"Hati yang patah mungkin butuh waktu untuk sembuh, tetapi jangan biarkan pengkhianatan merusak kepercayaanmu pada cinta yang sejati." - Chloe Adams -
“Aku masih ingin menciummu,” desah Albert yang masih belum rela Chloe menghentikan ciuman mereka. “Kau bebas menciumku setelah kita menikah nanti.” “Arrrggghh, aku jadi ingin menikahimu hari ini juga.” Chloe hanya tersenyum singkat dan segera berbalik untuk kembali ke ruang makan. Begitu tiba di sana, Chloe langsung memeluk mommy-nya dengan manja dan meminta maaf. “Maafin aku ya, Mom. Tadi aku lupa bilang terima kasih buat makanan yang sudah Mommy masak untuk kami.” “Sama-sama, sayang. Kamu baik-baik saja, kan?” tanya ibu Kirana dengan wajah prihatin. Feelingnya sebagai seorang ibu mengatakan bahwa anaknya sedang dalam masalah. Tapi dia tahu sifat Chloe. Gadis itu tidak bisa dipaksa kalau bukan dia sendiri yang berinisiatif untuk menceritakan masalahnya. “Aku baik-baik saja, Mom,” ucap Chloe sambil meraih sebuah gelas dan mengisinya dengan air dingin. Dia ingin menenangkan suasana hatinya dengan meneguk segelas air dingin. Chloe melirik Samuel yang masih berusaha untuk menghab
Setelah terdiam beberapa saat, Albert berhasil membuka kembali mulut busuknya. “Omong kosong apa yang kamu ucapkan, Chloe?” “Jangan berkelit lagi Albert. Jawab pertanyaanku sekarang. Bukan kamu kan yang menyuntikan EpiPen padaku?” “Tentu saja aku yang melakukannya. Aku bahkan menggedongmu turun dari lantai atas dan melarikanmu ke rumah sakit terdekat. Kamu dalam keadaan tidak sadar. Aku panik dan hampir gila karena melihatmu tergeletak tak berdaya di atas lantai.” Chloe memijat kepalanya. Sekarang dia tidak tahu lelaki yang mana yang akan dia percayai. Albert dan Mateo menceritakan dua cerita yang berbeda, sedangkan dia sendiri dalam keadaan tidak sadar saat itu. “Percayalah padaku, babe. Aku rela melakukan apa saja demi kamu.” Chloe menarik napas pelan berusaha menetralisir suasana hatinya yang bimbang. “Maaf, Albert. Aku tidak menginginkan pernikahan ini lagi.” “Apa???” wajah Albert memerah. Tangannya mengepal dengan kuat. “Apa ucapanku tadi kurang jelas?” sindir Chloe sambi
Melihat Chloe yang terdiam, membuat Albert kembali mengucapkan kata-kata yang seolah-olah menyudutkan posisi gadis itu. “Kamu tahu apa yang akan terjadi kalau sampai pernikahan ini dibatalkan?” Chloe pura-pura bego dan menggelengkan kepala dengan wajah polos. Dia akan berusaha untuk tetap tampil seperti Chloe yang dulu agar sandiwara ini berhasil. “Pembatalan pernikahan ini akan mempengaruhi reputasiku, dan reputasi kita berdua di mata orang lain. Termasuk di mata keluarga, teman-teman, dan masyarakat,” Albert. "Oleh karena itu, apa pun yang terjadi, kita harus menikah," lanjutnya. “Apa katamu tadi?” tanya Chloe yang seakan ingin meyakinkan pendengarannya atas ucapan Albert. Gadis itu menatap Albert dengan pandangan aneh. Sudah beberapa kali pria ini ngotot ingin menikahinya padahal dia sendiri yang menarik ulur rencana pernikahan mereka. Kini kecurigaan Chloe menjadi semakin bertambah. “Please, honey. Apa pun yang terjadi, kita harus tetap menikah." “Kenapa?” tanya Chloe samb
“Apakah semua gadis-gadis yang menghadiri pesta bridal shower, sudah kamu hubungi untuk memenuhi panggilan interogasi?” tanya detektif Rodriguez sambil mencatat poin-poin penting yang akan mereka gunakan untuk proses interogasi nantinya. “Sudah! Aku sudah mendatangi beberapa dari mereka. Untuk yang lainnya, aku sudah mengirimkan email.” “Apakah Nona Freya akan kita panggil lagi?” “Aku rasa kita perlu memanggilnya lagi untuk mencocokkan timeline dan keterangan dari teman-temannya.” Raut wajah Magnus terlihat begitu serius. Keningnya berkerut sambil membaca dan meneliti hasil autopsi yang didapatnya dari Dr. Amalie beberapa hari yang lalu. Rupanya pria itu masih penasaran dengan hasil atopsi dan penyebab kematian Paul Stone. “Ada sesuatu yang baru?” tanya detektif Rodriguez sambil menghampiri Magnus. Dia mengintip laporan itu dan ikut membacanya. “Di sini dicantumkan bahwa pria itu meninggal karena over dosis dan mendapatkan pukulan yang bertubi-tubi di bagian kepalanya.” “Sanga
"Maksud kamu, dia telah mengambil jalan lain menuju restoran?" tanya Magnus yang masih belum mengerti arah pembicaraan Martin. "Bukan mengambil jalan lain, tapi Ken menemui kedua pria itu sebelum ke restoran. Chinese restoran terletak di sebelah kiri dari dari apartemenku, tapi Ken berjalan ke arah lain.” “Apakah itu artinya dia memang sengaja menemui pria-pria tersebut?” Suara Magnus terdengar meninggi. “Aku tidak tahu dengan pasti akan hal itu,” jawab Martin. "Apakah kamu curiga, Ken ada hubungannya dengan kedua pria tersebut?" tanya detektif Rodriguez yang sedari tadi diam saja. "Aku curiga, tapi kita harus punya bukti yang kuat.” Sambil menjawab, Martin kembali menekan tombol play. “Coba lihat itu!” potong detektif Rodriguez sambil menunjuk ke arah potongan video selanjutnya. “Hmm, apakah itu adalah salah satu pria yang sudah berbicara dengan Ken?” “Ya, kamu benar. Itu adalah salah satu pria yang Ken temui malam itu.” “Dia berjalan ke arah apartemen kamu, Martin. Seperti
Albert mengantar Chloe dan Samuel pulang. Dia benar-benar senang hari ini. Selain karena perutnya sudah terisi penuh dengan makanan enak, Chloe juga sudah tidak menyinggung lagi tentang permintaannya untuk membatalkan pernikahan mereka. Jujur, dia sangat ketakutan saat Chloe memintanya untuk membatalkan pernikahan itu. Albert tidak mau rencananya gagal. Dia juga takut kehilangan gadis cantik dan pintar itu. Sampai kapan pun, hanya dialah yang berhak untuk menikahi Chloe. Dia tidak akan pernah rela melepaskan gadis itu dari pelukannya. Pria mana pun yang berani mendekati gadis itu, akan dia libas semuanya, termasuk Mateo. Musuh bebuyutannya. Chloe yang di duduk di belakang bersama Samuel, terlihat sedang berusaha menahan kepala bocah tampan itu agar tidak terlalu miring. Rupanya Samuel langsung jatuh tertidur begitu Albert mulai menyetir. Sepertinya hari ini sangat menyenangkan sekaligus melelahkan buat Samuel. “Chloe, aku sudah tidak sabar untuk menghadiri pesta yang akan kamu ada
Chloe menyalakan layar gawai itu saat mendengar ada pesan masuk. Kemudian dia masukkan kode yang telah diberikan oleh pria itu kepadanya. ‘Aku ingin bertemu denganmu. Bisakah kamu menemui aku di tempat parkir khusus untuk para pengunjung apartment?’ "Hah! Dari mana pria itu tahu tempat tinggalku?" seru Chloe penasaran Kring, kring, kring! Belum juga hilang rasa penasarannya, ponsel itu berdering begitu Chloe selesai membaca pesan tersebut. Dengan ragu-ragu, Chloe mengangkat panggilan itu. 'Hello!' sapa Chloe pelan. 'Aku ada di tempat parkir tamu apartment kamu.' 'Dari mana kamu tahu alamatku? Are you stalking me again?' cicit Chloe panik. 'Relax! Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu,' ucap pria itu dengan suara bass-nya yang membuat Chloe kembali merasakan ribuan kupu-kupu menggelitik bawah perutnya. 'Aku tidak bisa turun untuk menemuimu.' 'Kenapa? Cuma sebentar saja kok. I promise!' 'Bukan masalah sebentar atau tidak. Anak sabahatku sedang bermalam di sini. Kamu tahu peratu
Pria itu menatap Chloe sebentar kemudian dia menarik tubuhnya agak menjauh dari tubuh Chloe yang sangat menggoda untuk disentuh. “Aku tidak akan mengulanginya lagi.” Mateo meremas-temas rambutnya. Dia tahu, itu adalah janji dan kebohongan terbesar yang pernah ia ucapkan. Chloe berdiri dengan kikuk. Cincin pertunangan di jari manisnya seakan menekan kulitnya dengan kuat. Mateo yang kebingungan dengan hasrat yang ada hanya memaki-maki dalam hati. Dia yang memulai semua itu, dan itu berakhir dengan sangat menyiksanya. Ingin rasanya dia berendam air dingin. “Ehhheeemm, maaf. Ini sudah larut malam. Kalau tidak ada lagi yang ingin kamu sampaikan, aku perlu untuk beristirahat. Mateo menatap wajah Chloe dengan intens, seakan dia tidak pernah puas memandang keindahan kedua bola mata Chloe yang besar. “Bolehkah aku bertemu denganmu besok?” Chloe membelalakkan matanya. ‘Pria ini kenapa sih?’ keluhnya. “Kenapa kamu ingin bertemu denganku?” Mateo hanya terdiam sambil berjalan mengelilin
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat