Share

Bab 116: Tantangan

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-01-24 15:13:47

“Oh … sekarang Mama tahu, Ibu hamil yang kamu tolong waktu itu siapa,” sarkas Dwyne dengan senyum mengembang, tetapi terasa membuat bulu kuduk Dewi merinding.

Melihat mamanya makin mendekat masuk, Denver berdiri tepat di depan Dewi. Menghalangi jarak pandang wanita itu. Dia yakin mamanya tidak akan tinggal diam saja.

“Berhenti, Ma!” titah Denver begitu tegas. Bahkan saat ini rahangnya mengeras dan tangannya mengepal hingga urat-urat di punggung tangan tampak jelas.

“Mama mau tanya bagaimana kabarnya Dewi, apa salah?” Tatapan Dwyne beralih pada Denver. “Bagaimanapun katanya dia hamil keturunan kita, bukan?”

“Aku mohon Mama jangan sakiti Dewi!” tegas Denver lagi.

Alih-alih merasakan takut dan menciut, justru Dewi menggenggam pergelangan tangan Denver membuat pria itu menoleh.

“Aku tidak apa-apa, Dokter,” lirih Dewi dengan kerlingan kelopak mata yang seolah meyakinkan.

Denver pun menggeser badan.

Kini tampaklah Dewi dan Dwyne saling berhadapan. Dua wanita berbeda usia yang memiliki posis
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 117: Akibat Tamu Tak Diundang

    Hari-hari yang dijalani Dewi seiring bertambahnya usia kandungan sangatlah berat. Sekarang, dia sama sekali kesulitan berjalan karena kakinya membengkak, termasuk wajah yang sebelumnya tirus. Dia pun menatap pantulan diri yang menyedihkan ini pada cermin.“Bertahanlah, Sayang,” gumamnya memandangi perut buncit.“Dewi, kenapa lama? Ada tamu!” teriak Astuti membuat Dewi buru-buru mencuci muka untuk menyamarkan garis sendu pada wajah.“Ya, Bu. Sebentar,” sahutnya.Sayang, rasa mual menyerangnya lagi hingga dia muntah. Padahal Denver sudah memberikan obat penunjang kesehatan untuk mengurangi dampak komplikasi, tetapi seolah tidak berpengaruh padanya.“Wi, kamu muntah lagi?” tanya Astuti.Dewi tidak menjawab karena desakan dari dalam lambung cukup hebat. Hingga Astuti menerobos masuk dan melihat dia sedang kepayahan. Ya, dia memang tidak pernah mengunci pintu.“Dewi bisa, Bu,” lirihnya sambil menyeka noda muntahan yang menempel pada dagu.“Jangan ngeyel, kamu, Wi! Ayo, Ibu bantu,” kata Astu

    Last Updated : 2025-01-24
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 118: Menyelamatkan Kalian

    Semua orang dalam ruangan tercengang mendengar pernyataan itu. Namun, Dwyne maju dan menatap tajam kepada orang itu. “Kamu bukan dokter di rumah sakit ini, Darius!” hardiknya.“Tante, ini kondisi darurat!” sergah Darius yang kemudian melangkah maju dan melihat Dewi terbaring tidak berdaya. “Sebagai dewan komite, aku harap Tante Dwyne memberiku izin,” sambungnya.Darius menatap Dewi yang terbaring lemah di brankar. “Aku tidak bisa membiarkan dia seperti ini,” ucapnya tegas dan sorot matanya menunjukkan rasa bersalah.Dwyne mengepalkan tangan dan membuang tatapan ke arah lain, tetapi rintih kesakitan Dewi serta isak tangis Astuti membuat wanita itu mendengkus, lalu mengangguk pelan.“Sebagai dokter tamu. Bantu dia sampai Denver selesai operasi pasien lain!” tegas Dwyne.Seketika Darius memeriksa catatan hasil pemeriksaan tanda vital Dewi. Dokter itu pun mengambil keputusan membawa Dewi ke ruang operasi.“Tolong, Dokter. Selamatkan Dewi dan anaknya!” pinta Astuti sambil terus menggenggam

    Last Updated : 2025-01-25
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 119 : Berjuang Demi Kamu

    Mata karamel Denver bergetar menatap roda-roda brankar bergerak cepat keluar dari ruang operasi. Tubuh pria itu melemas bagai kehilangan rangkanya setelah melakukan penyelamatan kepada Dewi, yang mengalami pendarahan.“Dewi …,” lirih Denver, kini bersandar pada pintu kaca.Akan tetapi, tangis bayi menyadarkan Denver untuk tetap tegar dan berdiri kokoh sebagai pria sekaligus ayah. Dia menoleh dan melihat tubuh kecil itu.“Dokter, bayi Anda akan kami bawa ke NICU,” ujar seorang tim neonatalogis.Denver mengangguk, lantas meraih bayinya dan menggendongnya ke luar dari ruang operasi. Namun, di depan pintu dia menggeram ketika sang mama melontarkan sebuah pertanyaan menyakitkan, “Bayinya baik-baik saja, ‘kan? Kamu harus cepat tes DNA!”“Cukup, Ma!” desis Denver tertahan seolah enggan mengusik tidur bayi kecilnya.“Apa lagi? Kita harus tahu dia anakmu atau bukan!” desak Dwyne yang mendapat tatapan tajam dari Denver.Tatapan Dwyne sedikit goyah, tetapi dia segera mengangkat dagu. “Aku hanya i

    Last Updated : 2025-01-25
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 120 : Ini yang Terbaik

    Saat ini Denver duduk termenung di bangku logam. Sepuluh jemari tangannya saling menyatu erat dan menempel pada kening. Sesekali, pria itu juga menatap pintu ruang bank darah.Ketika seseorang ke luar dengan lengan terpasang plester, detik itu Denver mendapat jawaban bahwa darah yang didonorkan oleh sang pendonor cocok dengan Dewi.“Terima kasih, Darius,” ucap Denver sambil melengkungkan senyum tipis.“Dia juga pasienku,” jawab Darius sambil menatap tajam, lalu bertanya, “Boleh aku menjenguknya?”Denver menatap pria itu beberapa saat. Meskipun sosok di hadapannya telah berjasa, tetap saja berat hati Denver mengizinkan. Dia menggeleng dan berkata, “Dilarang masuk selain petugas ICU dan dokter yang bertanggung jawab.”“Aku hanya ingin memastikan Dewi baik-baik saja, Denver,” ujar Darius, matanya menatap lurus seolah mencari celah dalam keteguhan Denver. Namun, tatapan Denver yang dingin tetap tidak memberi ruang.“Baiklah, aku mengerti. Sampaikan salamku padanya, katakan dia wanita heba

    Last Updated : 2025-01-26
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 121 : Gerakan Samar

    “Ada apa Mama datang ke sini?” Suara Denver sangat dingin dan datar, tetapi kedua tangannya mendekap erat sang mama dengan punggung berguncang.Pertanyaan itu tidak mendapat tanggapan apa pun dari mamanya, tetapi Denver sabar menunggu hingga Dwyne tenang. Dia membawa mamanya ke ruang praktik yang berjarak satu lantai dari ruang ICU.“Mama sakit?” tanya Denver memecah keheningan.Bukannya menjawab, Dwyne menggeleng dan punggungnya makin berguncang, lantas mengeluarkan gawai dari dalam tas. Hal ini membuat Denver mengernyit tidak mengerti. Dia kembali diam.“Denver … hasil tes DNA … positif, dia … anak kamu, cucu Mama,” lirih Dwyne, lantas menunjukkan laporan yang tadi pagi diterimanya melalui surat elektronik.Denver menatap layar gawai yang menunjukkan hasil tes DNA. Matanya memanas, tapi bukan karena kebahagiaan. Rasa bersalah dan amarah kepada mamanya mengalir deras di dadanya.‘Ini bukti yang Mama cari, tapi kenapa harus ada harga setinggi ini untuk kebenaran?’ gumamnya dengan suara

    Last Updated : 2025-01-26
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 122 : Pasien Tidak Terduga

    “Jadi siapa dia?” gumam Denver memandangi potret seorang pria yang dicurigainya itu.Pria dalam foto itu mengenakan jas mahal yang tampak pas untuk tubuhnya. Kerutan di wajahnya menggambarkan kelelahan, tetapi mata tajam, penuh perhatian, seperti sedang mengamati sesuatu dengan intens. Denver merasa tidak nyaman, seolah pria itu menyimpan sesuatu yang tidak terucap. Rambutnya beruban sebagian, menambah kesan misterius.Meskipun anak buahnya telah berhasil mengambil gambar sosok misterius itu, tetap saja mereka menemui kebuntuan.Pandangan Denver beralih kepada Ruslan yang berdiri tidak jauh darinya. Dia menunjukkan hasil foto itu. “Apa ini orang suruhan Mama? Wajahnya benar-benar asing,” tukasnya.Alih-alih memberikan jawaban yang melegakan hati, justru Denver melihat Ruslan geleng-geleng dengan alis tertaut.“Saya pikir bukan, Pak. Selama ini Nyonya Dwyne tidak pernah mempekerjakan orang lanjut usia seperti itu,” papar Ruslan yang menyerahkan kembali selembar foto.“Bisa jadi Mama me

    Last Updated : 2025-01-26
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 123 : Cara Memisahkan Kami?

    “Sial!” umpat Denver yang melihat bagaimana tubuh Dewi bergerak di atas ranjang. Bukan siuman melainkan kejang, apalagi suara nyaring monitor serta pergerakan angka-angka menunjukkan tekanan darah gadis itu mengalami peningkatan.Melihat tubuh Dewi yang kejang, jantung Denver seolah ikut terhenti.Tangan pria itu yang biasanya stabil saat memegang alat pemeriksaan kini sedikit gemetar. Napasnya tertahan dan pikirannya berlomba dengan waktu.“Tidak sekarang, Dewi. Tolong bertahan,” bisik Denver dengan suara bergetar, penuh harapan sekaligus ketakutan.Denver pun langsung memerintah perawat membawa obat-obatan. Namun, ketika seorang tenaga medis hendak menyuntik obat, dia mengangkat tangan.“Berhenti! Dewi memiliki alergi obat,” lirih Denver, netra karamelnya terpaku pada tubuh Dewi yang menggigil.Untuk sesaat dia bergeming mencoba berpikir obat yang paling aman diberikan.Setelah itu, Denver meraih salah satu spuit dari atas meja dan menyuntikkannya dengan tatapan getir tertuju kepada

    Last Updated : 2025-01-27
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 124 : Melenyapkan Dewi

    Wanita itu mencengkeram ujung bajunya dan kuku-kuku yang panjang hampir merobek kain. Matanya menyipit, penuh kebencian saat menatap pintu ICU.“Ucapkan selamat tinggal pada anakmu, Dewi,” bisiknya, suaranya rendah seperti racun.Saat wanita itu hampir mendekat dengan pintu yang kini hanya dijaga seorang pengawal, tiba-tiba hentak sepatu heels menggema di lorong sepi ini. Wanita itu bergegas sembunyi di balik pilar dan mengumpat, “Berengsek, siapa lagi itu?”“Selamat datang, Nyonya Dwyne,” sapa pengawal dengan pandangan menunduk.“Selama Denver bertugas di luar rumah sakit, aku yang bertanggung jawab. Minggirlah, aku mau melihat Dewi!” titah wanita itu membuat pengawal terdiam. “Cepat! Sebaiknya kalian awasi sekitar, aku dengar Carissa dirawat di sini.”“Baik, Nyonya,” sahut pengawal.Saat pengawal mulai menyisir area ICU, Dwyne melangkah mantap masuk ke dalam. Dia mengenakan peralatan pengaman, lantas menunjuk seorang perawat menemaninya.“Bagaimana kondisi perempuan ini?” tunjuk Dwyn

    Last Updated : 2025-01-27

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 246 : Dibawa Pergi

    “Tumben mendadak datang ke sini, Wi?” Intonasi Maharani terdengar tercekat, senyumnya kaku. “Ini masih pagi.”Dewi tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap lekat wajah Maharani, mengamati setiap perubahan ekspresinya. Napas Maharani tampak tersendat, jemarinya mencengkeram gelas susu sangat erat hingga sedikit bergetar. Terlalu jelas dia menyembunyikan sesuatu.“Rani … tujuanku datang ke sini ingin tahu apa hubunganmu dengan Dokter Dania. Aku tidak percaya kalian berteman,” ujar Dewi dengan nada tajam, mata sipitnya menyipit penuh selidik.Tangan Maharani makin gemetar. Gelas yang dipegangnya hampir tergelincir. Wajah yang semula tenang kini memucat.Dewi tidak bisa mengabaikan perasaan tidak nyaman sejak kemarin. Kedekatan tak wajar antara Maharani dan Dania terus mengusik pikirannya. Pagi ini, tanpa banyak berpikir, dia memutuskan mengunjungi rumah kontrakan.Denver yang kebetulan ada kegiatan pagi ini bersedia mengantarnya. Mereka berangkat lebih awal dari biasanya.“Ada apa, Ran

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 245 : Ada Hubungan Apa?

    “Hari ini Pratiwi bisa bantu kamu belajar.” Denver menandatangani berkas di layar tabletnya, jemarinya cekatan bergerak tanpa sedikit pun mengalihkan perhatian.“Beneran?” Mata Dewi berbinar. “Memangnya dokterku enggak repot kalau ditinggal Suster Tiwi?” tanyanya sambil menyuapi Dirga dengan lembut, memastikan anaknya mengunyah dengan benar.Meskipun ada pengasuh, Dewi tetap ingin menikmati setiap momen berharga bersama putranya. Bahkan selama seminggu ini, saat dia menjalani masa magang di JB, Dirga selalu mengekor ke mana pun dia pergi, enggan jauh dari sang ibu.“Iya, Sayang. Hari ini aku libur praktik, cuma ada jadwal operasi jam tiga sore.” Denver akhirnya melirik, senyum tipis terbit di sudut bibirnya saat melihat wajah Dewi yang sumringah.Dewi memang sedang menempuh gelar profesinya sebagai perawat praktisi, dan Denver memberid dukungan penuh. Bahkan, dia rela melepas perawat kepercayaan untuk membim

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 244 : Apa yang Terjadi?

    “Bagaimana hasil pemeriksaanku? Umm … kapan program bayi tabungnya?” Maharani menyandarkan punggung pada dinding kamar sempitnya. Dia masih menempelkan telepon genggam di telinga, mendengar suara Dania yang terdengar ceria di seberang sana."Oke. Hasil pemeriksaanmu sangat bagus, Maharani. Dokter bilang badanmu dalam kondisi prima. Dengan obat yang sudah diberikan, sel telurmu berada dalam kualitas terbaik," tutur Dania yang suaranya penuh kepuasan.Maharani tersenyum getir. "Itu … kabar baik. Aku ingin semua berjalan lancar. Aku juga mau minta tolong Dokter Dania untuk daftar operasi plastik di rumah sakit JB … setelah melahirkan."Dania terdiam sejenak, lalu tertawa tanpa suara dan geleng-geleng. "Gampang. Aku bisa mengurus semuanya untukmu. Kamu hanya perlu menunggu kehamilan itu saja."Maharani menarik napas panjang dan berbisik, "Boleh aku minta sesuatu?”“Katakan saja!”“Umm … tolong siapkan tempat tingg

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 243 : Rencana Licikku

    "Papa lihat ada pisang goleng gosong manis!" seru Dirga, saat melihat Denver baru saja pulang dari rumah sakit. Bocah kecil itu berlari mendekati papanya, sambil membawa pisang di kedua tangannya."Aaa ... Papa, ini enak. Onty Lani yang bawa." Dirga tersenyum lebar, lalu satu tangannya menunjuk ke samping."Papa mau coba, satu saja." Denver membuka mulutnya dan dia lumayan menikmati pisang 'gosong' kesukaan putranya.Dewi pun terkikik geli melihat tingkah dua lelaki itu, tetapi tidak dengan Maharani yang saat ini duduk di ruang keluarga rumah Dewi.Maharani memandangi sekeliling dengan perasaan campur aduk. Tangannya menggenggam kotak kecil berisi sale pisang buatannya sendiri, buah tangan darinya untuk sang sahabat.Aroma kayu manis dari diffuser ruangan bercampur dengan bau kopi yang disajikan pelayan rumah. Nyaman, hangat, dan jauh dari kesulitan yang beberapa hari ini membuat kepala Maharani dilanda pusing.Dewi kel

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 242 : 500 Juta Untuk Sewa Rahim

    "Hari ini aku ke kampus. Ada kelas," kata Darius dengan suara datarnya. Pagi ini, Darius merapikan jasnya di depan cermin. Dia melirik Dania yang masih berbaring di tempat tidur dengan wajah ketus. Sejak tadi, wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun. Semalam, Darius berhasil menggagalkan rencana liciknya. Tabung kecil berisi benihnya sudah dia amankan sebelum Dania sempat membawanya pergi. “Aku berangkat dulu,” ucap Darius lembut, dan mengecup puncak kepala sang istri. Dania tetap diam. Tangan wanita itu sibuk mengetuk-ngetuk layar ponsel, tetapi sorot matanya menunjukkan kekecewaan mendalam. Saat Darius hendak melangkah keluar, Dania bersuara pelan, tetapi penuh sindiran. “Kamu pikir bisa lolos terus?” Wanita itu menatap tajam pada Darius. "Aku akan menggunakan cara lain, apa kamu lupa aku ini lulusan kedokteran?" Darius berhenti sejenak, menoleh dengan ekspresi

