Hai, kawan! Ternyata semua perkiraan yang aku kira-kirakan tidak masuk akal, dan tidak akan menjadi kenyataan. Siang ini, setelah sarapan pagi, aku sangat senang. Walaupun aku tidak ikut sarapan, terlambat, karena aku baru bangun dari pengaruh obat bius udara.
“Jadi, Kanisan, apa rencanamu selanjutnya?” tanya ketua Kaliasin.
Kanisan tertawa, lalu menjawabnya, “Jangan terburu-buru, Kabisan. Kami baru saja sampai.” Sambil melirik kepada kami, “Bisakah kamu memberikan hidangan yang lebih nikmat dari pada apa yang kami lihat ini?” lanjutnya.
Nia langsung menyela, “Benar, aku setuju dengan orang jahat ini.” Katanya.
Dan kami semua tertawa bersama dalam alunan siang hari yang sejuk ini.
Aku belum sepenuhnya memahai alur kehidupan siang ini. Tapi, yahh... sudah cukup untuk menjalani hidup tanpa tekanan.
Nanti aku akan mencertikannya kepada kalian.
Perutku sudah sangat lapar, dari tadi malam bel
Dilain tempat, Kanisan, Kabisan, dan beberapa orang lainnya tengah melakukan musyawarah. Aku sudah tidak lagi menghiraukan hasilnya. Sekarang, aku hanya pasrah terhadap takdir yang akan diterapkan oleh Tuhan. Manusia tidak mempunyai kemampuan untuk mengubah segala hal yang telah ditentukan oleh Tuhan. Bukankah demikian? Bahkan, sekadar kencing, manusia tidak bisa menentukan waktu dan tempatnya. Sungguh... manusia adalah makhluk Tuhan yang lemah, dan harus bersandar kepada Tuhan yang perkasa.Mataku berkaca-kaca, kenapa aku bisa melakukan kesalahan besar ini?Satu sisi hatiku menyalahkan buku keajaiban. Satunya lagi tetap menyalahkan diriku. Akhirnya antara aku dan buku keajaiban sama saja, tidak ada yang bisa membawa kami untuk kembali kepada bumi.Ibu...Aku rindu kepadamu.Apakah dirimu juga rindu dengan anakmu ini? Anak yang sering menolak untuk mengerjakan perintahmu?Pernah suatu hari ibu memberikan tugas kepadaku untuk membeli cabai di
Akhirnya pagi datang. Aku harus bersiap-siap, baik lahir maupun batin untuk mendengar keputusan dari pembesar Kali Asin. Apakah aku bisa pulang? Nasibku diputuskan oleh Tuhan pada hari ini, diputuskan Tuhan pada pagi hari yang cerah ini.Nia dan Nai terlihat tidak banyak bicara. Mungkin mereka tengah memahami bahwa suasana ini sangat mencekam. Ini adalah hari keputusan Tuhan. Apakah Tuhan berkehendak untuk mengembalikanku pada bumi?Ah... ini yang aku suka. Pagi hari, sebelum mendengarkan penjelasan dari Kanisan, atau Kabisan, atau pembesar-pembesar lain, kami sarapan terlebih dahulu. Suasana ramai, banyak orang yang tidak aku kenal. Dan baru kali ini aku melihat mereka. Nampaknya mereka adalah para pembesar yang dimaksudkan Kabisan beberapa waktu lalu untuk merembuk tentang mantra kepulangan.Menu sarapan tidak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya selama aku di Kulstar. Makanan dengan tekstur seperti pentol, tapi rasanya tidak dapat aku ungkapkan. Aku tidak
Sebelum berkumpul di ruangan utama, aku dan Kanisan sempat bicara sebentar. Aku ingin tahu beberapa hal dari dia, mengenai mantra kepulangan.“Kanisan, apakah mereka mempunyai mantra kepulangan?” tanyaku.“Sebenarnya mantra kepulangan itu hanya sebuah sebutan. Lebih lengkapnya lagi, mantra kepulangan adalah sebuah teknologi. Jadi, maafkan aku sejak awal tidak mengatakan kepadamu bahwa mantra itu adalah teknologi. Akulah pembawa mantra itu semenjak Kulstar tidak stabil sistem pemerintahannya.” Jawab Kanisan.Aku benar-benar kaget. Apakah benar demikian? Berarti, sebenarnya bisa pulang atau tidaknya aku berada di tangan Kanisan? Yahh... mungkin begitulah. Andai aku melakukan satu kesalahan kepada dia, itu akan mempengaruhi nasib hidupku.“Nah, untuk mengembalikanmu pulang, kami harus mengondisikan lorong antar klan terlebih dahulu. Itulah inti musyawarah malam ini. Aku harap kamu bisa menerima, manusia bumi, dan jangan marah ke
