"Penting untuk menyadari bahwa yang terbaik dalam hidup tidak selalu bisa direkam atau dibagikan kepada teman-temanmu di dunia maya." - Ella Grande -
Chloe terbangun dengan suasana hati yang cemas dan kalut. Mimpi buruk datang silih berganti dalam tidurnya. Dengan berat hati, dia harus menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. Sebenarnya Chloe tertidur di sofa semalam, tapi dia terbangun untuk ke kamar mandi. Lalu akhirnya dia memutuskan untuk beristirahat di kamarnya saja. Dari dalam kamar, ia bisa mendengar suara anak kecil yang sedang asik mengobrol dengan seseorang. Lalu ada suara pisau dan garpu yang beradu, serta aroma telur goreng yang membuatnya lapar. Dengan satu kali hentakan, dia melompat dari tempat tidur dan bergegas menuju dapur. “Good morning, Auntie!” sapa Samuel yang langsung berlari dan memeluk Chloe dengan erat. “Good morning, sweet heart,” balas Chloe sambil mengangkat Samuel dan menggendong bocah itu dengan penuh kasih sayang. “Aku kangen banget sama Auntie. Tapi kata mommy, aku tidak boleh ganggu Auntie yang lagi tidur,” celoteh Samuel sambil mengelus-elus pipi Chloe dengan punggung tangannya. “Aunt
Jason memasukkan sisir berharga yang terdapat beberapa helai rambut Samuel yang berwarna merah itu ke dalam sebuah kantong plastik bening. Dia memperlakukan benda itu seperti harta karun yang tidak ternilai harga."Wuhhhuuuu!!! Selamat datang kebebasan!!!" teriaknya seperti orang kesurupan.Hari ini adalah hari terakhir dia bisa mempergunakan cutinya dari penjara. Masa percobaan untuk mendapatkan bebas bersyarat secara full time hanya berlaku tiga hari untuk bulan-bulan pertama.“Aku harus bergerak cepat dan mengantarkan benda berharga ini ke rumah sakit. Tes DNA ini mengambil waktu satu sampai dua minggu,” gumam Jason sambil mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke rumah sakit.Wajahnya dipenuhi dengan senyum kemenangan. Dia sudah tidak sabar untuk mengambil alih hak asuh itu dari tangan Freya. Apa pun akan ia lakukan untuk memperolah haknya sebagai seorang ayah. 'Wanita itu tidak pantas membesarkan dan mendidik anakku. Pendidikan apa yang bisa dia berikan untuk anakku dengan keadaan
“Tuh lihat, busnya sudah datang. Kamu bisa baca angka yang tertulis di depan bus itu, tidak?” tanya Chloe sambil menggenggam erat tangan Samuel. Saat itu mereka berdua sedang menunggu bus yang akan mengantarkan Samuel ke TK dan Chloe ke sekolah tempat dia bekerja selama ini. “Hmm, tujuh puluh sembilan,” ucap Samuel dengan tepat. “Pintar sekali jagoan auntie." Chloe tersenyum bangga sambil mengelus lembut rambut Samuel yang merah. Begitu bus itu berhenti di depan mereka, Chloe langsung mengajak bocah tampan itu untuk masuk ke dalam bus. “Dingin?” tanya Chloe lembut sambil memperbaiki syal yang membungkus leher Samuel. “Aku tidak kedinginan, Auntie,” balas Samuel. Kemudian bocah itu melihat ke luar jendela. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Rupanya hal itu menarik perhatian Chloe sebagai seorang guru. “Are you okay?” tanya Chloe sambil mengelus-elus belakang Samuel, “Kenapa ada orang yang jahat, Auntie?” “Maksud kamu? Kok kamu bisa ngomong seperti itu?” ucap Chloe kaget. "Ak
Audrey masih berdiri mematung di depan cermin setelah Charles adiknya memberitahunya kalau seorang polisi sedang menunggunya di ruang tamu. “Oh, Tuhan! Apa yang akan aku lakukan sekarang?” tanyanya kebingungan sambil menatap wajahnya yang panik di depan cermin. “Audrey? Hurry up! He is waiting for you!” “Aku akan menemuinya sebentar lagi,” jawab Audrey cepat. Dengan terburu-buru, dia menggosok giginya dan merapikan rambutnya yang berantakan. Mendengar jawaban Audrey, Charles bergegas kembali ke ruang tamu dan segera menemui polisi muda itu. “Audrey akan menemui Anda sebentar lagi. Silahkan duduk,” ucap Charles mempersilahkan tamunya untuk duduk. “Terima kasih,” balas polisi itu yang tak lain adalah Magnus. “Bapak mau minum sesuatu?” “Tidak perlu, terima kasih.” Charles kembali ke dapur untuk membersihkan sisa-sisa sarapan paginya. Dia sudah ingin berangkat ke sekolah sebenarnya, tapi sekarang dia penasaran dengan kedatangan polisi ini. 'Hmm, apa sangkut pautnya polisi itu den
“Chloe! Supir pribadimu yang super duper handsome dan macho sudah menunggumu di depan, tuh,” goda Sarah saat melihat mobil Albert masuk ke dalam lapangan parkir sekolah. Chloe hanya tersenyum singkat. Responnya sudah sangat berbeda sekarang. Walaupun dia masih bisa tersenyum, tapi dia muak. Tidak ada lagi debaran-debaran atau ribuan kupu-kupu yang biasanya sering menggelitik bawah perutnya setiap kali Albert menjemputnya atau akan menghabiskan waktu bersamanya. Semua rasa yang dia miliki untuk pria itu, sudah menguap entah ke mana. “Loh, kok kamu tidak semangat sih, dijemput pria paling hot sejagat raya ini? Itu impian semua gadis-gadis di kota ini, loh!" “Huh," dengus Chloe pelan. "Apakah kamu termasuk salah satu dari gadis-gadis itu?” sindirnya. Sarah langsung terdiam. Dia teringat sikap genitnya beberapa hari yang lalu waktu Albert datang untuk menemui Chloe. “Kok diam?” cecar Chloe sambil merapikan meja kerjanya. “Ehh, eemmm, maksudku, hampir semua gadis di kota ini pasti m
“Aku pernah lihat uncle Albert marah-marahin mommy, terus habis itu mommy menangis selama berhari-hari,” ucap Samuel dengan wajah terluka. Chloe langsung mendekap bocah itu dengan hati nelangsa. ‘Tidak seharusnya anak ini melihat hal-hal seperti itu,’ keluhnya dalam hati. “Yaudah, tidak usah dipikirin lagi ya, sayang! Kita akan ke rumah grandpa dan grandma sekarang. Nanti sampai di mobil, auntie akan duduk dengan kamu di belakang, di kursi penumpang.” “Janji?” tanya Samuel yang kembali bersemangat mendengar janji Chloe. Matanya berbinar-binar sambil mengelus lembut pipi Chloe. “Janji,” ucap Chloe sambil mengecup kening Samuel. “Ayo kita pakai jaket dulu. Di luar dingin sekali.” Chloe segera membantu anak itu memakai baju hangat, dan setelah mengambil tas Samuel mereka berdua pun berjalan sambil bergandengan tangan menuju arah di mana mobil Albert diparkir. Dia bisa merasakan ketegangan tubuh Samuel lewat genggaman tangannya, saat mereka mendekati mobil Albert. Chloe membuka p
Albert masih tercekat dengan ucapan Chloe barusan. Dia terlihat gugup. Raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan isi hatinya yang sedang panik. ‘Mampus aku! Apakah dia tahu tentang perbuatan yang sudah aku lakukan dengan Audrey? Atau mungkin si Audrey yang sudah buka mulut dan mengkhianatiku?’ Pria itu mengusap wajahnya dengan cepat. Dia merasa seperti maling yang tertangkap basah sedang bercinta, eh, mencuri maksudnya. “Benarkah kamu mencari aku malam itu?” Chloe mengulang kembali pertanyaan yang sama. Matanya menatap Albert dengan tajam. Bola matanya yang indah terlihat begitu memukau di mata Albert. Dia selalu meleleh tiap kali Chloe menatapnya atau memohon sesuatu kepadanya. “Tentu saja aku berkeliling mencarimu. Aku panik, kalut dan takut. Kalau sampai terjadi apa-apa denganmu, maka aku tidak akan pernah memaafkan diriku.” “Huh, baguslah kalau kamu masih punya hati nurani,” ujar Chloe sarkas. Glek! Albert hanya bisa menelan saliva. Dia memasukkan tangannya ke dalam kantong
“Aku masih ingin menciummu,” desah Albert yang masih belum rela Chloe menghentikan ciuman mereka. “Kau bebas menciumku setelah kita menikah nanti.” “Arrrggghh, aku jadi ingin menikahimu hari ini juga.” Chloe hanya tersenyum singkat dan segera berbalik untuk kembali ke ruang makan. Begitu tiba di sana, Chloe langsung memeluk mommy-nya dengan manja dan meminta maaf. “Maafin aku ya, Mom. Tadi aku lupa bilang terima kasih buat makanan yang sudah Mommy masak untuk kami.” “Sama-sama, sayang. Kamu baik-baik saja, kan?” tanya ibu Kirana dengan wajah prihatin. Feelingnya sebagai seorang ibu mengatakan bahwa anaknya sedang dalam masalah. Tapi dia tahu sifat Chloe. Gadis itu tidak bisa dipaksa kalau bukan dia sendiri yang berinisiatif untuk menceritakan masalahnya. “Aku baik-baik saja, Mom,” ucap Chloe sambil meraih sebuah gelas dan mengisinya dengan air dingin. Dia ingin menenangkan suasana hatinya dengan meneguk segelas air dingin. Chloe melirik Samuel yang masih berusaha untuk menghab
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat