Luna sedang duduk di sudut taman kampus saat sahabatnya tiba-tiba saja datang menghampiri. Dia menoleh ketika merasakan tepukan tangan di pundaknya
"Lun, gimana sih rasanya tidur berdua sama cowok paling tampan satu kampus?" tanya gadis itu tiba-tiba."Hei!"Sontak Luna melotot pada sahabatnya. Perempuan bernama Ara itu masih tersenyum kuda sambil melihat mata Luna yang melotot semakin garang. Dia duduk di samping gadis itu."Pertanyaan gila apaan ini? Vino itu Kakak aku! Ya kali aku punya perasaan! Emang siapa yang bilang ke kamu kalau aku sama Vino pernah tidur satu kamar?""Gak ada sih! Tapi karena kalian berdua kakak beradik, pasti pernah dong?""Ya pernah, tapi rasanya biasa aja! Emang rasa apa yang kamu harapkan dari Kakak dan adik? Gila kamu lama-lama!" Luna mendengkus, tangannya yang mulus terlipat di depan dada. Sahabatnya ini memang kadang-kadang kalau bertanya."Sabar Luna. Itu udah resiko lo punya Kakak ganteng. Kalau gue jadi lo, pasti gue bakalan gagal fokus karena ketampanan Vino yang menyilaukan!""Dia itu nyebelin! Kalau kamu jadi aku udah mati duluan," Sungut Luna."Belum tentu Luna. Tadi aku tuh gak sengaja liat Vino lagi ganti baju di ruang ganti basket. Duh, kepalaku jadi pusing!""Gak usah mikir aneh-aneh!" sahut Luna dengan tatapan tajam. "Vino itu bukan cowok baik, gak usah deketin dia. Kamu tau 'kan, berapa banyak cewek yang udah jadi korban dia."Semua gadis di sini juga tahu kali Lun, kalau Vino itu suka gonta ganti cewek. Tapi mereka tetep aja mau. Aku yakin kalau kamu bukan adik kandungnya juga mau kan?""Kamu ngomong apa si?" Pipi Luna seketika merona. Entah apa yang ada di pikiran sahabatnya ini, yang jelas Luna agak malu mendengar ucapan sahabatnya itu. Tak dipungkiri juga kalau pikirannya mulai membayangkan hal yang tidak-tidak.ByurrrrrrrTiba-tiba seorang gadis menyiram Luna dari belakang. Luna mendadak gelagapan karena gadis itu menyiram kepalanya dengan seember penuh air. Dia berbalik badan sambil meraup udara sebanyak-banyaknya."Woi, ngapain lo siram Luna?" Ara selaku sahabat Luna merasa tidak bisa tinggal diam."Gak usah ikut campur! Ini urusan gue sama luna," teriak gadis itu."Salah aku apa?" tanya Luna dengan suara lemah. Dia memang tipe gadis lembut walau di saat-saat tertentu bisa berubah garang. "Salah lo karena lo jadi adeknya Vino!" Gadis itu melipat tangannya di dada. Dia terlihat marah sekali, tapi Luna tidak heran karena gadis itu bukanlah gadis pertama yang mencari gara-gara pada Luna. Topik masalahnya sudah jelas, pasti karena Vino si kakak sialan itu."Bilangin tuh sama Kakak lo! Dia udah ngancurin masa depan gue! Gue udah nyerahin segalanya tapi dia malah nyari cewek baru! kalau dalam waktu seminggu dia gak ada ada ngehubungin, gue bakalan laporin dia ke polisi.""Polisi?" Luna menatap penuh keterkejutan."Jangan percaya dulu Lun!" Ara menarik Luna ke belakang punggungnya. "Lagian lo diapain sama Vino? Lo hamil? Kalau cuma di unboxing doang ya itu salah lo, lah. Siapa suruh lo mau?""Tapi dia janji bakalan nikahin gue!""Hahaha, terus lo percaya gitu? Lo bego apa tolol?" tanya Ara. Meskipun dia mengagumi ketampanan Vino, tapi dia tahu persis seperti apa watak kakak dari sahabatnya itu."Vino pernah bilang kalau gue itu beda dari cewek lain. Jadi gue pikir dia serius sama gue!" Nada bicara perempuan itu melemah."Hmmm. Kasian banget! Terus mau lo apa? Mau lo bunuh adiknya sekalipun, Vino juga gak bakalan balik lagi sama lo!" tegas ara. Dia tahu kalau Vino nyaris tak pernah kembali dengan perempuan yang istilahnya sudah dibuang."Gue mau Luna bantuin gue bujuk Kakaknya supaya balik ke gue lagi!" ucap perempuan itu. Dia beralih menatap Luna yang mulai menggigil kedinginan."Maaf aku nggak bisa. Sebelumnya juga ada beberapa perempuan yang kayak gini sama aku. Sudah aku bantu, tapi Vino tetap saja menolak. Sorry aku nggak bisa!" Sambil memeluk tubuhnya Luna meninggalkan perempuan itu. Tubuhnya sudah sangat dingin sekali karena angin bertiup cukup kecang.Ara masih di sini. Dia berkacak pinggang sambil menatap perempuan malang yang sudah dijajah oleh Vino itu."Sekali lagi lo berani gangguin Luna, gue gampar! Gue gak punya belas kasih buat perempuan kegatelan macam lo! Paham?"Setelah mengatakan itu, Ara langsung berlari menyusul Luna yang sepertinya berjalan ke arah toilet. Sesampainya di sana Ara mendapati sahabatnya sedang menangis sesenggukan. Ara langsung melepaskan jaketnya dan melingkarkan pada tubuh Luna."Kayaknya kali ini kamu harus lebih tegas lagi sama Vino, Lun! Aku gak tega kalau harus lihat kamu dianaiaya sama mantan-mantan korbannya Vino!" ujar Ara.Luna menoleh sambil mengelap ingus di sudut bibirnya."Gimana caranya? Aku udah berkali-kali nasehatin dia Ara!""Jangan dinasehatin! kamu harus punya ancaman buat bikin dia patuh sama kamu!" jelas Ara."Gimanapun caranya, pokonya kamu harus bisa. Jangan jadi cewek lemah!" tegasnya sekali lagi."Aku memang cewek lemah!" Luna menatap wajahnya di depan cermin. Penampilan yang sangat cupu, kaca mata besar yang menghiasi wajah, semua itu benar-benar mencerminkan sikap Luna yang lembek dan mudah ditindas."Tadi kamu bilang apa? Ancaman?" Luna kembali menoleh. Tiba-tiba dia mendapatkan sebuah ide berlian."Yuhuuu. Semua orang pasti akan patuh kalau merasa terancam. Jadi kamu harus bisa memikirkan cara membuat Vino merasa terancam."Hmmm." Luna manggut-manggut. Kali ini dia akan menggunkaan sesuatu yang menarik untuk mengancam Kakak sialan itu."Tunggu pembalasan gue Vino sialan!"***Luna membuka pintu kamar Vino dengan hati-hati dan pelan sekali. Suasana kamar itu gelap gulita. Dia menyalakan lampu, dan mata langsung dibuat membeliak saat melihat pemandangan gila yang ada di atas ranjang."Kakakkk!" Teriakan Luna menggema. Buru-buru gadis itu berbalik badan sambil menutupi wajah."Oh sh!t!" Vino menggeram kesal. Dia segera memasukkan batang yang sejak tadi mengacung ke dalam tempatnya kembali. Ia campakkan earphone dan ponselnya. Panggilan di balik sana terputus begitu saja."Ngapain lo masuk kamar gue tanpa ketuk pintu!" Pria itu beranjak turun. Kakinya melangkah kesal menuju adiknya yang masih berdiri membelakangi. Vino membalik tubuh si adik supaya menghadapnya."Maaf Kak! Maaf."Sekujur tubuh perempuan polos itu bergetar. Meski samar-samar, matanya baru saja ternodai oleh pemandangan batang sialan milik sang kakak. Ini pertama kalinya Luna melihat milik seorang pria. Dan sial! Kenapa ukurannya besar sekali?"Aku udah ketuk pintu. Tapi Kakak yang gak denger
Malam harinya,"Gue mau keluar sebentar, lo di sini sendiri ngga papa kan?" Vino mengenakan jaket sambil berjalan. Laki-laki itu terlihat wangi dan rapih. Dengan dandanan seperti itu, sudah pasti Vino akan berkencan dengan wanita cantik yang sedang masuk ke dalam perangkapnya.Luna memandangi objek yang ada di hadapannya sebentar sebelum mulai bicara. Di lihat dari sudut mana pun kakaknya memang sangat tampan. Tidak heran banyak wanita di luar sana yang ingin memilikinya. Bahkan mereka rela menyerahkan mahkota pertamanya untuk mahluk tampan sialan yang satu ini."Aku mau ikut," rajuk Luna, ia beranjak dari atas sofa menghampiri kakanya. "Ajak aku main Kak, ke mana aja, aku bete sendirian di apartemen!""Hah, ikut! Gak. Gak bisa!" tolak Vino cepat.Bisa gawat kalau Luna ikut. Gadis ini ada sisi merepotkanya juga. Padahal kalau di rumah, ia selalu berdiam diri saja, mungkin karena tidak ada pengawasan mamih papih membuatnya lebih berani."Ngga bisa, Lun. Kaka mau ke club malam. Mana bis
***Dari sini lah semua terjadi, sebuah awal dari kebodohan Vino yang akan menghancurkan hidupnya sendiri.Setelah mengantarkan selly pulang, Vino pergi ke sebuah bar langgananya. Otaknya sedang tidak bersahabat sekarang, wajahnya kusut, dan penampilannya sangat acak-acakan.Selly wanita yang baru ia pacari ngambek gara-gara diusir secara paksa oleh Luna tadi pagi. Alhasil, jatah emas hilang begitu saja. Padahal belum sempat ia mencicipi tubuh virgin gadis itu.Semalam saat Vino hendak melakukanya, tiba-tiba bulanan gadis itu datang dengan keji, di saat hastrat yang sedang tinggi-tingginya, satu langkah lagi ia berhasil menjebol keperawanan Selly, andai datang bulan sialan itu sedikit terlambat datang.Satu minggu yang Lalu, Selly baru saja berniat menyerahkan keperawananya untuk Vino, setelah berkali-kali Vino merayu dan membujuknya. Selly adalah model sekaligus anak pejabat, maka dari itu Vino sangat murka saat gadis yang ada digenggamanya lepas begitu saja.Masih anget-angetnya. Hna
"Perkosa adek gue--""Gila! Ngga ada otaknya lo biadab!"Marco menatap Vino marah. Raut wajah lelaki itu dipenuhi emosi."Gue serius, Ege!""Serius lo gila, Vin!" Umpatan kesekian kali keluar dari bibir Marco. Dia menatap lelaki bernama lengkap Vino Giovani itu.Sepertinya otak sahabatnya ini memang sudah rusak. Di mana ada kaka yang menyodorkan adiknya pada sahabat berandal yang bejatnya sama persis dengan dirinya. Disuruh perkosa pula."Kenapa, dah! Gue cuma pengin ngasih tau adek gue, kalo kebutuhan biologis itu perlu, Men. Andai dia udah ngerasain sendiri gimana enaknya, dia pasti ngga akan ngelarang gue lagi kaya gini, ribet tau." Vino menuang sebotol whiskey sekali lagi, entah sudah berapa banyak gelas yang ia tengah. Vino tidak menghitung seberapa banyak ia menuangkan."Parah lo! Parah. Kali ini gue benci lo." Marco menggelengkan kepalanya, sepertinya otak Vino sudah terbentur benda keras, makanya tidak waras.Ia memang sama bejadnya dengan Vino. Namun tidak pernah terlintas di
Seluruh ruangan masih gelap gulita saat Luna membuka pintu apartemennya. Belum ada satu pun lampu yang dinyalakan, itu artinya Vino belum pulang sejak pergi tadi pagi.Buru-buru ia menyalakan semua lampu, ia berjalan cepat menuju sofa sembari menghubungi ponsel kakaknya."Hallo?" Luna terduduk begitu seseorang mengangkat telpon darinya."Maaf ini bukan Vino, jawab seseorang dari jauh sana.""Maaf ini siapa? Kakak saya di mana? Apa yang terjadi? Kakak saya baik-baik saja kan?" karena sangat khawatir Luna melontarkan banyak sekali pertanyaan. Membuat seseorang yang jauh di sana bingung harus menjawab apa. Luna terus nyerocos tanpa sadar."Ini Marco, teman baik kakakmu. Vino baik-baik saja, dia cuma mabuk.""Mabuk? Kaka di mana sekarang? Biar aku jemput ke sana.""Tidak, tidak usah. Kamu share lokasi apartemen kamu aja. Nanti biar aku yang anter monyetnya ke sana.""Monyet?" Luna mengerjap satu detik."Sorry, maksudnya biar aku antar Kakak kamu ke apartemen.""Beneran? Apa ngga ngrepotin
Vino terbangun ketika merasakan kebas di lengan sebelah kirinya. Di sampingnya sudah ada Luna yang masih tidur pulas menggunakan lengan Vino sebagai bantalan kepalanya."Shit! Ngapain nih bocah tidur si kamar gue?" Vino menarik kasar lenganya, membuat kepala gadis itu tersentak lalu terbangun kaget."Enghh..." Luna mengeram."Ngapain lo tidur sama gue ,emang ada petir?" Vino mencubit pucuk hidung adiknya, hingga terpaksa Luna harus bangun karena gelagapan.Astaga, Luna mendengus kesal dalam mata setengah terpejam. Inikah balasan kebaikan luna semalam,cowok itu memang sangat menyebalkan."Kak, aku masih ngantuk. Jangan mancing-mancing." Luna membalikan tubuhnya kemudian memunggungi kakaknya. Cewek itu masih sangat letih. Kenapa sih kakak rese itu harus bangun dan mengganggunya pagi-pagi buta begini?"Ai ...." Lelaki itu tersadar kalau dia tidak sedang berada di kamarnya. "Kok gue bisa ada di sini," gumam Vino bermonolog sendiri.Lelaki itu mencabut sehelai rambut Luna sampai mata cewek
Luna menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya ketika mendapati pemandangan yang baru saja ia lihat. Bola matanya melotot sempurna, menatap jengan kearah pintu kamar mandi yang baru saja dibuka.Vino si kaka menyebalkanya, baru keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk pink bermotif hello kitty."Ya ampun Kakak! Ngapain pake handuk aku?" Luna menatap jijik cowo yang ada di hadapanya. "cih!""Lupa ngga bawa handuk, Lun. kalo bawa ngapain juga gue make handuk lo?" Vino menyeringai lalu berjalan menuju meja makan, ia hendak memakan sepotong roti sandwich yang baru saja Luna buat. Baru ia mulai membuka mulutnya lebar..."Ngga boleh dimakan!" Luna melotot penuh sangsi. Dengan buas ia merebut roti yang ada di tangan Kakanya."Hari ini ngga ada makanan untuk kaka. Itu hukuman buat cowok yang suka mabok.""Gilss, adik macam apa lo? Gue laper Lun." Vino mencemoh kesal."Bodo amat.""Balikin handuk aku," gertak Luna manyun, ia memakan sandwich buatanya sendiri dengan tega. Kali ini Luna
"Vinooooooooo ...!" teriak bu Jolla keras. "Kamu h0mo?" ulangnya untuk kedua kali. Dalam diam Vino menggeram.Ah sial.....!Benda itu ya?Kond0m memang barang yang tak pernah ketinggalan untuk dibawa, karena siapa tahu anak keparat itu menemukan mangsa indah secara dadakan. Jadi harus selalu sedia payung sebelum hujan.Antisipasi untuk mencegah, jangan sampai sudah menemukan sarang yang tepat, tapi harus ditunda karena tidak ada kuncinya.Mengenai foto yang ikut terjatuh, itu adalah foto Marco yang akan Vino berikan untuk Luna, karena Luna sudah melihatnya sendiri, Vino tidak Jadi memberikanya."E-ngga bu, itu salah paham. Bukan punya saya ...," jawabnya pura-pura polos.Gelak tawa mulai terdengar nyaring di kelas itu. Seketika suasana menjadi ramai karena ulah Vino. Selalu ada saja kelakuan aneh yang dihasilkan cowok itu."Wahh Vino! ngga nyangka ya, jeruk makan jeruk,"seru salah satu teman kelasnya. Tentu saja Vino hanya diam tidak peduli. Cowok itu bahkan tidak merasa malu sama s
Cafe paling dekat menjadi tempat tujuan mereka. Marco memesan dua espresso untuk dirinya dan Vino. Lalu satu coklat panas yang tentunya sudah diberi obat perangsang untuk melancarkan aksinya setelah ini."Gimana kuliah kalian. Lancar?""Lancar Kak! Tapi paling Kakakku sebentar lagi akan di DO," celetuk Luna . Gadis itu memutar bola mata dan membuat Vino menoleh geram.Mendengar itu Marco tersenyum. Ternyata gadis pendiam itu ada sisi lucunya juga.Marco bisa melihat betapa manisnya Luna di balik kaca matanya yang besar. Gadis itu menyimpan kecantikan di mana banyak orang yang tidak menyadari. Bahkan Vino si Kakaknya sendiri mungkin tidak sadar kalau Luna sebenarnya cantik."Gak usah ngomong macem-macem. Gue bakal buktiin ke elo kalo kita bakalan sama-sama lulus tahun depan.""Yau dah buktikan!" Luna mencebik. Gadis itu menarik cangkir lalu meminum coklat panasnya sedikit demi sedikit.Marco dan Vino hanya saling pandang dengan perasaan yang sulit untuk dijabarkan.“Eh, gue ke toilet du
[Gue butuh bantuan lo]Marco tersenyum sinis ketika membaca pesan yang dikirim Vino. Dia kemudian menghubungi balik nomor lelaki itu."Bantuan apaan? Ada imbalannya, 'kagak? Kalo engga gue males!""Ini beneran kesempatan emas buat lo. Adek gue lagi ngambek, gue takut dia ngadu yang engga-engga sama Mami Papi. Jadi gue butuh bantuan lo!""Terus? Gue harus ngapain?" Dua alis Marco mengernyit."Lo mau perawan, gak?""Ya maulah!""Gue mau lo bantuan gue bujuk dia! Lo bilang aja kalau sebenarnya gue sayang banget sama dia. Atau apa kek, terserah lo! Yang penting bersikap baik supaya hati adek gue meleleh.""Terus imbalannya perawan adek lo?" Marco mengingatkan jika Vino Lupa. Lelaki itu tedengar mendesah dari balik sana. "Ya iya lah bego! Ambil aja perawan adek gue. Nanti gue kirim obat perangsang biar perjalanan lo lancar. Tapi ati-ati. jangan sampe kelebihan dosis! Entar adek gue mati lagi!.""Tenang aja. Gue lebih tua dari lo Nyet! Emang adek lo di mana?" "Gue udah kirim lokasinya lewa
"Vinooooooooo ...!" teriak bu Jolla keras. "Kamu h0mo?" ulangnya untuk kedua kali. Dalam diam Vino menggeram.Ah sial.....!Benda itu ya?Kond0m memang barang yang tak pernah ketinggalan untuk dibawa, karena siapa tahu anak keparat itu menemukan mangsa indah secara dadakan. Jadi harus selalu sedia payung sebelum hujan.Antisipasi untuk mencegah, jangan sampai sudah menemukan sarang yang tepat, tapi harus ditunda karena tidak ada kuncinya.Mengenai foto yang ikut terjatuh, itu adalah foto Marco yang akan Vino berikan untuk Luna, karena Luna sudah melihatnya sendiri, Vino tidak Jadi memberikanya."E-ngga bu, itu salah paham. Bukan punya saya ...," jawabnya pura-pura polos.Gelak tawa mulai terdengar nyaring di kelas itu. Seketika suasana menjadi ramai karena ulah Vino. Selalu ada saja kelakuan aneh yang dihasilkan cowok itu."Wahh Vino! ngga nyangka ya, jeruk makan jeruk,"seru salah satu teman kelasnya. Tentu saja Vino hanya diam tidak peduli. Cowok itu bahkan tidak merasa malu sama s
Luna menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya ketika mendapati pemandangan yang baru saja ia lihat. Bola matanya melotot sempurna, menatap jengan kearah pintu kamar mandi yang baru saja dibuka.Vino si kaka menyebalkanya, baru keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk pink bermotif hello kitty."Ya ampun Kakak! Ngapain pake handuk aku?" Luna menatap jijik cowo yang ada di hadapanya. "cih!""Lupa ngga bawa handuk, Lun. kalo bawa ngapain juga gue make handuk lo?" Vino menyeringai lalu berjalan menuju meja makan, ia hendak memakan sepotong roti sandwich yang baru saja Luna buat. Baru ia mulai membuka mulutnya lebar..."Ngga boleh dimakan!" Luna melotot penuh sangsi. Dengan buas ia merebut roti yang ada di tangan Kakanya."Hari ini ngga ada makanan untuk kaka. Itu hukuman buat cowok yang suka mabok.""Gilss, adik macam apa lo? Gue laper Lun." Vino mencemoh kesal."Bodo amat.""Balikin handuk aku," gertak Luna manyun, ia memakan sandwich buatanya sendiri dengan tega. Kali ini Luna
Vino terbangun ketika merasakan kebas di lengan sebelah kirinya. Di sampingnya sudah ada Luna yang masih tidur pulas menggunakan lengan Vino sebagai bantalan kepalanya."Shit! Ngapain nih bocah tidur si kamar gue?" Vino menarik kasar lenganya, membuat kepala gadis itu tersentak lalu terbangun kaget."Enghh..." Luna mengeram."Ngapain lo tidur sama gue ,emang ada petir?" Vino mencubit pucuk hidung adiknya, hingga terpaksa Luna harus bangun karena gelagapan.Astaga, Luna mendengus kesal dalam mata setengah terpejam. Inikah balasan kebaikan luna semalam,cowok itu memang sangat menyebalkan."Kak, aku masih ngantuk. Jangan mancing-mancing." Luna membalikan tubuhnya kemudian memunggungi kakaknya. Cewek itu masih sangat letih. Kenapa sih kakak rese itu harus bangun dan mengganggunya pagi-pagi buta begini?"Ai ...." Lelaki itu tersadar kalau dia tidak sedang berada di kamarnya. "Kok gue bisa ada di sini," gumam Vino bermonolog sendiri.Lelaki itu mencabut sehelai rambut Luna sampai mata cewek
Seluruh ruangan masih gelap gulita saat Luna membuka pintu apartemennya. Belum ada satu pun lampu yang dinyalakan, itu artinya Vino belum pulang sejak pergi tadi pagi.Buru-buru ia menyalakan semua lampu, ia berjalan cepat menuju sofa sembari menghubungi ponsel kakaknya."Hallo?" Luna terduduk begitu seseorang mengangkat telpon darinya."Maaf ini bukan Vino, jawab seseorang dari jauh sana.""Maaf ini siapa? Kakak saya di mana? Apa yang terjadi? Kakak saya baik-baik saja kan?" karena sangat khawatir Luna melontarkan banyak sekali pertanyaan. Membuat seseorang yang jauh di sana bingung harus menjawab apa. Luna terus nyerocos tanpa sadar."Ini Marco, teman baik kakakmu. Vino baik-baik saja, dia cuma mabuk.""Mabuk? Kaka di mana sekarang? Biar aku jemput ke sana.""Tidak, tidak usah. Kamu share lokasi apartemen kamu aja. Nanti biar aku yang anter monyetnya ke sana.""Monyet?" Luna mengerjap satu detik."Sorry, maksudnya biar aku antar Kakak kamu ke apartemen.""Beneran? Apa ngga ngrepotin
"Perkosa adek gue--""Gila! Ngga ada otaknya lo biadab!"Marco menatap Vino marah. Raut wajah lelaki itu dipenuhi emosi."Gue serius, Ege!""Serius lo gila, Vin!" Umpatan kesekian kali keluar dari bibir Marco. Dia menatap lelaki bernama lengkap Vino Giovani itu.Sepertinya otak sahabatnya ini memang sudah rusak. Di mana ada kaka yang menyodorkan adiknya pada sahabat berandal yang bejatnya sama persis dengan dirinya. Disuruh perkosa pula."Kenapa, dah! Gue cuma pengin ngasih tau adek gue, kalo kebutuhan biologis itu perlu, Men. Andai dia udah ngerasain sendiri gimana enaknya, dia pasti ngga akan ngelarang gue lagi kaya gini, ribet tau." Vino menuang sebotol whiskey sekali lagi, entah sudah berapa banyak gelas yang ia tengah. Vino tidak menghitung seberapa banyak ia menuangkan."Parah lo! Parah. Kali ini gue benci lo." Marco menggelengkan kepalanya, sepertinya otak Vino sudah terbentur benda keras, makanya tidak waras.Ia memang sama bejadnya dengan Vino. Namun tidak pernah terlintas di
***Dari sini lah semua terjadi, sebuah awal dari kebodohan Vino yang akan menghancurkan hidupnya sendiri.Setelah mengantarkan selly pulang, Vino pergi ke sebuah bar langgananya. Otaknya sedang tidak bersahabat sekarang, wajahnya kusut, dan penampilannya sangat acak-acakan.Selly wanita yang baru ia pacari ngambek gara-gara diusir secara paksa oleh Luna tadi pagi. Alhasil, jatah emas hilang begitu saja. Padahal belum sempat ia mencicipi tubuh virgin gadis itu.Semalam saat Vino hendak melakukanya, tiba-tiba bulanan gadis itu datang dengan keji, di saat hastrat yang sedang tinggi-tingginya, satu langkah lagi ia berhasil menjebol keperawanan Selly, andai datang bulan sialan itu sedikit terlambat datang.Satu minggu yang Lalu, Selly baru saja berniat menyerahkan keperawananya untuk Vino, setelah berkali-kali Vino merayu dan membujuknya. Selly adalah model sekaligus anak pejabat, maka dari itu Vino sangat murka saat gadis yang ada digenggamanya lepas begitu saja.Masih anget-angetnya. Hna
Malam harinya,"Gue mau keluar sebentar, lo di sini sendiri ngga papa kan?" Vino mengenakan jaket sambil berjalan. Laki-laki itu terlihat wangi dan rapih. Dengan dandanan seperti itu, sudah pasti Vino akan berkencan dengan wanita cantik yang sedang masuk ke dalam perangkapnya.Luna memandangi objek yang ada di hadapannya sebentar sebelum mulai bicara. Di lihat dari sudut mana pun kakaknya memang sangat tampan. Tidak heran banyak wanita di luar sana yang ingin memilikinya. Bahkan mereka rela menyerahkan mahkota pertamanya untuk mahluk tampan sialan yang satu ini."Aku mau ikut," rajuk Luna, ia beranjak dari atas sofa menghampiri kakanya. "Ajak aku main Kak, ke mana aja, aku bete sendirian di apartemen!""Hah, ikut! Gak. Gak bisa!" tolak Vino cepat.Bisa gawat kalau Luna ikut. Gadis ini ada sisi merepotkanya juga. Padahal kalau di rumah, ia selalu berdiam diri saja, mungkin karena tidak ada pengawasan mamih papih membuatnya lebih berani."Ngga bisa, Lun. Kaka mau ke club malam. Mana bis