Share

Zona Damai

Author: Azka Taslimi
last update Last Updated: 2021-12-22 10:10:54

Perjalanan kami akhirnya menemukan sebuah titik akhir. Kanisan memberikan kabar bahwa setengah jam lagi kita akan sampai pada lokasi tujuan. Kanisan kembali mengemudikan moternya, tapi dengan kecepatan yang tidak seperti biasanya. Kali ini, Kanisan mengemudikan moter dengan santai, 100km/jam.

“Kita akan memasuki lokasi Hutan Perbatasan Kulstar.” Kata Kanisan kepada kami semua.

Tidak ada yang membalas kata-katanya, kami sudah lelah dengan perjalanan yang begitu lama dan menegangkan. Apalagi Nai, dia kini terbaring di atas kursinya, nyaman sekali. Aku mengamati kanan-kiri, gelap, tidak ada pemandangan. Dan kini aku baru menyadari bahwa moter kami tidak pernah berpapasan dengan moter lain. Atau bahkan sangat jarang. Setengah jam memasuki lokasi yang dinamakan dengan Hutan Perbatasan oleh Kanisan, mataku merasakan ngantuk yang begitu dahsyatnya.

“Kawan, ayolah nikmati perjalanan ini. Jangan sia-siakan waktu dan momen terindah ini. Kita tidak akan m

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terjebak Mantra!   Rencana Awal

    Sekitar pukul sepuluh malam kami sampai di tempat yang dijanjikan oleh Kanisan. Benar apa yang dikatakan oleh Kanisan, bahwa tempat ini adalah tempat teraman, sejuk, dan menenangkan jiwa. Angin malam mendengungkan kasih pada setiap manusia, membelas dada, dan menanamkan rasa cinta di sana. tempat ini beraroma pedesaan, tanpa teknologi tapi maju. Tidak ada lampu-lampu besar seperti di Kulstar bagian kota. Tidak ada moter-moter membingungkan mata. Semuanya serba damai. Bahkan, moter yang ada tidak berjalan dengan terbang, mereka berjalan dengan menggunakan roda-roda biasa.“Selanjutnya, apakah rencana yang akan kalian lakukan?” tanya Kanisan setelah kami selesai makan malam.Tempat yang kami diami saat ini hanya menggunakan penerangan dari benda semacam lilin, namun terbuat dari besi. Tadi aku sempat bertanya kepada Nia, tentang benda apakah itu. Dia menjawab bahwa benda itu adalah benda yang biasa digunakan sebagai penerang malam, terbuat dari besi, tanpa ba

    Last Updated : 2021-12-29
  • Terjebak Mantra!   Misi Pertama

    Benar, genap satu jam kami dari waktu selesai makan, akhirnya Kanisan memberikan aba-aba kepada kami yang tengah menikmati udara sejak di waktu setengah pagi, dan setengah siang.“Cepat-cepat, semua siap berangkat menuju misi pertama!” kata dia dengan berteriak dari depan rumahnya.Aku tidak lagi bertanya mengenai misi apa yang akan kami lakukan untuk pertama kali. Aku yakin, pasti misi dari perjalanan ini semua adalah mencarikan diriku jalan pulang, tidak ada yang lain.***Pukul sebelas siang, kami semua telah berada di dalam moter. Siang ini kami hanya menggunakan satu moter, untuk empat orang. Sebelumnya, rupanya Kanisan juga telah menghubungi beberapa temannya, atau mungkin anak buahnya, untuk berangkat menuju misi pertama dengan kami. Jumlah keseluruhan saat ini ada tiga moter, dan dua belas manusia di dalamnya.Moter berjalan pelan mengarungi jalanan yang masih utuh dengan tanah. Ini adalah jalan yang sama dengan jalan tadi malam

    Last Updated : 2021-12-29
  • Terjebak Mantra!   Kali Asin

    Akhirnya kami entah berada di tempat apa sekarang ini. Ruangannya berbau pepohonan basah, tanah basah, dan suara-suara titikan air dari atas mengenai lantai ruangan. Seandainya jika keadaannya sekarang tidak seperti ini, aku akan merasa senang dengan suasana ini. Lihatlah, kawan! Kakiku diikat dengan tali besar, sedangkan tanganku diikat dengan menggunakan rantai kecil, namun sangat berat. Tiga temanku, yakni Nia, Nai, dan Kanisan juga sama denganku, diikat tangan serta kaki.Mereka bertiga masih terlelap, belum bisa melepaskan diri dari pengarus udara bius. Samar-samar aku mendengar percakapan dari dua penjaga yang berada di ruangan ini.“Mereka tidak akan bangun sampai besok pagi.” Kata laki-laki bertubuh gempal, dengan menggunakan seragam polisi lengkap.Satunya menimpali, “Bagaimanapun, kita tetap harus menjaga segala kemungkinan yang akan terjadi. Kita belum mengetahu siapa mereka. Jangan begitu saja meninggalkan. Walaupun tangan dan kaki

    Last Updated : 2021-12-29
  • Terjebak Mantra!   Jalan Buntu

    Hai, kawan! Ternyata semua perkiraan yang aku kira-kirakan tidak masuk akal, dan tidak akan menjadi kenyataan. Siang ini, setelah sarapan pagi, aku sangat senang. Walaupun aku tidak ikut sarapan, terlambat, karena aku baru bangun dari pengaruh obat bius udara.“Jadi, Kanisan, apa rencanamu selanjutnya?” tanya ketua Kaliasin.Kanisan tertawa, lalu menjawabnya, “Jangan terburu-buru, Kabisan. Kami baru saja sampai.” Sambil melirik kepada kami, “Bisakah kamu memberikan hidangan yang lebih nikmat dari pada apa yang kami lihat ini?” lanjutnya.Nia langsung menyela, “Benar, aku setuju dengan orang jahat ini.” Katanya.Dan kami semua tertawa bersama dalam alunan siang hari yang sejuk ini.Aku belum sepenuhnya memahai alur kehidupan siang ini. Tapi, yahh... sudah cukup untuk menjalani hidup tanpa tekanan.Nanti aku akan mencertikannya kepada kalian.Perutku sudah sangat lapar, dari tadi malam bel

    Last Updated : 2021-12-30
  • Terjebak Mantra!   Sisi Lain

    Dilain tempat, Kanisan, Kabisan, dan beberapa orang lainnya tengah melakukan musyawarah. Aku sudah tidak lagi menghiraukan hasilnya. Sekarang, aku hanya pasrah terhadap takdir yang akan diterapkan oleh Tuhan. Manusia tidak mempunyai kemampuan untuk mengubah segala hal yang telah ditentukan oleh Tuhan. Bukankah demikian? Bahkan, sekadar kencing, manusia tidak bisa menentukan waktu dan tempatnya. Sungguh... manusia adalah makhluk Tuhan yang lemah, dan harus bersandar kepada Tuhan yang perkasa.Mataku berkaca-kaca, kenapa aku bisa melakukan kesalahan besar ini?Satu sisi hatiku menyalahkan buku keajaiban. Satunya lagi tetap menyalahkan diriku. Akhirnya antara aku dan buku keajaiban sama saja, tidak ada yang bisa membawa kami untuk kembali kepada bumi.Ibu...Aku rindu kepadamu.Apakah dirimu juga rindu dengan anakmu ini? Anak yang sering menolak untuk mengerjakan perintahmu?Pernah suatu hari ibu memberikan tugas kepadaku untuk membeli cabai di

    Last Updated : 2021-12-30
  • Terjebak Mantra!   Keputusan

    Akhirnya pagi datang. Aku harus bersiap-siap, baik lahir maupun batin untuk mendengar keputusan dari pembesar Kali Asin. Apakah aku bisa pulang? Nasibku diputuskan oleh Tuhan pada hari ini, diputuskan Tuhan pada pagi hari yang cerah ini.Nia dan Nai terlihat tidak banyak bicara. Mungkin mereka tengah memahami bahwa suasana ini sangat mencekam. Ini adalah hari keputusan Tuhan. Apakah Tuhan berkehendak untuk mengembalikanku pada bumi?Ah... ini yang aku suka. Pagi hari, sebelum mendengarkan penjelasan dari Kanisan, atau Kabisan, atau pembesar-pembesar lain, kami sarapan terlebih dahulu. Suasana ramai, banyak orang yang tidak aku kenal. Dan baru kali ini aku melihat mereka. Nampaknya mereka adalah para pembesar yang dimaksudkan Kabisan beberapa waktu lalu untuk merembuk tentang mantra kepulangan.Menu sarapan tidak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya selama aku di Kulstar. Makanan dengan tekstur seperti pentol, tapi rasanya tidak dapat aku ungkapkan. Aku tidak

    Last Updated : 2021-12-30
  • Terjebak Mantra!   Musyawarah Besar

    Sebelum berkumpul di ruangan utama, aku dan Kanisan sempat bicara sebentar. Aku ingin tahu beberapa hal dari dia, mengenai mantra kepulangan.“Kanisan, apakah mereka mempunyai mantra kepulangan?” tanyaku.“Sebenarnya mantra kepulangan itu hanya sebuah sebutan. Lebih lengkapnya lagi, mantra kepulangan adalah sebuah teknologi. Jadi, maafkan aku sejak awal tidak mengatakan kepadamu bahwa mantra itu adalah teknologi. Akulah pembawa mantra itu semenjak Kulstar tidak stabil sistem pemerintahannya.” Jawab Kanisan.Aku benar-benar kaget. Apakah benar demikian? Berarti, sebenarnya bisa pulang atau tidaknya aku berada di tangan Kanisan? Yahh... mungkin begitulah. Andai aku melakukan satu kesalahan kepada dia, itu akan mempengaruhi nasib hidupku.“Nah, untuk mengembalikanmu pulang, kami harus mengondisikan lorong antar klan terlebih dahulu. Itulah inti musyawarah malam ini. Aku harap kamu bisa menerima, manusia bumi, dan jangan marah ke

    Last Updated : 2021-12-30
  • Terjebak Mantra!   Dia Lagi! Dia Lagi!

    Aku benar-benar sebal. Kenapa harus ada dua orang itu dalam tim kami?Ternyata dia adalah orang yang bernama Kaldian dan Kaldesi. Adik kakak rupanya. Entah dari mana mereka berasal, aku tidak mementingkannya.“Safa, kenapa kamu cemberut seperti itu?” tanya Nai yang tiba-tiba muncul dari belakangku.“Eh... tidak. Aku hanya rindu dengan orang tua saja.” Aku segera menjawab dengan alasan yang paling mungkin.Nai diam, tidak berkata-kata lagi untuk beberapa saat.“Yahh... aku juga demikian. Setiap hari aku dan Nia selalu merindukan orang tua kami.” Kata Nai.Aku menjadi merasa bersalah mengambil alasan demikian.“Tapi, kami telah bersumpah untuk melanjutkan misi orang tua kami sebagai bukti pengabdian dan kecintaan kami pada mereka, yaitu menjadikan Kulstar bangsa yang penuh dengan kedamaian.” Lanjutnya.Hampir saja aku meneteskan air mata. Entah kenapa kata-kata dari Nai begitu menye

    Last Updated : 2021-12-30

Latest chapter

  • Terjebak Mantra!   Kilas Balik

    Kisah perjalanan Safa akan berlanjut pada novel kedua yang akan hadir. Buku itu akan segera hadir. ***Ah, aku menyesal telah membaca mantra itu. Bagaimana tidak, setelah aku membaca mantra ‘Alih Nggon’ tadi, aku langsung menghilang entah kemana saat ini. Tempatnya gelap, kekurangan sinar, penuh dengan semak-semak sepanjang perjalanan. Aku terpaksa berjalan dengan menyibak-nyibak semak, jika ingin sampai tujuan. Sampai tujuan? Kemanakah aku harus menuju? Rupanya, saat ini tujuanku adalah menemukan tempat tertulisnya mantra untuk kembali pulang. Sebelumnya, aku akan menceritakan tentang diriku pada kalian. Perlu kalian ketahui bahwa sebenarnya dunia ini penuh dengan misteri. Dan, bahkan, dari sekian misteri itu, kebanyakan dari kita belum mengetahui bahwa itu adalah misteri. Misalnya adalah kisah hidupku ini. Lima tahun yang lalu, aku menemukan sebuah buku yang berasal dari jaman manusia silam. Atau, mudahnya kita namakan berasal dari orang-orang terdahulu. Nah, dalam buku itu te

  • Terjebak Mantra!   Visi Kemanusiaan

    Alhamdulillah. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Wasshalatu ‘ala rasulillahi ajma’in.Berlaksa unggun puji syukur senantiasa tak putusnya kami langitkan kehadirat Allah swt. Juga shalawat serta salam semoga terus tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad rasulillah ajma’in. Juga saya haturkan beribu curahan rasa terima-kasih kepada Yayasan Bentala, terutama mas Alam beserta jajaran pengurus yayasan, yang telah memberi tempat dan kesempatan yang sungguh berharga ini kepada kami untuk menyampaikan semacam “Pidato Kebudayaan” dalam rangka tasyakuran milad Yayasan Bentala Tamaddun Nusantara ke-2 tahunnya.Saya sendiri sebenarnya, untuk yang pertama, tak benar-benar yakin, apakah apa yang saya sampaikan ini bisa memenuhi defenisi, tujuan, dan maksud yang diharapakan panitia. Kedua, saya juga merasa tak terlalu pantas berdiri di hadapan hadirin sekalian, yakni dalam posisi menyampaikan serangkaian refleksi situasi kebudayaan mutakhir, apalagi terkait relasinya dengan Islam, yang sebanarnya s

  • Terjebak Mantra!   Islam Nusantara

    READ NEXTSaya & Buku: Sebuah Orasi Untuk Kampung Buku Jogja #4Tulisan ini berangkat dan dipantik dari pertanyaan-pertanyaan Ulil Abshar Abdalla pada status facebooknya terkait masalah ini, yakni Kenapa gagasan Islam Nusantara tidak terlalu diterima di kawasan Melayu? Saya akan berangkat dari analisis-analisis yang sebenarnya sudah saya sampaikan baik secara implisit maupun eksplisit di dalam karya-karya saya yang telah beredar maupun materi ceramah-ceramah diskusi saya di berbagai tempat, untuk tak lagi terlalu hanya berfokus pada jawaban pertanyaan ini semata, melainkan meluas ke problem terkait Islam Nusantara itu sendiri sebagai sebuah diskursus.Pertama, kenapa diskursus Islam Nusantara tak terlalu bergayung sambut di wilayah kawasan Melayu, mungkin dipantik dari hal sederhana tapi sekaligus sebenarnya merepresentasikan bangunan dan dasar teoritik awal bagaimana “Islam Nusantara”–yang senyatanya memang disorongkan oleh sebuah organisasi Islam tertentu itu–dintrodusir, maupun lat

  • Terjebak Mantra!   Usman bin Affan

    Utsman bin Affan adalah Khulafaur Rasyidin yang berkuasa paling lama, yaitu selama 12 tahun (644-656). Ia merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang menjadi Khulafaur Rasyidin ketiga, setelah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Di masa kekuasaannya, pemerintahan Islam memperluas wilayahnya ke Fars (sekarang Iran) pada 650, dan beberapa wilayah Khorasan (sekarang Afghanistan) pada 651. Pernikahannya berturut-turut dengan dua putri Nabi Muhammad dan Khadijah membuatnya mendapat julukan Dzunnurrain atau Pemilik Dua Cahaya. Baca juga: Biografi Abu Bakar, Sahabat Rasulullah yang Paling Utama Kehidupan awal Utsman bin Affan lahir di Thaif, Jazirah Arab, pada 579 Masehi atau 42 tahun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Nama lengkap Utsman bin Affan adalah Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab. Ia berasal dari Bani Umayyah, ayahnya bernama Affan bin Abi al-As dan ibu Khalifah Utsman bin Affan bernama Arwa binti Kuraiz. Utsman bin Affa

  • Terjebak Mantra!   Ali bin Abi Tolib

    Sejak kecil, Ali bin Abi Thalib tinggal bersama Nabi Muhammad SAW. Ia dititipkan oleh ayahnya, Abu Thalib ketika masa paceklik menyerang Makkah. Saat itu, Abu Thalib sedang mengalami krisis ekonomi. Anak-anaknya ia titipkan kepada anggota keluarga besarnya yang lain. Anak bungsunya, Ali, jatuh ke tangan Nabi Muhammad SAW. Sebenarnya, panggilan "Ali" ini diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Nama kecilnya adalah Haydar bin Abu Thalib. Kendati demikian, julukan Ali lebih populer daripada nama aslinya. Bahkan, banyak orang mengenal Ali bin Abi Thalib daripada Haydar bin Abu Thalib. Ali bin Abi Thalib lahir di daerah Hijaz, Jazirah Arab, 21 tahun sebelum hijrah atau 601 M. Dalam buku Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis (2011), Karen Amstrong menuliskan bahwa Ali mulai tinggal bersama Nabi Muhammad SAW di usia lima tahun. Karena Ali adalah anak asuh Nabi Muhammad SAW, ia begitu menghormati Rasulullah. Ali banyak belajar karakter mulia melalui teladan Rasulullah SAW. Kira-kira, di antara

  • Terjebak Mantra!   Mak Lampir

    Nama Mak Lampir tentu tak ada yang tak mengenalnya di Indonesia. Tawanya yang terkekeh mengandung aura mistis akrab di telinga sejak era 80-an melalui sandiwara radio ''Misteri Gunung Merapi''.Cerita radio itu kemudian diadaptasi ke layar lebar di era 90-an dengan judul ''Perempuan Berambut Api'' dan ''Cambuk Api''.Kepopulerannya di layar lebar pun kemudian diteruskan melalui sinetron di era 2000-an dengan judul serupa, namun dalam latar era yang lebih modern.Lantas, siapa sebenarnya Mak Lampir? Mengapa ia begitu terkutuk di mata pemirsa atau pendengar radio? Berikut kisahnya yang kami sarikan dari berbagai sumber.Mak Lampir sang putri rajaKonon ceritanya, Mak Lampir merupakan seorang putri dari kerajaan kuno, yakni Champa (Chiem Thanh). Sebuah kerajaan yang pernah menguasai daerah yang sekarang termasuk Vietnam Tengah dan Selatan dan diperkirakan ada pada abad ke-7 hingga tahun 1832.Menurut beberapa cerita, nama Mak Lampir sebenarnya adalah Siti Lampir Maimunah. Legenda Mak Lam

  • Terjebak Mantra!   Malin Kundang

    MALIN KUNDANG ANAK DURHAKADahulu kala, tersebutlah sebuah keluarga miskin yang terdiri dari ibu dan seorang anaknyayang bernama Malin Kundang. Karena ayahnya telah meninggalkannya, sang ibu pun harusbekerja keras sendiri untuk bisa menghidupi keluarganya.Ketika dia beranjak dewasa, Malin merasa kasihan pada iBunia yang sedari dulu bekerjakeras menghidupinya. Kemudian Malin meminta izin untuk merantau mencari pekerjaan dikota besar.“Bu, saya ingin pergi ke kota. Saya ingin kerja untuk bisa bantu ibu di sini.” pinta Malin.“Jangan tinggalkan ibu sendiri, nak. Ibu hanya punya kamu di sini.” kata sang ibu menolak.“Izinkan saya pergi, bu. Saya kasihan melihat ibu terus bekerja sampai sekarang.” kataMalin.“Baiklah nak, tapi ingat jangan lupakan ibu dan desa ini ketika kamu sukses di sana” Ujarsang ibu berlinang ari mata.Keesokan harinya Malin pergi ke kota besar dengan menggunakan sebuah kapal. Setelahbeberapa tahun bekerja keras, dia berhasil di kota rantauannya. Malin sekaran

  • Terjebak Mantra!   Tangkuban Perahu

    Alkisah pada jaman dahulu kala seekor babi tengah melintas di sebuah hutan belantara. Babi hutan itu sedang merasa kehausan di tengah panasnya terik matahari. Pada saat dia mencari-cari mata air, dia melihat ada air yang tertampung di pohon keladi hutan.Segera diminumnya air itu untuk melepas dahaga. Tanpa disadarinya air itu adalah air seni Raja Sungging Perbangkara. Karena kesaktian Raja Sungging Perbangkara, babi hutan itu pun mengandung setelah meminum air seninya. Sembilan bulan kemudian si babi hutan melahirkan seorang bayi perempuan.Raja Sungging Perbangkara mengetahui perihal adanya bayi perempuan yang terlahir karena air seninya itu. Ia pun pergi ke hutan untuk mencarinya. Ditemukannya bayi prempuan itu. Dia pun memberinya nama Dayang Sumbi dan membawanya pulang ke istana kerajaan.Dayang Sunbi tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik wajahnya. Serasa tak terbilang jumlah raja, pangeran dan bangsawan yang berkehendak memperistri anak perempuan Raja Sungging Perbangkara i

  • Terjebak Mantra!   Kisah Jaka Tingkir

    Pada zaman dulu di era Kerajaan Demak, hidup seorang tokoh yang cukup terkenal bernama Jaka Tingkir. Ia dilahirkan dengan nama Raden Mas Karebet karena saat ia lahir, sang ayah yang bernama Ki Ageng Pengging, menggelar pertunjukan wayang beber yang dalangnya Ki Ageng Tingkir.Saat pertunjukan wayang itu, terdengar suara yang “kerembet” tertiup angin dan jadilah sang bayi itu dinamai “Mas Karembet”. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia. by Taboola Sponsored LinksHarga mobil bekas di Legok akan mengejutkan andaMobil Bekas | Cari IklanHadiah Besar untuk orang Indonesia yang lahir antara tahun 1941-1981Survey CompareSepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak pada Kerajaan Demak. Setelah kematian suaminya Nyi Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal dunia.Menjadi yatim piatu, Mas Karembet diangkat menjadi anak oleh Nyi Ageng Tingkir. Sejak itu ia lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir. BACA JUGA:Bikin Bangga

DMCA.com Protection Status