Share

Bab 2 l Tak dihargai.

Author: ZaynKa
last update Last Updated: 2023-01-13 23:51:33

"Ibu!" teriak Nengsih yang lalu berhambur merangkul sang Ibu yang masih mengejang hendak memuntahkan lagi isi perutnya.

Ayla yang berada di dekat pintu, ikut mendekat lalu hendak membantu Nengsih meraih Riya yang meringkuk di atas lantai. Namun secepat kilat Nengsih menepis tangan Ayla.

Plak!

"Liat kan? Apa lagi kalau bukan santet?" pekik Nengsih sambil menatap Ayla dengki, lalu berbalik menatapi wajah sang Ibu dengan penuh kekhawatiran disertai rasa takut, jijik dan ngeri.

"Percayalah dik. Yang Ibu butuh itu rumah sakit. Ayo papah Ibu, biar kakak yang bawa motor," lirih Ayla memelas.

Seolah mengetahui penyebab yang diderita sang mertua, Ayla kukuh meyakinkan Nengsih untuk segera membawa Riya ke rumah sakit. Tersirat jelas kekhawatiran dan kecemasan di wajah Ayla. Tanpa ia sadari, bulir basah yang hangat pun terjatuh di sudut matanya. Ia merasa tak sanggup lagi melihat wanita yang melahirkan suaminya itu tak berdaya merintih kesakitan.

"Tolong pergi aja kalo lu gak mau bantu! Biar gua minta tolong orang lain aja!" dengus Nengsih sembari meraih ponselnya lalu terlihat menelepon seseorang.

"Nengsih kukatakan dengan sangat jelas, bahwa Ibu membutuhkan pertolongan dokter! Turunkan ego dan gengsimu terhadapku dan ayo bawa Ibu ke rumah sakit!" Tegas Ayla.

Memberanikan diri, Ayla pun meraih ponsel di genggaman Nengsih lalu melemparnya ke atas ranjang. Ia juga hendak meraih tubuh Riya dari rengkuhan Nengsih. Namun dengan cepat Nengsih mendorong tubuh ringkih Ayla hingga terjungkal. Matanya menyala penuh amarah, kebenciannya tersirat jelas tanpa ia tutup-tutupi lagi.

"Pergi dari rumah ini sekarang juga cewek gila! Jangan lupa lu cuma numpang! Saat Ibu sadar nanti, bakal gua buat lu bayar semuanya!" bentaknya sambil mengacungkan telunjuk ke arah Ayla dan ke arah pintu secara bergantian.

"Kita udah cukup muak ngadepin kebegoan lu! Dasar aneh! Gua bakal aduin sikap lu ini ke Mas Arta!" bentak Nengsih lagi.

Namun sama halnya dengan Nengsih yang kukuh, Ayla pun tak kalah ngotot untuk tetap membawa sang mertua ke tempat yang berbeda dari keinginan Nengsih.

"Kumohon percayalah. Tak ada santet atau semacamnya yang menimpa Ibu. Ini akibat ulah Ibu sendiri," kata Ayla dengan suara melemah.

"Jangan bilang lu yang menyantet Ibu ya? Makanya kemaren minta hal yang aneh-aneh?" tuduh Nengsih.

Mendengar hal itu, Ayla menghela nafas panjang. Ia terlihat frustrasi hingga tak sempat untuk membuka mulut dan membiarkan Nengsih terus mengoceh memojokkan dirinya. Adu mulut pun tak terelakkan, hingga membuat mereka lupa akan kondisi Riya yang masih terkulai lemas dengan nafas tersengal-sengal.

"Benar kan? Lu kan emang benci Ibu!" tuduhnya lagi dengan jari telunjuk yang kini mengacung pada Ayla.

"Jangan bicara yang tidak-tidak Nengsih. Yang membenci itu bukan aku, tapi kalian. Aku hanya ingin kalian tahu, aku yakin Ibu keracunan sesuatu. Makanya aku menyarankan sebaiknya ibu dibawa ke rumah sakit saja."

"Lu kemaren nyuruh Ibu buat minta maaf sama lu kan? Itu udah pasti karna lu punya niat mencelakai ibu!" pekik Nengsih.

Sambil berteriak, Nengsih mulai membrutal. Dengan emosi yang kian meluap, ia mencoba menjambak rambut Ayla, tanpa melepaskan rengkuhannya dari Ayla. Namun dengan gesit Ayla mengelak.

"Nengsih. Kumohon jangan membuang waktu, ayo kita bawa Ibu sekarang juga," desak Ayla masih dengan kekukuhannya.

Sebagai seorang wanita, Ayla memiliki firasat yang lebih peka dibanding orang lain. ia merasa sangat yakin bahwa Riya, sang mertua mungkin saja tak akan tertolong jika tak segera diberi penanganan. Saat pikirannya berkutat mencari cara agar ia bisa membawa mertuanya segera untuk berobat, tiba-tiba gedoran pintu memburaikan pikirannya. Nengsih yang juga mendengar, segera bangkit lalu dengan tergesa berlari ke arah pintu.

"Paman! Syukurlah Paman akhirnya datang," ucap Nengsih penuh rasa syukur.

Nengsih berhambur ke arah seorang pria yang kini berada di bingkai pintu. Wajahnya yang kaku dan rahangnya yang tegas tak sedikit pun terlihat simpati atas sambutan ramah dari Nengsih.

"Ada apa kau menghubungiku malam-malam begini?" tanya Awan ketus.

Pria paruh baya yang tak lain adalah Paman Nengsih, sekaligus adik ipar dari Riya itu terlihat malas dan risih saat Nengsih menarik lengannya untuk mengajaknya melihat kondisi sang Ibu.

"Liat Paman! Kondisi Ibu sangat mengkhawatirkan!" tunjuk Nengsih pada sang Ibu.

Dengan penuh harapan, Nengsih mengira akan mendapatkan pertolongan dari Awan. Namun ternyata apa yang terjadi tidak sesuai harapannya. Awan menatap Riya dengan pandangan yang jijik dan merendahkan. Bahkan sudut bibirnya melengkung ke atas seolah ia merasa itu pantas didapatkan oleh sang Ipar.

"Aku datang ke sini, bukan untuk menolongnya."

Related chapters

  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 3 l Karma sendiri!

    "Apa maksud Paman bilang gitu?" tanya Nengsih dengan suara bergetar. Namun Awan malah melirik ke arah Ayla tanpa mengatakan apapun. "Oh ... Gitu ya. Lu hasut Paman ternyata!" tuduh Nengsih.Sembari mengangguk-anggukkan wajahnya, Nengsih melotot ke arah Ayla. Namun Ayla seolah tak paham apa yang Nengsih maksudkan. Ayla justru malah melirik Awan seolah ingin tahu apa maksudnya. Awan yang mengerti kebingungan Ayla, segera membuka suara. "Tutup mulutmu Nengsih!" sergah Awan."Pikiran busukmu itu sudah mendarah daging! Bahkan disaat seperti ini kau tidak belajar. Padahal hanya Kakak iparmu ini yang selalu ada, tapi ...." Awan menggantung ucapannya lantas menghela nafas lemah seolah meredam emosinya dengan susah payah lalu mendekat ke arah Riya. "Masa bodoh lah dengan pikiranmu itu!" gerundel Awan tak mau ambil pusing menyikapi sikap kekanakkan Nengsih."Riya, ini ulahmu sendiri yang selalu bermulut pedas. Kata-katamu sendirilah yang menghukum dirimu. Bahkan seandainya dokter pun, mungk

    Last Updated : 2023-01-13
  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 4 l Pengakuan.

    "Siapa lagi kalo bukan kau!" seru Riya.Mendengar tuduhan kukuh sang ipar, Awan mendekatkan wajahnya ke arah Riya. Lalu berbisik. Hampir tak terdengar sama sekali jika saja Ayla tidak dengan sengaja menajamkan indra pendengarnya karena penasaran. "Ini ulah adikmu sendiri. Inilah karmamu," bisik Awan diakhiri tawa kecil lalu menutup mulutnya saat menyadari Ayla tengah memperhatikannya. "Tidak!" teriak Riya."Tidak mungkin! Rida sudah mati! Dia tak bisa membalaskan dendamnya padaku!" teriaknya lagi dengan ketakutan."Awan selamatkanlah aku! Kumohon Awan aku tahu kau dendam padaku, maafkanlah aku! Tolong aku Awan!" raung Riya sembari menggapai-gapai udara mencari Awan. "Paman, aku mohon bantulah ibu. Aku tak bisa melakukannya sendiri. Kumohon paman." Ayla memelas dengan suara yang teramat memilukan. Ia sungguh tak tahan melihat kondisi sang mertua yang mengkhawatirkan. "Ya, Ayla. Sebaiknya kita bawa ibu mertuamu ini ke rumah sakit sebelum anak bodohnya kembali. Ayo!" Setelah menghela

    Last Updated : 2023-01-13
  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 5 l Kilas balik.

    "Hati-hati Mas, semoga semuanya baik-baik saja," bisik Ayla menenangkan dirinya sendiri. Rasa hampa seketika muncul menyelinap masuk ke dalam hatinya yang tengah dirundung kegundahan. Kekosongan baginya ternyata lebih menakutkan dari pada rasa ngeri yang tadi ia rasakan saat menyaksikan apa yang menimpa Ibu mertuanya. Bersama suara deru mobil yang kian menjauh, kekhawatiran semakin membesar ia rasakan. Tentang apa yang kemungkinan terjadi nantinya. Ayla melangkahkan kakinya masuk perlahan ke dalam rumah yang sudah tak asing baginya itu. Rumah yang selama tiga tahun usia pernyakahannya itu sudah menjadi tempat bernaungnya. Atap yang menyelamatkannya dari terik dan hujan. Pada kenyatannya, rumah itu tidak lebih baik dibanding panti asuhan yang menyelamatkannya dari emperan toko saat ia masih kecil dulu. "Ayla! Nasi abis! Suami mau berangkat kerja malah diam aja!" Lengkingan suara Riya seketika membuat Ayla yang tengah melamun terkejut. Tubuhnya gemetar, ia yang terbiasa mendapat puk

    Last Updated : 2023-01-13
  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 6 l Talak!

    "Aku ... Hah ...."Arta menggantung ucapannya lalu mengalihkan pandangannya ke sembarang arah sambil membuang nafas kasar. Seketika Ayla merasakan sesak di dadanya saat melihat sikap sang suami. 'Harusnya tidak seperti ini,' batin Ayla. 'Tapi kenapa ekspresinya terlihat begitu kacau?' batinnya lagi.'Tidak. Bukan soal ibu, aku tahu seperti apa pun masalah yang bersangkutan dengan ibu, Mas Arta selalu mencari solusi padaku. Tatapannya selalu lembut dan penuh harap. Tapi ini lain.' Ayla terus bermonolog di dalam hatinya. Pikirannya berkecamuk atas segala praduga yang dia kira-kira. "Ada apa Mas?" tanya Ayla pada akhirnya. Suaranya terdengar lembut, dan seolah penuh ketenangan. Berbanding terbalik dengan apa yang sebenarnya Ayla rasakan. Meski begitu, jemarinya yang tak henti bergerak-gerak, adalah sebuah kebiasaan jika ia merasa gugup dan gelisah. Hingga Arta membuka suara, barulah Ayla menatap sang suami yang ternyata tengah menatapinya sejak tadi."Sepertinya kita tidak bisa seperti

    Last Updated : 2023-01-13
  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 7 l Perasaan Arta

    "Jangan kembali ke panti asuhanmu dulu. Sewa lah tempat tinggal di tempat yang layak."Begitu isi catatan itu. Sebuah ungkapan halus untuk mengusir Ayla dari rumahnya. Ayla pun tersenyum kecut membacanya. "Apa yang sudah kuperbuat hingga menerima perlakuan seperti ini?" monolog Ayla."Permisi mba, restonya sudah mau tutup. Maaf," kata seorang pelayan tiba-tiba.Memang sejak tadi pun, sang pelayan terus memerhatikan wanita berparas anggun itu. Menerima senyuman tulus sang pelayan, Ayla mengangguk. Ia pun segera berdiri setelah mengemasi barang-barangnya, lalu memasukkannya ke dalam tas selempang kecil berwarna hitam. "Saya mau tutup karna gak ada pelanggan mbak, biasanya jam 5 tutupnya," tambah pelayan wanita itu seolah menghibur Ayla dan agar tak terkesan seperti tengah mengusir.Pelayan itu memang menyaksikan semuanya sejak awal. Melihat senyuman miris sang pelayan yang terlihat kasihan pada Ayla. Ayla pun menanggapinya kembali dengan senyuman lantas melengos pergi. Dengan gontai

    Last Updated : 2023-01-13
  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 8 l Pertemuan tak terduga.

    Ayla menutup mulutnya dengan telapak tangan saat melihat sosok tak terduga di hadapannya. "Z-Zael?" gagap Ayla. Pria berperawakan tinggi itu menampilkan senyum terbaiknya saat mendengar sapaan Ayla. Deretan geliginya yang bergingsul membuatnya tampak lebih manis saat tersenyum. Lelaki yang tak lain adalah sahabat lama Ayla itu, tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya saat bertemu kembali dengan Ayla. "Hehe. Hai Ayla, ngapain ujan-ujan gini bengong di luar kafe? Abis diusir suami ya?" kelakar Zael membuat Ayla tersentak kaget. Deg!"Ap-apa?" gagap Ayla lagi dengan wajah panik. "Ya ampun Ayla kamu ini ngga berubah ya. Aku bercanda kali!" kekeh Zael sambil menepuk bahu Ayla. Zael melangkah maju lalu menaruh payung yang ia genggam di sampingnya. Sedangkan Ayla menghela nafas lega saat menyadari bahwa apa yang Zael katakan hanya sekedar gurauan. Dalam hati ia merasa takut bahwa apa yang menimpanya diketahui pria yang k

    Last Updated : 2023-03-13
  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 9 l Mantan Calon Mantu.

    “Sebenernya aku balik ke Indo karna suami mama meninggal. Jadi aku mau nemenin mama dulu sampe mama baikan,” ungkap Zael tak tiba-tiba.Ayla tersentak kaget mendengar ungkapan tak terduga dari Zael tersebut. Namun ia tak memperlihatkan ekspresi apapun. Ayla tahu, bahwa hubungan Zael dengan sang ayah tak baik lantaran ayah Zael pernah menduakan ibunya.“Kalo begitu sedang apa kau di sini? Bukankah seharusnya kamu menemani Mamah? Mamah pasti sangat terpukul.”“Hahaha, harusnya sih begitu. Tapi tadi Mama usir aku karna aku marahin mamah yang nangis terus. “ Zael tertawa renyah mengingat nasib dirinya yang ironi. Ayla mengulas senyum tanda merespons. “Trus gimana dong?”tanyanya prihatin.“Alah, bentaran lagi juga mama telpon,” hibur Zael pada dirinya sendiri. Meski begitu, ada kekhawatiran tersirat di wajahnya. Namun benar saja. Tak lama kemudain ponselnya berdering. Tertera nama Mom di layar ponselnya. Ia pun segera mengangkatnya. [Kamu dimana?] Suara lembut

    Last Updated : 2023-03-16
  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 10 l Tak bisa mengelak!

    Sepatu yang Zael gunakan melesat karena lantai yang licin. Sayangnya Zael cukup sigap untuk terjatuh. Ia segera menahan dirinya dengan menumpukkan lututnya ke besi pegangan tangga. Alhasil Zael dan Ayla masih terselamatkan."See? Gerak dikit aja ampir jatoh kan?" bisik Zael sambil menahan nafas lantaran kini wajah mereka terlalu dekat. Glek!Ayla segera memalingkan wajahnya karena malu. Zha ... El ....!" teriaknya frustrasi. ***Ayla menghela nafas panjang sembari memejamkan kelopak matanya. Ia mencoba menenangkan diri atas semua rentetan kejadian yang begitu tiba-tiba baginya itu. Mulai dari sang mertua yang tetiba dilarikan ke rumah sakit, hingga perpisahannya dengan Arta yang begitu menyakitkan baginya. Lalu kini, ia duduk di kursi belakang mobil Zael. "Berat banget ya hidupnya mba?" canda Zael yang ternyata sedari tadi meliriknya dari kaca spion depan mobil."Udah tau, ngapain nanyak!" cibir Ayla sambil mengerucutkan bibirnya lalu mendengus."Dih malah marah. Enak dianterin. an

    Last Updated : 2023-03-17

Latest chapter

  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 10 l Tak bisa mengelak!

    Sepatu yang Zael gunakan melesat karena lantai yang licin. Sayangnya Zael cukup sigap untuk terjatuh. Ia segera menahan dirinya dengan menumpukkan lututnya ke besi pegangan tangga. Alhasil Zael dan Ayla masih terselamatkan."See? Gerak dikit aja ampir jatoh kan?" bisik Zael sambil menahan nafas lantaran kini wajah mereka terlalu dekat. Glek!Ayla segera memalingkan wajahnya karena malu. Zha ... El ....!" teriaknya frustrasi. ***Ayla menghela nafas panjang sembari memejamkan kelopak matanya. Ia mencoba menenangkan diri atas semua rentetan kejadian yang begitu tiba-tiba baginya itu. Mulai dari sang mertua yang tetiba dilarikan ke rumah sakit, hingga perpisahannya dengan Arta yang begitu menyakitkan baginya. Lalu kini, ia duduk di kursi belakang mobil Zael. "Berat banget ya hidupnya mba?" canda Zael yang ternyata sedari tadi meliriknya dari kaca spion depan mobil."Udah tau, ngapain nanyak!" cibir Ayla sambil mengerucutkan bibirnya lalu mendengus."Dih malah marah. Enak dianterin. an

  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 9 l Mantan Calon Mantu.

    “Sebenernya aku balik ke Indo karna suami mama meninggal. Jadi aku mau nemenin mama dulu sampe mama baikan,” ungkap Zael tak tiba-tiba.Ayla tersentak kaget mendengar ungkapan tak terduga dari Zael tersebut. Namun ia tak memperlihatkan ekspresi apapun. Ayla tahu, bahwa hubungan Zael dengan sang ayah tak baik lantaran ayah Zael pernah menduakan ibunya.“Kalo begitu sedang apa kau di sini? Bukankah seharusnya kamu menemani Mamah? Mamah pasti sangat terpukul.”“Hahaha, harusnya sih begitu. Tapi tadi Mama usir aku karna aku marahin mamah yang nangis terus. “ Zael tertawa renyah mengingat nasib dirinya yang ironi. Ayla mengulas senyum tanda merespons. “Trus gimana dong?”tanyanya prihatin.“Alah, bentaran lagi juga mama telpon,” hibur Zael pada dirinya sendiri. Meski begitu, ada kekhawatiran tersirat di wajahnya. Namun benar saja. Tak lama kemudain ponselnya berdering. Tertera nama Mom di layar ponselnya. Ia pun segera mengangkatnya. [Kamu dimana?] Suara lembut

  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 8 l Pertemuan tak terduga.

    Ayla menutup mulutnya dengan telapak tangan saat melihat sosok tak terduga di hadapannya. "Z-Zael?" gagap Ayla. Pria berperawakan tinggi itu menampilkan senyum terbaiknya saat mendengar sapaan Ayla. Deretan geliginya yang bergingsul membuatnya tampak lebih manis saat tersenyum. Lelaki yang tak lain adalah sahabat lama Ayla itu, tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya saat bertemu kembali dengan Ayla. "Hehe. Hai Ayla, ngapain ujan-ujan gini bengong di luar kafe? Abis diusir suami ya?" kelakar Zael membuat Ayla tersentak kaget. Deg!"Ap-apa?" gagap Ayla lagi dengan wajah panik. "Ya ampun Ayla kamu ini ngga berubah ya. Aku bercanda kali!" kekeh Zael sambil menepuk bahu Ayla. Zael melangkah maju lalu menaruh payung yang ia genggam di sampingnya. Sedangkan Ayla menghela nafas lega saat menyadari bahwa apa yang Zael katakan hanya sekedar gurauan. Dalam hati ia merasa takut bahwa apa yang menimpanya diketahui pria yang k

  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 7 l Perasaan Arta

    "Jangan kembali ke panti asuhanmu dulu. Sewa lah tempat tinggal di tempat yang layak."Begitu isi catatan itu. Sebuah ungkapan halus untuk mengusir Ayla dari rumahnya. Ayla pun tersenyum kecut membacanya. "Apa yang sudah kuperbuat hingga menerima perlakuan seperti ini?" monolog Ayla."Permisi mba, restonya sudah mau tutup. Maaf," kata seorang pelayan tiba-tiba.Memang sejak tadi pun, sang pelayan terus memerhatikan wanita berparas anggun itu. Menerima senyuman tulus sang pelayan, Ayla mengangguk. Ia pun segera berdiri setelah mengemasi barang-barangnya, lalu memasukkannya ke dalam tas selempang kecil berwarna hitam. "Saya mau tutup karna gak ada pelanggan mbak, biasanya jam 5 tutupnya," tambah pelayan wanita itu seolah menghibur Ayla dan agar tak terkesan seperti tengah mengusir.Pelayan itu memang menyaksikan semuanya sejak awal. Melihat senyuman miris sang pelayan yang terlihat kasihan pada Ayla. Ayla pun menanggapinya kembali dengan senyuman lantas melengos pergi. Dengan gontai

  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 6 l Talak!

    "Aku ... Hah ...."Arta menggantung ucapannya lalu mengalihkan pandangannya ke sembarang arah sambil membuang nafas kasar. Seketika Ayla merasakan sesak di dadanya saat melihat sikap sang suami. 'Harusnya tidak seperti ini,' batin Ayla. 'Tapi kenapa ekspresinya terlihat begitu kacau?' batinnya lagi.'Tidak. Bukan soal ibu, aku tahu seperti apa pun masalah yang bersangkutan dengan ibu, Mas Arta selalu mencari solusi padaku. Tatapannya selalu lembut dan penuh harap. Tapi ini lain.' Ayla terus bermonolog di dalam hatinya. Pikirannya berkecamuk atas segala praduga yang dia kira-kira. "Ada apa Mas?" tanya Ayla pada akhirnya. Suaranya terdengar lembut, dan seolah penuh ketenangan. Berbanding terbalik dengan apa yang sebenarnya Ayla rasakan. Meski begitu, jemarinya yang tak henti bergerak-gerak, adalah sebuah kebiasaan jika ia merasa gugup dan gelisah. Hingga Arta membuka suara, barulah Ayla menatap sang suami yang ternyata tengah menatapinya sejak tadi."Sepertinya kita tidak bisa seperti

  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 5 l Kilas balik.

    "Hati-hati Mas, semoga semuanya baik-baik saja," bisik Ayla menenangkan dirinya sendiri. Rasa hampa seketika muncul menyelinap masuk ke dalam hatinya yang tengah dirundung kegundahan. Kekosongan baginya ternyata lebih menakutkan dari pada rasa ngeri yang tadi ia rasakan saat menyaksikan apa yang menimpa Ibu mertuanya. Bersama suara deru mobil yang kian menjauh, kekhawatiran semakin membesar ia rasakan. Tentang apa yang kemungkinan terjadi nantinya. Ayla melangkahkan kakinya masuk perlahan ke dalam rumah yang sudah tak asing baginya itu. Rumah yang selama tiga tahun usia pernyakahannya itu sudah menjadi tempat bernaungnya. Atap yang menyelamatkannya dari terik dan hujan. Pada kenyatannya, rumah itu tidak lebih baik dibanding panti asuhan yang menyelamatkannya dari emperan toko saat ia masih kecil dulu. "Ayla! Nasi abis! Suami mau berangkat kerja malah diam aja!" Lengkingan suara Riya seketika membuat Ayla yang tengah melamun terkejut. Tubuhnya gemetar, ia yang terbiasa mendapat puk

  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 4 l Pengakuan.

    "Siapa lagi kalo bukan kau!" seru Riya.Mendengar tuduhan kukuh sang ipar, Awan mendekatkan wajahnya ke arah Riya. Lalu berbisik. Hampir tak terdengar sama sekali jika saja Ayla tidak dengan sengaja menajamkan indra pendengarnya karena penasaran. "Ini ulah adikmu sendiri. Inilah karmamu," bisik Awan diakhiri tawa kecil lalu menutup mulutnya saat menyadari Ayla tengah memperhatikannya. "Tidak!" teriak Riya."Tidak mungkin! Rida sudah mati! Dia tak bisa membalaskan dendamnya padaku!" teriaknya lagi dengan ketakutan."Awan selamatkanlah aku! Kumohon Awan aku tahu kau dendam padaku, maafkanlah aku! Tolong aku Awan!" raung Riya sembari menggapai-gapai udara mencari Awan. "Paman, aku mohon bantulah ibu. Aku tak bisa melakukannya sendiri. Kumohon paman." Ayla memelas dengan suara yang teramat memilukan. Ia sungguh tak tahan melihat kondisi sang mertua yang mengkhawatirkan. "Ya, Ayla. Sebaiknya kita bawa ibu mertuamu ini ke rumah sakit sebelum anak bodohnya kembali. Ayo!" Setelah menghela

  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 3 l Karma sendiri!

    "Apa maksud Paman bilang gitu?" tanya Nengsih dengan suara bergetar. Namun Awan malah melirik ke arah Ayla tanpa mengatakan apapun. "Oh ... Gitu ya. Lu hasut Paman ternyata!" tuduh Nengsih.Sembari mengangguk-anggukkan wajahnya, Nengsih melotot ke arah Ayla. Namun Ayla seolah tak paham apa yang Nengsih maksudkan. Ayla justru malah melirik Awan seolah ingin tahu apa maksudnya. Awan yang mengerti kebingungan Ayla, segera membuka suara. "Tutup mulutmu Nengsih!" sergah Awan."Pikiran busukmu itu sudah mendarah daging! Bahkan disaat seperti ini kau tidak belajar. Padahal hanya Kakak iparmu ini yang selalu ada, tapi ...." Awan menggantung ucapannya lantas menghela nafas lemah seolah meredam emosinya dengan susah payah lalu mendekat ke arah Riya. "Masa bodoh lah dengan pikiranmu itu!" gerundel Awan tak mau ambil pusing menyikapi sikap kekanakkan Nengsih."Riya, ini ulahmu sendiri yang selalu bermulut pedas. Kata-katamu sendirilah yang menghukum dirimu. Bahkan seandainya dokter pun, mungk

  • Terjebak Karma Mertua akibat fitnah sang Ipar   Bab 2 l Tak dihargai.

    "Ibu!" teriak Nengsih yang lalu berhambur merangkul sang Ibu yang masih mengejang hendak memuntahkan lagi isi perutnya. Ayla yang berada di dekat pintu, ikut mendekat lalu hendak membantu Nengsih meraih Riya yang meringkuk di atas lantai. Namun secepat kilat Nengsih menepis tangan Ayla.Plak!"Liat kan? Apa lagi kalau bukan santet?" pekik Nengsih sambil menatap Ayla dengki, lalu berbalik menatapi wajah sang Ibu dengan penuh kekhawatiran disertai rasa takut, jijik dan ngeri. "Percayalah dik. Yang Ibu butuh itu rumah sakit. Ayo papah Ibu, biar kakak yang bawa motor," lirih Ayla memelas. Seolah mengetahui penyebab yang diderita sang mertua, Ayla kukuh meyakinkan Nengsih untuk segera membawa Riya ke rumah sakit. Tersirat jelas kekhawatiran dan kecemasan di wajah Ayla. Tanpa ia sadari, bulir basah yang hangat pun terjatuh di sudut matanya. Ia merasa tak sanggup lagi melihat wanita yang melahirkan suaminya itu tak berdaya merintih kesakitan. "Tolong pergi aja kalo lu gak mau bantu! Bia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status