Share

Terjebak Kenangan Kakak si Mantan
Terjebak Kenangan Kakak si Mantan
Penulis: Nana Nugroho

1. Hidayah Untuk Hadiah

Penulis: Nana Nugroho
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-14 00:51:46

"Sakhi!"

Sambil berlari kecil, gadis bertubuh mungil dengan celana jeans serta kemeja putih bermotif itu menghampiri sahabatnya sejak SMA itu.

"Dari mana aja, sih! Udah dichat, ditelepon, ga ada respon sama sekali!"

Dengan bibir mengerucut si gadis mungil bernama Mayra itu pun menghenyakkan diri di sisi Sakhi.

"Hehehe, sorry! Gue buru-buru, misi utama gua hari ini sampe ke kampus sebelum telat."

"Dapet hidayah dari mana Lo masuk kelasnya Bu Sari? Gue tadi chat mau nanya, Lo titip absen apa ijin?"

"Tahu, nih! Tiba-tiba aja dari semalem gue udah rencanain hari ini musti masuk. Semacam ada feeling good gitu. Mau dapet hadiah kali ya makanya ketiban hidayah...."

Dua sahabat itu masih asyik mengobrol di bangku masing-masing ketika dosen memasuki ruangan. Mereka baru tersadar ketika suara bariton yang terdengar asing menyapa.

"Selamat siang semua, perkenalkan nama saya Kama dan mulai hari ini akan menggantikan Bu Sari yang mulai cuti melahirkan."

Saat sebagian besar mahasiswi termasuk Mayra yang duduk disamping Sakhi sedang gemas dan menahan histeria melihat wajah Dosen baru mereka, Sakhi justru diam memaku dengan raut wajah syok bercampur haru.

"Saat hatiku susah payah kubangun kembali, mencoba memahami dan mengikhlaskan semua kisah yang pernah terjadi. Haruskah hari ini datang dan menyusun kembali kepingan kenangan yang bahkan ingin kuserakkan."

Sesaat kemudian tanpa sengaja mata Sakhi dan Kama saling bersirobok. Terlihat ada sedikit raut terkejut di wajah Kama, tetapi segera mampu ia hilangkan. Setelahnya tak ada interaksi lagi antara mereka hingga kelas berakhir.

Mayra masih dengan bersemangat membahas Dosen baru pengganti Bu Sari. Selama menuju kantin, tak henti-hentinya ia membahas fisik sang Dosen yang rupawan. Sementara Sakhi hanya menanggapi dengan sesekali tersenyum simpul. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir tipis gadis yang biasanya ceria dan cerewet itu.

(Flash back)

Hampir lima tahun berpisah. Meski tak pernah ada ikatan yang jelas diantara mereka, tetapi baik Sakhi maupun Kama sadar betul apa yang ada di hati keduanya. Situasi juga kondisi yang memaksa keduanya bungkam dan memendam perasaan mereka.

Dulu mereka berpisah saat Sakhi kelas 2  SMA. Sementara Kama sudah kuliah semester 7. Niat hati ingin mengungkapkan rasa sebelum jarak memisahkan. Justru Sakhi harus mendengar kabar yang meluluh lantakkan segala rasa juga harapan akan kisah cintanya. 

Ketika Sakhi akan berpamitan karena harus mengikuti orang tuanya pindah ke Ibu Kota, ia memutuskan untuk mengakui secara jujur perasaannya terjadap Kama. Sosok pujaan hati yang selama ini selalu menjaga dan melindunginya. Namun sayangnya sebatas seperti kakak pada adiknya. Setidaknya itulah yang terlihat di luar.

Satu hal yang membuat Sakhi yakin untuk mengutarakan isi hatinya.

Seminggu sebelumnya, saat usai mengantar cake buatan mamanya ke rumah Kama yang bersebelahan. Kama menarik tubuh Sakhi ke teras samping dan mencium bibirnya. Dengan sadar dan jelas ia meminta Sakhi memutuskan hubunganmya dengan Keenan—adiknya.

"Putuskan hubunganmu dengan Keenan. Dia bukan jodohmu, jangan buang waktu jagain jodoh orang!"

Masih dengan kebingungan dan juga sedikit kaget, Sakhi mencoba mencerna maksud kata-kata Kama. Ya, dia memang sedang berpacaran dengan Keenan—adik kandung Kama—sahabat Sakhi sedari kecil. Hubungan yang baru terjalin selama 3 bulan dan berjalan begitu manis.

"Nggak masalah sementara jagain jodoh orang, asal kamu yang bawa aku ke pelaminan!" 

Entah bagaimana tiba-tiba saja kalimat itu meluncur dari mulut Sakhi. Ada kelegaan tetapi juga terselip bingung bahkan kecewa. Sakhi tak berani menerka maksud dari ucapan Kama.

Apakah dia tidak pantas untuk Keenan, atau Kama tidak rela ia bersama Keenan karena merasakan hal yang sama?

Ya, sejujurnya Sakhi sudah mengagumi Kama semenjak ia kecil. Semakin lama rasa kagum itu berkembang menjadi cinta anak remaja. Perbedaan usia yang terpaut 5 tahun membuatnya sedikit canggung dalam berkomunikasi. Meskipun saat kecil ia begitu manja pada Kama.

Saat ia merasa Kama merasakan hal yang sama dan ia pun memberanikan diri untuk mengutarakannya. Takdir seolah ingin bermain dengannya.

Perpisahan harus terjadi, dengan kabar buruk yang memupuskan harapannya pada Kama. Keenan juga ia putuskan, semata-mata untuk memutus akses komunikasi dengan keluarga mereka. Sahabat, Kakak, Kekasih semua hilang dalam sekejap.

(Flash back end)

"Sakhi Khaira Nugraha!"

Suara yang yang kembali terdengar familiar itu menyapa dengan cukup tegas tetapi seperti hendak memastikan. Mayra yang langsung menoleh ke sumber suara reflek memukul-mukul pundak Sakhi dan terlihat salah tingkah saat mendapat senyuman dari Dosen baru itu.

"Sakhi, lo dipanggil babang tamvan, tuh!"

Sakhi yang tahu betul siapa yang memanggilnya, justru tengah berusaha menormalkan degup jantungnya. Ia bahkan merasa sulit untuk sekedar mendongakkan kepala menatap si empunya suara. Belum berhasil mengontrol degup jantung yang seakan tengah pacuan kuda, sosok tinggi dengan aroma maskulin itu mendekat dan duduk tepat di gadapan Sakhi di bangku kantin.

"Apa kabar? Aku kangen kamu!"

Duarrrr...

Runtuh sudah pertahanan Sakhi, tiga kata yang memporak porandakan jiwa ditambah genggaman lembut pada jemarinya di atas meja. Ekspresi Mayra di sebelah Sakhi jangan ditanya lagi. Antara syok dikira mimpi atau halusinasi karena kebanyakan makan kuaci.

"Ka, kalian kenal?" Dengan terbata Mayra coba memastikan.

"Sangat kenal, tapi sepertinya Sakhi menolak mengingat saya. Padahal tidak ada seharipun yang saya lewatkan tanpa mengingatnya."

Lugas dan jelas jawaban Kama untuk pertanyaan Mayra. Hal itu sekaligus menjadi alasan Sakhi mengangkat kepala yang sedari tadi tertunduk saja. Demi mencari kebohongan di mata Kama yang baru saja mengatakan selalu mengingatnya. Kosong ... tak ada kebohongan di mata itu. Hanya tatapan lembut nan hangat penuh kerinduan.

Genggaman tangan Kama makin erat menaut jemari Sakhi. Dalam diam keduanya seolah tengah meneguk habis obat rindu atas diri masing-masing. Tidak ada kata, hanya senyum tipis dan tatapan mata yang penuh dengan cinta.

"Woy! Ini gue masih di sini! Kenapa lo berdua kacangin, sih!" tukas Mayra emosi melihat interaksi mata antara Kama dan Sakhi.

"Eh, iya maaf! Kami sudah lama tidak bertemu dan berkomunikasi."

"Iya ... iya saya maafin, tapi masa lama ga ketemu cuma liat-liatan aja. Peluk kek, cium kek ..."

Belum selesai Mayra dengan kalimatnya, tangan Sakhi sudah dengan sigap menjewer telinga sahabatnya itu.

"Heh, lo pikir lagi nonton drama Korea, sampe gue harus pelukan segala?"

"Hehehe, ya kan biasanya orang kangen gitu ekspresinya. Nah kalian malah liat-liatan doank kayak ayam kesambet!"

Belum sampai Sakhi membalas perkataan sahabatnya, takdir kembali megobrak-abrik hatinya. Sesosok bocah laki-laki berkulit putih dengan pipi tembem menghampiri Kama dan menarik-narik tangannya.

"Daddy, ayo pulang! Kai mau mainan sama Mommy!"

"Tuhan ... Inikah hadiah atas hidayah dari-Mu yang menuntunku untuk kuliah pagi ini? Mengapa harus sesakit ini ...."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   2. Mendadak Jadi Mimma

    "Ayo, Daddy!"Bocah kecil itu terus merajuk sambil menarik lengan Kama yang belum beranjak dari kursinya."Maaf, Pak! Tadi Den Kai nangis minta diantar ke Bapak. Makanya saya bawa buat cari Bapak." Pak Tarno memberi penjelasan dengan raut gugup kepada Kama."Iya, Pak nggak apa-apa. Ya sudah Bapak bisa pulang duluan naik taxi, ini ongkosnya biar saya bawa mobil sendiri nanti."Kama menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan kepada Pak Tarno—Supirnya. Pak Tarno pun segera berlalu meninggalkan kantin."Hai, Aunty!"Tiba-tiba saja Kai si bocah tampan dengan pipi gembil itu menyapa Sakhi sembari melambaikan tangannya. Tak lupa senyum merekah yang memamerkan deretan gigi putih kecil dan rapinya ia berikan."Oh, hai tampan!"Sedikit kikuk Sakhi membalas sapaan Kai. Namun ia bisa segera menguasai diri dan situasi saat ini."Nama kamu Kai, ya? Kamu bisa panggil kakak, Kak Sakh

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-16
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   3. Sang Mantan

    Kama menarik tubuhnya menjauh dari Sakhi dan mensejajari tubuh Kai. Dielusnya lembut kepala putra kesayangannya yang saat ini tengah menggenggam ujung cardigan yang dikenakan Sakhi seolah takut ditinggalkan."Kakak Sakhi harus pulang, Boy! Besok-besok kita ajak kakak main ke taman atau ke rumah Oma, ya," bujuk Kama."No, Daddy! Kai mau bobo' sama Mimma Sakhi! Kai mau Kak Sakhi jadi Mimmanya Kai!" Dengan raut wajah kesal serta suara sedikit meninggi, Kai menjawab."Kai, sayang, anak tampan ... nggak boleh kasar, ya sama Daddy, nggak sopan. Kalau Kai mau panggil Kakak dengan sebutan Mimma juga boleh, tapi sekarang Kakak harus pulang. Nanti, Kai anterin Kakak, ya!"Dengan bibir mengerucut dan isak tertahan, Kai menganggukkan kepalanya. Tangan mungilnya yang tadi menggenggam ujung cardigan Sakhi, kini telah berada dalam genggaman tangan Sakhi."Kita ganti dulu bajumu, Boy!"Kama yang tak diacuhkan oleh d

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   4. Jodoh yang Tertunda

    "Aku pacaran cuma sekali. Itu juga sama kamu, Keen," lirih Sakhi.Keenan menatap dalam mata Sakhi dari tempat ia duduk saat ini. Seolah tengah mencari kebohongan atas apa yang baru saja Sakhi ucapkan.Hmm ... sayangnya tidak ada kebohongan di sana. Keenan pun tahu, Sakhi tidak pernah dekat dengan cowok manapun kala itu selain dirinya yang memang sudah bersahabat sejak kecil."Jadi, kenapa kamu tiba-tiba putusin aku trus ngilang gitu aja, Khi?""Bahkan saat kamu memutuskan untuk muncul lagi, bukan aku yang kamu temui, tapi justru Kak Kama!" Nggak salah, kan kalau aku curiga sama kalian!""Sakhi salah satu mahasiswaku, Keen!" tukas Kama."Bahkan tadi Sakhi juga berusaha menghindar, aku yang terus mengejar untuk memastikan dan kebetulan, Kai diantar Pak Tarno ke kampus, lalu langsung lengket dengan Sakhi."Kama mencoba menjelaskan kejadian sebenarnya. Yah, walaupun tidak sepenuhnya jujur. Sebab sebulan sebelum kepindahan Kama dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-22
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   5. Long Journey

    Perlahan Keenan melepas tangannya dari kedua bahu Sakhi. Mereka berdua masih bertahan dalam diam. Jika Keenan tengah menunggu keputusan yang akan dibuat Sakhi tentang tawarannya. Sakhi justru berpikir, haruskah mengulang hubungan yang sedari awal tidak didasari cinta. Bahkan sekedar cinta monyet sekalipun."Khi, aku masih nunggu jawaban kamu."Perlahan Sakhi menatap Keenan dan melihat ke dalam matanya. Mata yang dulu penuh kehangatan seorang sahabat, tapi entah mengapa kini begitu dingin dan biasa saja.Sejenak rasa ragu menggoyahkan hatinya. Namun sekali lagi tak ia acuhkan, ia mencoba memakai logika untuk melindungi hatinya."Hmm ... Tiga puluh hari, ya, Keen!""Saat tepat satu bulan, jika ternyata hatiku masih tetap sama, aku minta kita cukup bersahabat aja."”Aku nggak mau, salah satu dari kita atau bahkan kita berdua terlalu lama memendam sakit karena hal yang dipaksakan atau nggak sesuai harapan.""Aku ...."Belum s

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   6. Piyik VS Biawak

    "Sudah, ganti baju, gih! Abis itu istirahat," ucap Mama Mayang sambil menepuk pelan punggung Sakhi."Iya, Ma. Makasih, ya Mama udah dengerin aku.""Nduk, siapa lagi yang bisa kamu percaya lebih dari orang di dalam rumah ini? That's what family for ... saling menguatkan dan menenangkan."Satu kecupan hangat pun mendarat di pipi Mama Mayang."I love you, Ma!" Ucap Sakhi sambil beranjak ke kamarnya."I love you, more and more, Baby!" Jawab Mama Mayang sambil mengulas senyum hangat sambil terus memperhatikan punggung putrinya yang kini menghilang di balik tembok kamarnya.Untuk sesaat Mama Mayang merasa ragu. Apakah keputusannya dan juga Bunda Haifa sudah tepat untuk menjodohkan anak-anak mereka. Mama Mayang berpikir jika Keenan yang pertama bertemu Sakhi di kota ini.Artinya, Keenan yang akan dijodohkan dengan Sakhi nantinya. Namun beberapa saat lalu, dengan jelas Sakhi mengaku tak punya sedikit pun rasa pada Keenan. Dari sorot matanya s

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   7. Kandidat Terkuat

    "Siapa yang datang, Bang?" tanya Mama Mayang begitu melihat putra sulungnya memasuki ruang makan. "Assalamualaikum, Ma, Pa, maaf ganggu makan malamnya." Suara bariton yang begitu Sakhi kenal, seketika membuat tubuh Sakhi seolah membeku di kursinya. "MasyaAllah, Kama! Apa kabar, Le? Kamu makin ganteng aja," jawab Mama Mayang begitu tahu siapa yang berjalan mengekor di belakang Erlan—putranya. "Alhamdulillah, Ma, Kama baik. Mama sama Papa sehat, kan?" Kama segera menghampiri Mama Mayang dan mencium tangannya. Hal serupa juga ia lakukan pada Papa Bagas yang duduk di kursi makan utama. "Makin gagah kamu! Ayok, ikut makan sekalian," ajak Papa Bagas. "Daddy ..." Kai yang sejak tadi tidur dalam gendongan Kama terbangun mendengar ada interaksi banyak orang di sekitarnya. "Aduh, anak ganteng udah bangun! Sini pangku, Eyang," ajak Mama Mayang sambil beranjak akan mengambil Kai dari gendongan Kama. Namun belu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   8. Orang Ketiga

    Setelah sempat bersi tegang dengan Erlan, akhirnya Kama mulai mencoba menguasai emosinya. Semua sudah terlanjur terjadi. Benar kata Erlan tidak ada yang bisa diubah, tetapi bisa diperbaiki. Mungkin, Kama harus mempertimbangkan tawaran sahabatnya itu untuk menjadikannya kandidat terkuat calon suami Sakhi. "Trus, apa rencana lo?" Masih dengan tatapan menghunus, Kama bertanya pada Erlan. "Aelah, tertarik juga, kan Lo! Issh ... gitu pake ngebogem gue segala lagi," jawab Erlan Santai. Sesaat kemudian dua pria dewasa itu justru terbahak bersama. Seolah tengah menertawakan kebodohan mereka di masa lalu dan beberapa saat lalu. Kama meninju bahu Erlan pelan dan meminta maaf. "Sory!" "It's ok, mumpung lo belum resmi jadi adek ipar gue," seloroh Erlan dengan cengiran khas yang nampak seperti bocah. Erlan mengalihkan pandangan ke diary berwarna biru yang berada di tangan Kama. Sesaat kemudian Kama pun mengikuti arah pandang sahabatnya tersebut. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   9. Pengakuan

    Setelah drama keributan antara Erlan dan Sakhi, keluarga Nugraha beserta Kama salat Subuh berjamaah dan setelahnya para lelaki berkumpul di ruang tengah. Sementara Mama Mayang dan juga Sakhi berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi ini. Tidak ada lagi rasa canggung dalam interaksi Kama dengan keluarga Nugraha. Bahkan untuk sesaat ia sudah membayangkan bagaimana bahagianya jika ia benar-benar menjadi menantu di keluarga ini. Pukul 05.30 Kai tiba-tiba muncul dari kamar Sakhi dan mencari Sang Mimma. "Mimma, Kai sudah bangun!" Sakhi yang mendengar suara Kai segera menghampiri. Ia langsung mencium gemas pipi gembil bocah 5 tahun itu. Segera diajaknya Kai mandi dan mengganti bajunya dengan baju yang ada di mobil Kama. Sarapan berjalan dengan tenang, bahkan Kai juga sudah duduk dan makan sendiri tanpa dipangku atau disuapi oleh Sakhi lagi. Sesaat setelah sarapan usai, Pak Bagas berpamitan berangkat ke kantor bersama Erlan. Sementara Sakhi, sud

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15

Bab terbaru

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   11. ABG Tua

    Suasana menjadi sedikit canggung. Bagaimanapun Erlan adalah kakak Sakhi. Meski mereka cukup dekat, tetapi tidak dalam membahas hal-hal pribadi juga intim seperti ciuman atau aktivitas berpacaran lainnya."Kenapa lo, Yik? Santuy aja, gue masih waras buat ngelaporin kelakuan lo ama dosen cabul ke Mama," seru Erlan sambil melirik Kama dengan ekor matanya.”Mampus! Abang beneran lihat,” batin Sakhi."Eh, itu kenapa pada kompak, sih, Pak Kama sama Bang Erlan?" tanya Mayra tiba-tiba.Sakhi menatap Erlan dan Kama bergantian. Benar saja, sudut bibir mereka sama-sama ada bekas luka kecil."Abang berdua abis berantem?" tanya Sakhi to the point."Biar dosen lo tahu adat, nggak main nyosor anak perawan di pinggir jalan," tuka Erlan sambil menggeser mangkok mie ayam yang baru datang.Sakhi bergeming, ia tak bisa berucap apapun. Bukan kesalahan Kama sepenuhnya, toh dia juga tak menghindar atau menolak kala Kama menciumnya. Sayangn

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   10. Kepo Mode On

    Sampai di pelataran parkiran, Sakhi sudah melihat Keenan yang berdiri sambil bersandar di bagian depan kap mobilnya. Memandang lurus ke arah mobil Kama yang baru saja datang dan tengah bersiap parkir. Sakhi melirik sekilas ke arah Kama. Tak ada yang berubah, masih dengan sikapnya yang tenang, bahkan ia masih sempat mengulas senyum ke arah Sakhi sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda wanita pujaannya. Sakhi hanya bisa tersipu dengan pipi merona dengan sikap Kama tersebut. Sungguh jauh dari sosok Kama yang selama ini dikenalnya. Dingin, datar dan cenderung kaku ketika berada di luar rumah. Sakhi tak menyangka jika lelaki itu bisa bersikap lembut, manis bahkan sedikit norak. Aah ... Sakhi harus merasakan jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada sosok pria yang sama. Namun sekarang, ia harus memikirkan bagaimana harus menghadapai Keenan. "Jangan takut, bersikap biasa aja! Keenan juga nggak akan kelihatan kalau kamu kasih Abang sedikit senyuman manis kamu, Dek

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   9. Pengakuan

    Setelah drama keributan antara Erlan dan Sakhi, keluarga Nugraha beserta Kama salat Subuh berjamaah dan setelahnya para lelaki berkumpul di ruang tengah. Sementara Mama Mayang dan juga Sakhi berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi ini. Tidak ada lagi rasa canggung dalam interaksi Kama dengan keluarga Nugraha. Bahkan untuk sesaat ia sudah membayangkan bagaimana bahagianya jika ia benar-benar menjadi menantu di keluarga ini. Pukul 05.30 Kai tiba-tiba muncul dari kamar Sakhi dan mencari Sang Mimma. "Mimma, Kai sudah bangun!" Sakhi yang mendengar suara Kai segera menghampiri. Ia langsung mencium gemas pipi gembil bocah 5 tahun itu. Segera diajaknya Kai mandi dan mengganti bajunya dengan baju yang ada di mobil Kama. Sarapan berjalan dengan tenang, bahkan Kai juga sudah duduk dan makan sendiri tanpa dipangku atau disuapi oleh Sakhi lagi. Sesaat setelah sarapan usai, Pak Bagas berpamitan berangkat ke kantor bersama Erlan. Sementara Sakhi, sud

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   8. Orang Ketiga

    Setelah sempat bersi tegang dengan Erlan, akhirnya Kama mulai mencoba menguasai emosinya. Semua sudah terlanjur terjadi. Benar kata Erlan tidak ada yang bisa diubah, tetapi bisa diperbaiki. Mungkin, Kama harus mempertimbangkan tawaran sahabatnya itu untuk menjadikannya kandidat terkuat calon suami Sakhi. "Trus, apa rencana lo?" Masih dengan tatapan menghunus, Kama bertanya pada Erlan. "Aelah, tertarik juga, kan Lo! Issh ... gitu pake ngebogem gue segala lagi," jawab Erlan Santai. Sesaat kemudian dua pria dewasa itu justru terbahak bersama. Seolah tengah menertawakan kebodohan mereka di masa lalu dan beberapa saat lalu. Kama meninju bahu Erlan pelan dan meminta maaf. "Sory!" "It's ok, mumpung lo belum resmi jadi adek ipar gue," seloroh Erlan dengan cengiran khas yang nampak seperti bocah. Erlan mengalihkan pandangan ke diary berwarna biru yang berada di tangan Kama. Sesaat kemudian Kama pun mengikuti arah pandang sahabatnya tersebut. Ia

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   7. Kandidat Terkuat

    "Siapa yang datang, Bang?" tanya Mama Mayang begitu melihat putra sulungnya memasuki ruang makan. "Assalamualaikum, Ma, Pa, maaf ganggu makan malamnya." Suara bariton yang begitu Sakhi kenal, seketika membuat tubuh Sakhi seolah membeku di kursinya. "MasyaAllah, Kama! Apa kabar, Le? Kamu makin ganteng aja," jawab Mama Mayang begitu tahu siapa yang berjalan mengekor di belakang Erlan—putranya. "Alhamdulillah, Ma, Kama baik. Mama sama Papa sehat, kan?" Kama segera menghampiri Mama Mayang dan mencium tangannya. Hal serupa juga ia lakukan pada Papa Bagas yang duduk di kursi makan utama. "Makin gagah kamu! Ayok, ikut makan sekalian," ajak Papa Bagas. "Daddy ..." Kai yang sejak tadi tidur dalam gendongan Kama terbangun mendengar ada interaksi banyak orang di sekitarnya. "Aduh, anak ganteng udah bangun! Sini pangku, Eyang," ajak Mama Mayang sambil beranjak akan mengambil Kai dari gendongan Kama. Namun belu

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   6. Piyik VS Biawak

    "Sudah, ganti baju, gih! Abis itu istirahat," ucap Mama Mayang sambil menepuk pelan punggung Sakhi."Iya, Ma. Makasih, ya Mama udah dengerin aku.""Nduk, siapa lagi yang bisa kamu percaya lebih dari orang di dalam rumah ini? That's what family for ... saling menguatkan dan menenangkan."Satu kecupan hangat pun mendarat di pipi Mama Mayang."I love you, Ma!" Ucap Sakhi sambil beranjak ke kamarnya."I love you, more and more, Baby!" Jawab Mama Mayang sambil mengulas senyum hangat sambil terus memperhatikan punggung putrinya yang kini menghilang di balik tembok kamarnya.Untuk sesaat Mama Mayang merasa ragu. Apakah keputusannya dan juga Bunda Haifa sudah tepat untuk menjodohkan anak-anak mereka. Mama Mayang berpikir jika Keenan yang pertama bertemu Sakhi di kota ini.Artinya, Keenan yang akan dijodohkan dengan Sakhi nantinya. Namun beberapa saat lalu, dengan jelas Sakhi mengaku tak punya sedikit pun rasa pada Keenan. Dari sorot matanya s

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   5. Long Journey

    Perlahan Keenan melepas tangannya dari kedua bahu Sakhi. Mereka berdua masih bertahan dalam diam. Jika Keenan tengah menunggu keputusan yang akan dibuat Sakhi tentang tawarannya. Sakhi justru berpikir, haruskah mengulang hubungan yang sedari awal tidak didasari cinta. Bahkan sekedar cinta monyet sekalipun."Khi, aku masih nunggu jawaban kamu."Perlahan Sakhi menatap Keenan dan melihat ke dalam matanya. Mata yang dulu penuh kehangatan seorang sahabat, tapi entah mengapa kini begitu dingin dan biasa saja.Sejenak rasa ragu menggoyahkan hatinya. Namun sekali lagi tak ia acuhkan, ia mencoba memakai logika untuk melindungi hatinya."Hmm ... Tiga puluh hari, ya, Keen!""Saat tepat satu bulan, jika ternyata hatiku masih tetap sama, aku minta kita cukup bersahabat aja."”Aku nggak mau, salah satu dari kita atau bahkan kita berdua terlalu lama memendam sakit karena hal yang dipaksakan atau nggak sesuai harapan.""Aku ...."Belum s

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   4. Jodoh yang Tertunda

    "Aku pacaran cuma sekali. Itu juga sama kamu, Keen," lirih Sakhi.Keenan menatap dalam mata Sakhi dari tempat ia duduk saat ini. Seolah tengah mencari kebohongan atas apa yang baru saja Sakhi ucapkan.Hmm ... sayangnya tidak ada kebohongan di sana. Keenan pun tahu, Sakhi tidak pernah dekat dengan cowok manapun kala itu selain dirinya yang memang sudah bersahabat sejak kecil."Jadi, kenapa kamu tiba-tiba putusin aku trus ngilang gitu aja, Khi?""Bahkan saat kamu memutuskan untuk muncul lagi, bukan aku yang kamu temui, tapi justru Kak Kama!" Nggak salah, kan kalau aku curiga sama kalian!""Sakhi salah satu mahasiswaku, Keen!" tukas Kama."Bahkan tadi Sakhi juga berusaha menghindar, aku yang terus mengejar untuk memastikan dan kebetulan, Kai diantar Pak Tarno ke kampus, lalu langsung lengket dengan Sakhi."Kama mencoba menjelaskan kejadian sebenarnya. Yah, walaupun tidak sepenuhnya jujur. Sebab sebulan sebelum kepindahan Kama dari

  • Terjebak Kenangan Kakak si Mantan   3. Sang Mantan

    Kama menarik tubuhnya menjauh dari Sakhi dan mensejajari tubuh Kai. Dielusnya lembut kepala putra kesayangannya yang saat ini tengah menggenggam ujung cardigan yang dikenakan Sakhi seolah takut ditinggalkan."Kakak Sakhi harus pulang, Boy! Besok-besok kita ajak kakak main ke taman atau ke rumah Oma, ya," bujuk Kama."No, Daddy! Kai mau bobo' sama Mimma Sakhi! Kai mau Kak Sakhi jadi Mimmanya Kai!" Dengan raut wajah kesal serta suara sedikit meninggi, Kai menjawab."Kai, sayang, anak tampan ... nggak boleh kasar, ya sama Daddy, nggak sopan. Kalau Kai mau panggil Kakak dengan sebutan Mimma juga boleh, tapi sekarang Kakak harus pulang. Nanti, Kai anterin Kakak, ya!"Dengan bibir mengerucut dan isak tertahan, Kai menganggukkan kepalanya. Tangan mungilnya yang tadi menggenggam ujung cardigan Sakhi, kini telah berada dalam genggaman tangan Sakhi."Kita ganti dulu bajumu, Boy!"Kama yang tak diacuhkan oleh d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status