Brak...
Sekali lagi terdengar sebuah benda menghantam bagian belakang moter, seisi moter terguncang oleh getaran hebat yang membuat moter menjadi tidak seimbang.
“Hati-hati, Kanisan!” pinta Nai, wajahnya menunjukkan kegelisahan. “Mungkin dia adalah salah satu musuh yang harus segera kita singkirkan.”
Kanisan berusaha menjaga keseimbangan moter dengan susah payah, moter saat ini terguncang kanan-kiri. Bahkan, benda yang menabrak moter yang berisi beberapa orang itu tidak hanya satu, lebih dari tiga. Kanisan segera mengaktifkan perisai moter. Setelah itu Kanisan menginjak gas dalam-dalam, moter melesat dengan kecepatan lima kali lebih cepat dari pesawat di bumi. Seisi moter berpegangan dan memasang sabuk pengaman masing-masing.
Safa terlihat sibuk memasang sabuk pengamannya, tapi tidak kunjung juga selesai. Akhirnya Nai yang mengetahui hal tersebut langsung bertindak memasangkan sabuk pengaman untuk Safa. “Aku bantu” kata
“Aku yakin, meskipun selama ini aku tidak mengetahui secara pasti, bahwa semua planet mempunyai kehidupan yang layak sesuai dengan keadaannya.” Ujar Nai kepada Safa, malam itu mereka berdua tengah menikmati malam dengan sepinya.“Sepertinya demikian,” sahut Safa. “Semua planet mestinya mempunyai kehidupan yang sesuai dengan keadaan alamnya.” Lanjutnya.Nai memulai sebuah kisah pada masa lalu, dan itu benar adanya. “Safa, percaya tidak percaya, kulstar pernah mempunyai kehidupan yang sangat menyeramkan, lebih seram dari saat ini. Kulstar adalah planet yang dahulunya dihuni oleh para PERI. Kau tahu?”Safa mengernyitkan dahinya, membenahi rambutnya yang tertepa angin seraya berkata, “Apa yang kamu maksud dengan peri mungkin berbeda dengan peri yang dimaksudkan oleh manusia bumi.”“Di kulsta, peri adalah sebuah makhluk yang bisa menjelma menjadi dua hal, keindahan dan keburukan. Ada peri yang b
Malam benar-benar sunyi, bahkan suara angin gugur bersama bintang yang mulai meredup, berpindah posisi, dan akhirnya tidak tampak dari Lembah Agung. Lembah itu sekarang benar-benar lengang.Di dalam moter transparan itu, sebagian besar bahkan hampir seluruh pasukan telah terlelap. Hanya menyisakan beberapa yang masih berjaga di beberapa moter, terkantuk-kantuk pula mereka.Samar-samar dari kejauhan terdengar suara ribuan langkah kaki. Semakin lama suara itu semakin mendekat menuju lokasi peristirahatan pasukan Kali Asin. Tidak ada yang menduga bahwa pada dini hari seperti ini akan ada penyerangan, meski tidak terlalu besar jumlahnya.Ratusan manusia, bahkan ribuan jumlahnya, telah tampak menaiki bukit terakhir sebagai rintangan untuk mencapai pasukan Kali Asin. Mata mereka tampak menggunakan benda kecil, seperti teropong tapi pipih, dengan bundaran sebesar kaca mata, dan tengahnya adalah kaca untuk melihat benda-benda transparan. Hampir sama seperti kaca mata, y
Blar... bum...Ledakan demi ledakan sunyul-menyusul membuat telinga berdenging seandainya tidak menggunakan teknologi mutakhir untuk membendung suara.Sedang di luar ledakan demi ledakan silih berganti, di dalam moter, Kanisan dan beberapa orang lainnya tengah mengatami dari posisi terjauh, menjaga jarak aman. Mereka mengamati ledakan-ledakan yang terjadi di atas sebuah bukit, sekitar tujuh kilo meter jaraknya. Namun dengan jarak yang begitu jauh, dengan layar monitor yang kini terpampang besar di bagian depan moter, mereka bisa menyaksikan sebuah peperangan yang sangat mengerikan. Pasukan yang dipimpin oleh Bada terus-menerus menembakkan amunisi-amunisinya, sedang pasukan Kali Asin berusaha untuk membalas bahkan berusaha untuk melumpuhkan mereka. Peperangan sengit yang sebenarnya tidak imbang pun terjadi. Pasukan Bada yang disenjatai hanya dengan peralatan perang seadanya memaksakan diri untuk melawan pasukan Kali Asin yang jelas unnggul dalam segala hal, termasuk per
