Share

5. Long Journey

Author: Nana Nugroho
last update Last Updated: 2021-06-26 20:35:45

Perlahan Keenan melepas tangannya dari kedua bahu Sakhi. Mereka berdua masih bertahan dalam diam. Jika Keenan tengah menunggu keputusan yang akan dibuat Sakhi tentang tawarannya. Sakhi justru berpikir, haruskah mengulang hubungan yang sedari awal tidak didasari cinta. Bahkan sekedar cinta monyet sekalipun.

"Khi, aku masih nunggu jawaban kamu."

Perlahan Sakhi menatap Keenan dan melihat ke dalam matanya. Mata yang dulu penuh kehangatan seorang sahabat, tapi entah mengapa kini begitu dingin dan biasa saja.

Sejenak rasa ragu menggoyahkan hatinya. Namun sekali lagi tak ia acuhkan, ia mencoba memakai logika untuk melindungi hatinya.

"Hmm ... Tiga puluh hari, ya, Keen!"

"Saat tepat satu bulan, jika ternyata hatiku masih tetap sama, aku minta kita cukup bersahabat aja."

”Aku nggak mau, salah satu dari kita atau bahkan kita berdua terlalu lama memendam sakit karena hal yang dipaksakan atau nggak sesuai harapan."

"Aku ...."

Belum sempat Sakhi menyelesaikan kalimatnya, Keenan sudah merengkuh tubuhnya ke dalam pelukannya.

"Makasih, Khi! It's ok, sebulan udah cukup buat kasih aku kesempatan buka hati kamu."

"Tapi aku minta satu hal, jangan halangi apapun usahaku buat bikin kamu bahagia dan bisa numbuhin rasa cinta buat aku, please ...."

"Kamu juga jangan paksa aku buat bereaksi diluar kemauan aku ya, Keen. Kamu juga harus janji, seandainya aku bikin kamu sakit hati, langsung ngomong yang jujur!"

"Ok, deal!"

Mereka pun menautkan kelingking sebagai tanda perjanjian untuk kembali menjadi sepasang kekasih selama 30 hari mendatang. Sebuah seringai tipis penuh rahasia terselip di sudut bibir Keenan. Begitu tipis hingga Sakhi sama sekali tak menyadarinya.

Aah ... entahlah, bagaimana hubungan itu akan berjalan. Entah bagaimana juga akhirnya ....

Keenan mengajak Sakhi untuk kembali ke dalam rumah Kama. Dengan alasan ia ingin meminta maaf sekaligus berpamitan untuk mengantar Sakhi pulang. Sempat menolak, tapi akhirnya Sakhi hanya bisa pasrah pada lelaki yang kini berstatus sebagai kekasih barunya itu.

"Kak!".

"Hmm ... kenapa?"

"Mmm ... aku minta maaf soal sikapku tadi. Kakak tahu, kan, gimana perasaanku ke Sakhi selama ini."

Untuk sesaat Kama merasa tertohok dengan ucapan adiknya. Bersyukur ia masih bisa mempertahankan ekspresi datarnya. 

"Ooh ...." 

Ya, hanya itu yang keluar dari mulut Kama. Ia mengalihkan pandangan pada tangan Keenan yang tengah menggenggam erat tangan Sakhi. Seolah mengetahui apa yang ada dalam benak kakaknya, Keenan buka suara terkait hubungannya dengan Sakhi yang kembali terjalin sejak beberapa saat lalu.

"Kita balikan," tukas Keenan sambil mengangkat genggaman tangannya dengan Sakhi seolah tengah memamerkan hubungan mereka pada Kama.

Meski berusaha di tutupi, raut terkejut tetap terlihat di wajah Kama. Ia beralih ke Sakhi dan mencoba mencari jawaban dar gadis mungil itu. Sayang ... Sakhi justru membuang muka untuk menghindari kontak mata dengan Kama.

Di saat bersamaan, Keenan tak henti mengulum senyum yang entah karena bahagia atau merasa menang. Tapi, menang atas apa? Bukankah hubungannya dengan Sakhi juga hanya sebatas perjanjian konyol tak berdasar. Aah ... Persetan pikir Keenan. Hal yang paling penting, saat ini Sakhi kekasihnya. Entah benar atau tidak, tapi ia merasa ada yang berbeda dengan cara memandang Kama pada gadisnya.

"Aku anter Sakhi dulu, Kak!" 

Keenan berpamitan dan sekaligus mengembalikam kesadaran Kama yang baru saja menghilang begitu mendengar adiknya dan Sakhi kembali berpacaran.

"Oh, ok, hati-hati! Salam buat Mama, ya, Khi."

"Iya, Bang. Sakhi permisi dulu, salam juga buat Ayah dan Bunda."

