Keesokan paginya saat dalam perjalanan menuju ke kantor Adriana telepon aku. Dia mau memberikan kejutan padaku, ada oleh-oleh spesial untuk aku katanya.
“Sorry Dri.. tapi gak bisa sekarang ketemuannya, paling entar pas jam makan siang.” Aku jelaskan pada Adriana. Adriana maklum dengan apa yang aku katakan. “Nanti gini om.. aku check in duluan, terus om menyusul.. bisa gak?” tanya Adriana di telepon. Aku sarankan pada Adriana untuk check in setelah ada kepastian dari aku, karena aku belum memastikan bisa atau gaknya. Adriana menyetujui saran yang aku berikan dan dia mengakhiri pembicaraan. Aku tidak tahu Adriana mau kasih aku kejutan apa, yang jelas dia ingin memberikanku oleh-oleh sebagai buah tangan setelah pulang dari Singapura dengan pak Anggoro. Aku pikir dia pasti dapat uang tips yang lumayan dari hasil menemani pak Anggoro ke Singapura. Sehingga dia memberikanku oleh-oleh sebagai tanda terima kasihnya. Adriana memang menjadi sangat dekat denMasih tersisa waktu 1 jam dan Adriana ingin bermanja-manja denganku, dia ingin aku peluk dan disayang layaknya aku memperlakukan Noni. Entah apa yang ada dibenak Adriana sehingga dia begitu terobsesi untuk diperhatikan dan diperlakukan seperti Noni.“Aku merasa nyaman om perlakukan seperti ini.. “ Ucap Adriana yang ada dipelukanku. Dia katakan itu dengan menatap bola mataku. Matanya yang begitu bening dan indah membuatku hanyut dalam berbagai imajinasi tentang dirinya.“Kenapa kamu merasa nyaman Dri? Kan ini sesuatu yang biasa aja sih menurut om?” Aku katakan itu sembari melabuhkan kecupan di bibirnya.“Mungkin om melakukannya dengan tulus dan penuh kasih sayang, aku sangat merasakannya om.” Balas Adriana.Sulit rasanya aku untuk menahan diri dalam posisi kami masih sama-sama dibaluti sehelai kain pun. Kadang Adriana menyilangkan kakinya dipahaku, kadang dia mengelus dada polosku yang tanpa sehelai rambu
Saat sampai di kantor, aku dipanggil pak Anggoro. Kami ngobrol di ruang kerjanya. Tadinya aku pikir ada hal yang serius ingin disampaikan pak Anggoro, ternyata dia hanya ingin cerita pengalamannya dengan Adriana.“Pak Danu mau dengar cerita saya gak? Pak Danu harus tahu nih..” pak Anggoro katakan itu dengan penuh keceriaan.“Wah boleh juga sih pak.. pasti seru ya ceritanya?” Aku malah balik bertanya.Pak Anggoro katakan kalau Adriana sangat membuatnya senang, tidak menuntut macam-macam dan sangat menghibur dirinya yang penat dengan berbagai problem perusahaan. Selama di Singapura Adriana melayani pak Anggoro sepenuh hati, sehingga membuatnya tidak segan-segan memberikan bonus pada Adriana.Aku tidak katakan pada pak Anggoro kalau aku diberikan hadiah jam tangan oleh Adriana, aku tidak ingin beliau punya pikiran yang tidak-tidak denganku.“Di Singapura saya sempat belikan pak Danu jam tangan, Adriana
Saat aku keluar dari ruangan pak Anggoro, Ningsih telepon. Aku menuju ke ruang kerjaku untuk menerima telepon Ningsih via ponsel. “Ya Ningsih.. ada kabar baikkah buat saya?” tanyaku pada Ningsih.Ningsih katakan kalau Widarti sudah membuka komunikasi, tapi hanya via aplikasi percakapan. Widarti belum terima untuk kontak via telepon. Ningsih memberikan nomor ponsel Widarti dengan pesan jangan sekali-kali telepon langsung.“Ini demi kebaikan mas dan Noni, pesannya Widarti seperti itu mas. Saya pikir via aplikasi percakapan sudah cukup kok.” Pesan Ningsih“Okey Ningsih.. terima kasih sudah berikan saya nomor kontak Widarti. Tapi, apakah boleh nomor ini saya berikan pada Noni.” Aku tanyakan itu untuk memastikan.“Sebaiknya jangan dulu mas.. Widarti belum sanggup untuk komunikasi dengan Noni.” Jawab Ningsih.Aku masih penuh tanda tanya dengan keadaan Widarti, entah kenapa begitu banyak
Di saat aku masih bingung menghadapi kenyataan tentang Noni, Widarti kembali mengirimkan pesan. [Perlu mas ketahui.. suami Ningsih adalah mantan suami saya, jangan sampai pertemukan Noni dengan laki-laki bejat itu!! Saya tidak mau nanti Noni kembali Trauma dengan masa lalunya.. cukup mas Danu yang tahu, ibu juga belum tahu tentang ini.. Oh ya jangan cerita dengan ibu soal siapa Noni.]Pesan yang dikirim Widarti itu bagiku sangat berarti, pantasan dua kali bertemu dengan Ningsih dia tidak pernah mengajak suaminya. Ningsih sendiri merahasiakan suami Widarti yang memperkosa Noni, dan dia belum mau menceritakan siapa lelaki yang sudah memperkosa Noni.Satu persatu rahasia yang selama ini masih tersimpan mulai terbuka. Aku kembali membalas pesan Widarti, [Wid.. terima kasih kamu sudah mau menceritakan tentang rahasia di masa lalu yang tidak saya ketahui, sayalah orang yang pantas menerima dosa dari semua yang terjadi.. saya menjaga Noni seperti anak saya sendiri, dia sang
Keesokan harinya Widarti kembali mengirim pesan, dia minta kirimkan foto Noni yang terbaru. Sekarang Widarti yang lebih dahulu kirim pesan, aku hanya membalas pesannya. Setelah aku kirimkan foto Noni yang terbaru, Widarti membalas pesanku:[Mas.. Noni cantik sekali ya? Saya titip Noni sama kamu mas, anggap saja dia anak kamu. Suatu saat saya akan cerita siapa ayah biologis Noni..] begitulah pesan yang dikirim Widarti padaku.Aku kembali membalas pesan Widarti [Saat ini Noni tahunya sayalah Papanya, Wid. Saya sangat sayang sama dia walaupun pada akhirnya saya tahu dia bukan anak saya.. itulah cara saya menebus kesalahan saya pada kamu. Kamu gak usah cemas, keadaannya baik-baik saja..] itulah balasan pesan yang aku kirimkan pada Widarti.Aku dan Widarti seperti berbalas pantun, dia menceritakan penderitaannya saat aku tinggalkan menikah dengan perempuan lain. Dengan segala kekecewaannya dia meninggalkan Kota Bandung dan kembali ke kampungnya. Di kampunglah d
Setelah pamit dengan isteriku, aku langsung berangkat ke Bandung naik naik Kereta Api Argo Parahiangan. Saat aku baru saja duduk di pinggir jendela sembari menatap keluar jendela, aku disapa oleh seseorang, “Maaf om.. sepertinya om salah kursi deh.” Aku langsung menoleh ke arah suara yang menyapaku.Seorang gadis berusia sekitar 20 tahun, cantik berada dihadapanku, “Oh ya? Masak sih?” tanyaku sembari melihat nomor yang tertera di tiket. Ternyata benar, aku salah nomor kursi. Aku langsung berdiri dan meminta maaf pada gadis itu.“Wah.. maaf ya, maklum buru-buru tadi.” Sambungku. Aku persilahkan dia untuk menempati kursi yang ada dipinggir jendela. Setelah dia duduk barulah aku kembali duduk di kursi bagian dalam di sebelahnya.“Terima kasih ya om.. Om mau ke Bandung juga ya?” Tanya gadis itu. Sebelum menjawab aku menanyakan siapa namanya, naluri aku selalu begitu kalau melihat gadis cantik. Dia mengulurk
Aku dan Clara berpisah di stasiun Bandung. Dari stasiun aku langsung menuju ke kantor. Dalam perjalanan ke kantor aku kembali teringat pada Clara, wajahnya yang cantik itu sangat melekat dalam ingatanku. Terutama fisiknya yang sangat proporsional, tidak ada yang terlihat berlebihan. Semua terlihat sangat wajar dan serasi.Tantangan kencannya pun sangat menarik, dia yang terlebih dahulu mengeluarkan tantangan, bukanlah aku. Kalau aku imajinasikan secara fisik Clara seperti Angelina Jolie, yang bibirnya sangat sensual. Seperti itulah pesona yang dimiliki Clara, memang tipikal wanita yang aku sukai.Sampai di kantor aku langsung menemui Noni di meja resepsionis. Begitu melihatku ada dihadapannya, Noni menghampiri, “Hai!! Kesayanganku ketemu lagi.”Ucap Noni tanpa perasaan malu-malu. Aku peluk Noni dan aku kecup pipinya.“Gimana keadaan kamu sayang..?” Tanyaku sembari menatap senyumnya yang semringah.“Baik Pa.. Pa
Keluar dari ruangan pak Supriatna aku langsung menghampiri Noni. Aku kaget saat melihat Noni sedang berurai airmata, tangannya sedang menggenggam ponsel yang menempel di telinganya. Noni menatapku dan memberikan isyarat kalau dia sedang berbicara dengan Mamanya.Tidak ada yang Noni katakan selain daripada hanya mendengarkan. Tapi, raut wajahnya begitu sedih dan airmatanya tumpah memenuhi pelupuk matanya. Aku hanya terpana menatap ya, sengaja aku tidak ingin mencampuri urusannya. Setelah Noni menutup sambungan telepon, dia mengatakan padaku,“Pa.. barusan Mama telepon, aku spechless Pa.. aku marah, tapi aku gak bisa bilang apa-apa.” Ucap Noni dengan masih berurai airmata.“Mama bilang apa sama kamu? Apa yang membuat kamu begitu sedih?” Aku berusaha menyelidik apa yang dirasakan Noni.“Mama hanya bilang kangen sama aku, Mama sayang sama aku.. tapi saat ini Mama tidak bisa berbuat apa-apa.” Jawab Noni.Aku jelaskan pada Noni, tetaplah peliha