"Hai Hana, bagaimana kabarmu?" Elea menyapa Hana yang masih mematung dengan kehadiran wanita cantik di hadapannya. "Eh, El. Kau ... disini?" jawabnya tergagap karena lidahnya kelu. Hana tidak menyangka bahwa dia bisa bertemu dengan Elea lagi dengan penampilan yang jauh lebih--cantik."Ya, sudah beberapa hari, tapi memang baru sempat berkunjung. Bagaimana kabarmu?" Elea duduk dengan nyaman, bertanya kembali kabar temannya yang masih terlihat bingung."Aku ... baik-baik saja." Elea mengangguk. "Hana, dimana bos, apakah dia ada?"Hana menggeleng. "Bos keluar kota, ada acara keluarga. Ada apa? Apakah kau akan bekerja lagi?"Elea terkekeh dan menggeleng pelan. "Tidak. Suamiku tidak akan mengizinkan, lihatlah kami akan segera memiliki anak," ungkap Elea meski merasa aneh dengan ucapannya sendiri.Bibir Hana berkedut, ia jelas merasa iri dengan apa yang Elea dapatkan. Pria yang ia idamkan selama ini, dengan mudah Elea dapatkan."El, aku ingin bertanya padamu," bisiknya sedikit mendekatkan
Elea memutar mata malas. "Kita memang tidak pernah dekat.""Kalau begitu, biarkan aku dekat denganmu!"Elea mendelik, menatap tidak suka pada Aldrich yang semakin semaunya. "Ada apa sebenarnya? Apa rencanamu?""Pantas saja Julian meninggalkanmu, kamu terlalu sering berteriak dan berprasangka buruk pada orang lain," ujarnya tidak tahan karena Elea selalu saja bersikap acuh padanya."Jangan menyebut namanya!""Kenapa? Apa karena kamu masih mencintainya? Ingin kembali pada pria yang meninggalkanmu demi wanita lain? Kamu yakin?""Setidaknya dia tidak melakukan hal jahat padaku, tidak sepertimu."Elea terjingkat kebelakang ketika Aldrich memukul meja dengan kuat. "Jangan menyandingkan aku dengan dia, Elea. Dia tidak sebaik yang kamu pikirkan.""Kalian memang sama. Sama-sama tidak berperasaan, tapi kau lebih jahat!" Pekik Elea tidak suka dengan cara Aldrich membentaknya.Mendengus dan menatap Elea dingin. "Pria mu meniduri tunanganku, dia ... bahkan tidak mengakui calon bayinya sehingga wa
"Nyonya, saya diminta untuk menjemput Anda," ucap Jack yang sejak tadi berdiri di sebelah wanita hamil yang terus saja melamun."Nyonya, Tuan sedang tidak sehat, sebaiknya Anda--,""Kembalilah Tuan Jack, biarkan aku sendiri," putusnya tanpa menatap Jack sama sekali.Jack kembali menghela napas pelan. Ini sudah hampir dua minggu setelah pertemuan sang nyonya dengan mantannya--Julian.Sebenarnya bisa saja Jack melakukan penculikan lagi, tetapi karena yang dihadapi adalah wanita hamil juga ada penerus tuannya, ia tidak segila itu."Tuan Jack ...." panggil Elea saat Jack sudah berbalik akan kembali. Asisten Aldrich itu menoleh dengan senyum lega, berharap nyonya mudanya kali ini mau kembali bersamanya."Ya Nyonya, Anda membutuhkan sesuatu?"Eleanora mengangguk senang. "Aku ingin makan sup jamur, bisakah tuan mendapatkannya untukku?""Tentu saja nyonya, ada bi Zhang yang akan membuatkannya untuk nyonya," jawabnya sedikit kecewa karena harapannya kembali pupus.Menggeleng pelan. "Bukan buat
Aldrich menahan napas dan melepaskan pegangan tangan Eleanora pada lengannya. Namun, Elea kembali menahan lengan kokoh itu dan kembali memeluknya.Aldrich meringis karena Elea menahan tubuhnya, sambil mengumpatnya secara bersamaan."Pria kaku yang menyebalkan. Aku yakin kau yang mengganti sandinakunku. Kau ... kau keterlaluan," air mata Elea menetes, nyatanya ia membawa kekesalannya sampai alam bawah sadar.Aldrich menghela napas, mencoba membaringkan diri di sebelah Elea dengan hati-hati agar perut wanitanya tidak tertindih. Ia memasukkan sebelah tangannya di balik leher Elea sebagai sandaran, sementara yang sebelah masih dipeluk Elea sebagai guling."Maaf karena aku harus membawamu dalam permainan ini. Aku ... bersalah tetapi aku berjanji tidak akan melepaskanmu, El."Aldrich menunduk, memperhatikan wajah bulat yang semakin terlihat cantik karena berisi. Bibir kecil itu tersenyum, seolah mendengar semuanya.Aldrich memejamkan mata, menghirup aroma Elea--istrinya yang sudah hampir du
Elea terus mondar mandir di depan pintu kamar sambil mengusap perutnya. Ia terus mendumal dan memaki Aldrich di dalam hati."Dia enak-enakan tidur, sementara aku, aku harus terjebak di kamar ini dengannya," sungut Elea mulai lelah mondar mandir. Ia mendekat ke arah ranjang dimana Aldrich tertidur dengan nyenyak di sana."Tuan, kau tidak ke kantor?" cicitnya memandang lekat orang yang seharusnya ia benci, tetapi kenapa ia tidak sanggup.Selama menikah dengan Aldrich, Elea maupun Aldrich tidak terlalu sering berkomunikasi sehingga kedekatan mereka sangat minim. Kenyataan bahwa Aldrich sengaja mengatur rencana sedemikian rupa untuk menjebaknya membuat Elea merasa kecewa. Bukan hanya itu, rasa malu dan marah juga menyelimutinya secara bersamaan. Pria yang dianggap korban kegilaannya adalah dalang.Elea duduk di pinggir ranjang, mengingat bahwa Aldrich pernah menangis di sebelahnya kembali mengusik hatinya."Tuan, kau ini manusia paling aneh yang pernah ada selama aku hidup 22 tahun. Kau
"Uangmu, aku mengembalikannya!"Aldrich memejamkan mata, wajahnya mengetat ingin sekali mamaki tetapi tahu wanita di sebelahnya sedang hamil. Anaknya akan mendapatkan dampak dari kemarahannya."Jack, percepat laju mobilmu!"Jack membawa kendaraan mahal itu dengan kecepatan sedikit lebih kencang, ia tahu bahwa apa yang tuannya katakan tidaklah harus selalu dituruti.Mobil melaju membelah jalan dengan dua orang yang saling membelakangi di kursi belakang. Jack menekan tombol kabin, membiarkan tuan dan nyonya--nya mendapatkan waktu pribadi. Mungkin saja ada yang mereka ingin bicarakan.Benar saja apa yang Jack perkirakan, keduanya langsung saling menatap dengan tatapan sengit. "Kenapa wajahmu begitu?""Apa yang kamu lakukan? Dewasalah sedikit Elea!""Kau tidak melihat bahwa aku sudah dewasa? Aku menikah dan menjadi istrimu, itu sudah termasuk aku dewasa."Aldrich menghembus napas kasar. "Setelah melahirkan, aku sarankan kamu mencuci otak, belajar menjadi lebih baik dari sekarang, karena a
"Bagus jika memang kamu tidak terlibat dengan kejahatannya, Rea. Kamu adalah adikku, bagaimanapun, aku tidak mau kamu mendapat masalah terlalu jauh!"Setelah mengatakan itu, Rich meninggalkan ibu dan adiknya, memilih untuk ke tempat lain, menenangkan pikiran dan mencoba membuat Eleanora sadar siapa dirinya yang sekarang."Lihatlah mama, kakak selalu saja seperti itu menuduhku yang bukan-bukan selama ini," sengaja Rea meajuk dan menggandeng tangan ibunya."Jangan pikirkan, Aldrich hanya tidak mau kamu mendapat masalah, itu saja.""Ya, tapi tidak dengan mengatakan kalau Olivia juga jahat. Selama ini, dia selalu baik pada kita, ya, kan ma?""Benar, andai saja Aldrich mendengarkan mama, menikah dengan wanita seperti Olivia maka semua akan baik-baik saja," sesal nyonya Anita.Rea tertawa dalam hati karena mamanya ada di pihaknya, setidaknya jika terjadi sesuatu mamanya akan menolongnya."Kalau begitu, Rea ke kamar dulu, Ma. Aku harus mengingatkan Olivia agar tidak terlambat datang ke acara
"Sepertinya menantumu sudah lelah, nyonya," ujar nyonya Margaret menatap perhatian pada menantu temannya.Nyonya Anita yang sejak tadi merasa tidak bersemangat karena seluruh tamunya lebih menyukai Eleanora--menantunya yang tidak dia sukai.Rea yang tidak sengaja mendengar ucapan ibu Olivia langsung memiliki ide cemerlang. Melangkah ke belakang dan mulai menyusul rencana."Kamu yakin ini akan berhasil? Rea, ini di tempat keramaian, bagaimana kalau Aldrich--,"Olivia menghentikan ucapannya walau di dalam hati dia sangat tidak sabar menyaksikan apa yang akan terjadi."Aku hanya khawatir, kamu akan mendapatkan masalah, Rea," ujarnya tidak sungguh-sungguh."Olivia, tenang saja. Aku sudah muak dengan wanita itu. Ini pesta mamaku, tetapi dia menguasai semuanya. Berlagak seperti ratu di hadapan semya orang," kesal Rea karena sejak acara ibunya dimulai hingga selesai pemotongan kue, pusat perhatian semua orang adalah Elea yang cantik walau sedang hamil."Rea, aku tahu ke khawatiranmu, tetapi