Ya, sejak dulu mereka sudah terbiasa seperti itu. Sakhi memanggil orang tua Kama dan Keenan seperti anak mereka sendir, Ayah dan Bunda. Begitu pula dengan Kama dan Keenan yang memanggik orang tua Sakhi dengan sebutan Mama dan Papa. 

Kedekatan keluarga Anggara dan juga Nugraha memang sudah terjalin sejak lama. Bunda Haifa dan Mama Mayang bahkan sudah bersahabat semenjak mereka masih SMP. Sementara Papa Bagas dan Ayah Sindhu merupakan teman kuliah. Sampai mereka sama- sama menjadi orang tua, kedekatannya tetap terjaga.

****

Selama perjalanan,  tidak banyak obrolan antara Keenan dan Sakhi seperti masa sekolah dulu. Jika Keenan lebih banyak membuka obrolan, Sakhi justru hanya menjawab sekenanya dan lebih sering menatap ke luar jendela mobil. Menatap pohon juga bangunan di pinggir jalan, dengan pikiran yang terus melayang.

Tak dapat dipungkiri, ada rasa tak nyaman ketika Keenan memberitahukan hubungan mereka kepada Kama. Ada rasa menyesal menerima Keenan kembali menjadi kekasihnya. Sepertinya menjadi mahasiswa tidak sepenuhnya menghilangkan kelabilannya. 

Beberapa saat lalu ia merasa risih dengan Kai yang terus menempel padanya seperti anak panda yang terus memeluk induknya. Sesaat kemudian, ia serasa terbang dan mulai berkhayal menjadi Nyonya Kama. Namun begitu Keenan datang dengan niatnya untuk balikan, rasa bersalah dan ingin sedikit membahagiakan, membuatnya mengesampingkan perasannya kepada Kama. Plin plan ... Ya sebuah awal dari kebodohan berakibat sakit yang berkepanjangan.

"Khi ..."

Sentuhan lembut di punggung tangan Sakhi dan suar Keenan memecah lamunan Sakhi. Lamunan yang sudah mulai tak terarah hingga sampai ke negeri antah berantah ... Ah ... sudahlah!

"Eh, iya, Keen ... kenapa?"

"Ini udah hampir masuk kompleks, terus ke mana? Aku, kan belum pernah ke rumah kamu," ucap Keenan sambil tersenyum hangat.

"Oh iya, lupa!"

"Ikutin jalan aja, rumah aku yang paling ujung sebelah kiri."

"Ok, Boss!"

Tak berapa lama, akhirnya mereka tiba di depan rumah dengan dominasi warna kuning gading dan beberapa tanaman di depannya. Yup, hobi berkebun Mama Mayang rupanya masih tetap tak berubah. Rumah minimalis itu nampak asri dengan pohon mangga di dekat pagar, bunga krisan di sepanjang tepi tangga menuju pintu rumah. Tidak lupa beberapa tabulampot yang di tata berjajar di bagian samping bersebelahan dengan sayuran hidroponik.

Baru memasuki pagar, sudah ada suara renyah nan membahana berteriak histeris melihat kedatangan Keenan di rumahnya. Siapa lagi kalau bukan Mama Mayang.

"Yaaa ampuuuunnn, Keen! Kamu apa kabar, Sayang? Makin ganteng aja!"

Mama Mayang segera meletakkan peralatan berkebun dan melepas sarung tangan yang dikenakannya. Setelah mencuci tangan, wanita berparas ayu khas perempuan Jawa itu pun langsung menghampiri Keenan dan memeluknya.

"Alhamdulillah, Mam, Keen baik. Mama sama Papa sehat, kan? Kok, ikut-ikutan ngilang kayak Sakhi, sih?"

"Kami sehat, Nak. Alhamdulillah!"

"Kalo soal ngilang, sebenarnya nggak bisa dibilang gitu juga sih, Mama masih keep contact, kok sama Bunda kamu."

"Hah? Jadi Mama bohongin aku, dong selama ini? Curaang!" Celetuk Sakhi yang mengekori Mamanya juga Keenan masuk ke dalam rumah.

"Bukan curang, Nduk! Mama, kan nggak punya banyak teman. Cuma Bunda yang paling dekat. Di sisi lain, anak gadis Mama juga cuma kamu. Nggak bisa kalau harus pilih salah satu."

Mama Mayang mencoba memberi pengertian kepada anak gadisnya. Sementara Sakhi, masih saja memasang wajah ditekuk dengan bibir mengerucut. Keenan yang melihat itu pun mencoba mencairkan suasana.

"Bibirnya biasa aja, dong! Jangan mancing-mancing, ntar aku nekat bisa-bisa kita dikawinin sekarang, nih!"

"Eh, mancing apa? Kok, udah main kawin-kawinan, Mama ketinggalan berita ini kayaknya." Mama Mayang menyahut bersemangat.

"Ish, apaan sih, Keen! Norak tahu nggak!"

"Biarin norak, yang penting aku udah balik jadi calon mantu Mama lagi!" Balas Keenan sambil memamerkan senyum bocah dan bergelayut manja pada Mama Mayang.

"Wah, kalian balikan? Selamat, ya ... Eits! Tapi inget batasan, sekarang kalian udah dewasa ... harus lebih bisa jaga diri!"

"Kamu, Keen! Mama mau kamu jaga anak mama, kalau sampai si cantik ini sampe nangis atau kenapa-kenapa, Mama yang bakal hajar kamu pake sekop bunga!"

"Siap, Ma!" Tukas Keenan sambil memberi hormat ala tentara.

"Ya udah, aku pamit dulu, ya Ma! Besok-besok main lagi sama Ayah-Bunda juga. Pasti seru kangen-kangenan sambil makan lontong sayurnya Mama yang juara."

"Halah! Bilang aja kamu kangen masakan Mama. Emang Bunda kamu belum bisa masak juga sampai sekarang? Percuma, dong kursus mahal-mahal."

"Bisa, sih Ma ... better lah dibandingin dulu. Cuma kayaknya, Bunda mending gausah masak aja, soalnya ada aja kurangnya. Lupa naruh garam lah, lupa belum dikasih gula, pokoknya kita jadi kelinci percobaan masakan Bunda yang ajaib."

"Tadi bukannya pamit ya, Keen? Kok, malah ngeghibahin Bunda, sih? Jahat, nih Mama juga!"

"Hehehe, ghibah, kan emang dosa yang paling gampang, nagihin plus nyenengin, Khi!"

"Eh, ogah ya Mama kalo diajak berbagi dosa. Kamu aja sendiri, Keen! Mama udah tua, waktunya ngumpulin pahala, bukan nambah dosa!"

"Iya, iya, Ma ... Keen sendiri yang nanggung dosa ghibah tadi. Mama, sih Istri sama ibu sholeha pokoknya!"

"Keen pamit ya, Ma! Salam buat Papa sama Bang Erlan. Besok aku jemput kamu ya, Khi. Aku minta nomor kamu!"

Setelah menyimpan nomor ponsel Sakhi dan mencium tangan Mama Mayang, Keenan pun berlalu pulang dengan penuh keceriaan. Sementara Sakhi, masih belum beranjak dari tempat duduknya. Melihat tampang anak gadisnya mirip cucian kotor yang teronggok di pojokan. Jiwa kepo Mama Mayang pun meronta tingkat dewa.

"Nduk, balikan ama mantan, kok malah kucel gini mukanya?"

"Ma, kata lagu favorit Mama, kan 'balikan karo mantan, koyo mangan jangan nget-ngetan!' (Balikan sama mantan, seperti makan sayur sisa yang abis dipanaskan). Mana enak, Ma? Keasinan yang ada," jawab Sakhi asal.

"Kamu, nih! Ditanya serius juga, malah ngasal jawabnya."

"Kenapa ... hmm? Cerita, dong sama Mama! Kamu udah lama, lho Nduk nggak pernah curhat sama Mama." Ucap Mama Mayang merayu sang putri sembari mengelus lembut puncak kepala anak gadisnya yang kini tidur di pangkuannya.

Tak terdengar jawaban dari mulut Sakhi, justru isak tertahan yang kini terdengar. Bahu Sakhi pun mulai bergetar. 

"Kok, nangis? Ada apa? Keenan jahatin kamu?"

"Nggak, Ma ... aku yang jahat. Aku mau balikan sama dia, padahal aku nggak cinta sama dia. Nggak pernah malahan."

"Kalau kamu nggak ada perasaan sama Keenan, alasan kamu apa mau balikan? Capek dikatain jomblo abadi sama Bang Erlan?"

"Mama ih! Orang lagi sedih, tuh dihibur Ma! Bukan malah diledekin."

"Lha ... kan emang Abang suka ngatain kamu gitu, trus ujung-ujungnya kamu ngambek. Terus salahnya Mama di mana?"

"Udah, nggak usah bahas salahnya Mama. Balik lagi, terus alasan kamu terima dia, tapi sekarang nangis itu kenapa?" 

"Aku nggak yakin sama perasaanku, Ma. Aku juga nggak mau bikin Keenan kecewa. Dulu aku udah bikin dia sakit hati dengan mutusin tanpa alasan trus ngilang. Masa iya sekarang aku mau bikin dia sakit hati lagi?"

"Jadi alasannya kasihan? Ok, itu jelas kamu salah. Sebuah hubungan, harus didasari dengan kejujuran. Satu kebohongan diawal, nggak akan bisa nguatin pondasi hubungan kalian. Ini nggak adil juga buat Keenan, Nduk!"

"Dia tahu, Ma. Aku udah bilang kalau aku nggak ada rasa, tapi dia malah minta kesempatan buat bikin aku punya rasa sama dia."

"Akhirnya aku putusin buat kasih dia kesempatan sebulan buat bikin aku jatuh cinta."

"Dih, sok kecantikan banget, sih anak Mama!" Seloroh Mama Mayang berusaha mencairkan suasana.

"Baguslah kalau Keen udah tahu. Kamu berani ambil keputusan buat kasih dia kesempatan, berarti juga harus komit, dong!"

"Pantang anak Mama Mayang sama Papa Bagas ingkar janji! Toh, kalau sebulan dia nggak berhasil, kalian juga akan tetap jadi sahabat, kan!"

"Jalani aja dulu, kalau kata Eyang dulu 'witing tresno jalaran soko kulino' cinta datang karena terbiasa. Terbiasa bersama, bukan nggak mungkin kamu beneran jatuh cinta sama dia."

"Nggak perlu over thinking, Nduk! Cukup jalani aja, nggak ada jalan yang nggak berujung. Ada awal pasti ada akhir. Di mana titik akhirnya, kamu nggak akan tahu jawabannya kalau nggak menjalani dan cuma diam berdiri di titik ini." Mama Mayang menasihati sang putri sambil mencoba tanpa berusaha menghakimi ataupun menggurui.

*********

(Aku sudah terlanjur memulai

Bukan saatnya untuk berhenti

Terus melangkah sampai mencapai tujuan

Barulah akan kutemukan apa yang disebut jawaban

Sakit ini hanya akan berubah jadi bahagia

Hanya jika aku yang mengubahnya

Bahkan ketika sebuah benda bisa melewati dua momen berbeda

Mengapa aku yang bernyawa tak bisa ...

Ini hanya sebuah perjalanan, yang harus kuselesaikan ...

It's just a long journey .. that i've never know could i finished before trough it!)

********

Semangat Sakhi! Jalani dan temukan jawaban yang sudah menanti. Jawaban atas apa yang dimau hatimu. Haruskah mengejar cinta dengan menyakiti seseorang di sana. Ataukah justru membunuh rasa yang ada demi kebahagiaan orang lain, meski hatimu yang harus terluka.

Lanjooot bacanya biar tahu jawabannya, ya readers😘😉

Related chapters

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   6. Piyik VS Biawak

    "Sudah, ganti baju, gih! Abis itu istirahat," ucap Mama Mayang sambil menepuk pelan punggung Sakhi."Iya, Ma. Makasih, ya Mama udah dengerin aku.""Nduk, siapa lagi yang bisa kamu percaya lebih dari orang di dalam rumah ini? That's what family for ... saling menguatkan dan menenangkan."Satu kecupan hangat pun mendarat di pipi Mama Mayang."I love you, Ma!" Ucap Sakhi sambil beranjak ke kamarnya."I love you, more and more, Baby!" Jawab Mama Mayang sambil mengulas senyum hangat sambil terus memperhatikan punggung putrinya yang kini menghilang di balik tembok kamarnya.Untuk sesaat Mama Mayang merasa ragu. Apakah keputusannya dan juga Bunda Haifa sudah tepat untuk menjodohkan anak-anak mereka. Mama Mayang berpikir jika Keenan yang pertama bertemu Sakhi di kota ini.Artinya, Keenan yang akan dijodohkan dengan Sakhi nantinya. Namun beberapa saat lalu, dengan jelas Sakhi mengaku tak punya sedikit pun rasa pada Keenan. Dari sorot matanya s

    Last Updated : 2021-07-10
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   7. Kandidat Terkuat

    "Siapa yang datang, Bang?" tanya Mama Mayang begitu melihat putra sulungnya memasuki ruang makan. "Assalamualaikum, Ma, Pa, maaf ganggu makan malamnya." Suara bariton yang begitu Sakhi kenal, seketika membuat tubuh Sakhi seolah membeku di kursinya. "MasyaAllah, Kama! Apa kabar, Le? Kamu makin ganteng aja," jawab Mama Mayang begitu tahu siapa yang berjalan mengekor di belakang Erlan—putranya. "Alhamdulillah, Ma, Kama baik. Mama sama Papa sehat, kan?" Kama segera menghampiri Mama Mayang dan mencium tangannya. Hal serupa juga ia lakukan pada Papa Bagas yang duduk di kursi makan utama. "Makin gagah kamu! Ayok, ikut makan sekalian," ajak Papa Bagas. "Daddy ..." Kai yang sejak tadi tidur dalam gendongan Kama terbangun mendengar ada interaksi banyak orang di sekitarnya. "Aduh, anak ganteng udah bangun! Sini pangku, Eyang," ajak Mama Mayang sambil beranjak akan mengambil Kai dari gendongan Kama. Namun belu

