Share

Bab 248 : Murka!

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-17 20:02:44
Dewi bergegas ke dapur begitu mendengar suara pecahan gelas. Saat sampai, alangkah terkejutnya dia mendapati Valerie sedang berjongkok, meringis kesakitan sambil membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai.

"Ya ampun Valerie!" Dewi segera mendekat, menarik tangan Valerie. "Jangan sentuh pakai tangan kosong!" pekiknya.

Mata sipitnya melebar melihat ada luka di jari Valerie, cairan merah merembes keluar.

"Kamu–"

"Aku tidak sengaja menjatuhkannya," ujar Valerie, wajahnya sedikit pucat. "Aku tadi mau ambil air, tapi tanganku sakit."

Tanpa banyak bicara lagi, Dewi mengambil kotak P3K, lalu dengan cekatan membersihkan luka Valerie.

"Makasih, ya, Wi." ujar Valerie setelah tangannya dibalut plester.

Dewi tersenyum lantas menyentuh bahu Valerie. Adik sepupu Denver itu meringis.

"Harusnya aku yang bilang makasih, tanganmu pegal karena gendong Dirga," ucap Dewi sungkan.

"Ya, mungkin. Badannya Dirga berat, sih." Valerie tergelak mengingat anak kecil itu.

Dewi terseny
NACL

Aduh .... kirain Darius bakalan seneng punya baby ternyataaaaaaaa T.T

| 4
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
NACL
judul babnya udah diperbaiki ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 249 : Wanita Rendahan!

    Maharani berdiri kaku, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Darius berdiri tepat di hadapannya, menatapnya dengan sorot mata tajam yang seolah bisa menembus hingga ke dalam tulangnya. Udara di ruangan itu mendadak begitu berat, napasnya terasa sesak."Kenapa kamu diam? Jawab aku, Maharani! Apa yang kamu pikirkan sampai melakukan ini?" Suara Darius terdengar dalam dan menegangkan, membuat Maharani mendadak kehilangan kosakata.“Aku … hanya ….” Maharani memejamkan matanya sejenak. Dia menelan ludah, berusaha menghindari tatapan menusuk itu.“Hanya apa? Apa istriku mengancammu, hah? Katakan!” perintah Darius lagi tanpa memberi ampun.Dia melirik ke arah Dania, berharap wanita itu membantunya keluar dari situasi ini. Namun, Dania hanya berdiri dengan tangan terlipat di dada, tampak sorot matanya penuh kepuasan. Maharani tidak menyangka seseorang yang dianggap sebagai rekan kerja, membiarkannya tenggelam sendirian seper

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 250 : Tetaplah Didekatku

    Pascaperistiwa menegangan hari itu, Maharani akhirnya mengaktifkan kembali ponselnya. Dia menyadari bahwa menghilang tidak ada gunanya karena pada kenyataannya semua tetap terbongkar.Hal pertama yang dia lakukan menghubungi Dewi.“Dewi … ini aku, Rani. Bisa kita bertemu di Kafe Rainbow?” pintanya, dengan suara pelan dan penuh keraguan. Dia sungguh berharap Dewi datang bertemu dengannya.Siangharinya, Maharani sudah menunggu cukup lama. Bahkan dia telah menghabiskan dua gelas jus di kafe yang sepi itu.Saat Maharani mulai pasrah dan yakin sahabatnya tidak akan datang, detik itu juga Dewi mendekat dengan tatapan nanar.“Rani?” panggil Dewi, suaranya lemah lembut.Seketika Maharani menggenggam gelas kosong erat, sementara Dewi langsung meraih tangan wanita itu dalam genggamannya. Keheningan pun menyelimuti mereka.Kedua duduk saling berhadapan. Tatapan Maharani dipenuhi kerinduan dan penyesalan, seolah ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bsb 251 : Aku Bisa ... Aku Kuat

    "Makanlah yang benar! Kasihan anak itu," kata Darius yang bicara tanpa menatap Maharani. Saat ini Maharani duduk di tempat tidur, tangannya gemetar saat menyendokkan nasi ke mulutnya. "Iya, Dok. Makasih sudah mau tinggal sebentar di sini." "Bukan masalah," sahut Darius masih sama. Darius ada di sana, menemaninya, dia duduk di kursi di dekat ranjang, tetapi tidak benar-benar memperhatikannya. Pria itu lebih sibuk dengan ponselnya, sesekali mengetik sesuatu dengan ekspresi datar. Baru saja Maharani menelan beberapa suap, dia terperangah dengan kehadiran Dania yang masuk kamar. Wanita itu mengawasi dengan tatapan tajam, seolah memastikan Maharani tidak melewatkan satu butir nasi pun. "Habiskan Ran! Badanmu itu sangat lemah, aku tidak mau anak itu kurang gizi!" ucap wanita itu tajam. "Iya, Dok. Aku pasti habiskan, kok." Mulut Maharani terus mengunyah, meskipun terasa perih. Suasana benar-benar mencekam. Maharani merasa seperti tahanan yang sedang diawasi sipir penjara. Tidak l

