Anak kecil memang tidak pernah berbohong seperti yang dikatakan oleh Bu Siti. Bella pun menatap Malika, ia merasa kasihan anak sekecil itu sudah memendam sebuah ketakutan. "Sepertinya Melisa benar-benar sedang bingung bahkan ia sampai datang ke rumah sini. Tadi tidak datang ke rumah ibunya saja Bu?" "Nyonya Melisa bukan tidak mau ke rumah Nyonya besar, tapi Nyonya besar pasti akan banyak bertanya dan marah jika tahu apa yang sedang terjadi. Mungkin belum waktunya Nyonya besar dan Tuan besar tahu jadi Nyonya Melisa lebih memilih ke rumah Tuan Elvaro."Mungkin apa yang dipikirkan Bu Siti benar, kita lebih nyaman untuk datang ke rumah Elvaro karena ia bisa lebih leluasa untuk menenangkan diri. "Bu sepertinya bahan makanan kita sudah habis. Aku akan izin kepada Melisa untuk mengajak Malika untuk ke swalayan sekali kita mengajak dia ke tempat bermain," ujar Bella.Bella pun mengambil ponsel untuk menghubungi sang suami setelah itu ia meminta nomornya Melisa untuk meminta izin mengajak M
Melisa mencoba melepas cengkraman tangan Dion. Iya mulai berontak saat pria itu menetap dengan tajam tangannya mulai merasa sakit karena sama suami begitu kencang mencengkeram tangannya."Lepas Dion, kamu pikir tidak sakit?""Jelaskan istri pembangkang seperti kamu?" Melisa kembali menatap tajam sang suami, kebencian terlihat jelas di matanya. Tidak menyangka ia bisa begitu bucin padanya, tapi ternyata ia tertipu oleh semua rayuan mautnya. Mellisa menjauh dari Dion saat dia melepaskan cengkramannya. Ternyata bentar selama ini yang dikatakan sang kakak jika dirinya terlalu bodoh jika begitu peduli dengan Dion."Pergi ke mana kamu tadi malam?" tanya Dion."Itu bukan urusanmu! Lagi pula apa kamu peduli dengan aku dan Malika?" "Hai Mel, tenang."Dian melihat Melisa Tidak seperti biasanya, sang istri terlihat lebih emosi dari biasanya. Apalagi Melisa menatapnya dengan tajam seolah-olah sedang menatap penjahat. Dion dengan santainya mengatakan Melisa harus tenang, tapi bagaimana bisa di
Wajah Bella pucat bukan karena kehadiran Deswita kali ini, hanya saja yang merasa baru saja menghadapi Edo yang menyebalkan, kini datang Ibu mertuanya yang sudah pasti membuat kepalanya sakit.Bu Siti pun cepat-cepat menghampiri mereka, wanita tua itu tidak ingin terjadi sesuatu pada Nyonya Bellanya.Juga ibu mertua Bella itu datang meski tidak dengan marah-marah hanya saja sudah jelas akan mencari masalah."Aku ke sini bukan ingin bertemu dengan kamu, tapi aku ingin mengambil cucuku Malika. Tidak baik dia berlama-lama dengan wanita kampung seperti kamu."Benar dugaan Bella, walau wanita itu datang tidak mencarinya tetapi segala ucapannya membuat hatinya sakit."Malika sedang tidur, biarkan saja dia di sini," ujar Bella."Di mana dia tidur?" tanya Bu Deswita. Wanita itu melangkah sembari mencari Malika. Bella mencoba menghalanginya karena baginya Malika lebih baik di sini daripada bersama sang nenek karena Deswita pun pasti akan sibuk. Siapa yang akan menjaga Malika pikir Bela."Kamu
"Ya aku tahu tapi kenapa kamu bisa berubah seperti ini?" Kali ini dia mulai melembutkan ada suaranya agar tidak membuat Melisa marah. Ia juga tidak ingin terlihat seperti emosi dan membuat sang istri curiga.Dian mulai ingin membuat Melisa kembali tunduk padanya telah bersikap baik dan lembut. Sayang saja pria itu tidak tahu jika istrinya sudah mengetahui semua keburukannya. "Tidak ada yang berubah, aja aku merasa defisit sekali perusahaanku sehingga sepertinya aku harus ikut turun tangan." Dian merasa lega karena Melisa sepertinya belum curiga padanya, iya berpikir seperti itu karena Mellisa kelihatan tenang dan tidak emosi."Dion, lebih baik kamu kembali ke ruangan. Ada hal yang ingin aku kerjakan."Mungkin jangan kembali ke ruangannya Dion akan menjadi lebih tenang, bergegas meninggalkan Melissa.***Bella hanya bergeming menatap Bu Siti yang bermain bersama Malika. Pikirannya kalut setelah ibu mertuanya pulang. Ucapan wanita tua itu kini terus menghantui pikirannya. "Apa benar
Melisa terkesiap mendengar ucapan Alvaro yang menurutnya tidak benar. Terlihat sang kakak malah seolah-olah tengah menggoda dirinya yang merasa kesal saat digoda olehnya."Tolong jangan menambah masalah, bikin kesel saja." Melisa membuang wajah saat Elvaro terlihat menertawakan dirinya.Bella menyenggol lengan sang suami karena melihat raut wajah Melisa yang sudah tidak enak dilihat."Jangan terus menggodanya," ucap Bella.Elvaro diam setelah disenggol oleh seorang istri, ia pun sudah melihat wajah Melisa mungkin ini berubah menjadi merah padam.Entah mengapa Melisa merasa aneh saat sang kakak menggodanya. Iya malah membayangkan wajah David yang menyebalkan itu saat sedang menggoda dirinya."Entah dapat berita dari mana sepulang dari luar kota dia menuduhku memiliki hubungan dengan David.""Lalu apa yang kamu jawab?" "Ya memang aku tidak ada apa-apa dengan David apa yang harus aku jawab. Bahkan, memberikan tender padamu karena ada David. Ya, sudah aku biarkan saja dia berpikir sepert
Elvaro kembali ke kamar dengan wajah penuh emosi karena kedatangan Dion yang seperti itu. Bella mencoba menenangkannya, paham emosi suaminya itu begitu memuncak saat adiknya tersakiti. "Sabar," ujar Bella menenangkan."Bagaimana bisa sabar, datang ke rumah kakak ipar hanya berada di luar memang dari dulu tidak punya otak."Begitu luapan emosi Elvaro pada Dion. Mereka memang tidak pernah cocok sejak dahulu. Menurut Elvaro, sangat menyebalkan selain parasit dia juga provokator.Hubungan dia dengan saat adikku merenggang karena suaminya Melisa. Dion selalu saja membuat sang adik berpikiran buruk tentang dirinya. Apalagi tentang perusahaan, mungkin Dion menanamkan tentang hal buruk padanya hingga Melisa seperti tidak percaya pada sang kakak."Lebih baik kita tidur, sepertinya kamu butuh istirahat, El.""Iya sepertinya pikiranku sudah buntu dan mumet." Bella pun ikut tertidur di samping sang suami, begitu cepat Elvaro memejamkan mata. Sementara, Bella belum bisa memejamkan mata. Ia menat
Elvaro mencoba tenang saat bertemu dengan Edo. Mantan suami Bella itu kini berada di hadapannya dengan menggandeng bos tempat di mana dia bekerja. Sementara, Edo sama sekali tidak kaget melihat Elvaro karena dia sudah tahu jika akan berhadapan dengan pria itu. Terlihat Edo begitu tenang, tapi menyimpan dendam. Ia masih tidak terima dengan perlakuan Elvaro yang meminta Bella sebagai jaminan hutangnya. "Senang bisa bertemu dengan Anda kembali Tuan El," ucap Edo. Tuan El hanya menatap tajam mantan suami sang istri. Ia pun menyimpan amarah karena saat itu begitu sulit untuk meminta tanda tangan pria itu untuk melepaskan Bella. David pun paham sepertinya sang tuan tidak suka dengan Edo. Pria itu setengah berbisik pada bosnya. "Biasa saja melihat pria itu, apa ada yang tidak aku ketahui?" tanya David. Elvaro memilih untuk tidak menjawab, melihat saingannya saja sudah memuakkan. Lalu ada Farel bos Edo yang kini siap menjadi lawan seimbang. Pengusaha muda yang kini sedang naik daun di k
"Aku tidak menakuti-nakutimu. Aku hanya ingin kamu berpikir kritis. Dion licik, kamu harus lebih cerdik," papar Bella. Ya, sebagai wanita ia cukup mengerti perasaan Melissa. Walaupun keduanya tidak pernah akur, tetapi Bella tidak mau kemalangan menimpa adik iparnya tersebut. Melissa pun berpikir ada benarnya ucapan Bella. Ia harus mngesampingkan egonya karena tidak suka dengan kakak ipar itu, tetapi semua uucapan Bella ada benarnya.Wanita itu melirik ke arah Bella sekilas, wajahnya masih memperlihatkan keangkuhan. Ia tak mau dikasihani oleh kakak iparnya itu. Melisa masih saja gengsi, ia tidak mau terlihat memuji akal dari Bella. Tanpa banyak berkata, ia malah masuk ke kamar.Bu Siti menghampiri Bella, ia juga sejak tadi mendengarkan pembicaraan wanita itu. Dirinya kagum akan sosok sang majikan begitu bijaksana dalam memberikan sebuah nasihat. Masih peduli padahal Melissa sudah cukup kejam kepadanya. "Sabar, Non, sikap Non Melissa memang seperti itu keras kepala, gengsinya seting