    Last Updated : 2021-07-11
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   8. Orang Ketiga

    Setelah sempat bersi tegang dengan Erlan, akhirnya Kama mulai mencoba menguasai emosinya. Semua sudah terlanjur terjadi. Benar kata Erlan tidak ada yang bisa diubah, tetapi bisa diperbaiki. Mungkin, Kama harus mempertimbangkan tawaran sahabatnya itu untuk menjadikannya kandidat terkuat calon suami Sakhi. "Trus, apa rencana lo?" Masih dengan tatapan menghunus, Kama bertanya pada Erlan. "Aelah, tertarik juga, kan Lo! Issh ... gitu pake ngebogem gue segala lagi," jawab Erlan Santai. Sesaat kemudian dua pria dewasa itu justru terbahak bersama. Seolah tengah menertawakan kebodohan mereka di masa lalu dan beberapa saat lalu. Kama meninju bahu Erlan pelan dan meminta maaf. "Sory!" "It's ok, mumpung lo belum resmi jadi adek ipar gue," seloroh Erlan dengan cengiran khas yang nampak seperti bocah. Erlan mengalihkan pandangan ke diary berwarna biru yang berada di tangan Kama. Sesaat kemudian Kama pun mengikuti arah pandang sahabatnya tersebut. Ia

    Last Updated : 2021-07-15
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   9. Pengakuan

    Setelah drama keributan antara Erlan dan Sakhi, keluarga Nugraha beserta Kama salat Subuh berjamaah dan setelahnya para lelaki berkumpul di ruang tengah. Sementara Mama Mayang dan juga Sakhi berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi ini. Tidak ada lagi rasa canggung dalam interaksi Kama dengan keluarga Nugraha. Bahkan untuk sesaat ia sudah membayangkan bagaimana bahagianya jika ia benar-benar menjadi menantu di keluarga ini. Pukul 05.30 Kai tiba-tiba muncul dari kamar Sakhi dan mencari Sang Mimma. "Mimma, Kai sudah bangun!" Sakhi yang mendengar suara Kai segera menghampiri. Ia langsung mencium gemas pipi gembil bocah 5 tahun itu. Segera diajaknya Kai mandi dan mengganti bajunya dengan baju yang ada di mobil Kama. Sarapan berjalan dengan tenang, bahkan Kai juga sudah duduk dan makan sendiri tanpa dipangku atau disuapi oleh Sakhi lagi. Sesaat setelah sarapan usai, Pak Bagas berpamitan berangkat ke kantor bersama Erlan. Sementara Sakhi, sud

    Last Updated : 2021-07-15
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   10. Kepo Mode On

    Sampai di pelataran parkiran, Sakhi sudah melihat Keenan yang berdiri sambil bersandar di bagian depan kap mobilnya. Memandang lurus ke arah mobil Kama yang baru saja datang dan tengah bersiap parkir. Sakhi melirik sekilas ke arah Kama. Tak ada yang berubah, masih dengan sikapnya yang tenang, bahkan ia masih sempat mengulas senyum ke arah Sakhi sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda wanita pujaannya. Sakhi hanya bisa tersipu dengan pipi merona dengan sikap Kama tersebut. Sungguh jauh dari sosok Kama yang selama ini dikenalnya. Dingin, datar dan cenderung kaku ketika berada di luar rumah. Sakhi tak menyangka jika lelaki itu bisa bersikap lembut, manis bahkan sedikit norak. Aah ... Sakhi harus merasakan jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada sosok pria yang sama. Namun sekarang, ia harus memikirkan bagaimana harus menghadapai Keenan. "Jangan takut, bersikap biasa aja! Keenan juga nggak akan kelihatan kalau kamu kasih Abang sedikit senyuman manis kamu, Dek

    Last Updated : 2021-07-15
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   11. ABG Tua

    Suasana menjadi sedikit canggung. Bagaimanapun Erlan adalah kakak Sakhi. Meski mereka cukup dekat, tetapi tidak dalam membahas hal-hal pribadi juga intim seperti ciuman atau aktivitas berpacaran lainnya."Kenapa lo, Yik? Santuy aja, gue masih waras buat ngelaporin kelakuan lo ama dosen cabul ke Mama," seru Erlan sambil melirik Kama dengan ekor matanya.”Mampus! Abang beneran lihat,” batin Sakhi."Eh, itu kenapa pada kompak, sih, Pak Kama sama Bang Erlan?" tanya Mayra tiba-tiba.Sakhi menatap Erlan dan Kama bergantian. Benar saja, sudut bibir mereka sama-sama ada bekas luka kecil."Abang berdua abis berantem?" tanya Sakhi to the point."Biar dosen lo tahu adat, nggak main nyosor anak perawan di pinggir jalan," tuka Erlan sambil menggeser mangkok mie ayam yang baru datang.Sakhi bergeming, ia tak bisa berucap apapun. Bukan kesalahan Kama sepenuhnya, toh dia juga tak menghindar atau menolak kala Kama menciumnya. Sayangn

    Last Updated : 2021-08-06
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   1. Hidayah Untuk Hadiah

    "Sakhi!"Sambil berlari kecil, gadis bertubuh mungil dengan celana jeans serta kemeja putih bermotif itu menghampiri sahabatnya sejak SMA itu."Dari mana aja, sih! Udah dichat, ditelepon, ga ada respon sama sekali!"Dengan bibir mengerucut si gadis mungil bernama Mayra itu pun menghenyakkan diri di sisi Sakhi."Hehehe, sorry! Gue buru-buru, misi utama gua hari ini sampe ke kampus sebelum telat.""Dapet hidayah dari mana Lo masuk kelasnya Bu Sari? Gue tadi chat mau nanya, Lo titip absen apa ijin?""Tahu, nih! Tiba-tiba aja dari semalem gue udah rencanain hari ini musti masuk. Semacam ada feeling good gitu. Mau dapet hadiah kali ya makanya ketiban hidayah...."Dua sahabat itu masih asyik mengobrol di bangku masing-masing ketika dosen memasuki ruangan. Mereka baru tersadar ketika suara bariton yang terdengar asing menyapa."Selamat siang semua, perkenalkan nama saya Kama dan mulai ha

    Last Updated : 2021-06-14
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   2. Mendadak Jadi Mimma

    "Ayo, Daddy!"Bocah kecil itu terus merajuk sambil menarik lengan Kama yang belum beranjak dari kursinya."Maaf, Pak! Tadi Den Kai nangis minta diantar ke Bapak. Makanya saya bawa buat cari Bapak." Pak Tarno memberi penjelasan dengan raut gugup kepada Kama."Iya, Pak nggak apa-apa. Ya sudah Bapak bisa pulang duluan naik taxi, ini ongkosnya biar saya bawa mobil sendiri nanti."Kama menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan kepada Pak Tarno—Supirnya. Pak Tarno pun segera berlalu meninggalkan kantin."Hai, Aunty!"Tiba-tiba saja Kai si bocah tampan dengan pipi gembil itu menyapa Sakhi sembari melambaikan tangannya. Tak lupa senyum merekah yang memamerkan deretan gigi putih kecil dan rapinya ia berikan."Oh, hai tampan!"Sedikit kikuk Sakhi membalas sapaan Kai. Namun ia bisa segera menguasai diri dan situasi saat ini."Nama kamu Kai, ya? Kamu bisa panggil kakak, Kak Sakh

    Last Updated : 2021-06-16

Latest chapter

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   11. ABG Tua

    Suasana menjadi sedikit canggung. Bagaimanapun Erlan adalah kakak Sakhi. Meski mereka cukup dekat, tetapi tidak dalam membahas hal-hal pribadi juga intim seperti ciuman atau aktivitas berpacaran lainnya."Kenapa lo, Yik? Santuy aja, gue masih waras buat ngelaporin kelakuan lo ama dosen cabul ke Mama," seru Erlan sambil melirik Kama dengan ekor matanya.”Mampus! Abang beneran lihat,” batin Sakhi."Eh, itu kenapa pada kompak, sih, Pak Kama sama Bang Erlan?" tanya Mayra tiba-tiba.Sakhi menatap Erlan dan Kama bergantian. Benar saja, sudut bibir mereka sama-sama ada bekas luka kecil."Abang berdua abis berantem?" tanya Sakhi to the point."Biar dosen lo tahu adat, nggak main nyosor anak perawan di pinggir jalan," tuka Erlan sambil menggeser mangkok mie ayam yang baru datang.Sakhi bergeming, ia tak bisa berucap apapun. Bukan kesalahan Kama sepenuhnya, toh dia juga tak menghindar atau menolak kala Kama menciumnya. Sayangn

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   10. Kepo Mode On

    Sampai di pelataran parkiran, Sakhi sudah melihat Keenan yang berdiri sambil bersandar di bagian depan kap mobilnya. Memandang lurus ke arah mobil Kama yang baru saja datang dan tengah bersiap parkir. Sakhi melirik sekilas ke arah Kama. Tak ada yang berubah, masih dengan sikapnya yang tenang, bahkan ia masih sempat mengulas senyum ke arah Sakhi sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda wanita pujaannya. Sakhi hanya bisa tersipu dengan pipi merona dengan sikap Kama tersebut. Sungguh jauh dari sosok Kama yang selama ini dikenalnya. Dingin, datar dan cenderung kaku ketika berada di luar rumah. Sakhi tak menyangka jika lelaki itu bisa bersikap lembut, manis bahkan sedikit norak. Aah ... Sakhi harus merasakan jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada sosok pria yang sama. Namun sekarang, ia harus memikirkan bagaimana harus menghadapai Keenan. "Jangan takut, bersikap biasa aja! Keenan juga nggak akan kelihatan kalau kamu kasih Abang sedikit senyuman manis kamu, Dek

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   9. Pengakuan

    Setelah drama keributan antara Erlan dan Sakhi, keluarga Nugraha beserta Kama salat Subuh berjamaah dan setelahnya para lelaki berkumpul di ruang tengah. Sementara Mama Mayang dan juga Sakhi berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi ini. Tidak ada lagi rasa canggung dalam interaksi Kama dengan keluarga Nugraha. Bahkan untuk sesaat ia sudah membayangkan bagaimana bahagianya jika ia benar-benar menjadi menantu di keluarga ini. Pukul 05.30 Kai tiba-tiba muncul dari kamar Sakhi dan mencari Sang Mimma. "Mimma, Kai sudah bangun!" Sakhi yang mendengar suara Kai segera menghampiri. Ia langsung mencium gemas pipi gembil bocah 5 tahun itu. Segera diajaknya Kai mandi dan mengganti bajunya dengan baju yang ada di mobil Kama. Sarapan berjalan dengan tenang, bahkan Kai juga sudah duduk dan makan sendiri tanpa dipangku atau disuapi oleh Sakhi lagi. Sesaat setelah sarapan usai, Pak Bagas berpamitan berangkat ke kantor bersama Erlan. Sementara Sakhi, sud

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   8. Orang Ketiga

    Setelah sempat bersi tegang dengan Erlan, akhirnya Kama mulai mencoba menguasai emosinya. Semua sudah terlanjur terjadi. Benar kata Erlan tidak ada yang bisa diubah, tetapi bisa diperbaiki. Mungkin, Kama harus mempertimbangkan tawaran sahabatnya itu untuk menjadikannya kandidat terkuat calon suami Sakhi. "Trus, apa rencana lo?" Masih dengan tatapan menghunus, Kama bertanya pada Erlan. "Aelah, tertarik juga, kan Lo! Issh ... gitu pake ngebogem gue segala lagi," jawab Erlan Santai. Sesaat kemudian dua pria dewasa itu justru terbahak bersama. Seolah tengah menertawakan kebodohan mereka di masa lalu dan beberapa saat lalu. Kama meninju bahu Erlan pelan dan meminta maaf. "Sory!" "It's ok, mumpung lo belum resmi jadi adek ipar gue," seloroh Erlan dengan cengiran khas yang nampak seperti bocah. Erlan mengalihkan pandangan ke diary berwarna biru yang berada di tangan Kama. Sesaat kemudian Kama pun mengikuti arah pandang sahabatnya tersebut. Ia

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   7. Kandidat Terkuat

    "Siapa yang datang, Bang?" tanya Mama Mayang begitu melihat putra sulungnya memasuki ruang makan. "Assalamualaikum, Ma, Pa, maaf ganggu makan malamnya." Suara bariton yang begitu Sakhi kenal, seketika membuat tubuh Sakhi seolah membeku di kursinya. "MasyaAllah, Kama! Apa kabar, Le? Kamu makin ganteng aja," jawab Mama Mayang begitu tahu siapa yang berjalan mengekor di belakang Erlan—putranya. "Alhamdulillah, Ma, Kama baik. Mama sama Papa sehat, kan?" Kama segera menghampiri Mama Mayang dan mencium tangannya. Hal serupa juga ia lakukan pada Papa Bagas yang duduk di kursi makan utama. "Makin gagah kamu! Ayok, ikut makan sekalian," ajak Papa Bagas. "Daddy ..." Kai yang sejak tadi tidur dalam gendongan Kama terbangun mendengar ada interaksi banyak orang di sekitarnya. "Aduh, anak ganteng udah bangun! Sini pangku, Eyang," ajak Mama Mayang sambil beranjak akan mengambil Kai dari gendongan Kama. Namun belu