Pasukan yang membantu Bada ternyata adalah pasukan yang berasal dari tempat jauh. Mereka dengan mencari tahu apa yang terjadi setelah dengan teknologi yang mereka punyai mengetahui bahwa tengah terjadi peperangan besar. Itu adalah salah satu teknologi yang mereka punyai. Dengan mendeteksi ledakan-ledakan besar, bahkan dengan mengaktifkan kamera alam, besar kemungkinan mereka mengetahui dengan sangat cepat lokasi pertempuran. Dan kini, mereka datang dengan moter canggih dengan kecepatan yang sangat fantastis. Tapi jangan salah, moter Kanisan dan moter beberapa yang lain, moter pasukan Kali Asin maksudnya, tidak lebih rendah dari moter pembantu pasukan yang dipimpin oleh Bada.“Ini adalah pertempuran yang mempertaruhkan harga diri.” Kata Kanisan serius. Dia terus berkonsentrasi dalam mengendalikan moter maupun dalam melepaskan tembakan. Pasukan Kali Asin salah besar. Ternyata, pasukan yang dipimpin oleh Bada membawa sebuah tameng untuk masing-masing orang. Sehingga,
Hingga matahari terbit, pertempuran belum berhenti sama sekali. Tapi setidaknya sampai sekarang ini, pasukan Kali Asin tidak ada yang tumbang atau moternya meledak. Tidak ada sama sekali. Bahkan hingga saat ini, Safa telah terbiasa untuk menembakkan tembakannya. Ia sekarang telah hampir mahir dalam menggunakan alat tersebut meskipun baru beberapa jam memegang dan menggunakannya.Blar... bom...Suara-suara ledakan masih bergemuruh dari segala arah. Bahkan jika dibandingkan dengan perang dunia pertama, atau bahkan kedua, kedua-duanya tidak ada artinya, dalam artian perang pasukan Kali Asin ini lebih besar, bahkan hingga sepuluh kali lipat. Mungkin Indonesia sudah luruh dengan semua peluru itu seandainya sasaran peperangan adalah Indonesia.Kanisan mulai terlihat geram dengan keadeaan yang terjadi, di mana lawan masih saja memajukan diri, tidak ada tanda-tanda siapa yang akan memenangkan peperangan. ‘Nai, aku lelah. Aku serahkan kemudi kepadamu.” Kata K
Malam yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Malam itu adalah malam yang rencananya mereka akan mengadakan musyawarah besar dalam rangka menyusun rencana selanjutnya. Mengapa tidak menentukan langkah sejak awal ketika akan berangkat pertama kali? Tidak, mereka tidak menentukan rencana pada awalnya, namun tetap mempunyai sebuah target. Sebab, pada dasarnya mereka tidak mengetahui apa saja yang akan terjadi selama perjalanan. Seperti tadi malam adalah sebuah gangguan yang tidak sempat diperkirakan. Hal demikian cukup mengurangi bahan-bahan perbekalan, baik berupa bahan makanan atau bahan lain seperti senjata dan bahan bakar kendaraan. Terutama yang sangat dibutuhkan adalah perbekalan mental untuk dapat menghadapi gangguan selama perjalanan.Lembah Agung masih berupa lembah yang dominan dengan warna abu-abu. Semua pepohonan berwarna abu-abu, pegunungan berjajar rapi, berjajar tak beraturan, berwarna abu-abu pula. Siang tadi, Safa sempat melihat ribuan burung yang melintas dengan