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 252 : Fish and Chips

    Belum juga Maharani menormalkan irama jantungnya, ketukan di pintu terdengar lagi, lebih kuat. Tubuhnya menegang, jemarinya mencengkeram ujung selimut, untuk melepas keresahan."Si—siapa?" tanyanya, dengan suara bergetar.Tidak ada jawaban. Hanya ketukan yang makin intens. Tangan Maharani makin berkeringat. Dengan langkah ragu dan berat, dia mendekat. Jantungnya berdetak kencang, beradu dengan suara ketukan.Akhirnya, dengan napas tercekat, dia membuka pintu.Mata Maharani melebar. Dua sosok berdiri di hadapannya. Salah satunya adalah pengasuh rumah ini, dan yang lainnya …."Kamu sudah besar, Maharani. Kenapa kekanakan? Bibi bilang kamu tidak makan malam," omel Darius terdengar dingin, bagaikan cambuk yang menghantam.Maharani menelan ludah. "Belum, Dok. Bukan tidak," ujarnya, berusaha mempertahankan keberanian, meskipun suaranya sedikit gemetar.Tanpa membalas, Darius melangkah masuk, membawa paper bag yang menguar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 253 : Perhatian Dua Pria

    “Mon ange, kamu kenapa? Pusing? Di mana yang sakit?” tanya Denver bertubi-tubi. Tatapannya menelusuri wajah Dewi, mencari tanda-tanda ketidakberesan.Tanpa ragu, Denver meraih tangan istrinya, menekan pergelangan tangannya dengan jari untuk mengecek denyut nadi. Terasa sedikit meningkat, tetapi tak ada tanda bahaya.“Sayang … aku tidak apa-apa.” Dewi berusaha tersenyum, mencoba menenangkan suaminya yang kini menjadi pusat perhatian di café.“Bajumu basah, Wi. Kamu bisa kedinginan, sebaiknya cepat diganti.” Suara lain menyela. Kali ini bukan Denver, melainkan Darius. Sorot mata pria itu penuh kecemasan, memperhatikan Dewi dengan cara yang membuat udara di sekitar mereka menegang.Dewi menghela napas. Dirinya diperhatikan dua pria tampan, ini seharusnya membuat tersanjung, tetapi yang ada justru perasaan canggung menguasai dirinya. Ada ketakutan kecil di hati jika Denver salah paham.“Aku tidak sengaja menumpahkan air.” Kali ini Dewi menatap suaminya, lalu merangkul lengan kekar itu deng

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 254 : Merayuku Pagi-pagi

    *Baca setelah berbuka puasa*Di dalam ruangan dengan cahaya temaram, Dewi menggigit bibirnya, menahan desahan yang hampir lolos dari bibir. Jemari ramping wanita itu mencengkeram seprai, matanya setengah terpejam. Sesekali, tatapannya jatuh pada sang suami yang sedang memanjakannya tanpa ampun.“Sayang …” Suara Dewi bergetar di antara embusan napas yang berat. Sentuhan Denver membuatnya kehilangan kendali sedikit demi sedikit.Sejak mereka tiba di rumah, Denver tak membuang waktu. Pria itu hanya menyeringai puas saat mendapati Dirga sudah terlelap bersama guling bolanya, lalu tanpa ragu menyeret Dewi ke dalam kamar. Sekarang, di atas ranjang itu, dia benar-benar tak memberinya kesempatan untuk bernapas.“Kamu yang menginginkannya ‘kan?” Suara Denver terdengar parau, begitu rendah di telinganya.Tangan pria itu terus mengeksplorasi tubuh sang istri, menebarkan gelombang panas yang membuat Dewi sulit berpikir jernih.Saat tubuh Dewi bergeser sedikit, Denver segera menahan pinggulnya. Ger

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 255 : Dia Itu Pelakor Rendahan!

    Satu bulan telah berlalu."Papa! Papa di mana? Cepetan, Pa!"Suara cempreng itu menggema di sepanjang koridor rumah sakit. Dirga berlari dengan napas tersengal, keringat mengalir di pelipisnya. Tubuh kecilnya gemetar, matanya berkaca-kaca.Tanpa memedulikan pengasuh yang mengejarnya, bocah itu terus mencari sang papa.Denver yang tengah sibuk dengan dokumen segera bangkit begitu mendengar suara putranya. Dia berjalan cepat dan menunduk hingga sejajar dengan Dirga, tangannya terulur menenangkan bocah kecil itu."Tenang, Jagoan. Ada apa?" tanyanya lembut, kedua alisnya bertaut melihat kepanikan di wajah putranya.Dirga masih terengah-engah, tangannya menunjuk ke luar ruangan. "Itu … Mama .…"Jantung Denver berdetak lebih cepat. "Mama kenapa?"Dirga berusaha mengambil napas dalam, lalu berucap, "Mama belatem sama Tante bawel!"Denver seketika berdiri tegak. Matanya langsung menajam. Tanpa banyak bertanya, dia bergegas ke luar ruangan dengan langkah lebar. Dirga yang masih ketakutan digend

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 256 : Tetesan Air

    "Kamu gila, Darius! Kamu pengkhianat!" Dania mengamuk. Sepatu hak tinggi melayang ke arah Darius, diikuti tas, lalu benda-benda di atas meja rias berjatuhan satu per satu.Darius tetap diam, tetapi wajah tampannya tegang. Kata-kata Denver tadi masih terngiang di kepala membuatnya mantap membawa Dania pulang. Namun, begitu tiba di rumah, pertengkaran tidak terelakkan.Bahkan para pelayan tidak ada yang berani keluar dari persembunyian mereka."Aku tidak gila, Dania! Justru kamu yang harus bercermin! Apa kamu benar-benar bisa merawat bayi itu dengan baik?" Tatapan Darius mengeras, nada suaranya menggema di ruangan.Dania mendengkus, bertolak pinggang dengan kepala yang menggeleng-geleng."Aku yang akan menjadi ibunya. Bayi itu milikku, Darius! Milikku!" teriaknya histeris. Dania melangkah maju, mendorong Darius hingga membentur dinding.Darius menahan napas. Satu tangannya terangkat, bukan untuk membalas, melainkan mencoba menenangkan. Dengan sigap, dia menangkap Dania dan merangkulnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 329 : Gen Denver Memang Kuat

    “Wah … itu adik? Tapi kenapa adiknya kecil banget, Pa?” tanya Dirga sambil menunjuk layar monitor dengan mata membulat penasaran.Dua minggu telah berlalu sejak hari pernikahan Darius dan Maharani. Semua kembali beraktivitas normal.Hari ini, Dewi memutuskan melakukan pemeriksaan kehamilan bersama suaminya di ruang praktik milik Denver. Sebenarnya, ini karena permintaan Dirga yang terus-menerus merengek ingin melihat calon adiknya.“Ya, perkembangan manusia memang dimulai dari yang sangat kecil, Nak. Kalau dijelaskan panjang lebar, kamu pasti bingung,” tutur Denver lembut. Senyumnya merekah melihat Dirga begitu terkesima memandangi layar.Sementara itu, Dewi terus menatap Denver tanpa berkedip. Ada rasa geli dan manis saat melihat pria tampan yang kini jadi suaminya itu serius memeriksanya—sebagai dokter kandungan. Lucu rasanya, diperiksa oleh suami sendiri.“Kenapa kamu lihat aku terus, Mon ange? Jangan goda aku di tempat kerja, hmm,” bisik Denver seraya mengerlingkan sebelah matany

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 328 : Kesal!

    “Sakit, Oma …,” adu Dirga sambil menunjuk kakinya yang tersembunyi di balik celana panjang. Bibir mungilnya maju ke depan, dan manik karamel bergerak gelisah, mencari dua sosok yang sejak tadi dinantikan.“Iya, itu sudah diobati, Sayang. Tidak ada luka apa pun, kan?” sahut Dwyne sembari membelai puncak kepala Dirgantara dengan sentuhan penuh kasih.“Olang itu jalannya sembalang, ah!” Dirga bersedekap dada. Kedua alisnya bertaut, bola matanya menatap tajam ke arah tamu-tamu yang masih ramai di taman, menikmati pesta.Wajah tampan anak itu merengut.Beberapa saat lalu, ketika mengambil makanan di meja, seorang anak kecil menabrak Dirga cukup keras hingga makanannya terjatuh. Beruntung tuksedo mininya tidak kotor, tetapi tubuh kecil Dirga ikut terhuyung dan tersungkur. Anak yang menabraknya pun menangis sehingga mengundang perhatian para tamu.“Dia lebih kecil dari kamu. Jadi … belum tahu cara menghindar,” ujar Dwyne, masih dengan nada lembut. Dalam hati, wanita paruh baya itu ingin sek

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 327 : Cinta Tak Mengenal Jeda

    “Ah … Darius, kamu benar-benar penjahat,” lenguh Maharani, matanya terpejam sesaat, napasnya tersendat di tengah desahan halus. Dia menelan saliva, kini tubuhnya menegang seperti tersentuh listrik halus di bawah kulitnya.Tadi, pria itu membawanya langsung ke kamar hotel usai prosesi pernikahan mereka. Tanpa banyak kata, dengan antusiasme yang membuncah, Darius melucuti kebaya pengantin Maharani. Jemarinya bekerja luwes, sudah hafal setiap lipatan dan kancing, lalu membaringkan sang istri di ranjang pengantin berseprai putih yang bertabur kelopak mawar.Detik ini, mereka telah sama-sama polos, tidak ada lagi batas di antara kain dan kulit.Darius tampak sangat menguasai momen. Namun, di balik geraknya yang percaya diri, ada ketulusan yang menyelinap di setiap kecupan dan belaian.“Penjahat?” bisik Darius sembari menelusuri ceruk leher sang istri dengan ciuman yang membuat bulu kuduk Maharani meremang.“Umm … iya. Kamu menculikku. Pesta kita bahkan belum selesai, Da-Darius …, ah … ini

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 326 : Masih Cemburu?

    Setelah resmi menyandang status duda dan mempertahankan gelar itu selama kurang dari sebulan, akhirnya hari ini Darius melepas masa kesendiriannya dengan mempersunting Maharani.Bunga-bunga bermekaran indah menghiasi pelaminan serta taman. Bahkan pepohonan rindang pun seolah merestui hari penuh cinta ini. Suhu yang sejuk turut mendukung segalanya yang telah dirancang dengan saksama.Saat ini Darius mengenakan jas putih dengan rambut ditata rapi menggunakan pomade. Dia duduk bersama Denver dan Danis sebagai saksi pernikahan, menanti sang mempelai wanita yang belum juga tiba."Santai, Darius. Tenanglah, Maharani sedang bersiap. Kamu jangan bikin malu seperti ini," bisik Denver sambil melirik kaki Darius yang bergerak-gerak gelisah. Kening Darius juga dipenuhi keringat sebesar biji jagung."Aku tidak perlu nasihat. Aku butuh Maharani!" tegas Darius dengan wajah tegang.Denver terkekeh melihat mantan rivalnya panik. Dia pun menggoda lagi dengan suara rendah, "Ah … bagaimana kalau Maharani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 325 : Hadiah Istimewa

    Hari berikutnya, Darius masih cuti. Dia datang lebih awal ke persidangan kedua Dania. Pria itu duduk menyendiri di bangku tunggu, memandangi sisi kanan dan kiri ruang sidang yang masih sepi. Padahal dia sudah janjian dengan Denver, tetapi pria itu belum tampak.Darius memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding dingin. Dia mencoba membayangkan wajah Maharani agar suasana hatinya lebih tenang, dan berhasil.Bahkan ketika Denver datang bersama Ruslan dan Rudi, Darius menyapa dengan santai. Termasuk saat bertemu Dania di ruang sidang, tatapan tajam sang mantan tidak lagi menggoyahkan hatinya.Sidang pun selesai. Jadwal sidang berikutnya masih menunggu konfirmasi. Hal ini membuat Darius sedikit cemas, lantaran pernikahannya dengan Maharani makin dekat.“Tidak baik melamun,” tegur Denver, melihat Darius tampak berpikir di depan pintu pengadilan.“Ah, bukan melamun. Aku sedang berpikir cari kado untuk anakmu.” Darius m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 324 : Menguras Tenaga, Emosi, dan Pikiran

    Minggu ini menjadi yang paling berat sepanjang hidup Darius. Bahkan dia sengaja mengajukan cuti dari rumah sakit hanya untuk menyelesaikan segala masalah yang selama ini menggantung.Sekarang, dengan ditemani pengacara serta pamannya yang sangat baik, Darius duduk di ruang sidang yang terasa dingin dan sunyi.Bau kertas tua bercampur aroma pembersih ruangan menyengat di hidung. Suara langkah sepatu para pengacara dan detik jarum jam di dinding terasa memekakkan di tengah ketegangan.Dia menoleh ke samping, menatap kursi kosong di sebelahnya—kursi yang seharusnya diisi oleh Dania. Namun, wanita itu hanya menghadiri sidang melalui layar ponsel, sebab pihak kepolisian tidak mengizinkannya keluar dari sel tahanan karena perilaku buruknya yang makin menjadi.Darius menarik napas panjang, terasa sesak dan perih di dadanya. Ketika hakim memintanya mengucap ikrar talak, sejenak dia terdiam. Ada kilatan ingatan yang muncul—saat pertama kali menggenggam tangan Dania di bawah langit sore, berjan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 323 : Nasib Dua Dokter Tampan

    “Kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Maharani sambil menatap Darius yang sejak tadi hanya bersedekap dada, duduk di pojokan kamar.Setelah Dewi dan Dirgantara dijemput Denver, Maharani langsung menghampiri Darius. Pria itu tidak menyambutnya dengan senyum atau pelukan, melainkan ekspresi super dingin, seperti freezer yang kelupaan ditutup.Apa mungkin Darius kesal karena dia terlalu lama menemani Dewi di kamar? Atau ... ada sesuatu yang tidak dia tahu?“Mulai sekarang jangan makan tempe goreng lagi!” geram Darius tiba-tiba. Nada suaranya seperti menegur pasien bandel.Maharani langsung melongo. Tadi pria ini begitu antusias ketika diberikan tempe goreng hangat. Sekarang mendadak berubah arah.“Kamu sakit perut karena makan tempe goreng?” tanya Maharani curiga. Matanya menyipit, memeriksa wajah calon suaminya dari atas ke bawah.Darius berdecak, lalu menggeleng cepat. “Bukan perut yang sakit, Rani. Tapi hati. Mengerti?!” ucapnya dengan desahan napas berat seperti habis lari maraton.“A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 322 : Cemburu Versi Darius

    "Rani … apa yang kamu—"Protes Darius terputus begitu saja saat Maharani menatapnya tajam dan mengangkat telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat tegas agar pria itu diam."Tapi aku—""Jangan berisik, Dok!" tegur Maharani dengan tegas, sambil meraih handuk dan menghela napas panjang.Dia berbalik, mengambil pakaian dengan wajah jengkel, lalu mengenakannya secepat kilat.Beberapa detik kemudian, langkah kecil terdengar mendekat. Seorang anak laki-laki muncul di ambang pintu, membawa aroma tempe goreng yang menguar dari kotak kecil di tangannya."Tante Lani, tempe golengnya masih anget, enak loh dimakan pakai kecap!" celoteh Dirga ceria. Namun, matanya menyapu ke dalam kamar, tidak menemukan keberadaan Maharani."Tante Lani di mana?" tanyanya polos sambil mengetuk pintu, dia tidak berani masuk tanpa izin. Meskipun kakinya terlalu gatal ingin melangkah.Maharani segera melangkah dengan cepat menghampiri Dirga, sambil sibuk mengancingkan kancing baju. Senyum wanita itu dibuat selebar m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 321 : Aku Juga Menginginkannya

    “Rani ... kamu di mana?” panggil Darius. Pria itu sudah menekan bel berkali-kali, tetapi tidak ada yang membukakan pintu pagar.Bahkan Darius mencoba menghubungi Maharani dan Bu Astuti, tetapi tak mendapat balasan. Hingga akhirnya, dia menggunakan kunci cadangan dan masuk ke dalam rumah.Suasana di dalam tampak rapi dan tenang, aroma pengharum kopi menguar dari sudut-sudut ruangan dan memberi kesan hangat yang familiar.“Rani? Sayang?” panggilnya lagi, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu yang tertata apik. Tidak ada satu pun tanda kehadiran manusia.Dia meletakkan kantong makanan yang dibawanya di atas meja makan panjang putih. Matanya sempat tertumbuk pada vas bunga segar yang tertata manis di tengah meja.Bibir Darius tertarik membentuk senyum kecil. Rumah ini terasa jauh lebih hidup sejak ada sentuhan seorang wanita.“Bu? Bu Astuti?” Darius melongok ke taman belakang yang ukurannya tidak terlalu besar. Pandangannya menyapu seluruh sudut. Tetap tidak terlihat siapa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status