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 241 : Mengambil Kesempatan

    Pagi-pagi sekali, Dania sudah tiba di Rumah Sakit JB. Dia melirik ke kanan dan kiri, lalu melangkah masuk ke dalam area klinik poli estetika.Wanita itu mengendap-endap layaknya penyusup, senyum tipis terpatri di wajahnya. Setelah berhasil mendapatkan sedikit informasi dari para perawat kemarin, hari ini dia berniat menggali lebih dalam.“Aku yakin Maharani itu kompeten,” gumamnya, dengan mata waspada, khawatir Darius mengikutinya.Dari balik meja resepsionis, seorang wanita berkulit sawo matang menyambut dengan senyum ramah. “Selamat siang, Dokter Dania, ada yang bisa saya bantu?”Dania menyeringai dan mengangguk kecil, lalu berdeham. “Aku mau bicara sama salah satu perawat di sini.”Wanita itu meneliti Dania sesaat, lantas mengangguk. “Sebentar, saya panggilkan.”Tidak butuh waktu lama, seorang wanita berkacamata dengan seragam perawat rapi datang menghampiri. “Ada yang bisa saya bantu, Dokter Dania?”Dania tersenyum r

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 240 : Ibu Pengganti

    Dania memandang kertas kecil di tangannya. Sebuah rincian medis atas nama seseorang."Maharani Putri, rincian biaya bedah plastik," ucapnya. Mata wanita itu menyipit, meneliti nama itu dengan saksama. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya, seakan-akan dia pernah mendengar dan bahkan mengenal orang ini.Awalnya, dia hendak meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Namun, telinganya menangkap bisikan dua orang perawat yang baru saja keluar dari poli estetika, tengah berbincang di dekatnya."Kasihan, ya? Maharani apes banget.""Benar. Begitulah orang kaya, kalau tidak butuh, ya, ditendang.""Padahal dia bisa saja minta tolong sama Pak Rudi. Dia 'kan pernah jadi ibu pengganti."Langkah Dania seketika terhenti. Jari-jarinya yang tadi hendak membuang kertas itu kini mengurungkan niatnya dam menjauh dari tempat sampa. Mata wanita itu kembali tertuju pada tulisan pada kertas medis di tangannya. Maharani Putri. Ibu pengganti?Tiba-tiba sja senyuman miring terukir di bibirnya. Kerta

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 239 : Anak Kecil Itu Pengganggu

    Dewi menatap wajah kecil dalam dekapannya. Tubuh mungil itu terasa menghangatkan hati, tetapi pikirannya merambat begitu dingin. Kata-kata Dania tadi masih menusuk-nusuk benaknya, berputar tanpa henti seakan menjadi mantra kutukan. "Mama, aku mau bobo dipeluk Mama, ya?" Dirga menggumam pelan, matanya yang indah mulai meredup dalam kantuk. Dewi tersentak dari lamunannya. Dia menelan ludah, berusaha mengembalikan fokus ke putranya. Bibir merah muda wanita itu melengkung samar, meskipun hatinya masih penuh gundah. "Iya, Sayang. Mama bakal peluk Dirga semalaman." "Janji. Mama nggak hilang, ya?" Bocah itu menatap sang mama dengan mata ngantuknya. "Janji, Bos Kecil." Dirga tersenyum kecil mendengar ucapan mamanya, lalu menyusup lebih dalam ke pelukan Dewi. Napas anak itu mulai teratur, tangannya masih menggenggam baju ibunya erat. Seakan takut jika melepaskan, Dewi akan kembali hilang. Denver melirik ke kaca spion, melihat istrinya yang masih menunduk, membelai rambut putranya de

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 238 : Kamu Bikin Mama Takut

    Hening menyelimuti ruangan ketika Denver menekan tombol merah di ponsel. Wajah tampan Dokter itu masih serius, tatapannya dalam, tetapi terdapat sedikit kelegaan yang tersirat. Dia berbalik menatap Dewi yang masih terduduk di sofa dengan wajah cemas. Bahkan paras ayunya berubah jadi pucat karena tragedi ini. "Ayo, kita jemput Dirga," kata Denver, sambil berjalan mendekati Dewi. Dewi menatap sang suami dengan mata yang masih basah. Dia mengangguk lemah. Ketika dia hendak berkata untuk menjawab, Denver telah berjongkok di hadapannya. Pria itu menghapus sisa air mata di pipi istrinya dengan jemarinya yang hangat. "Jangan menangis lagi," ujar Denver lembut dan penuh ketenangan.. "Nanti Dirga bisa sedih melihatmu seperti ini." Dewi menunduk, menarik napas dalam, lalu berdiri. Dia menggenggam tangan Denver dengan erat, seakan dia takut terjatuh, karena satu-satunya yang bisa membuatnya tetap berdiri tegak adalah sang suami. Tanpa membuang waktu, mereka bergegas menuju mobil

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status