Musyawarah berjalan tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya, bahwa musyawarah akan berjalan dengan alot dan banyak yang protes. Namun nyatanya tidak, tidak banyak protes, bahkan hampir tidak ada, tidak ada sama sekali yang protes pada keputusan ketua pasukan Kali Asin, entah karena sudah lelah atau sudah setuju dengan keputusan yang diambil tersebut.Kanisan berkata, “Meskipun musyawarah ini berjalan dengan lancar, sepertinya kita tetap harus berhati-hati dengan semua orang, termasuk dengan pasukan Kali Asin sekalipun. Sebab, tadi aku merasakan energi buruk datang pada kita.”Nai menyahuti, “Aku rasa juga demikian. Aku juga merasakan sebuah energi yang tidak pernah aku temui sebelumnya, mungkin perasaanku bisa salah juga bisa benar. Tapi selama ini yang terjadi adalah banyak benarnya.”Akhirnya mereka berjalan beriringan dengan pasukan-pasukan lain menuju moter masing-masing. Mereka saling berbincang satu dengan yang lainnya, merasa perlu m
Kehidupan bukanlah sebuah hal yang terlihat sederhana seperti ini, bahkan lebih dari itu. Kehidupan adalah apa yang terjadi, apa yang diketahui, dan apa yang tidak diketahui oleh manusia. Bahkan hal yang diketahui manusia cenderung lebih sedikit dari pada apa yang diketahuinya.Dalam kehidupan, Tuhan telah menciptakan berbagai hal untuk menjadikan segala sesuatunya lebih berwarna. Tuhan menciptakan masalah, pun Tuhan pastilah telah menciptakan sebuah solusi untuk masalah tersebut. Bukankah demikian?Dan pohon kehidupan adalah salah satu ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa, membuat hidup menjadi semakin hidup. Terlepas dari apakah pohon kehidupan itu benar-benar burwujud pohon atau hanya kiasan belaka, manusia patut bersyukur sebab Tuhan telah menciptakannya.Manusia mencari berbagai hal adalah dengan satu tujuan, menjadikan hidup bahagia dan damai. Nah, dalam perjalanannya tersebut manusia banyak yang tertipu oleh apa yang mereka cari. Misal ada anak mencari ua
Kisah perjalanan Safa akan berlanjut pada novel kedua yang akan hadir. Buku itu akan segera hadir. ***Ah, aku menyesal telah membaca mantra itu. Bagaimana tidak, setelah aku membaca mantra ‘Alih Nggon’ tadi, aku langsung menghilang entah kemana saat ini. Tempatnya gelap, kekurangan sinar, penuh dengan semak-semak sepanjang perjalanan. Aku terpaksa berjalan dengan menyibak-nyibak semak, jika ingin sampai tujuan. Sampai tujuan? Kemanakah aku harus menuju? Rupanya, saat ini tujuanku adalah menemukan tempat tertulisnya mantra untuk kembali pulang. Sebelumnya, aku akan menceritakan tentang diriku pada kalian. Perlu kalian ketahui bahwa sebenarnya dunia ini penuh dengan misteri. Dan, bahkan, dari sekian misteri itu, kebanyakan dari kita belum mengetahui bahwa itu adalah misteri. Misalnya adalah kisah hidupku ini. Lima tahun yang lalu, aku menemukan sebuah buku yang berasal dari jaman manusia silam. Atau, mudahnya kita namakan berasal dari orang-orang terdahulu. Nah, dalam buku itu te
Alhamdulillah. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Wasshalatu ‘ala rasulillahi ajma’in.Berlaksa unggun puji syukur senantiasa tak putusnya kami langitkan kehadirat Allah swt. Juga shalawat serta salam semoga terus tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad rasulillah ajma’in. Juga saya haturkan beribu curahan rasa terima-kasih kepada Yayasan Bentala, terutama mas Alam beserta jajaran pengurus yayasan, yang telah memberi tempat dan kesempatan yang sungguh berharga ini kepada kami untuk menyampaikan semacam “Pidato Kebudayaan” dalam rangka tasyakuran milad Yayasan Bentala Tamaddun Nusantara ke-2 tahunnya.Saya sendiri sebenarnya, untuk yang pertama, tak benar-benar yakin, apakah apa yang saya sampaikan ini bisa memenuhi defenisi, tujuan, dan maksud yang diharapakan panitia. Kedua, saya juga merasa tak terlalu pantas berdiri di hadapan hadirin sekalian, yakni dalam posisi menyampaikan serangkaian refleksi situasi kebudayaan mutakhir, apalagi terkait relasinya dengan Islam, yang sebanarnya s
READ NEXTSaya & Buku: Sebuah Orasi Untuk Kampung Buku Jogja #4Tulisan ini berangkat dan dipantik dari pertanyaan-pertanyaan Ulil Abshar Abdalla pada status facebooknya terkait masalah ini, yakni Kenapa gagasan Islam Nusantara tidak terlalu diterima di kawasan Melayu? Saya akan berangkat dari analisis-analisis yang sebenarnya sudah saya sampaikan baik secara implisit maupun eksplisit di dalam karya-karya saya yang telah beredar maupun materi ceramah-ceramah diskusi saya di berbagai tempat, untuk tak lagi terlalu hanya berfokus pada jawaban pertanyaan ini semata, melainkan meluas ke problem terkait Islam Nusantara itu sendiri sebagai sebuah diskursus.Pertama, kenapa diskursus Islam Nusantara tak terlalu bergayung sambut di wilayah kawasan Melayu, mungkin dipantik dari hal sederhana tapi sekaligus sebenarnya merepresentasikan bangunan dan dasar teoritik awal bagaimana “Islam Nusantara”–yang senyatanya memang disorongkan oleh sebuah organisasi Islam tertentu itu–dintrodusir, maupun lat
Utsman bin Affan adalah Khulafaur Rasyidin yang berkuasa paling lama, yaitu selama 12 tahun (644-656). Ia merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang menjadi Khulafaur Rasyidin ketiga, setelah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Di masa kekuasaannya, pemerintahan Islam memperluas wilayahnya ke Fars (sekarang Iran) pada 650, dan beberapa wilayah Khorasan (sekarang Afghanistan) pada 651. Pernikahannya berturut-turut dengan dua putri Nabi Muhammad dan Khadijah membuatnya mendapat julukan Dzunnurrain atau Pemilik Dua Cahaya. Baca juga: Biografi Abu Bakar, Sahabat Rasulullah yang Paling Utama Kehidupan awal Utsman bin Affan lahir di Thaif, Jazirah Arab, pada 579 Masehi atau 42 tahun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Nama lengkap Utsman bin Affan adalah Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab. Ia berasal dari Bani Umayyah, ayahnya bernama Affan bin Abi al-As dan ibu Khalifah Utsman bin Affan bernama Arwa binti Kuraiz. Utsman bin Affa
Sejak kecil, Ali bin Abi Thalib tinggal bersama Nabi Muhammad SAW. Ia dititipkan oleh ayahnya, Abu Thalib ketika masa paceklik menyerang Makkah. Saat itu, Abu Thalib sedang mengalami krisis ekonomi. Anak-anaknya ia titipkan kepada anggota keluarga besarnya yang lain. Anak bungsunya, Ali, jatuh ke tangan Nabi Muhammad SAW. Sebenarnya, panggilan "Ali" ini diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Nama kecilnya adalah Haydar bin Abu Thalib. Kendati demikian, julukan Ali lebih populer daripada nama aslinya. Bahkan, banyak orang mengenal Ali bin Abi Thalib daripada Haydar bin Abu Thalib. Ali bin Abi Thalib lahir di daerah Hijaz, Jazirah Arab, 21 tahun sebelum hijrah atau 601 M. Dalam buku Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis (2011), Karen Amstrong menuliskan bahwa Ali mulai tinggal bersama Nabi Muhammad SAW di usia lima tahun. Karena Ali adalah anak asuh Nabi Muhammad SAW, ia begitu menghormati Rasulullah. Ali banyak belajar karakter mulia melalui teladan Rasulullah SAW. Kira-kira, di antara
Nama Mak Lampir tentu tak ada yang tak mengenalnya di Indonesia. Tawanya yang terkekeh mengandung aura mistis akrab di telinga sejak era 80-an melalui sandiwara radio ''Misteri Gunung Merapi''.Cerita radio itu kemudian diadaptasi ke layar lebar di era 90-an dengan judul ''Perempuan Berambut Api'' dan ''Cambuk Api''.Kepopulerannya di layar lebar pun kemudian diteruskan melalui sinetron di era 2000-an dengan judul serupa, namun dalam latar era yang lebih modern.Lantas, siapa sebenarnya Mak Lampir? Mengapa ia begitu terkutuk di mata pemirsa atau pendengar radio? Berikut kisahnya yang kami sarikan dari berbagai sumber.Mak Lampir sang putri rajaKonon ceritanya, Mak Lampir merupakan seorang putri dari kerajaan kuno, yakni Champa (Chiem Thanh). Sebuah kerajaan yang pernah menguasai daerah yang sekarang termasuk Vietnam Tengah dan Selatan dan diperkirakan ada pada abad ke-7 hingga tahun 1832.Menurut beberapa cerita, nama Mak Lampir sebenarnya adalah Siti Lampir Maimunah. Legenda Mak Lam
MALIN KUNDANG ANAK DURHAKADahulu kala, tersebutlah sebuah keluarga miskin yang terdiri dari ibu dan seorang anaknyayang bernama Malin Kundang. Karena ayahnya telah meninggalkannya, sang ibu pun harusbekerja keras sendiri untuk bisa menghidupi keluarganya.Ketika dia beranjak dewasa, Malin merasa kasihan pada iBunia yang sedari dulu bekerjakeras menghidupinya. Kemudian Malin meminta izin untuk merantau mencari pekerjaan dikota besar.“Bu, saya ingin pergi ke kota. Saya ingin kerja untuk bisa bantu ibu di sini.” pinta Malin.“Jangan tinggalkan ibu sendiri, nak. Ibu hanya punya kamu di sini.” kata sang ibu menolak.“Izinkan saya pergi, bu. Saya kasihan melihat ibu terus bekerja sampai sekarang.” kataMalin.“Baiklah nak, tapi ingat jangan lupakan ibu dan desa ini ketika kamu sukses di sana” Ujarsang ibu berlinang ari mata.Keesokan harinya Malin pergi ke kota besar dengan menggunakan sebuah kapal. Setelahbeberapa tahun bekerja keras, dia berhasil di kota rantauannya. Malin sekaran
Alkisah pada jaman dahulu kala seekor babi tengah melintas di sebuah hutan belantara. Babi hutan itu sedang merasa kehausan di tengah panasnya terik matahari. Pada saat dia mencari-cari mata air, dia melihat ada air yang tertampung di pohon keladi hutan.Segera diminumnya air itu untuk melepas dahaga. Tanpa disadarinya air itu adalah air seni Raja Sungging Perbangkara. Karena kesaktian Raja Sungging Perbangkara, babi hutan itu pun mengandung setelah meminum air seninya. Sembilan bulan kemudian si babi hutan melahirkan seorang bayi perempuan.Raja Sungging Perbangkara mengetahui perihal adanya bayi perempuan yang terlahir karena air seninya itu. Ia pun pergi ke hutan untuk mencarinya. Ditemukannya bayi prempuan itu. Dia pun memberinya nama Dayang Sumbi dan membawanya pulang ke istana kerajaan.Dayang Sunbi tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik wajahnya. Serasa tak terbilang jumlah raja, pangeran dan bangsawan yang berkehendak memperistri anak perempuan Raja Sungging Perbangkara i
Pada zaman dulu di era Kerajaan Demak, hidup seorang tokoh yang cukup terkenal bernama Jaka Tingkir. Ia dilahirkan dengan nama Raden Mas Karebet karena saat ia lahir, sang ayah yang bernama Ki Ageng Pengging, menggelar pertunjukan wayang beber yang dalangnya Ki Ageng Tingkir.Saat pertunjukan wayang itu, terdengar suara yang “kerembet” tertiup angin dan jadilah sang bayi itu dinamai “Mas Karembet”. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia. by Taboola Sponsored LinksHarga mobil bekas di Legok akan mengejutkan andaMobil Bekas | Cari IklanHadiah Besar untuk orang Indonesia yang lahir antara tahun 1941-1981Survey CompareSepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak pada Kerajaan Demak. Setelah kematian suaminya Nyi Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal dunia.Menjadi yatim piatu, Mas Karembet diangkat menjadi anak oleh Nyi Ageng Tingkir. Sejak itu ia lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir. BACA JUGA:Bikin Bangga