Beranda / Romansa / Terjebak Gairah Sang Bodyguard / Bab 15 : Saya Akan Menurut

Share

Bab 15 : Saya Akan Menurut

Penulis: Az Zidan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-15 21:00:16

“Sumpah! Aku nggak nyangka banget, Bokapmu kayak gitu, Div. Sebetulnya apa yang diliat Tuan Hen dari si Liam ini, sih?”

Divya pun menggedikkan bahunya, karena dia sendiri juga tidak tahu alasannya. “Gua juga berharap nemu jawaban, Iv. Tapi buntu sampe hari ini. Iv, Lo kudu bantu gue kabur. Gue nggak mau dibuntutin terus ama Liam. Dia bakal dateng lagi pas gue balik nanti,” kata Divya, frustasi.

“Ya— terus aku harus apa? Satu-satunya orang yang bisa bantu kamu hanya—” Ivy celingukan mencari keberadaan, Ghazi. Pria itu tampak baru keluar dari arah toilet. Kemudian, gadis keriting itu menunjuk dengan dagunya. Memberi arahan pada Divya bahwa pria itulah yang bisa membantunya.

Divya menoleh ke arah yang dituju Ivy, tetapi kemudian kembali membalikkan wajah pada Ivy yang duduk di depannya.

“Bahkan dia aja nurut sama bokap gue,” balas Divya.

“Tapi dia kasih barang ini kan?” Ivy mengangkat tangan Divya. Memperlihatkan kembali barang pemberian Ghazi. Cincin yang tersemat di jemari gadis cantik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 16 : Mengundurkan Diri

    Setelah puas mendekap satu sama lain. Suara Ghazi terdengar sampai kamar Ivy. Pria itu berbicara dengan seseorang, sepertinya. "Gue balik, dulu," pamit Divya. Ivy mengangguk dan keduanya berjalan mendekati pintu. Ivy mengantarkan sahabatnya hingga ke luar dari kostan. Saat melewati Ghazi dua gadis itu menatapnya sekilas kemudian melanjutkan langkah sampai mendekati mobil merah Divya. "Inget, ya. Sabar sebentar lagi," pesan Ivy. Divya menyatukan jari jempol dan telunjuk membentuk huruf O sebagai tanda setuju. Ghazi mendekati mereka dan siap untuk mengemudikan kendaraan ke rumah. "Hati-hati Bang Gan. Jaga Divya, ya." Pria berbadan tegap tersebut mengangguk. "Tentu saja," tampaknya. Lalu, mobil berjalan menjauhi kediaman Ivy. "Bokap gue kan yang telpon?" tebak Divya. "Benar, Nona.""Ada apa?" Divya sudah memberengut. Sejatinya ia malas untuk bertanya perihal itu. Ayahnya memiliki kontaknya tetapi kenapa harus menelepon pengawalnya? "Tuan Liam menunggu di rumah. Ingin mengajak An

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-16
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 17 : Makan Malam Bersama

    Suasana berbeda terjadi di kediaman Liam. Ibu Sunu harus mondar mandir mempersiapkan makan malam yang akan diadakan di rumah itu. Sunu terlihat sedikit meringankan beban ibunya. Begitu pun dengan Annchi ibunda Liam yang asli keturunan China. Terlihat bekerja sama penuh antusias."Mereka sudah tiba!" seru Annchi. Dia merapikan dandanannya dan Ranty memberikan senyum untuk menimpali ucapan Annchi."Nu, cepat taruh gelas ini di meja dan kita sambut mereka bersama," perintah sang ibu."Iya, Ma." Sunu cekatan. Meski tampak cuek dan urakan, tetapi pria itu tidak sepenuhnya nakal."Kata siapa kalian harus menyambut? Tugasmu memang di dapur!" tegas Annchi."Tapi, Ci. Kita sama-sama keluarga," jawab Ranty."Tidak untuk saat ini. Divya adalah tamuku dan tidak ada hubungannya dengan kamu juga anakmu itu!"Ranty tertunduk. Memang bukan kali pertama dia diperlakukan seperti babu. Namun, Sunu selalu berhasil membuat perasaan ibunya membaik. Annchi memang memiliki seribu wajah. Dia bisa melakonkan b

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 18 : Warung Kopi

    Setelah Divya meninggalkan rumah, tidak lama, Ghazi pun keluar. Dia tidak membawa mobil melainkan berkendara dengan motor miliknya. Motor sport yang biasa dia gunakan untuk balapan bersama dengan kawan-kawannya. Sesuai dengan perjanjian yang dibuat dengan Divya dia harus menuruti apa yang dikatakan oleh gadis itu. Sebelum benar-benar tidak bisa melihat rumahnya, Divya mengirimkan pesan pada Ghazi.[Lo harus ikutin gue, tungguin sampe lo dapet chat berikutnya dari gue] tulis Divya saat itu.Ghazi hanya menjawab dengan emoji jempol. Hal itu membuat Divya mengeram kecil. Namun, Liam sama sekali tidak menyadari hal itu.Sekarang, begitu Liam keluar dari rumah, ia sudah harus disuguhkan dengan pandangan mata yang mencolok. Divya berada dalam dekapan Ghazi. Tentu hal itu membuat Liam naik pitam. Berbagai pertanyaan timbul dalam benaknya. Bagaimana bisa pria itu ada di sana tepat pada waktunya? Apakah laki-laki itu tidak menuruti apa perintah Hendery? Dimana ucapannya jelas bahwa tidak per

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-22
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 19 : Merasa Bersalah

    Bab 19Setengah jam berada di atas motor, akhirnya Divya bisa bernapas lega, gadis itu turun dan lekas melepas helm yang sudah membungkus kepalanya sejak tiga puluh menit yang lalu.“Huh— hampir aja gue mati kagak bisa napas!” keluh, Divya. Ia mengulurkan helm yang cukup berat itu pada Ghazi. Pria itu masih belum juga melepas helemnya. Dia ingin bebas tertawa tanpa diketahui oleh gadis yang sekarang bersama dengannya. Ghazi merasa bahwa wajah Divya jauh lebih lucu saat ini ketimbang biasanya. Sangat menyebalkan dan menguras emosi.“Lepas dulu itu jaket kedodoran, nggak mungkin kan ke warung kopi pakai jaket dan training?”Divya menatap dirinya sendiri. “Betul juga. Berbalik, awas aja ngintip!” ancam Divya.“Nggak bakal, kekasih gue ada dimari. Kamu aman,” ucap Ghazi percaya diri.Ada secuil kekecewaan dalam diri Divya. Batinnya berkata kalau kekasihnya ada di sini artinya penjagaan Ghazi akan terbagi. Bibirnya seketika tertekuk lusuh. Divya kehilangan senyum dan juga kepercayaan dirin

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-22
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 20 : Hamil Anak Ghazi

    Bab 20Setelah kopi keduanya habis, Ghazi lekas bangkit dan mengajak Divya untuk pulang. Rasanya gadis jelita itu tidak ingin meninggalkan tempat terindah ini. Kapan lagi dia bisa menikmati malam seperti yang tersuguh saat ini?“Gue nggak pengen balik,” gumam Divya. Dia justru menumpukan kepalanya pada meja menggunakan tangannya sebagai bantalan.“Tapi kamu harus tetap pulang.”“Lo udah siapin alasannya?”“Bukan aku yang harus siapkan alasannya, Divya. Tapi kamu,” terang Ghazi enteng.“What?! Apa maksud, Lo. Hah?!” jerit Divya. Sampai semua pasang mata menatap ke arahnya. Semakin malam kafe itu semakin ramai. Para muda-mudi benar-benar tahu kapan waktu terbaik untuk menikmati kebersamaan yang sehat.“Serius, karena aku sudah izin dengan Tuan Hen kalau aku night ride sekaligus kopgab,” jelas Ghazi enteng.“Ghazi, Lo gila?! Brengsek Lo! Sialan, setan!” cecar Divya. Dia tidak habis pikir kenapa bisa Ghazi dengan entengnya membiarkan dirinya mencari asalan sendiri.Divya yang kesal langs

