Home / Romansa / Terjebak Hutang Bos Muda / Bab 4. Hukuman dari Lingga

Share

Bab 4. Hukuman dari Lingga

Author: HasenV
last update Last Updated: 2024-01-14 22:33:56

Sebuah kamar bernuansa abu-abu terpampang saat Lingga membuka pintu, tubuh kecil Reva diseret lantas dijatuhkan dengan kasar hingga rambutnya menutup sebagian wajah.

"Jangan mendekat!" Sorot mata Reva terlihat menahan amarah, melirik sekitar ia mencoba mencari sesuatu sebagai senjata. Tangannya meraih-raih apa saja yang bisa ditemukan, sayangnya nihil ia tak mendapati apa pun.

Sementara ucapannya hanya sebuah angin lalu di telinga Lingga. Lelaki tersebut terus mendekat meski Reva kian menghindar.

Hingga akhirnya, Lingga berhasil menindih tubuh kecil Reva dengan kasar, membuka satu persatu kancingnya secara perlahan, memperlihatkan warna dalaman yang dikenakan gadis tersebut.

Reva menjerit histeris, berusaha memberontak, tapi tenaganya terlalu lemah. Terlebih satu tangan Lingga menekan kedua tangannya yang di tarik ke atas kepala.

"Laki-laki sialan!" Merasa terpojok, Reva meludah tepat mengenai wajah Lingga. Mendapat perlakuan demikian, pergerakan lelaki tersebut semakin beringas bagai tak memiliki akal sehat.

Berusaha mencium bibir Reva hingga sebagian lipstik merah itu berpindah ke bibirnya.

"Aku akan membuatmu menjadi milikku, Revalina Arestya!" Sorot mata Lingga terlihat penuh kilat emosi.

"Jangan mimpi! Meskipun hanya ada kamu laki-laki di dunia ini!" Reva menggerakkan lutut dengan kuat, hingga Lingga meringis kesakitan.

"Gadis brengsek! Tak tahu diri!" Lingga memukul keras pipi Reva, hingga gadis itu tak sadarkan diri. Mengusap rambut dengan frustrasi, Lingga menggoyangkan kaki Reva perlahan, berharap jika Reva tak benar-benar pingsan.

***

Mendengar suara detik jarum jam, Reva membuka mata melihat sekeliling. Gadis itu nyaris saja berteriak saat sekelebat bayangan Lingga melecehkan tubuhnya. Memeriksa baju yang masih terkancing rapat, ia lekas beranjak hingga suara derit pintu membuat tubuhnya gemetar.

"Sudah siuman?" Lingga menatap wajah Reva datar.

Dengan tangan mengepal, Reva berpura-pura tak melihat lelaki di depan sana. Melangkah melewati Lingga, Reva terus menyusuri ruang tamu dengan sofa berbahan kulit serta lampu gantung yang sudah menyala.

Gadis tersebut berdecak menyadari ini sudah tengah malam. Mendekat ke arah pintu keluar, ia merosot bersimpuh mendapati kunci pintu apartemen Lingga menggunakan sandi. Duduk meringkuk air matanya lolos tak terkendali.

"Jangan mendekat!" Reva berteriak nyaring kala langkah Lingga terdengar.

"Kalau lapar tidak perlu menangis seperti itu," ujar Lingga remeh.

"Bahkan aku sudah kenyang sejak melihatmu, Lingga!" Reva berucap ketus, berdiri dengan tangan menyilang di depan dada.

"Aku tak berminat dengan ukuran sekecil itu," ucap Lingga lantas meninggalkan Reva yang kehabisan kata-kata.

Melirik sekitar, Reva teringat belum makan sedari siang. "Semua ini karena Lingga sialan!" Reva mengusap perutnya yang sedari tadi keroncongan.

Aroma wajan terkena panas, tercium kala ia melangkah mencari dapur yang ternyata ada di dekat ruang tengah. Lelaki yang tadi terlihat seperti monster berdiri di sana, di depan kitchen set yang terlihat mewah. Sibuk membuat spageti dengan saus bolognese.

"Duduk saja dulu, aku sedang membuatkan makanan untukmu," ujar Lingga lembut, tak seperti tadi atau kemarin.

"Aku ingin pulang! Kenapa kamu mengurungku di sini?"

Lingga tertawa, melirik ke arah Reva berdiri lantas kembali mengaduk spageti yang ia rebus.

"Aku tidak mengurungmu, lihat kau bisa berjalan ke sekeliling, itu pun jika kamu mau."

Reva memutar bola mata malas, melihat kulkas yang berada di samping kitchen set, Reva mendekat. Sedikit ragu, tapi tenggorokannya perlu air agar kuat berdebat seharian ini.

"Buka saja! Apa kamu haus?" Lingga berjalan membuka pintu kulkas, memperlihatkan pada Reva yang masih terpaku. "Ambil yang kamu perlukan," ujar Lingga kembali mendekat ke arah kompor.

Dengan mata terpana, Reva mematung mendapati banyak minuman kaleng bersoda bahkan beralkohol. Bibir Reva mengatup, takut pada sosok Lingga yang berdiri di sana.

Tidak boleh lemah, Reva mengambil air mineral setelah bingung memilih. Menatap Lingga dengan tangan bersedekap, saat lelaki tersebut membawa dua piring melewatinya.

"Sudah matang, makanlah," ucap Lingga meletakkan dua piring spageti di atas meja.

"Aku harus makan bersamamu?" Kening Reva mengerut, meletakkan air mineral di atas meja dapur.

"Ini apartemenku, Nona! Haruskah kamu bersikap seperti itu?"

Gadis tersebut berjalan mendekat, akibat aroma masakan yang tercium menggoda, terlebih rasa lapar sudah mendominasi.

"Makan bagianmu dengan baik, jika ingin malam ini berakhir aman!" Satu lagi ancaman yang membuat Reva bergidik. Di sini tentu ia tak lagi bisa berontak, di tempat kerja saja ia tak memiliki kuasa.

Tanpa kata, Reva duduk di depan Lingga, menikmati spageti dengan saus merah yang menggoda, rasa asam dan manis menyatu di lidah. Terlebih daging giling yang melimpah membuat rasa gurih mendominasi, tingkat kematangan mie-nya pun bisa dikatakan seperti seleranya.

Setelah selesai makan dalam diam, Lingga menatap Reva dengan angkuh.

"Ingat Reva! Kamu adalah kekasihku, apa pun yang kamu lakukan di luar sana, aku tahu!" Lingga menuang air putih dalam gelas kosong lantas mendekatkan pada Reva.

"Maksud kamu apa? Biar kuingatkan! Bukankah aku sudah mengakuimu di depan Aldo, ini hanya perihal masa lalu kita, bukan?" Reva menggigit bibir, masih merasa bodoh dengan ucapan Lingga.

Lingga mengeraskan rahang, tangannya nyaris menggebrak meja. Namun, melihat wajah Reva yang sudah pucat karena merasa takut, lelaki itu mengurungkan niatnya.

"Sudah malam, tidurlah di kamar! Aku akan tidur di ruang tamu." Lingga beranjak meninggalkan Reva dengan seribu tanda tanya di kepala.

***

Katakanlah ini hanya sebuah mimpi. Tepatnya pukul dua dini hari, Reva berguling-guling di atas kasur besar yang terasa empuk. Menatap sekitar berharap esok hari ia bisa menghirup udara luar, terbebas dari belenggu Lingga, laki-laki yang semakin tua semakin gila.

Begitulah isi hati Reva, hingga matanya tak sengaja melihat sebuah foto yang menggantung di dinding. "Kenapa aku baru menyadari, ada foto teman-teman saat SMA," gumamnya lirih.

Waktu itu diambil dengan salah satu ponsel milik kawan Lingga.

Ia menelusuri beberapa wajah lalu mendapati dirinya berada tepat di belakang Lingga.

"Sepertinya, Lingga memang selalu berada di sekitarku. Apa lelaki itu menyukaiku?" Reva menggelengkan kepala. "Mana mungkin," lanjutnya dengan ekspresi bodoh.

Memilih tak peduli, Reva kembali merebahkan tubuh setelah benar-benar memperhatikan pintu yang terkunci. Jangan sampai, Lingga masuk dan berbuat onar seperti tadi.

Mata itu mulai terpejam, beberapa jam kemudian sorot cahaya mentari dari luar jendela terlihat menyilaukan, Reva menggeliat lantas membuka mata. Masih dengan wajah bantalnya, melihat sekitar ia kembali merebah.

Bagai tersadar dari mimpi buruk, Reva beranjak dengan tergesa, membuka kunci pintu kamar berharap Lingga masih di sana, tapi sofa yang di tempati Lingga sudah kosong.

Sebuah kertas tertulis di atas meja, Reva mengeja huruf kemudian meremasnya menjadi bola sebelum ia buang dengan asal.

"Lingga sialan!"

Related chapters

  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 5. Bertemu teman lama

    Di tempat kerja, seorang gadis tiba-tiba menerobos masuk. Sepasang mata terlihat penuh kilatan emosi menatap wajah datar Lingga."Apa karena gadis kampungan itu!" teriak gadis berambut sebahu dengan wajah cantik meski tanpa riasan."Apa maksudmu?" Lingga masih tetap tenang, menatap layar laptop yang menyala, tak terusik meski wanita di depannya saat ini sudah maju mendekat."Karena dia, kamu mengakhiri hubungan kita?""Jangan membawa orang lain, Tyas! Hubungan kita sudah berakhir ada ataupun tidak ada dia!"Senyum kesal tersungging, hatinya kian tercabik-cabik, serasa dibuang dan dicampakkan dengan kejam. Mendengar penjelasan mantan kekasih yang masih sangat ia cintai, jelas memang ada orang lain di antara keduanya."Tidak! Kamu tidak akan bisa bersama siapa pun!" Tyas menggebrak meja, menatap nyalang ke arah laptop yang masih setia menjadi perhatian Lingga."Aku di sini brengsek!" Tyas meraih benda kotak persegi tersebut, nyaris melayangkan ke lantai.Namun, Lingga berhasil menghentik

    Last Updated : 2024-01-14
  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 6 Masalah Baru

    "Tyas?" Kening Reva mengerut, lantas mengingat senyum manis yang terlihat sempurna."Tyas Rosalina," ujar Reva kaku. Senyum itu memang khas, membuatnya tak terlalu lama mengingat."Iya, kamu masih ingat?" tanya gadis berambut sebahu di depannya, terlihat cantik menggunakan dress bermotif polkadot di atas lutut."Mana mungkin aku lupa dengan siswi populer di masanya." Reva terkekeh, meski tidak begitu dekat, beberapa kali Tyas pernah menegur saat berpapasan di sekolah. Apalagi keduanya sempat satu kelas."Boleh minta nomor ponselmu?" tutur Tyas secara mendadak."Dia tidak punya nomor untuk dibagikan denganmu." Tiba-tiba Lingga menarik Reva ke belakang punggung, menatap datar Tyas yang masih tersenyum ramah."Oh, sayang sekali," jawab Tyas kecewa, lalu kembali tersenyum. "Kalian dekat?" terlihat wajah Tyas begitu penasaran. Menggigit bibir, gadis tersebut melihat tangan Lingga yang menggenggam."Tidak," ujar Reva singkat, ia masih ingat bagaimana Tyas begitu memuja Lingga saat di sekolah

    Last Updated : 2024-02-06
  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 7 Ajakan makan siang.

    "Sebagai hukuman, jam pulang kerja silakan ke bagian gudang!" Sorot mata itu begitu tajam menghunus jantung, tak bisa dibantah meski Reva berusaha menjelaskan.Ratusan adonan yang sudah di profing, gagal karena ia memasukkan ragi yang sudah kadaluwarsa. Padahal, ia sudah mengecek tanggal sebelum mencampur bahan.Anehnya lagi, ragi yang ditemukan di meja kerjanya memang sudah kadaluwarsa.Beberapa pasang mata menatap tajam ke arahnya, bisik-bisik bernada sumbang terdengar. Namun, Reva tak begitu peduli."Dis, ini ragi aman kan?" Reva menyerahkan botol kecil dengan tutup berwarna kuning."Aman kok, cek aja," saran gadis dengan lesung di pipinya.Reva mengaktifkan ragi dengan air hangat yang dicampur sedikit gula, ia benar-benar tak enak hati pada Lingga. Sudah pasti kejadian tadi membuat kerugian pada usahanya."Duluan ya Rev," ucap Adisti saat jam pulang kerja mereka berakhir.Reva mengangguk sambil tersenyum, membersihkan peralatan yang telah digunakan.Suara detik jarum jam terdengar

    Last Updated : 2024-02-07
  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 8 Mari hancur bersama.

    Di sebuah kafe yang tak begitu jauh dari toko roti milik Lingga, lelaki tersebut mengeraskan rahang saat seorang gadis duduk di hadapan."Jangan mendekati masalah," ujarnya menahan amarah."Apakah salah, berteman dengan kawan lama?"Lingga berdecak dengan senyum sinis, menatap Tyas yang berpura-pura terlihat polos."Jangan salahkan aku jika nanti, kamu yang terbakar sendiri," ucap Lingga datar.Tyas nyaris saja tertawa kencang, tapi berusaha ia tahan."Terbakar sendiri? Semua ini karena kamu Lingga! Jika akhirnya aku terbakar maka kupastikan kamu menjadi abunya!" Melihat kedatangan Reva di kejauhan, suara Tyas terkesan berbisik."Apakah kalian sudah menunggu lama?" Tiba-tiba saja Reva duduk di antara Lingga dan Tyas. Melihat buku menu, gadis tersebut seolah tak menyadari ada kilat amarah yang terpancar dari sorot mata Lingga."Pesan apa saja yang kamu mau, aku yang traktir." Tyas tersenyum lembut, mengusap bahu Reva sedikit melirik ke arah Lingga. Seolah ia memperlihatkan kelebihannya

    Last Updated : 2024-02-08
  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 9 Harga diri.

    "Seperti apa?" tanya Lingga datar, ia masih sibuk mengunyah sarapan. Beberapa kali melihat ponsel yang ia letakkan di atas meja."Jangan mengirim uang keluargaku," ucap Reva tegas."Sebenarnya apa tujuanmu, mengambil ponselku." Reva terlihat kesal, ia tak ingin urusan keluarganya dicampuri."Aku hanya mencoba mendekatkan diri pada calon mertua," ucap Lingga tanpa beban. Namun, hal itu membuat Reva terbatuk. Ia mencoba menenangkan diri, setelah meneguk air putih di samping mangkuk.Apa yang Lingga bilang bukankah sangat keterlaluan? Bagaimana ia menyebut calon mertua, sementara hidup mereka bagai langit dan bumi."Hidupku sudah sulit Lingga," ucap Reva frustrasi. "Aku tidak ingin menambah masalah dengan menikah denganmu, cukup bertingkah konyol." Reva kehilangan napsu makan."Lantas apa tujuanku menjadikanmu kekasih?" Lingga malah membalikan pertanyaan yang seharusnya Reva tanyakan."Mengambil keuntungan dengan pengakuan status," tutur Reva menerka, ia juga tidak tahu mengapa pengakuan

    Last Updated : 2024-02-09
  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 10 Kamu tinggal dengan Lingga?

    Akibat ucapan Lingga yang terasa amat tidak adil terhadapnya, membuat Reva kehilangan akal sehat. Ia benar-benar ingin terlepas dengan perjanjian konyol ini."Apakah status menjadi kekasihku begitu melukai harga dirimu?!" Lingga kini menatap Reva dengan nyalang, kilat amarah begitu terpancar. Tangannya mengepal berusaha tak mencengkeram."Aku sudah kehilangan harga diriku sejak menyetujui tawaranmu," ujar Reva menahan rasa sesak, ia mulai membuka satu persatu kancing seragam kerjanya.Lingga terpaku sesaat, ada rasa sakit yang tergores di dalam sana. Dia berusaha menahan pergerakan tangan Reva yang kini terhenti di kancing ketiga.Bukankah ini adalah ancaman yang selalu Lingga lakukan saat ia membuat kesalahan? Maka, hari ini ia akan melakukannya."Hentikan, bodoh!" Lingga berteriak di depan wajah Reva. Matanya memerah, sebagai seorang lelaki ia tak pernah berpikir akan melukai harga diri Reva sampai sejauh ini."Lalu harus apa agar kamu melepaskanku?" Reva mendongak, jarak wajah kedu

    Last Updated : 2024-02-10
  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 11 Prasangka yang salah.

    "Apa ada masalah?" Di sepanjang perjalanan, Reva terlihat murung. Hal itu memancing rasa penasaran di hati Aldo.Tanpa menjawab Reva menggeleng. "Maaf harus merepotkanmu." Lebih tepatnya, ia memancing Aldo untuk masuk ke dalam masalah."Tidak apa-apa, kapan pun aku selalu ada." Aldo tersenyum, mematikan mesin motornya tepat di depan toko Lingga."kapan pun," ucap Reva menirukan ucapan Aldo dengan senyum lembut."Tentu saja," tutur Aldo. Memandang Reva dengan jarak seperti ini membuatnya merasakan saat bersekolah dulu. Wajah itu tak banyak berubah, masih sama membuatnya jatuh hati."Aku masuk dulu," ujar Reva dengan senyum canggung.Aldo memgangguk, lantas menyalakan mesin motor sebelum melaju.Reva masih berdiri, memperhatikan Aldo hingga punggungnya menjauh di antara lalu lalang pengendara yang lain. Menghela napas, gadis tersebut berjalan memasuki pintu belakang.Bisik-bisik kecil terdengar di antara karyawan yang berpapasan dengannya. Di loker, seorang gadis dengan seragam kasir ti

    Last Updated : 2024-02-11
  • Terjebak Hutang Bos Muda   THBM 12

    Seorang wanita paruh baya, tapi masih terlihat muda berdiri menyambut kedatangan Reva. Sementara Lingga, lelaki tersebut tidak terlihat di ruangan.Meneguk ludah, Reva terpaku di tempatnya berdiri."Kamu tinggal di sini?" tanya beliau masih terlihat ramah.Jantung Reva sudah berdetak tak karuan, sejujurnya ia kebingungan harus menjawab apa."Duduk sini, Reva." Beliau mengarahkan pandangan ke arah sofa. Dengan langkah pelan, Reva menggenggam erat plastik putih transparan di tangan kanan.Suara ruangan begitu hening, hanya detik jarum jam yang memecah sunyi."Apakah kamu berhubungan dengan Lingga?" tanya beliau, tepat saat Reva duduk berhadapan dengannya.Reva menggigit bibir, menunduk seolah tak lagi memiliki harga diri. Bagaimana bisa, Bu Ratri memergokinya tinggal satu atap dengan sang putra."Saya bisa jelaskan, Bu.""Menjelaskan dengan apa? Baju-bajumu bahkan berada di sini," ucap beliau lembut, tapi sorot matanya terlihat mengintimidasi. Baru saja Reva memberanikan diri membuka mu

    Last Updated : 2024-02-14

Latest chapter

  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 25 Ancaman Tyas

    Setelah pertemuan empat mata kemarin, malam ini Reva menjadi semakin pendiam. Ia duduk seorang diri di sebuah kafe yang disinari cahaya lampu, berbentuk lampion kecil di beberapa sudut.Ia termenung menatap spageti dengan saus kesukaannya yang belum tersentuh.Reva sangat mengerti dengan alasan Bu Ratri, beliau hanya ingin melindungi Lingga dari keluarga bermasalah sepertinya.Ia kembali marah pada dirinya. Mengapa tidak dapat melunasi hutang selain dengan cara pernikahan.Dia benar-benar terjebak pada dua sisi."Mengapa aku harus terluka sejauh ini untukmu ayah? Kenapa aku dilahirkan hanya untuk menjadi mesin uangmu?" Air mata Reva meleleh, meski tak ada isakan keluar dari bibir merahnya.Seorang lelaki tiba-tiba duduk di hadapannya, rambut hitam itu tampak berantakan, meski begitu, menambah kesan maskulin."Kenapa di sini?" tanyanya penuh empati. Ia membawa secangkir kopi yang entah ia dapat dari mana."Aldo?" Mata Reva membulat. "Bagaimana kamu tahu aku di sini?"Lelaki yang bernam

  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 24 Pilihan yang sulit

    Mentari bersinar melalui sela-sela jendela kaca, memancarkan cahaya emas yang menghangatkan kulit.Aroma manis kue dari pemanggang menguar di udara, sementara suara pengaduk adonan terdengar bising, menjelaskan betapa sibuknya ruangan itu."Jangan melamun, Rev." Adisti mengetuk meja kerja Reva. Membuyarkan lamunan gadis berkulit bersih itu.Reva tersenyum lelah, menggosok pundak yang terasa pegal. "Hai, Dis. Aku capek banget. Adonan donat ini bikin aku pegal."Adisti tertawa renyah."Udah, aku bantuin aja. Kamu istirahat dulu," ucap gadis berlesung pipi.Lingga tiba-tiba saja muncul dari balik pintu ruang produksi, tubuh tinggi dengan wajah tegasnya sedikit menggetarkan hati Reva."Reva, aku butuh bicara denganmu." Tatapan itu terlihat mengintimidasi.Wajah Reva seketika berubah, dengan terpaksa ia mengekor pada langkah kaki Lingga. Meninggalkan tatapan penuh tanya pada rekan kerjanya.Gadis berusia dua puluh lima tahun itu melihat punggung kokoh yang tertutup kemeja putih tulang, kedu

  • Terjebak Hutang Bos Muda   Bab 23 Cinta atau kewajiban.

    Reva mencengkram lengan Lingga kuat, keraguan masih terukir di wajahanya saat Lingga mengarahkan langkah ke rumah mungil itu."Kenapa kamu tidak antusias?" Lingga bertanya, heran.Reva terdiam sejenak, tidak merasakan rindu pada bangunan masa kecilnya.Seorang gadis belia keluar dari rumah, tersenyum ceria. "Kakak, apa kabar?" Ia memeluk Reva hangat.Gadis itu mundur selangkah, melihat dengan rasa ingin tahu. "Pacar Kakak?" Matanya melirik sekilas ke arah Lingga.Lingga menatap sekeliling ruangan, bangunan tua dengan dominasi warna putih dan coklat terlihat terawat dengan baik.Dua cangkir teh hangat disajikan, masih terlihat mengepulkan uap panas. Aroma teh yang harum menguar memenuhi indra penciuman."Silakan diminum, Nak," kata lelaki tua itu dengan senyum hangat."Terima kasih," jawab Lingga, ia meraih cangkir perlahan. Matanya menatap lurus, seolah menelisik jiwa ayah Reva di depannya saat ini."Saya hendak melamar Reva." Lingga menyatakan maksudnya dengan tenang, tangannya melet

  • Terjebak Hutang Bos Muda   THBM 22

    Reva yang sedang bersusah payah mencerna jawaban Lingga, lekas mendapat sentilan di dahi."Aku tidak mengerti," ucap Reva mengalihkan pandangan ke arah alas kaki."Apa yang bisa aku bantu?" Lingga berjalan di lorong apartemen lalu menekan sandi yang masih sama dengan kode ponsel Reva."Hutang Ayahku." Suara Reva tercekat. "Rumah kami disegel, jika dalam seminggu tidak melunasi hutang.""Disegel?" Lingga mengerutkan kening. Reva mengangguk lemah, ia merasa malu jika harus menceritakan lebih lanjut."Datanglah besok dan berhenti berpura-pura tidak tahu maksudku," ucap Lingga datar.Reva menunduk, menggigit bibir merasa harapannya akan sia-sia. Memberi hati pada Lingga, bukan sesuatu yang sulit, pria itu tampan, mapan dan terkadang baik. Hanya saja, perbedaan kasta mereka sulit ditembus terlebih Bu Reswari, tidak akan memudahkan hubungan mereka."Aku permisi, Lingga." Reva berbalik lantas berjalan meninggalkan Lingga.Pagi ini suasana begitu hangat, langit pun terlihat cerah biru. Tak ad

  • Terjebak Hutang Bos Muda   THBM 21

    "Aldo, aku peringatkan padamu. Jangan dekati kekasihku."Reva menatap tajam ke arah Lingga. Betapa pintarnya lelaki tersebut berkata-kata. Seolah begitu memujanya, tapi sedetik kemudian menyia-nyiakan.Tanpa sepatah kata mutiara yang ditujukan pada Reva, Lingga mengalihkan pandangan ke arahnya."Turun!" Suara Lingga naik beberapa oktaf. Hingga Reva mulai terhipnotis untuk mengikuti, wajah Lingga memang biasa seram, tapi kali ini rasanya lebih seram beberapa kali lipat.Reva tak menjawab, langkahnya perlahan mendekat hingga sesuatu seperti menahan langkah. Aldo menahan pergelangan tangannya, Lingga bersedekap mengeraskan rahang seolah sedang menahan rasa ingin memukul Aldo."Aku masih berusaha sabar," ujar Lingga yang diiringi dengan tarikan kuat pada lengan Reva.Kini posisi Reva berada di antara Lingga dan Aldo, tatapan tajam yang saling menghunus melewati Reva."Hentikan!" Reva mengentakkan tangannya, entah mimpi apa ia jadi diperebutkan seperti ini."Aldo, aku minta maaf," ucap Rev

  • Terjebak Hutang Bos Muda   THBM 20

    Reva mengusap-usap buku yang sudah usang, ingatannya tertarik ke puluhan tahun yang lalu. Saat ia masih duduk dibangku sekolah dasar, buku resep yang menjadi bonus majalah langganan tetangganya selalu dibersihkan saat hendak mendekati lebaran. Ia menjadi salah satu pesuruh yang diberi upah.Namun, sesuatu terjatuh saat ia mengusap-usap debu yang menempel di antara lembarannya.Sebuah foto usang yang memperlihatkah wajah anak lelaki dengan seorang gadis kecil di sebelahnya.Tiba-tiba saja, jantungnya berdetak tak karuan, ia mengingat lelaki seusianya duduk di akar pohon besar di antara jajaran pohon, memegang sebuah buku di tangan. Lelaki tersebut sempat bertemu pandang dengannya saat ia hendak masuk ke rumah sang Nenek."Mengapa, ada foto anak lelaki itu?" Terlihat tampan meski tak menampilkan senyuman. Reva kembali memasukkan foto yang ditemukan secara asal.Ia lekas keluar sebelum ada yang iseng, mengunci pintunya dari luar.***Sebuah buku diletakkan di atas meja dengan asal, Reva

  • Terjebak Hutang Bos Muda   THBM 19

    "Aku bisa jelaskan Kak," ucap gadis cantik dengan jaket kebesaran di tubuhnya. Sudah bisa dipastikan jaket itu milik lelaki yang duduk di sampingnya."Apa peringatan Kakak tidak berguna?" Lingga bersedekap menatap dengan mata datarnya."Lelaki brengsek! Berapa kali aku peringatkan padamu jangan dekati Lia lagi!" Lingga sudah maju selangkah mendekati lelaki yang semula berada di samping Lia. Hendak mencengkeram kerahnya, Lingga nyaris saja memukul jika Lia tidak berdiri merentangkan tangan di depan Regra.Di kejauhan, Reva mengeratkan genggamannya pada ubi hangat yang masih ia pegang. Gadis tersebut mengatupkan mulut dengan rapat, secara tiba-tiba rasa ingin mengunyah makanan menguap begitu saja. Berbalik ia berlari meninggalkan tempat tersebut.Di matanya, Lingga seperti sedang merebutkan seorang gadis, jika Reva tak salah ingat, ia pernah melihat di toko roti Lingga. Ingatannya berputar pada tragedi kopi, apa gadis yang dilihatnya orang yang dijodohkan dengan Lingga?"Tragedi gadis k

  • Terjebak Hutang Bos Muda   THBM 18

    Reva terpukau melihat aneka jajanan di pinggir jalan, ia bahkan tak sungkan menarik tangan Lingga menuju salah satu gerobak yang menjual takoyaki.Makanan asal jepang yang sering ia tonton di televisi, kini terlihat di depan mata."Saya pesan dua porsi," ucap Reva antusias. Sementara Lingga hanya tertegun mendapati tangannya masih berada di genggaman Reva.Aroma harum gurih dari bola-bola berisi potongan gurita menyeruak. Membuat Reva ingin segera menimangnya, kalau boleh jujur, ini kali pertama Reva akan menyantap makanan berbentuk bulat dengan ukuran sekitar lima centimeter.Cup mika di dalam plastik putih Lingga tenteng di tangan kanan, lelaki itu masih sibuk menatap senyuman Reva yang tidak pernah pudar setiap melihat jajaran makanan."Kamu suka?" tanya Lingga setelah keduanya memutuskan duduk di bangku taman berbahan besi.Reva mengangguk, hanya saja senyumnya memudar setelah kebisingan lalu lalang jalan memudar."Dulu, teman kecilku pernah bilang di keramaian, kalau aku suka dat

  • Terjebak Hutang Bos Muda   THBM 17

    Reva terbatuk-batuk, entah kenapa tenggorokannya terasa kering."Mau mampir dulu?" tanya Lingga saat keduanya berada di tengah keramaian jalan."Tidak, ini sudah terlalu malam." Reva segera mengelak. Ia melirik ke arah ponsel di genggaman tangan, tertera angka sebelas malam, tentu saja ia tidak enak hati dengan tetangga sekitar.Secepat kilat, Reva segera membuka pintu mobil saat rodanya mulai berhenti, ia tergesa keluar. Lingga ikut menyusul, tapi Reva lekas mencegah."Pulanglah, aku tidak mau jadi gosip tetangga." Reva menghela napas, dengan pulang malam seperti ini, ia sudah pasti di cap gadis tidak benar."Baru pulang?" Adisti memicingkan mata, sambil melirik ke arah jam dinding, matanya mengerjap-ngerjap khas orang yang sudah tertidur.Lebih dari satu jam, Reva harus mengetuk pintu sekaligus menghubungi nomor Adisti. Ya, saat ini Adisti menginap di kontrakan Reva.Mengetahui Reva sudah masuk ke dalam kontrakannya, Lingga lekas melajukan mobil menjauh.Di perjalanan pulang, Lingga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status