Aku benar-benar sebal. Kenapa harus ada dua orang itu dalam tim kami?Ternyata dia adalah orang yang bernama Kaldian dan Kaldesi. Adik kakak rupanya. Entah dari mana mereka berasal, aku tidak mementingkannya.“Safa, kenapa kamu cemberut seperti itu?” tanya Nai yang tiba-tiba muncul dari belakangku.“Eh... tidak. Aku hanya rindu dengan orang tua saja.” Aku segera menjawab dengan alasan yang paling mungkin.Nai diam, tidak berkata-kata lagi untuk beberapa saat.“Yahh... aku juga demikian. Setiap hari aku dan Nia selalu merindukan orang tua kami.” Kata Nai.Aku menjadi merasa bersalah mengambil alasan demikian.“Tapi, kami telah bersumpah untuk melanjutkan misi orang tua kami sebagai bukti pengabdian dan kecintaan kami pada mereka, yaitu menjadikan Kulstar bangsa yang penuh dengan kedamaian.” Lanjutnya.Hampir saja aku meneteskan air mata. Entah kenapa kata-kata dari Nai begitu menye
Setiap manusia akan menganggap dirinya benar walaupun salahDewan Kota tengah merencanakan penyergapan terhadap makhluk asing.Dewan Kota telah setuju untuk melakukan ekspedisi besar-besaran. Mereka esok pagi akan menyebarkan pasukan udara untuk menyusuri seluruh bagian Kulstar, tidak ada yang dikecualikan. Bahkan, mereka sudah mengirim pasukan shadow untuk masuk wilayah Kali Asin, wilayah yang memutuskan diri dari Kulstar.20.000 pasukan udara akan berangkat pagi-pagi benar, tanpa apel pemberangkatan, tanpa momen pelepasan oleh Dewan Kota Kulstar. Mereka tidak banyak cakap, namun sigap dalam bertindak. Tidak sama dengan pemimpin kebanyakan di bumi, banyak cakap namun jarang bertindak.Tidak hanya itu, 5.000 pasukan juga akan menyusuri jalur darat, ditambah lagi dengan 3.000 pasukan laut. Tidak tanggung-tanggung mereka memperlihatkan keseriusan. Sebab, kedatangan makhluk bumi itu adalah sebuah ancaman besar bagi kedamaian Kulstar, lebih-lebih pengaruhnya
Pagi benar, Kanisan mendapatkan panggilan dari ketua Kali Asin, Kabisan.“Cobalah sekali lagi kamu periksa semua pasukan, Kanisan!” kata Kabisan.“Bukankah misi ini sudah ada ketuanya?” tanya Kanisan.“Tidak apa-apa, aku hanya ingin memastikan lewat orang yang berbeda. Karfan telah melaporkan kepadaku bahwa semua sudah siap berangkat. Namun, aku ingin mendapatkan laporan dari orang lain selain dia.” Katanya.“Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan, saya akan melakukannya.” Kata Kanisan akhirnya.Kanisan berjalan menuju barak pasukan yang tidak terlalu jauh dengan lokasi utama. Terlihat di sana semua pasukan telah siap diberangkatkan.Benar, pagi itu semua pasukan berangkat menuju misi pertama.***Dari lantai dua, Alkasi melihat pasukan-pasukannya berangkat. Terlihat dari raut wajahnya rasa bersalah, entah kenapa dia berpikiran seperti itu.Moter-moter mulai beterbangan, sua
DI BUMIBerita kehilangan itu telah membuat warga kompleks Melati kebingungan, resah, bahkan sampai ada beberapa orang yang sempat dicurigai. Iya, Safara Yunan, hampir tiga Minggu tidak kembali ke rumahnya. Sang ibu mengaku bahwa terakhir kali ia melihat putrinya tengah berada di dalam kamar, sebab keseharian anaknya adalah begitu. Namun tiba-tiba pada keesokan harinya, Safa tidak terlihat batang hidungnya. Hingga sekarang, puluhan bahkan ratusan kertas berisikan foto Safa dan data diri singkat telah tersebar, bahkan pihak kepolisian juga tengah menangani kasus ini. Nihil, belum ada hasil sama sekali.“Ke mana lagi aku harus mencari!” keluh sang ibu kepada dirinya sendiri.Namun di tengah kesibukannya mencari anak semata wayang tersebut, ibu Kina harus tetap melakukan kegiatan keseharian yang lain, seperti merawat rumah, bekerja, sampai mengurus suaminya. Sebenarnya dia tidak perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebab gaji suaminya sudah leb
Brak...Sekali lagi terdengar sebuah benda menghantam bagian belakang moter, seisi moter terguncang oleh getaran hebat yang membuat moter menjadi tidak seimbang.“Hati-hati, Kanisan!” pinta Nai, wajahnya menunjukkan kegelisahan. “Mungkin dia adalah salah satu musuh yang harus segera kita singkirkan.”Kanisan berusaha menjaga keseimbangan moter dengan susah payah, moter saat ini terguncang kanan-kiri. Bahkan, benda yang menabrak moter yang berisi beberapa orang itu tidak hanya satu, lebih dari tiga. Kanisan segera mengaktifkan perisai moter. Setelah itu Kanisan menginjak gas dalam-dalam, moter melesat dengan kecepatan lima kali lebih cepat dari pesawat di bumi. Seisi moter berpegangan dan memasang sabuk pengaman masing-masing.Safa terlihat sibuk memasang sabuk pengamannya, tapi tidak kunjung juga selesai. Akhirnya Nai yang mengetahui hal tersebut langsung bertindak memasangkan sabuk pengaman untuk Safa. “Aku bantu” kata
Kisah perjalanan Safa akan berlanjut pada novel kedua yang akan hadir. Buku itu akan segera hadir. ***Ah, aku menyesal telah membaca mantra itu. Bagaimana tidak, setelah aku membaca mantra ‘Alih Nggon’ tadi, aku langsung menghilang entah kemana saat ini. Tempatnya gelap, kekurangan sinar, penuh dengan semak-semak sepanjang perjalanan. Aku terpaksa berjalan dengan menyibak-nyibak semak, jika ingin sampai tujuan. Sampai tujuan? Kemanakah aku harus menuju? Rupanya, saat ini tujuanku adalah menemukan tempat tertulisnya mantra untuk kembali pulang. Sebelumnya, aku akan menceritakan tentang diriku pada kalian. Perlu kalian ketahui bahwa sebenarnya dunia ini penuh dengan misteri. Dan, bahkan, dari sekian misteri itu, kebanyakan dari kita belum mengetahui bahwa itu adalah misteri. Misalnya adalah kisah hidupku ini. Lima tahun yang lalu, aku menemukan sebuah buku yang berasal dari jaman manusia silam. Atau, mudahnya kita namakan berasal dari orang-orang terdahulu. Nah, dalam buku itu te
Alhamdulillah. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Wasshalatu ‘ala rasulillahi ajma’in.Berlaksa unggun puji syukur senantiasa tak putusnya kami langitkan kehadirat Allah swt. Juga shalawat serta salam semoga terus tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad rasulillah ajma’in. Juga saya haturkan beribu curahan rasa terima-kasih kepada Yayasan Bentala, terutama mas Alam beserta jajaran pengurus yayasan, yang telah memberi tempat dan kesempatan yang sungguh berharga ini kepada kami untuk menyampaikan semacam “Pidato Kebudayaan” dalam rangka tasyakuran milad Yayasan Bentala Tamaddun Nusantara ke-2 tahunnya.Saya sendiri sebenarnya, untuk yang pertama, tak benar-benar yakin, apakah apa yang saya sampaikan ini bisa memenuhi defenisi, tujuan, dan maksud yang diharapakan panitia. Kedua, saya juga merasa tak terlalu pantas berdiri di hadapan hadirin sekalian, yakni dalam posisi menyampaikan serangkaian refleksi situasi kebudayaan mutakhir, apalagi terkait relasinya dengan Islam, yang sebanarnya s
READ NEXTSaya & Buku: Sebuah Orasi Untuk Kampung Buku Jogja #4Tulisan ini berangkat dan dipantik dari pertanyaan-pertanyaan Ulil Abshar Abdalla pada status facebooknya terkait masalah ini, yakni Kenapa gagasan Islam Nusantara tidak terlalu diterima di kawasan Melayu? Saya akan berangkat dari analisis-analisis yang sebenarnya sudah saya sampaikan baik secara implisit maupun eksplisit di dalam karya-karya saya yang telah beredar maupun materi ceramah-ceramah diskusi saya di berbagai tempat, untuk tak lagi terlalu hanya berfokus pada jawaban pertanyaan ini semata, melainkan meluas ke problem terkait Islam Nusantara itu sendiri sebagai sebuah diskursus.Pertama, kenapa diskursus Islam Nusantara tak terlalu bergayung sambut di wilayah kawasan Melayu, mungkin dipantik dari hal sederhana tapi sekaligus sebenarnya merepresentasikan bangunan dan dasar teoritik awal bagaimana “Islam Nusantara”–yang senyatanya memang disorongkan oleh sebuah organisasi Islam tertentu itu–dintrodusir, maupun lat
Utsman bin Affan adalah Khulafaur Rasyidin yang berkuasa paling lama, yaitu selama 12 tahun (644-656). Ia merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang menjadi Khulafaur Rasyidin ketiga, setelah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Di masa kekuasaannya, pemerintahan Islam memperluas wilayahnya ke Fars (sekarang Iran) pada 650, dan beberapa wilayah Khorasan (sekarang Afghanistan) pada 651. Pernikahannya berturut-turut dengan dua putri Nabi Muhammad dan Khadijah membuatnya mendapat julukan Dzunnurrain atau Pemilik Dua Cahaya. Baca juga: Biografi Abu Bakar, Sahabat Rasulullah yang Paling Utama Kehidupan awal Utsman bin Affan lahir di Thaif, Jazirah Arab, pada 579 Masehi atau 42 tahun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Nama lengkap Utsman bin Affan adalah Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab. Ia berasal dari Bani Umayyah, ayahnya bernama Affan bin Abi al-As dan ibu Khalifah Utsman bin Affan bernama Arwa binti Kuraiz. Utsman bin Affa
Sejak kecil, Ali bin Abi Thalib tinggal bersama Nabi Muhammad SAW. Ia dititipkan oleh ayahnya, Abu Thalib ketika masa paceklik menyerang Makkah. Saat itu, Abu Thalib sedang mengalami krisis ekonomi. Anak-anaknya ia titipkan kepada anggota keluarga besarnya yang lain. Anak bungsunya, Ali, jatuh ke tangan Nabi Muhammad SAW. Sebenarnya, panggilan "Ali" ini diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Nama kecilnya adalah Haydar bin Abu Thalib. Kendati demikian, julukan Ali lebih populer daripada nama aslinya. Bahkan, banyak orang mengenal Ali bin Abi Thalib daripada Haydar bin Abu Thalib. Ali bin Abi Thalib lahir di daerah Hijaz, Jazirah Arab, 21 tahun sebelum hijrah atau 601 M. Dalam buku Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis (2011), Karen Amstrong menuliskan bahwa Ali mulai tinggal bersama Nabi Muhammad SAW di usia lima tahun. Karena Ali adalah anak asuh Nabi Muhammad SAW, ia begitu menghormati Rasulullah. Ali banyak belajar karakter mulia melalui teladan Rasulullah SAW. Kira-kira, di antara
Nama Mak Lampir tentu tak ada yang tak mengenalnya di Indonesia. Tawanya yang terkekeh mengandung aura mistis akrab di telinga sejak era 80-an melalui sandiwara radio ''Misteri Gunung Merapi''.Cerita radio itu kemudian diadaptasi ke layar lebar di era 90-an dengan judul ''Perempuan Berambut Api'' dan ''Cambuk Api''.Kepopulerannya di layar lebar pun kemudian diteruskan melalui sinetron di era 2000-an dengan judul serupa, namun dalam latar era yang lebih modern.Lantas, siapa sebenarnya Mak Lampir? Mengapa ia begitu terkutuk di mata pemirsa atau pendengar radio? Berikut kisahnya yang kami sarikan dari berbagai sumber.Mak Lampir sang putri rajaKonon ceritanya, Mak Lampir merupakan seorang putri dari kerajaan kuno, yakni Champa (Chiem Thanh). Sebuah kerajaan yang pernah menguasai daerah yang sekarang termasuk Vietnam Tengah dan Selatan dan diperkirakan ada pada abad ke-7 hingga tahun 1832.Menurut beberapa cerita, nama Mak Lampir sebenarnya adalah Siti Lampir Maimunah. Legenda Mak Lam
MALIN KUNDANG ANAK DURHAKADahulu kala, tersebutlah sebuah keluarga miskin yang terdiri dari ibu dan seorang anaknyayang bernama Malin Kundang. Karena ayahnya telah meninggalkannya, sang ibu pun harusbekerja keras sendiri untuk bisa menghidupi keluarganya.Ketika dia beranjak dewasa, Malin merasa kasihan pada iBunia yang sedari dulu bekerjakeras menghidupinya. Kemudian Malin meminta izin untuk merantau mencari pekerjaan dikota besar.“Bu, saya ingin pergi ke kota. Saya ingin kerja untuk bisa bantu ibu di sini.” pinta Malin.“Jangan tinggalkan ibu sendiri, nak. Ibu hanya punya kamu di sini.” kata sang ibu menolak.“Izinkan saya pergi, bu. Saya kasihan melihat ibu terus bekerja sampai sekarang.” kataMalin.“Baiklah nak, tapi ingat jangan lupakan ibu dan desa ini ketika kamu sukses di sana” Ujarsang ibu berlinang ari mata.Keesokan harinya Malin pergi ke kota besar dengan menggunakan sebuah kapal. Setelahbeberapa tahun bekerja keras, dia berhasil di kota rantauannya. Malin sekaran
Alkisah pada jaman dahulu kala seekor babi tengah melintas di sebuah hutan belantara. Babi hutan itu sedang merasa kehausan di tengah panasnya terik matahari. Pada saat dia mencari-cari mata air, dia melihat ada air yang tertampung di pohon keladi hutan.Segera diminumnya air itu untuk melepas dahaga. Tanpa disadarinya air itu adalah air seni Raja Sungging Perbangkara. Karena kesaktian Raja Sungging Perbangkara, babi hutan itu pun mengandung setelah meminum air seninya. Sembilan bulan kemudian si babi hutan melahirkan seorang bayi perempuan.Raja Sungging Perbangkara mengetahui perihal adanya bayi perempuan yang terlahir karena air seninya itu. Ia pun pergi ke hutan untuk mencarinya. Ditemukannya bayi prempuan itu. Dia pun memberinya nama Dayang Sumbi dan membawanya pulang ke istana kerajaan.Dayang Sunbi tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik wajahnya. Serasa tak terbilang jumlah raja, pangeran dan bangsawan yang berkehendak memperistri anak perempuan Raja Sungging Perbangkara i
Pada zaman dulu di era Kerajaan Demak, hidup seorang tokoh yang cukup terkenal bernama Jaka Tingkir. Ia dilahirkan dengan nama Raden Mas Karebet karena saat ia lahir, sang ayah yang bernama Ki Ageng Pengging, menggelar pertunjukan wayang beber yang dalangnya Ki Ageng Tingkir.Saat pertunjukan wayang itu, terdengar suara yang “kerembet” tertiup angin dan jadilah sang bayi itu dinamai “Mas Karembet”. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia. by Taboola Sponsored LinksHarga mobil bekas di Legok akan mengejutkan andaMobil Bekas | Cari IklanHadiah Besar untuk orang Indonesia yang lahir antara tahun 1941-1981Survey CompareSepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak pada Kerajaan Demak. Setelah kematian suaminya Nyi Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal dunia.Menjadi yatim piatu, Mas Karembet diangkat menjadi anak oleh Nyi Ageng Tingkir. Sejak itu ia lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir. BACA JUGA:Bikin Bangga