahannya bersama Cooper. Cooper dengan jas berwarna hitam, sepatu hitam yang mengkilat serta sebuah cincin mewah terselip di kantong celananya. Cincin itu akan menjadi saksi keseriusannya terhadap Olivia
Singkat cerita, Olivia sudah kembali berada di apartmentnya bersama dengan Shasha. Usai makan malam itu, Cooper kembali mengantar kekasihnya itu ke apartmentnya, meskipun sudah larut malam. Olivia memberitahu sahabatnya jika ia sudah resmi menjalin hubungan dengan Cooper. Tentu saja, Shasha yang mendengar hal itu merasa senang dan mendukung penuh keputusan dari Olivia, itu juga dikarenakan , ia tidak mau jika sahabatnya itu terus-terusan mengingat kenangannya bersama George, si pria liar yang suka mencicipi banyak wanita. Olivia dan Shasha tengah sibuk mengerjakan tugas kuliah masing-masing di ruang makan mereka. Shasha kemudian memulai obrolan sembari terus mengerjakan tugasnya.“Jika nanti Cooper mengajakmu menikah, apa kamu mau?” tanya Shasha kepada Olivia.Olivia yang tadinya sibuk menatap bukunya, seketika menoleh ke arah sahabatnya.“Menikah? Tentu saja aku mau! Itu pun kalau Cooper benar-benar membuktikan keseriusannya, tapi kelihatannya dia memang benar serius,” jawab Olivia.
Pelukan hangat Olivia membuat Cooper tertidur pulas sampai tidak menyadari waktu yang sudah mulai malam, Olivia yang juga ikut tertidur pun tidak menyadari hal yang sama. Keduanya yang masih berada di sofa itu terbangun dalam keadaan masin telanjang bulat. Mereka bertatapan satu sama lain, lalu tertawa terbahak-bahak. Segera mereka mengenakan pakaian masing-masing dan kembali duduk di sofa itu. Cooper kemudian menawarkan makan malam kepada kekasih barunya. “Mau sekalian makan malam, Sayang? Eh! Sudah bisa aku panggil Sayang ‘kan?” tanya Cooper.Olivia tersipu malu. “Tentu saja! Aku akan menerima semua tawaran darimu, Sayang!” Olivia terlihat begitu senang dengan tawaran makan malam itu. Cooper pun segera pergi ke dapurnya untuk memasak makanan yang akan ia hidangkan untuk kekasihnya. Cooper memang serba bisa! Itu sebabnya, Olivia jatuh cinta padanya.**** Olivia duduk santai di sofa sambil menonton acara tv. Tiba-tiba tercium aroma makanan yang sangat lezat menusuk hidungnya. Ia
Luamtan bibir Olivia begitu nikmat dirasakan Cooper saat itu. Tubuh seksi Olivia yang menggeliat di atas sofa pun membuatnya semakin bergairah dan semakin memanas, ia tidak sesekali mengalihkan pandangannya dari Olivia. Perlahan napsu mereka berdua pun semakin memuncak. Olivia yang merasa rencananya akan berhasil, semakin terus membuat Cooper merasa panas dan bergairah di sofa tv itu. Dan yang benar saja! Cooper akhirnya lengah dan mengikuti napsunya dengan Olivia. Sembari melumat habis bibir Olivia, Cooper melepaskan satu demi satu pakaian yang dikenakan Olivia. Perlahan jari jemarinya meraba tubuh seksi Olivia dan merasakan keringat yang telah membasahi tubuh seksi itu. Suara napas Olivia semakin berat dan perlahan ia juga ikut melepaskan pakaian dari Cooper sembari terus berciuman dengannya. Di sofa itulah, menjadi tempat pertama Cooper dan Olivia bercinta. Mereka menggunakan waktu yang cukup lama untuk mereka bercinta di atas sofa itu. Suasana semakin mendukung dengan acara tv yang
Saat matahari kembali memancarkan sinarnya, Olivia terbangun dari tidurnya dan bergegas mencuci wajahnya. Hari ini adalah hari liburnya bersama Shasha, tapi ia belum tahu rencana apa yang akan dilakukannya hari ini. “Semoga saja ada yang mengajakku berkencan hari ini,” ujarnya. **** Cooper yang sudah terbangun sebelum matahari terbit, mencoba untuk mencari suasana baru di kota itu. “Aku butuh bantuannya lagi kali ini,” Cooper mengambil ponselnya dan mencoba mengirimi pesan untuk Olivia. ‘Selamat pagi cantik, apa kamu bebas hari ini? Aku butuh suasana baru…’ isi pesan Cooper untuk Olivia. Olivia yang mendapat pesan itu, seketika memundurkan langkahnya yang ingin pergi ke kamar mandi. Dia bersemangat dan langsung membalas pesan teks itu. ‘Aku libur hari ini, jika kamu mau, kamu bisa menjemputku ke sini, atau kita bertemu di tempat lain?’ Olivia merasa senang akhirnya Cooper berniat menghubunginya di hari liburnya. Belum lama ia membalas pesan teks dari Cooper, Olivia langsung mendapat
“Sepertinya, ia wanita yang aku cari selama ini,” Cooper mulai merasa tertarik dengan Olivia, setelah beberapa kali bertemu dengannya. Cooper ialah seorang pria bisnis dan juga berwibawa. Meskipun begitu, ia masih saja hidup sendiri. Dia sudah lama melajang, sampai kini ia mulai tertarik dengan seorang perempuan yang ia temui secara tidak sengaja di kota orang. Olivia juga sebaliknya, ia mulai tertarik dengan prilaku dan cara Cooper memperlakukannya. Dewasa, berwibawa, lembut dan sangat baik padanya. Bahkan, ia sering membandingkan Cooper dengan pria-pria yang pernah ia dekati, termasuk George. George dimata Olivia adalah seorang pria yang liar dan pecinta dunia malam, dan Cooper ialah seorang pria yang sibuk dengan bisnis dan punya aura yang dewasa, meskipun Cooper juga suka dunia malam, namun ia tidak se-liar George. **** Sembari duduk di sofa, Olivia memikirkan hal-hal yang ingin ia capai. Mengingat ia adalah seorang mahasiswi yang mengejar gelar S2. Walaupun ia seorang wanita li