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   6. Piyik VS Biawak

    "Sudah, ganti baju, gih! Abis itu istirahat," ucap Mama Mayang sambil menepuk pelan punggung Sakhi."Iya, Ma. Makasih, ya Mama udah dengerin aku.""Nduk, siapa lagi yang bisa kamu percaya lebih dari orang di dalam rumah ini? That's what family for ... saling menguatkan dan menenangkan."Satu kecupan hangat pun mendarat di pipi Mama Mayang."I love you, Ma!" Ucap Sakhi sambil beranjak ke kamarnya."I love you, more and more, Baby!" Jawab Mama Mayang sambil mengulas senyum hangat sambil terus memperhatikan punggung putrinya yang kini menghilang di balik tembok kamarnya.Untuk sesaat Mama Mayang merasa ragu. Apakah keputusannya dan juga Bunda Haifa sudah tepat untuk menjodohkan anak-anak mereka. Mama Mayang berpikir jika Keenan yang pertama bertemu Sakhi di kota ini.Artinya, Keenan yang akan dijodohkan dengan Sakhi nantinya. Namun beberapa saat lalu, dengan jelas Sakhi mengaku tak punya sedikit pun rasa pada Keenan. Dari sorot matanya s

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   5. Long Journey

    Perlahan Keenan melepas tangannya dari kedua bahu Sakhi. Mereka berdua masih bertahan dalam diam. Jika Keenan tengah menunggu keputusan yang akan dibuat Sakhi tentang tawarannya. Sakhi justru berpikir, haruskah mengulang hubungan yang sedari awal tidak didasari cinta. Bahkan sekedar cinta monyet sekalipun."Khi, aku masih nunggu jawaban kamu."Perlahan Sakhi menatap Keenan dan melihat ke dalam matanya. Mata yang dulu penuh kehangatan seorang sahabat, tapi entah mengapa kini begitu dingin dan biasa saja.Sejenak rasa ragu menggoyahkan hatinya. Namun sekali lagi tak ia acuhkan, ia mencoba memakai logika untuk melindungi hatinya."Hmm ... Tiga puluh hari, ya, Keen!""Saat tepat satu bulan, jika ternyata hatiku masih tetap sama, aku minta kita cukup bersahabat aja."”Aku nggak mau, salah satu dari kita atau bahkan kita berdua terlalu lama memendam sakit karena hal yang dipaksakan atau nggak sesuai harapan.""Aku ...."Belum s

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   4. Jodoh yang Tertunda

    "Aku pacaran cuma sekali. Itu juga sama kamu, Keen," lirih Sakhi.Keenan menatap dalam mata Sakhi dari tempat ia duduk saat ini. Seolah tengah mencari kebohongan atas apa yang baru saja Sakhi ucapkan.Hmm ... sayangnya tidak ada kebohongan di sana. Keenan pun tahu, Sakhi tidak pernah dekat dengan cowok manapun kala itu selain dirinya yang memang sudah bersahabat sejak kecil."Jadi, kenapa kamu tiba-tiba putusin aku trus ngilang gitu aja, Khi?""Bahkan saat kamu memutuskan untuk muncul lagi, bukan aku yang kamu temui, tapi justru Kak Kama!" Nggak salah, kan kalau aku curiga sama kalian!""Sakhi salah satu mahasiswaku, Keen!" tukas Kama."Bahkan tadi Sakhi juga berusaha menghindar, aku yang terus mengejar untuk memastikan dan kebetulan, Kai diantar Pak Tarno ke kampus, lalu langsung lengket dengan Sakhi."Kama mencoba menjelaskan kejadian sebenarnya. Yah, walaupun tidak sepenuhnya jujur. Sebab sebulan sebelum kepindahan Kama dari

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   3. Sang Mantan

    Kama menarik tubuhnya menjauh dari Sakhi dan mensejajari tubuh Kai. Dielusnya lembut kepala putra kesayangannya yang saat ini tengah menggenggam ujung cardigan yang dikenakan Sakhi seolah takut ditinggalkan."Kakak Sakhi harus pulang, Boy! Besok-besok kita ajak kakak main ke taman atau ke rumah Oma, ya," bujuk Kama."No, Daddy! Kai mau bobo' sama Mimma Sakhi! Kai mau Kak Sakhi jadi Mimmanya Kai!" Dengan raut wajah kesal serta suara sedikit meninggi, Kai menjawab."Kai, sayang, anak tampan ... nggak boleh kasar, ya sama Daddy, nggak sopan. Kalau Kai mau panggil Kakak dengan sebutan Mimma juga boleh, tapi sekarang Kakak harus pulang. Nanti, Kai anterin Kakak, ya!"Dengan bibir mengerucut dan isak tertahan, Kai menganggukkan kepalanya. Tangan mungilnya yang tadi menggenggam ujung cardigan Sakhi, kini telah berada dalam genggaman tangan Sakhi."Kita ganti dulu bajumu, Boy!"Kama yang tak diacuhkan oleh d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status