“Freya ingin berbicara dengan Chloe,” ucap Mrs. Chriss dari depan pintu.“Denganku?" ucap Chloe kaget dan hampir melompat dari sofa yang didudukinya."Iya, dia menunggumu di dalam.""Baiklah. Aku masuk dulu ya, sayang,” pamit Chloe kepada Mateo an segera menemui Freya.Chloe masuk dengan perlahan di dalam kamar inap tersebut dan menghampiri Freya yang terlihat sudah lebih baik dari sebelumnya. Freya yang masih terbaring lemah, tersenyum menyambut kedatangan sahabatnya itu.“Hello, my dear!” sapa Chloe dengan lembut. Dia memberikan pelukan yang panjang untuk Freya.“Hello, honey,” bisik Freya pelan. Sebuah senyuman mengembang di wajahnya yang masih terlihat letih.“Aku senang sekali kamu berhasil keluar dari masa kritis ini, Freya.” Chloe menatap Freya dengan penuh kasih sayang dan menggenggam tangannya.“Itu semua karena kamu, Chloe,” ucap Freya sambil mengerjap-ngerjapkan matanya dengan perlahan. Dia berusaha untuk menyesuaikan netranya dengan pencahayaan di dalam kamar itu.“Maksud
"Freya, aku sudah tidak sabar lagi untuk menyambut kepulanganmu. Maukah kamu tinggal bersamaku saat kamu keluar dari rumah sakit nanti?" tanya Chloe setelah semua tim medis meninggalkan mereka berdua.“M-maksud kamu?” Freya terlihat cukup kaget mendengar tawaran Chloe.“Aku ingin agar kamu dan Samuel tinggal bersama kami. Di sana akan ada yang merawatmu dua puluh empat jam (24), sehingga aku tidak perlu khawatir lagi setiap saat.”“Are you serious?”Chloe mengangguk sambil tersenyum lebar.“Yes, I am!”Air mata kebahagiaan mengalir di kedua pipi Freya. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi. Tinggal bersama Chloe dan menghabiskan hari-hari bersama sahabatnya ini, pasti akan sangat menyenangkan.“Yes! Aku mau, Chloe. Aku mau tinggal bersama kalian. Samuel pun pasti akan sangat senang bila mendengar kabar ini.”Mereka berdua berpelukan dengan penuh haru. Bagi Chloe, tidak ada yang lebih membahagiakan saat orang-orang yang dia sayangi tinggal bersamanya.“Apakah kamu mau berbicara dengan
“Sayang, aku sudah bilang pada Freya untuk pindah ke rumah kita minggu depan?” ucap Chloe sambil bergelayut manja pada lengan suaminya. “Oh ya? Bagaimana reaksi dia? Apakah dia mau?”“Iya dong, dia bersemangat sekali dan sudah tidak sabar lagi untuk keluar dari rumah sakit.”“Syukurlah kalau dia mau. Aku ikut bahagia. Bagaimana kabar jagoan-jagoanku di dalam sana?”Chloe tersenyum lebar sambil mengelus perutnya. “Aku pikir, mereka sedang beristirahat sekarang.”“Bolehkan aku mengunjungi mereka malam ini?” tanya Mateo dengan tatapan nakal.“Hmm, kita lihat nanti ya.” Chloe hanya mengerling penuh arti pada suami tercintanya itu. Dia memang paling jago kalau menggoda Mateo. Hanya dengan kerlingan mata atau dengan menggigit bibirnya, Mateo bisa langsung klepek-klepek.Melihat reaksi dan jawaban sang istri, Mateo hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya. Dia juga tidak bisa memaksa karena Chloe masih dalam tahap pemulihan. Sebenarnya mereka sudah beberapa kali melakukan hal yang dilarang oleh
Albert duduk dengan gelisah di depan pengacaranya. Sudah berpuluh-puluh pertanyaan yang sama yang harus dia jawab. Dia benar-benar lelah dan muak sekarang. “Tuan Albert, lebih baik Tuan memberitahu kepada saya semuanya sehingga saya bisa bernegosiasi dengan pihak hakim.”“Kamu tuli, ya? Sudah aku katakan berulang-ulang dari tadi kalau aku tidak ada sangkut pautnya dengan tragedi yang terjadi di Sky pub and hotel,” dengus Albert dengan mata berapi-api. Dia bangkit berdiri dan meninju-ninju udara di depannya. Tubuhnya terasa pegal setelah berjam-jam duduk di sana hanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan bodoh dan membosankan dari pengacaranya. “Tuan, kalau begitu, saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, perkara ini akan mereka bawa ke meja hijau dalam satu minggu ke depan.”“Lah, tugas kamu sebagai pengacaraku, apa dong? Apa perlu aku ajarkan cara untuk menjadi seorang pengacara?”“Saya tahu apa pekerjaan saya, Tuan, tapi saya membutuhkan kerja sama dari Tuan Albert.”“Kalau begitu,
“Audrey?” Tumben dia menelpon sekarang setelah sekian lama dia menghilang tanpa kabar?” gumam Chloe sambil mengangkat panggilan telepon dari Audrey. Chloe sudah melupakan masalahnya dengan Audrey, dia sebenarnya kasihan pada Audrey yang sudah menjadi korban nafsu si Albert.‘Hello, Chloe!’ sapa Audrey dengan suara yang tidak seperti biasanya. Terdengar canggung dan kaku.‘Hi! Audrey! How are you?’‘I am good, thanks for asking. What about you?’‘I am good.’Mereka berdua terdiam karena tidak tahu harus berkata apa. Dari speaker telepon, Chloe bisa mendengar suara napas Audrey yang berat. Sepertinya dia bingung sendiri harus berbicara apa dengannya.‘Chloe, emm, bisakah, eh, maksudku, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan. Bisakah kita ketemuan hari ini?’‘Kenapa harus ketemu? Kamu 'kan bisa bilang lewat telepon saja,’ celetuk Chloe heran. Jujur saja, dia sudah tidak mau berhubungan dengan Audrey lagi. ‘Aku ingin menyampaikan hal ini secara langsung padamu, please …’Chloe terdiam seje
“Apakah kau lelah?” tanya Mateo yang baru pulang dari kerja. Dia mencium perut Chloe yang sudah mulai terlihat membesar. Dalam beberapa hari lagi, mereka akan ke rumah sakit untuk check up dan memeriksa apakah kandungan Chloe baik-baik saja.“Iya, maaf, aku sudah tidur terlalu lama,” ucap Chloe sambil mengelus kepala Mateo dengan penuh kasih sayang.“No, no. Kamu tidak perlu minta maaf, ibu hamil itu perlu istirahat yang banyak. Tenagamu pasti terkuras karena harus membawa tiga orang bayi sekaligus."Chloe tersenyum lembut mendengar perkataan sang suami. Cinta Mateo seakan tidak pernah habis untuknya.“Sayang, Audrey ingin bertemu denganku.” Begitu mendengar nama Audrey disebut, tubuh Mateo langsung menegang. Masih hangat di pikirannya bagaimana Audrey mengkhianati wanita yang sangat dicintainya ini. Namun, di sisi lain, Mateo juga bersyukur, dengan adanya pengkhianatan itu, Chloe menjadi miliknya.Well, sebenarnya, tanpa adanya peristiwa itu pun, Mateo akan tetap berjuang untuk mend
“Albert Wesley!” Seorang sipir penjara meneriakkan nama Albert dari balik jeruji besi. Teriakan itu membuat Albert yang sedang berusaha untuk beristirahat, langsung melompat dari atas tempat tidurnya. “Ada apa?” tanya Albert sambil memicingkan matanya. Dia rupanya merasa sedikit terganggu dengan kehadiran petugas itu. Apalagi kepalanya terasa sakit sejak tadi pagi karena pusing memikirkan masalahnya yang tak kunjung ada jalan keluarnya.“Ada tamu yang ingin menemuimu.”“Siapa?” Albert langsung memperbaiki rambut dan bajunya, tentu saja dia ingin terlihat tetap keren dan rapi saat bertemu dengan orang-orang yang mengunjunginya.“Kedua orang tuamu.”Albert tersenyum bahagia. Bagaimana tidak bahagia, sudah hampir dua minggu dia berada di sini. Pengacaranya saja sudah berhari-hari tidak mengunjunginya, sehingga hal itu membuat Albert benar-benar naik darah. Mungkin kalau pengacaranya ada di depannya, sudah ia jadikan bulan-bulanannya.“Ikut aku!” Setelah memasang borgol di tangan Albert
“Albert! Jawab pertanyaan daddy!”Albert duduk dengan gelisah dan tidak berani menatap daddynya yang sudah naik pitam. “Kalau kamu tidak mau jawab, daddy tidak punya pilihan lain.”“M-maksud, Daddy?” Dengan wajah takut-takut, Albert menatap pria yang telah membesarkannya selama ini.“Mommy dan daddy akan membiarkan kamu menginap di hotel gratis ini kalau kamu tidak mau mengaku.”“Dad!” sentak Albert kesal. “Aku masih anak Mommy dan Daddy, kan?” lanjut Albert dengan suara yang semakin parau. Dia tidak percaya mommy dan daddynya akan membiarkannya membusuk di sini.Mrs. Kellie tidak menjawab, dia menghapus air matanya menahan rasa sakit hati. Anak yang selama ini dia besarkan, sebentar lagi akan di-cap sebagai seorang pembunuh. Dia masih sangat berharap kalau semua itu tidak benar adanya.“Kamu masih tetap anak kami, Albert, tapi kelakuanmu yang sudah keterlaluan. Apa sebenarnya yang ada di pikiranmu ketika kamu melakukan semua itu?”Tangan Mr. Ragnar mengepal, kalau saja diperbolehka
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat