Share

Bab 217 : Dewi Sakit

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-03-04 21:29:33
Denver yang sedang tersenyum di atas podium sebagai moderator acara workshop tiba-tiba menegang.

Informasi yang baru saja diterimanya melakui earphone membuat tenggorokannya mengering. Dadanya berdebar tak karuan, dan tatapannya sesaat kehilangan fokus.

Dia menatap jam tangannya, tetapi waktu seolah berjalan lebih lambat. Berkali-kali dia menarik napas dalam, berusaha meredam kegelisahan sembari menunggu pemateri menyelesaikan sesi.

"Pak, saya mohon izin, istri saya sakit," bisik Denver kepada salah satu panitia.

"Serahkan saja acara ini pada penyelenggara!" ujar pemateri tanpa keberatan.

Setelah berkoordinasi, Denver langsung bergegas ke bandara. Tangan pria itu bergerak cepat menekan nomor pilot pribadi.

"Malik, saya harus kembali ke Jakarta sekarang juga!"

Dalam perjalanan, Denver hanya bisa menatap layar ponsel. Dia memandangi foto Dewi berulang kali. Firasatnya benar. Sejak berangkat seminar ke Bali, dia merasa enggan meninggalkan rumah, dan kini terbukti—Dewi sakit.

Setel
NACL

kira-kira gemana reaksi Denver? Kakak-Kakak makasih tetap setia sama Pak Dokter \⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/

| 5
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 218 : Akibat Keputusan Tergesa-gesa

    Denver tersenyum kecut membaca kepemilikan dalam sertifikat itu. Mata pria itu menyipit tajam, dan tangannya meremas kertas itu lebih keras, sampai hampir robek. Setiap kata yang dibaca membuat dadanya menjadi sesak. Terlebih melihat bukti pembayaran yang jumlahnya tidak sedikit, dia merasa ada yang janggal. Pantas saja dia tidak tahu apa-apa, ternyata Dewi menggunakan uang dari rekening pribadinya, yang jelas tak terlacak olehnya. Alih-alih mengamuk, Denver memilih untuk tetap tenang. Dia menyiapkan pakaian Dewi dengan asal, menaruhnya di ujung ranjang tanpa berbicara."Bajumu!" ujar Denver pelan, kata-katanya terucap tanpa semangat.Ekor mata Denver tertuju pada pakaian yang tergeletak begitu saja. Rasa kecewa yang luar biasa hampir menguasai, tetapi dia tetap menahan diri.Setelahnya, dia berbalik pergi, berjalan menuju pintu kamar dengan langkah yang berat. Tentu saja Dewi merasakan perubahan itu.Wanita itu memegangi

    Last Updated : 2025-03-05
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 219 : Jodoh Tertukar

    “Dewi!” panggil seseorang itu dengan suara tegas, dan langkahnya makin mendekat.Dewi mengepalkan tangan di sisi tubuhnya. Hari yang dia kira akan tenang ternyata tidak berpihak padanya.“Om Danis titip ini untuk kamu,” Darius mengulurkan paper bag, mata hitam pria itu mengamati wajah Dewi yang tampak pucat. “Om Danis mau ketemu kamu.”Dewi menelan ludah, tenggorokannya terasa kering. “Aku ... belum siap,” jawanya dengan suara lirih.Ketika dia hendak menjauh, Darius menahan lengannya. Cengkeraman pria itu tidak kuat, hanya sekadar menahan Dewi tetap di tempat.“Dewi, Om Danis punya alasan kenapa melakukan itu. Kita semua pernah bikin salah. Memberi kesempatan terakhir tidak akan membuatmu kehilangan apa pun.” Nada suara Darius lembut dan penuh pengertian.“Dan ... jangan terlalu stres, tidak baik untuk kalian berdua.” Mata pria itu sekilas melirik perut Dewi yang tertut

    Last Updated : 2025-03-05
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 220 : Pasien Nomor 1

    “Dewi, kamu jangan terlalu capek!” seru Oma Nayla sambil mengamati tangan Dewi yang cekatan menuangkan bawang goreng ke dalam pan. “Apa Denver ngidam makanan ini?” tanyanya dengan nada penasaran.Dewi tersenyum simpul, lalu menggeleng pelan. Tatapan Oma Nayla pun makin menajam, penuh selidik.“Hari ini … Dewi mau ketemu Ayah,” aku wanita itu dengan suara gugup.Sejak pertemuan tempo hari dengan Darius, kata-kata pria itu terus terngiang di kepalanya. Beberapa hari ini Dewi merasa gelisah, seolah ada duri yang menusuk hatinya.Dia bahkan beberapa kali meminta maaf kepada Denver atas kesalahannya. Beruntung, sang suami tidak mengungkit hal itu.Akan tetapi, Dewi tahu, ada yang berubah. Denver jadi lebih protektif dari biasanya. Dia sering memergoki sang suami memeriksa ponselnya diam-diam di tengah malam. Bahkan, pria itu kini menugaskan pengawal memperketat pengawasan dan melaporkan setiap gerak-geriknya di luar rumah.Dewi tahu,

    Last Updated : 2025-03-06
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 221 : Istri Anda Kecelakaan

    Sejak merasakan sesuatu yang janggal, Dewi melamun sebab pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Apakah yang dirasakannya itu hanya perasaan sesaat, atau memang ada sesuatu yang tidak beres? “Dewi, kamu kenapa?” tanya Danis yang berbisik, karena saat ini mereka sedang mendengarkan penjelasan Dokter James. Dewi tersentak dari lamunan. Dia langsung gelagapan, tangannya refleks menyentuh pelipis, mencari alasan yang masuk akal. “Kalau masih sakit, sebaiknya kamu sekalian periksa saja,” sambung Danis dengan tatapan penuh kecemasan. “Oh, aku … kepikiran Dirga di day care .” Dewi mencoba tersenyum, meskipun perasaan tidak nyaman masih menyelimutinya. Dia lantai kembali menyimak penjelasan Dokter James mengenai kondisi jantung Danis. Pemeriksaan selesai, keduanya berjalan menuju farmasi. Namun, ada sesuatu yang mengusik Dewi. Perasaan aneh seolah sepasang mata terus mengawasinya. Beberapa kali dia menoleh ke belakang, dan yang terlihat hanya seorang pengawal sibuk mengawasinya.

    Last Updated : 2025-03-06
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 222 : Aku Takut Sayang

    Denver mengembuskan napas panjang, mencoba menenangkan diri lalu menjawab dengan suara dalam dan mantap, "Ada saraf di pinggulmu yang terjepit, Sayang. Aku pastikan kamu mendapatkan penanganan terbaik."Dewi menegang. Napasnya seketika terasa berat. Jantung wanita itu berdetak lebih cepat, seolah-olah baru saja mendengar vonis yang mengancamnya.Tangan Dewi mengepal di atas selimut, dingin dan gemetar. Mata hitamnya berkaca-kaca, menatap wajah Denver dengan campuran takut dan cemas."Apakah ini memengaruhi kehamilanku?" Suaranya lirih.Denver menggenggam tangannya erat, berusaha menyalurkan ketenangan melalui sentuhan."Aku di sini. Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu atau anak kita. Aku janji."Ucapan itu memang manis dan meyakinan, tetapi kegelisahan tetap menghantui Dewi. Dia takut, bukan untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk janin yang tengah dikandungnya.Bahkan dia harus menginap di rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut.Malam itu, Oma Nayla, Astuti, dan Mahar

    Last Updated : 2025-03-06
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 223: Pilihan Sulit

    "Kamu?!" seru kedua orang itu bersamaan, mata mereka membulat penuh keterkejutan.Maharani terhenyak, tetapi cepat tersadar bahwa Dewi sedang membutuhkannya. Pandangan wanita itu tertuju pada jas putih yang dikenakan pria di hadapannya."Kamu wanita menyebalkan yang memukulku waktu itu ‘kan?!" lantang Darius penuh tuduhan."Iya, maaf, ya," jawab Maharani canggung, tangannya saling merapat berusaha meminta maaf. Namun, tanpa menunggu balasan, dia segera menarik tangan pria itu. "Kamu dokter ‘kan? Ayo, Dewi butuh bantuan!"Darius terpaksa mengikuti Maharani, dan begitu tiba di taman, Dewi mendongak dengan wajah pucat, mata ibu hamil itu sayu menatap orang yang mendekatinya."Dokter Darius ...," gumamnya lemah, bibir Dewi melengkungkan senyum kecil, meskipun tubuhnya gemetar menahan nyeri.Darius segera membawa Dewi kembali ke kamar dan memberikan obat pereda nyeri. Dewi mengerang pelan saat efek obat mulai bekerja, tetapi keringat dingin tetap membasahi pelipisnya."Seharusnya kamu tidak

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 224 “ Istri atau Anak?

    “Mon ange … ayo, makan.”Denver menyodorkan sendok berisi bubur ayam ke bibir Dewi, tapi wanita berbadan dua itu hanya diam, bibirnya tetap rapat seolah enggan menerima apa pun ke dalam tubuhnya.Bahkan untuk sekadar meneguk air putih, Dewi kesulitan. Denver menghela napas panjang, matanya kembali melirik saluran infus yang terpasang di lengan sang istri, memastikan cairan tetap mengalir agar Dewi tidak dehidrasi.Dewi menggeleng pelan, tatapannya kosong, dan setetes air mata jatuh tanpa dia sadari.Isakan Dewi makin terdengar ketika membayangkan kemungkinan kehilangan anak ini. Dia membelai perutnya, mencoba merasakan keberadaan sang buah hati yang bahkan belum bisa dilihat. Rasa bersalah membebani hatinya.“Kamu boleh sedih, tapi jangan menghukum diri sendiri, Sayang. Anak kita butuh kamu, butuh kekuatanmu,” tutur Denver dnegan bergetar pelan, berusaha menenangkan, meskipun tangannya yang menggenggam mangkuk makin erat hingga buku-buku jarinya memutih.Sudah lebih dari dua hari Dewi

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 225 : Tidak Bisa Kehilangan Kamu!!!!

    "Dewi!"Denver berlari keluar dari ruangannya, pikiran pria itu dipenuhi wajah pucat dan rintihan kesakitan sang istri. Dadanya bergemuruh, dihantui perasaan bersalah karena telah meninggalkan Dewi begitu lama.Saat hendak menuju bangsal VIP, tiba-tiba suara asistennya meneriakkan sesuatu, "Dok! Bukan ke sana!"Denver tersentak, lalu berbalik. Tanpa banyak bertanya, dia mengikuti asisten yang menarik lengannya dengan tergesa.Pikiran Denver bercabang antara Dewi, ruang operasi, Dokter Ket. Apakah Dewi sedang dioperasi? Namun, langkah mereka mengarah ke tempat yang lain.Ketika Denver tiba di ruang perawatan yang tak asing, mata karamelnya langsung tertumbuk pada seorang perawat yang tengah melepas alat medis dari tubuh pasien yang telah terbujur kaku.Nafas Denver tertahan."Carissa?" gumam pria itu. Dia melangkah maju, mendekati tubuh mantan istri yang kini tidak bernyawa."Waktu kematian, pukul 20.49," ujar dokter Daniel terdengar datar.Petugas ruang jenazah telah bersiap untuk mem

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 329 : Gen Denver Memang Kuat

    “Wah … itu adik? Tapi kenapa adiknya kecil banget, Pa?” tanya Dirga sambil menunjuk layar monitor dengan mata membulat penasaran.Dua minggu telah berlalu sejak hari pernikahan Darius dan Maharani. Semua kembali beraktivitas normal.Hari ini, Dewi memutuskan melakukan pemeriksaan kehamilan bersama suaminya di ruang praktik milik Denver. Sebenarnya, ini karena permintaan Dirga yang terus-menerus merengek ingin melihat calon adiknya.“Ya, perkembangan manusia memang dimulai dari yang sangat kecil, Nak. Kalau dijelaskan panjang lebar, kamu pasti bingung,” tutur Denver lembut. Senyumnya merekah melihat Dirga begitu terkesima memandangi layar.Sementara itu, Dewi terus menatap Denver tanpa berkedip. Ada rasa geli dan manis saat melihat pria tampan yang kini jadi suaminya itu serius memeriksanya—sebagai dokter kandungan. Lucu rasanya, diperiksa oleh suami sendiri.“Kenapa kamu lihat aku terus, Mon ange? Jangan goda aku di tempat kerja, hmm,” bisik Denver seraya mengerlingkan sebelah matany

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 328 : Kesal!

    “Sakit, Oma …,” adu Dirga sambil menunjuk kakinya yang tersembunyi di balik celana panjang. Bibir mungilnya maju ke depan, dan manik karamel bergerak gelisah, mencari dua sosok yang sejak tadi dinantikan.“Iya, itu sudah diobati, Sayang. Tidak ada luka apa pun, kan?” sahut Dwyne sembari membelai puncak kepala Dirgantara dengan sentuhan penuh kasih.“Olang itu jalannya sembalang, ah!” Dirga bersedekap dada. Kedua alisnya bertaut, bola matanya menatap tajam ke arah tamu-tamu yang masih ramai di taman, menikmati pesta.Wajah tampan anak itu merengut.Beberapa saat lalu, ketika mengambil makanan di meja, seorang anak kecil menabrak Dirga cukup keras hingga makanannya terjatuh. Beruntung tuksedo mininya tidak kotor, tetapi tubuh kecil Dirga ikut terhuyung dan tersungkur. Anak yang menabraknya pun menangis sehingga mengundang perhatian para tamu.“Dia lebih kecil dari kamu. Jadi … belum tahu cara menghindar,” ujar Dwyne, masih dengan nada lembut. Dalam hati, wanita paruh baya itu ingin sek