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-23
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 21 : Ijab Kabul

    Ghazi melangkah menuju kamarnya. Seluruh tubuh dan bajunya basah kuyup, wajahnya kuyu dengan memar-memar biru yang penuh menghiasi wajah. Hendery menyerang hanya pada wajahnya saja. Kini, hanya dengan bertelanjang dada pria itu duduk di depan lemari yang memiliki cermin besar. Ia mengobati lukanya sendiri.Suara ketukan pintu terdengar. Setelah pria itu mengabaikan Divya tadi. Kini gadis itu mencoba kembali untuk menemui laki-laki yang sekarang dibuat babak belur karena ulahnya.“Ghaz, ini gue. Boleh gue masuk?” pinta Divya dari balik pintu yang masih tertutup.Ghazi bungkam, dia sama sekali tidak menjawab. Perih yang dia rasakan sungguh menyerangnya secara serentak. Bukan dia cemen, tetapi dia butuh berpikir saat ini. Tidak ingin diganggu oleh siapapun, sekalipun itu Divya yang hendak meminta maaf.Tanpa persetujuan Ghazi, wanita berusia dua puluh tahun itu membuka daun pintu. Ia celingukan mencari keberadaan Ghazi sampai ia melongok lebih dalam dan menemukan pria itu duduk bersila d

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-23
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 22 : Istriku

    Setelah menguping perdebatan yang terjadi di rumah Divya. Liam memutuskan untuk lekas pulang. Dia marah, geram, dan dendam pada Ghazi. Laki-laki itu hanya meletakkan tas milik Divya yang kemarin sempat tertinggal di atas sofa ruang tamu dan lekas keluar. Setibanya di rumah, ia meluapkan amarahnya pada orang-orang yang tidak bersalah. Liam bak kesetanan. Ia menghamburkan semua barang-barang. Memecahkan banyak benda. Bahkan bufet tempat buku-buku sejarah tersimpan pun tidak luput dari amukannya. Ia terus merlontarkan kata umpatan pada Divya. Hingga membuat seluruh penghuni rumah tahu apa masalah yang dia alami. “Liam! Sadarlah, Nak. Wanita bukan hanya dia saja.” Sang ibu mencoba untuk menenangkan anaknya. Selama ini Liam tidak pernah sakit hati sampai seperti ini. “Tidak bisa, Ma! Liam cinta sama Divya. Kalau bukan Divya, Liam nggak akan mau menikah!” ancamnya. Memangnya siapa dia bisa mengancam? Bahkan sekarang, Hendery sendirilah yang menjadi saksi pernikahan dari anak satu-satuny

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-23
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 23 : Malam Pertama

    Divya kuat dengan keinginannya. Wanita itu memilih bungkam tanpa kata dan menunggu Ivy di kostannya. Ghazi pun tidak ada pilihan. Ia juga tidak mau memaksa gadis itu meski dia mau dan bisa melakukannya.Saat jam diangka lima lebih dua puluh menit, Ivy terlihat turun dari ojek. Wanita keriting bertubuh sedikit gempal itu sudah bisa melihat dua manusia terlantar di pelataran kostan.“Ivy!” teriak, Divya. Ia lekas berlari dan menubruk tubuh sahabatnya. Dia tidak sabar untuk bercerita banyak hal tentang hari ini.“Woah!” Ivy terkejut. Dia sedikit terhuyung. Kemudian membalas pelukan erat Divya.“Sorry, aku nggak tahu kamu bakal dateng. Bang Gan juga nggak bilang kalau kalian nunggu di sini. Udah lama?”“Udahlah! Dari jam satu gue nongkrong kagak jelas di sana. Mana— panas! Aus juga!” keluh Divya.Hal itu cukup menimbulkan pertanyaan besar di kepala Ivy. Kenapa Divya tidak menyusulnya di kampus saja? Kenapa juga gadis itu tidak membeli minum jika memang haus? Kenapa justru tetap duduk dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 95 : Awal Baru

    Sepasang sorot mata yang dulunya bersinar indah dan teduh terus menyorot televisi dengan layar besar di hadapannya. Tanpa dia sadari dari pelupuk kelopak mata tetesan air mata luruh membasahi pipi.Ini bukan tangis kesedihan, ini tangis haru yang dia rasakan setelah bertahun-tahun melewati hidup dalam kesedihan yang nyata. Air mata yang tidak berkesudahan."Mom, sudah dong. Masa tiap liat aku malah nangis. Lama-lama tuh tivi kujual juga," sungut Zie. Sekarang, wanita itu tumbuh menjadi gadis ayu dengan rambut hitam yang panjang. Sama seperti Divya yang selalu menyukai rambut panjang. Berkat kelebihan yang dia miliki saat ini, bukan hanya sang ibu yang mampu memandang dengan tatapan kagum pada Liorazie Fahar Aurora. Namun, seluruh pencinta film yang dia bintangi bisa menikmati wajah yang tidak membosankan itu."Kamu tahu ini tangis bahagia, Nak. Mama bangga sama kamu, mama tidak bisa berkata-kata setiap melihatmu di balik layar.""Semua yang terjadi, semua yang Zie miliki berkat Momm

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 94 : Sky Ahlam Gatra Fahar

    Bocah perempuan kecil dengan rambut sebahu itu meraung sangat keras, hingga hidungnya memerah. Sama halnya seperti sang kakak, ia bisa tenang setelah didekap oleh ayahnya.“Kakak siapa? Besok kita beli yang baru okey,” bujuk Ghazi seraya berjalan keluar dari kamar, membiarkan istrinya mengatur emosi serta membetulkan pakaiannya.Setelah tiba di ruang tamu, ternyata bukan hanya Ghea yang menangis, si Zie pun tidak kalah kesalnya terhadap sang kakak yang selalu usil di setiap kesempatan.“Sky, bisa jelaskan?” Ghazi menatap anak keduanya. Jelas dialah pelaku utamanya. Tidak ada yang berani mengusik si kembar jika bukan bocah itu. “Aku hanya meminjam. Aku bersumpah hanya pinjam, Yah. Dia saja yang cengeng, kalian berdua sama-sama cengeng,” efeknya pada Ghea dan Zie. Bukannya merasa bersalah bocah enam tahun itu justru menjulurkan lidahnya. Hal itu kian membuat si kembar menangis dan membuat gaduh seantero rumah. “Sky! Please, minta maaf lalu kembali ke kamarmu!” hardik Divya yang

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 93 : Cengeng dan Centil

    Suara tangisan seorang gadis kecil terdengar sangat kencang sejak kaki kecilnya melewati pintu utama rumah. Ia meraung dan berderai air mata guna mencari keberadaan sang ayah. Tangisannya tidak akan berhenti sebelum satu ritual bersama laki-laki pertama dalam hidupnya itu merengkuh tubuh kecilnya. "Hei, ada apa, Sayang?" tanya Ghazi lembut. Ia berjongkok dan mengulurkan tangannya pada balita itu. Usianya baru empat tahun, ia telah menikmati taman bermainnya sekarang. "Huh— kumat lagi, dah," keluh Divya di belakang tubuh si gadis kecil itu. "Diam, mommy! Kamu membuat aku semakin sesak," sergahnya. "Hem— ada apa ini?" Kembali tangisannya memekikkan telinga. Divya mengerutkan keningnya untuk menghalau dengung di telinganya. "Daddy, you can dance with me?" "Oh— ss— sure, Baby." Ghazi membopong tubuh anaknya. Ya— anak keduanya yang kerap dipanggil baby, itu. Gadis kecil manja yang selalu berhasil merebut hati Ghazi dari keduanya kakaknya. Pria dewasa itu melangkah ke kiri dan ka

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 92 : Berakhir Bahagia

    Setelah pemakaman Hendery usai, Ghazi dan Divya harus kembali ke rumah sakit. Di tengah acara pemakaman, gadis itu kembali pingsan. Beban berat yang dia tanggung mengguncang pikirannya. Hubungan Divya dengan sang ayah memanglah tidak baik di awal. Namun, ditinggal untuk selamanya tetaplah hal yang sangat menyesakkan. "Aku minta maaf, Ghaz. Aku tahu ini salahku," sesal Ivy. Dia benar-benar merasa bersalah atas segalanya. Jika tidak sibuk mengurus anaknya, Divya akan memiliki banyak waktu untuk Hendery. Bahkan di detik-detik terakhirnya, Divya bisa berada di sisi sang ayah. Akan tetapi, setelah memilih kesibukan bersama dengan kedua anak Ivy, hal itu membuatnya jauh dan mengharuskan diri menjauh dari rumah sakit. Divya tidak ingin kedua anak asuhnya terpapar penyakit dari orang-orang di sana. "Bukan salahmu. Perlu kamu tahu, selama ini ternyata Divya hamil. Sudah menginjak usia empat bulan, Iv. Bisa kamu bayangkan bagaimana lelah dan lemasnya dia?" "Apa?! Kamu serius?" Seraut wajah

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 91 : Dua Kabar

    Ditengah kondisi, Divya yang masih sangat rapuh, gadis itu duduk di bangku mobil dengan gusar. Tidak sabar ingin bertemu dengan sang ayah. “Lebih cepat, Big. Aku takut Papa kenapa-kenapa,” cemasnya. “Ini udah cepat, Bee.” Tangan Divya terus meremas jarinya sendiri. Pandangannya kesana kemari. Wanita itu benar-benar khawatir atas mimpi yang baru saja dia dapatkan. Ia juga lupa tentang Wynne dan juga Rayyan. Begitu tiba di rumah sakit, Divya berlarian di koridor untuk menuju ke ruangan sang ayah. Jantungnya kian berdegup dengan cepat. Bahkan ia tak acuh dengan kondisinya sendiri. Banyak yang dikorbankan oleh wanita itu, sangat banyak, secara fisik, Divya sudah sangat jauh berbeda dari dulu. Ia kehilangan kebiasaannya berdandan, kehilangan kebahagiaan yang dia upayakan setiap harinya. Waktunya terus ia habiskan dengan Wynne dan Rayyan. Dia benar-benar membunuh waktu agar melupakan kesialan nasibnya. “Pelan-pelan, Bee,” pinta Ghazi yang membuntuti langkah istrinya. Meskipun, D

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 90 : Banyak Hal

    Rengekan gadis kecil dalam gendongan Divya membuat kepalanya kian pening. Tubuhnya juga dipenuhi dengan keringat dingin dan juga dalam kondisi lemas, membuatnya seolah hampir tumbang. Namun, bocah kecil itu masih juga tidak mau terlelap. Biasanya, ketika berada dalam dekapan Divya, ia akan cepat tertidur. Hari ini sangat berbeda, dia rewel dan tidak mau berhenti diayun dalam gendongan Divya. Alhasil Divya harus menahan rasa meriang yang sudah menyerangnya sejak pagi tadi."Tenanglah, girl. Jangan rewel, please," lirih Divya. Berharap anak asuhnya mampu memahami kondisinya. Akan tetapi, bayi berusia satu tahun bisa apa? Dia akan terus menangis jika tidak menemukan kenyamanan yang diinginkan. Jarum sudah menunjukkan pukul tiga sore. Jam pulang Rayyan sudah tiba. Divya semakin kebingungan. Biasanya dia cekatan menjemput anak pertama Ivy itu. Kali ini, dia benar-benar butuh bantuan."Aku pu— Bee!" Belum usai Ghazi menyapa sang istri yang sudah dia nikahi selama dua belas tahun lalu itu

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 89 : Pluto

    Bab 89Ghazi dan Divya segera berlari ke arah kamar, di mana Rayyan meraung-raung di sana. membuat pasangan tua, Dadang dan istrinya kewalahan. Sungguh bocah itu tidak bisa jauh dari Divya. Hanya wanita inilah yang mampu membuatnya tenang.“Sayang, anak Ibu. Kenapa nangis lagi? Ibu hanya keluar sebentar,” tutur Divya lembut. Dia merasa bersalah karena harus keluar pagi itu. Seharunya momen ini menjadi lebih indah jika saja ia tidak keluar, dia bisa menikmati pagi bersama bayi laki-laki itu.Akan tetapi, Divya juga tidak bisa membiarkan suaminya sendirian lagi. Dia sudah berjanji kalau tidak akan keras kepala atau bahkan membuat laki-lakinya kecewa. Sudah cukup keegoisan itu membuat hubungan mereka selalu dalam pertengkaran.“Dasar bocah tengil. Bisa tidak sehari kau beri istriku waktu hanya bersamaku?” Ghazi sungguh geram. Mereka sangat tampak khawatir tadi begitu melihat Dadang dan istrinya bersama-sama mendatangi mereka.Selama itulah, Rayyan menangis, selama kepergian Divya satu ja

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 88 : Dia Mengejekku?

    Tengah malam, Rayyan menangis tidak henti, padahal suhu tubuhnya snagat normal, tetapi dia benar-benar rewel. Istri Dadang tidak lagi mampu membuatnya tenang. Sampai, Divyalah yang harus turun tangan.“Mau ke mana, Bee?” tanya Ghazi saat melihat sang istri turun dari ranjang.“Kayanya, Ray nangis, Big. Aku turun dulu, ya,” pamit Divya. Ia sudah meninggalkan bayi itu setelah makan malam tadi. Ivy pun juga sudah menyempatkan menelepon mereka. Gadis itu tempak sangat sibuk, sehingga tidak ada banyak waktu untuk menatap wajah bayinya.Sebetulnya dia enggan untuk tidur di atas. Inilah yang dia takutkan, Rayyan rewel dan menangis tidak bisa ditenangkan kecuali dengan Divya.“Sama aku, Bee.” Pria itu memutuskan untuk ikut turun tangan, takut jika sang istri kelelahan.Mereka turun dan begitu tiba di lantai bawah keduanya melihat Dadang dan istrinya kewalahan mengurus bayi yang terus menangis dengan sangat kencang itu. Divya ingat saat pertama kali mendengar tangisan bocah itu saat hari perta

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 87 : Lembut

    [Aku harus keluar kota, Divya. Bisakah titip Rayyan sampai besok sore?]Sebuah pesan singkat diterima oleh Divya tepat pukul lima petang, sang ibu dari bayi itu tampak sangat sibuk.Divya justru tersenyum bahagia. Ia membalas dengan ujaran yang penuh keikhlasan. Mengatakan bahwa dirinya tidak keberatan akan hal itu. Rayyan adalah bagian dari kebahagiaan Divya saat ini.Di saat cobaan pernikahannya masalah kehamilan, Ivy justru hadir dengan bayi yang menjadi idaman gadis cantik itu.[Terima kasih, Div]Setelah itu, Divya memandikan Rayyan. Mereka tertawa dan sesekali bermain air dan bebek air dalam bak mandi."Rayyan, doakan Ibumu ini bisa memberimu teman, ya. Ibu juga pengen mengurus bayi setiap hari," lirih Divya.Namun, sambutan yang tidak disangka justru diberikan Rayyan. Dia merengek, mencelupkan tangannya ke air sangat kencang hingga menyemprot ke muka Divya."Oh, sepertinya kamu tidak setuju, ya? Cemburuan sekali kamu, hm." Divya menggosok pelan kulit Rayyan. Membaluri tubuh itu

DMCA.com Protection Status