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 327 : Cinta Tak Mengenal Jeda

    “Ah … Darius, kamu benar-benar penjahat,” lenguh Maharani, matanya terpejam sesaat, napasnya tersendat di tengah desahan halus. Dia menelan saliva, kini tubuhnya menegang seperti tersentuh listrik halus di bawah kulitnya.Tadi, pria itu membawanya langsung ke kamar hotel usai prosesi pernikahan mereka. Tanpa banyak kata, dengan antusiasme yang membuncah, Darius melucuti kebaya pengantin Maharani. Jemarinya bekerja luwes, sudah hafal setiap lipatan dan kancing, lalu membaringkan sang istri di ranjang pengantin berseprai putih yang bertabur kelopak mawar.Detik ini, mereka telah sama-sama polos, tidak ada lagi batas di antara kain dan kulit.Darius tampak sangat menguasai momen. Namun, di balik geraknya yang percaya diri, ada ketulusan yang menyelinap di setiap kecupan dan belaian.“Penjahat?” bisik Darius sembari menelusuri ceruk leher sang istri dengan ciuman yang membuat bulu kuduk Maharani meremang.“Umm … iya. Kamu menculikku. Pesta kita bahkan belum selesai, Da-Darius …, ah … ini

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 326 : Masih Cemburu?

    Setelah resmi menyandang status duda dan mempertahankan gelar itu selama kurang dari sebulan, akhirnya hari ini Darius melepas masa kesendiriannya dengan mempersunting Maharani.Bunga-bunga bermekaran indah menghiasi pelaminan serta taman. Bahkan pepohonan rindang pun seolah merestui hari penuh cinta ini. Suhu yang sejuk turut mendukung segalanya yang telah dirancang dengan saksama.Saat ini Darius mengenakan jas putih dengan rambut ditata rapi menggunakan pomade. Dia duduk bersama Denver dan Danis sebagai saksi pernikahan, menanti sang mempelai wanita yang belum juga tiba."Santai, Darius. Tenanglah, Maharani sedang bersiap. Kamu jangan bikin malu seperti ini," bisik Denver sambil melirik kaki Darius yang bergerak-gerak gelisah. Kening Darius juga dipenuhi keringat sebesar biji jagung."Aku tidak perlu nasihat. Aku butuh Maharani!" tegas Darius dengan wajah tegang.Denver terkekeh melihat mantan rivalnya panik. Dia pun menggoda lagi dengan suara rendah, "Ah … bagaimana kalau Maharani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 325 : Hadiah Istimewa

    Hari berikutnya, Darius masih cuti. Dia datang lebih awal ke persidangan kedua Dania. Pria itu duduk menyendiri di bangku tunggu, memandangi sisi kanan dan kiri ruang sidang yang masih sepi. Padahal dia sudah janjian dengan Denver, tetapi pria itu belum tampak.Darius memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding dingin. Dia mencoba membayangkan wajah Maharani agar suasana hatinya lebih tenang, dan berhasil.Bahkan ketika Denver datang bersama Ruslan dan Rudi, Darius menyapa dengan santai. Termasuk saat bertemu Dania di ruang sidang, tatapan tajam sang mantan tidak lagi menggoyahkan hatinya.Sidang pun selesai. Jadwal sidang berikutnya masih menunggu konfirmasi. Hal ini membuat Darius sedikit cemas, lantaran pernikahannya dengan Maharani makin dekat.“Tidak baik melamun,” tegur Denver, melihat Darius tampak berpikir di depan pintu pengadilan.“Ah, bukan melamun. Aku sedang berpikir cari kado untuk anakmu.” Darius m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 324 : Menguras Tenaga, Emosi, dan Pikiran

    Minggu ini menjadi yang paling berat sepanjang hidup Darius. Bahkan dia sengaja mengajukan cuti dari rumah sakit hanya untuk menyelesaikan segala masalah yang selama ini menggantung.Sekarang, dengan ditemani pengacara serta pamannya yang sangat baik, Darius duduk di ruang sidang yang terasa dingin dan sunyi.Bau kertas tua bercampur aroma pembersih ruangan menyengat di hidung. Suara langkah sepatu para pengacara dan detik jarum jam di dinding terasa memekakkan di tengah ketegangan.Dia menoleh ke samping, menatap kursi kosong di sebelahnya—kursi yang seharusnya diisi oleh Dania. Namun, wanita itu hanya menghadiri sidang melalui layar ponsel, sebab pihak kepolisian tidak mengizinkannya keluar dari sel tahanan karena perilaku buruknya yang makin menjadi.Darius menarik napas panjang, terasa sesak dan perih di dadanya. Ketika hakim memintanya mengucap ikrar talak, sejenak dia terdiam. Ada kilatan ingatan yang muncul—saat pertama kali menggenggam tangan Dania di bawah langit sore, berjan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 323 : Nasib Dua Dokter Tampan

    “Kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Maharani sambil menatap Darius yang sejak tadi hanya bersedekap dada, duduk di pojokan kamar.Setelah Dewi dan Dirgantara dijemput Denver, Maharani langsung menghampiri Darius. Pria itu tidak menyambutnya dengan senyum atau pelukan, melainkan ekspresi super dingin, seperti freezer yang kelupaan ditutup.Apa mungkin Darius kesal karena dia terlalu lama menemani Dewi di kamar? Atau ... ada sesuatu yang tidak dia tahu?“Mulai sekarang jangan makan tempe goreng lagi!” geram Darius tiba-tiba. Nada suaranya seperti menegur pasien bandel.Maharani langsung melongo. Tadi pria ini begitu antusias ketika diberikan tempe goreng hangat. Sekarang mendadak berubah arah.“Kamu sakit perut karena makan tempe goreng?” tanya Maharani curiga. Matanya menyipit, memeriksa wajah calon suaminya dari atas ke bawah.Darius berdecak, lalu menggeleng cepat. “Bukan perut yang sakit, Rani. Tapi hati. Mengerti?!” ucapnya dengan desahan napas berat seperti habis lari maraton.“A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 322 : Cemburu Versi Darius

    "Rani … apa yang kamu—"Protes Darius terputus begitu saja saat Maharani menatapnya tajam dan mengangkat telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat tegas agar pria itu diam."Tapi aku—""Jangan berisik, Dok!" tegur Maharani dengan tegas, sambil meraih handuk dan menghela napas panjang.Dia berbalik, mengambil pakaian dengan wajah jengkel, lalu mengenakannya secepat kilat.Beberapa detik kemudian, langkah kecil terdengar mendekat. Seorang anak laki-laki muncul di ambang pintu, membawa aroma tempe goreng yang menguar dari kotak kecil di tangannya."Tante Lani, tempe golengnya masih anget, enak loh dimakan pakai kecap!" celoteh Dirga ceria. Namun, matanya menyapu ke dalam kamar, tidak menemukan keberadaan Maharani."Tante Lani di mana?" tanyanya polos sambil mengetuk pintu, dia tidak berani masuk tanpa izin. Meskipun kakinya terlalu gatal ingin melangkah.Maharani segera melangkah dengan cepat menghampiri Dirga, sambil sibuk mengancingkan kancing baju. Senyum wanita itu dibuat selebar m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 321 : Aku Juga Menginginkannya

    “Rani ... kamu di mana?” panggil Darius. Pria itu sudah menekan bel berkali-kali, tetapi tidak ada yang membukakan pintu pagar.Bahkan Darius mencoba menghubungi Maharani dan Bu Astuti, tetapi tak mendapat balasan. Hingga akhirnya, dia menggunakan kunci cadangan dan masuk ke dalam rumah.Suasana di dalam tampak rapi dan tenang, aroma pengharum kopi menguar dari sudut-sudut ruangan dan memberi kesan hangat yang familiar.“Rani? Sayang?” panggilnya lagi, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu yang tertata apik. Tidak ada satu pun tanda kehadiran manusia.Dia meletakkan kantong makanan yang dibawanya di atas meja makan panjang putih. Matanya sempat tertumbuk pada vas bunga segar yang tertata manis di tengah meja.Bibir Darius tertarik membentuk senyum kecil. Rumah ini terasa jauh lebih hidup sejak ada sentuhan seorang wanita.“Bu? Bu Astuti?” Darius melongok ke taman belakang yang ukurannya tidak terlalu besar. Pandangannya menyapu seluruh sudut. Tetap tidak terlihat siapa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status