Home / Romansa / Terjebak Dua Hati / BAB 84 – Ungkapan Hati

Share

BAB 84 – Ungkapan Hati

Author: Irma Sofia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah kehebohan yang terjadi, akhirnya mereka melewatkan waktu sarapan dengan lebih banyak diam. Dan setelah sarapan yang agak canggung itu, akhirnya mereka semua pergi ke danau untuk memancing, seperti rencana awal mereka.

Seperti yang dikatakan Eric, tempat itu memang indah. Sinar matahari pagi yang terpantul di atas riak air terlihat berkilauan bagai perak cair. Dan warna langit yang biru cerah terlihat sangat kontras dengan air danau yang berwarna hijau gelap. “Waah, indah sekali.” kata Alana sambil menudungi matanya.

“Di sana banyak ikan.” Darren memberi tahu Alana. “Kakek pernah dapat ikan sebesar ini.” Dia menunjukkan ukuran ikan dengan merentangkan kedua telapak tangannya.

“Mungkin sekarang kita juga bisa dapat banyak. Cuacanya sangat bagus.” Mike menyahuti dari belakang mereka. Kini pria paruh baya itu sudah kembali ke mode jenakanya, berbeda dengan sebelumnya. “Ayo, cepat. Ikan-ikan itu sudah menunggu untuk ditangkap.”

Pria itu berjalan dengan bersemangat sambil memegang e
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terjebak Dua Hati   BAB 85 – Hutan dan Kabut

    Di kejauhan, Darren memekik girang saat berhasil mendapatkan seekor ikan. Ikan berwarna hitam keperakan itu menggelepar di udara saat bocah itu menggulung senar pancingnya. “Hahaha. Kakek, lihat ini!”Hari itu mereka mendapat ikan seember penuh. Mike dan Darren tampak puas dengan hasil tangkapan mereka. Mereka berdua tidak bisa berhenti membicarakan acara memancing hari itu yang menurut mereka luar biasa.“Kita akan makan malam ikan bakar hari ini.” Kata Mike sambil memandangi ikan-ikan dalam ember dengan mata berbinar-binar bahagia.“Asyik, ikan bakar.” Darren bersorak gembira.Menjelang malam, mereka mempersiapkan alat panggang di halaman. Mike dan Eric mengeluarkan sebuah meja kayu berukuran sedang beserta lima buah kursi. Mereka akan makan malam di luar. Aroma ikan yang gurih segera saja menguar ke seluruh halaman, membuat siapa pun menjadi lapar.Alana membantu Sania menyiapkan makanan di meja. Sedangkan Eric dan Mike bertugas membakar ikan. Begitu semua ikan-ikan itu matang, mer

  • Terjebak Dua Hati   BAB 86 – Menyelamatkan Alana

    Alana jatuh berguling di tanah yang miring dan tidak rata. Untuk beberapa waktu dia merasakan tubuhnya meluncur dengan mengerikan menuruni lereng yang penuh semak belukar. Hingga kemudian tubuhnya menghantam sebuah pohon dan berhenti berguling.Sesaat dia merasakan pandangannya menjadi gelap. Kemudian dia merasakan rasa sakit yang teramat sangat di pergelangan kaki kirinya. “Aargh!” Alana berusaha duduk namun tubuhnya juga sakit. Dia merasakan punggung dan pinggangnya nyeri.“Kak Alana! Kak Alana!” sayup-sayup dia mendengar suara Darren di atas sana. Namun Alana terlalu kesakitan untuk menjawab panggilan anak itu. “Kak Alana.” kini suara Darren terdengan makin jauh.“Darren,” Alana memanggil dengan suara lemah. “Darren!”Terdengar suara gemerisik dedaunan kering dan ranting yang terinjak. “Kak Alana di mana?” suara Darren menjadi lebih dekat lagi, dan tidak lama kemudian Alana mendengar langkah kaki yang berisik tidak jauh dari posisinya meringkuk.“Aku di sini!” Alana berusaha berter

  • Terjebak Dua Hati   BAB 87 – Perhatian Eric

    Alana beruntung karena tidak mengalami retak atau patah tulang setelah kakinya menghantam pohon dengan keras. Dia juga beruntung karena bukan kepalanya yang terbentur, karena hal itu bisa berakibat sangat fatal.Meski begitu, cedera kakinya cukup serius sehingga Alana harus menginstirahatkan kakinya selama setidaknya satu minggu untuk memulihkan ligamen dan persendiannya. Alana memandang perawat yang sedang membebat kakinya dengan muka serius. Alana sudah lebih tenang karena mendapat suntikan pereda nyeri, sehingga tidak lagi merasakan sakit.Dan selama proses pemeriksaan, Eric selalu berdiri di sampingnya dan menggenggam tangannya. Alana merasa tenang dengan keberadaan pemuda itu. Eric juga memunguti ranting dan dedaunan kering yang tersangkut di rambutnya.“Rambutmu terlihat seperti sarang burung.” Kata Eric. “Sarang burung yang cantik.” Eric menambahkan saat melihat raut khawatir di wajah Alana.“Aku pasti jelek sekali sekarang.” kata Alana dengan mata merah setelah menangis.Mau t

  • Terjebak Dua Hati   BAB 88 – Imbalan

    “Kau!” ujar Alana merengut. “Kupikir kau menolongku dengan tulus.”“Tentu saja. Aku akan melindungimu dengan segenap jiwa ragaku. Tapi itu bukan berarti aku tidak boleh meminta imbalan.”“Itu namanya kau menolong dengan pamrih. Kau mengharapkan balasan atas kebaikanmu.” Kata Alana sebal. “Memangnya, apa yang ingin kau minta?”Eric tersenyum sangat lebar. “Tadinya aku tidak mengharapkan imbalan apa pun. Tapi ini bisa jadi kesempatan yang bagus untukku. Aku harus memanfaatkan setiap peluang yang ada.” Dia diam sejenak. “Kencan. Itu imbalan yan kuinginkan.”Alana mengerang dan menutup mukanya dengan bantal. “Kau serius ingin berkencan denganku? Kau bisa meminta imbalan yang lain. Kenapa harus kencan?”“Terserah padaku mau meminta imbalan apa. Selama itu bukan jenis permintaan yang aneh-aneh dan mustahil kau kabulkan, kenapa tidak?”“Bolehkah kita mengajak Darren?”Muka Eric seketika berubah serius. “Tidak!” ujarnya tegas. “Kita akan berkencan, bukan mengasuh anak.”Alana hanya bisa menat

  • Terjebak Dua Hati   BAB 89 – Liburan Usai

    Steve membawa Alana ke ruang tengah dan mendudukkan gadis itu di sofa. Mbok Ijah dan Mbak Murni langsung menyambutnya, rupanya kedua asisten rumah tangga itu sudah kembali dari kampung.Mbok Ijah mencium kedua pipinya dengan bersemangat. “Pulang-pulang kenapa kakinya jadi begini? Ada-ada saja Non ini.”Semua orang langsung mengerubutinya dan bertanya bagaimana bisa dia sampai terjatuh. Padahal Alana lelah dan ingin beristirahat. Dia meminta papanya menurunkannya di sofa karena ingin melihat dan memeluk Mikha sebelum naik ke latai atas, tetapi rupanya itu adalah sebuah kesalahan.“Dia lelah. Kenapa kalian malah terus menyerangnya dengan berbagai pertanyaan?” Ujar Braden, mengalahkan suara semua orang. Mereka semua langsung terdiam, dan Alana merasa sangat berterima kasih. “Biarkan dia istirahat sekarang.”“Aku merindukan Mikha.” Kata Alana setelah dia memilki kesempatan untuk berbicara.“Biar kuambilkan.” Kata Braden yang langsung berlalu pergi. Tidak lama kemudian, pemuda itu datang

  • Terjebak Dua Hati   BAB 90 – Makan Tengah Malam

    Alana terbangun di tengah malam dan merasakan tenggorokannya sangat kering hingga terasa pahit. Dia kehausan, dan menyadari botol minum di atas nakasnya kosong. Dia mencoba menahan rasa hausnya, tetapi dia benar-benar kehausan hingga tenggorokannya sakit.Alana mempertimbangkan untuk meminta tolong pada Braden, tetapi dia merasa tidak enak. Dia tidak ingin membangunkan pemuda itu. Apalagi dia tahu Braden bisa tidur seperti orang pingsan.“Tapi aku sangat haus.”Jadi dengan terpaksa dia mencari nomor Braden di kontaknya dan menelfon pemuda itu. Baru di deringan kedua dan Braden sudah mengangkatnya. Alana sampai terkejut dengan kesigapan pemuda itu.“Ada apa?” tanya Braden.“Maaf membangunkanmu. Tapi aku sangat haus.” Braden mematikan telfonnya begitu saja, sehingga Alana khawatir pemuda itu marah. “Dia pasti kesal karena aku telah membangunkannya.”Kemudian Alana mendengar pintu kamar Braden terbuka dan pemuda itu masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu. Braden terlihat masih segar, tid

  • Terjebak Dua Hati   BAB 91 – Dilanda Kebosanan

    Alana sudah mulai bisa berjalan meski harus tertatih-tatih karena kakinya masih terasa nyeri. Tetapi Sherly masih melarangnya untuk berangkat kuliah, karena khawatir dengan keadaan gadis itu. Sherly juga membatasi aktivitas Alana dan gadis itu harus duduk diam sepanjang hari hingga dia merasa bosan setengah mati.“Tapi kemarin aku sudah tidak masuk, Ma. Dan aku bosan hanya duduk di rumah terus.”Sherly melotot dengan galak, yang sangat jarang sekali dia lakukan. “Kaki kamu belum sembuh benar. Mama tidak akan biarkan kamu melangkah barang sejengkal pun keluar dari rumah ini!”Alana bersandar di sofa dengan cemberut. Dan dia bertambah kesal karena Braden menertawakannya. “Kau tidak akan bisa membantah Mama. Sudahlah, kau di rumah saja. Lagi pula kakimu belum sembuh benar.”Jadi Alana hanya bisa duduk manis di sofa ruang tengah seperti tuan putri, sehingga dia bisa meminta bantuan semua orang yang ada di rumah saat dia sedang membutuhkan sesuatu.Sedangkan Sherly tidak pernah berada jauh

  • Terjebak Dua Hati   BAB 92 – Permintaan Maaf

    “Hai,” sapa Eric. “Bagaimana keadaanmu? Kakimu sudah lebih baik?” tanya Eric sambil memeluk Alana singkat, sehingga mendapatkan pelototan dari Braden.“Ya. Sudah semakin baik.” Jawab Alana. “Aku sekarang sudah bisa berjalan.”“Duduklah, Tante akan buatkan minuman untukmu.” Kata Sherly yang kemudian pergi ke dapur.Eric tahu Braden tengah menahan kekesalannya, sehingga dia menambahkan. “Baru dua hari tidak bertemu saja aku sudah sangat merindukanmu.”“Mau apa kau ke sini?” tanya Braden galak.“Ah, hai. Apa kabar?” Eric memeluk Braden singkat, membuat pemuda berjengit tidak nyaman. Eric melepaskan pelukannya sebelum Braden mendorongnya menjauh.“Apa yang kau lakukan?” Braden mundur satu langkah, seolah takut Eric akan memeluknya lagi.Eric mendecakkan lidah. “Kenapa kau galak sekali? Kau tetap saja tidak berubah rupanya.”Braden sudah bersiap melontarkan kata-kata kasar sebagai balasan saat Alana berkata, “Jangan terlalu keras pada Eric.”“Kau membelanya?” Braden menatap Alana tidak per

Latest chapter

  • Terjebak Dua Hati   BAB 122 – Dusta dan Pengkhianatan

    Adrian hanya bisa terdiam, saat mendapati bukti-bukti perselingkuhan kekasihnya. Namun, meski semua bukti itu terpampang nyata, pemuda itu masih menolak untuk memercayainya. Dia harus memastikan hal itu secara langsung. Dia harus menemui Greta.Pemuda itu mencari Greta di tempat kerjanya, dan mendapati bahwa gadis itu sedang libur. Dari sini, perasaan Adrian sudah berubah tidak nyaman. Kemudian Adrian pergi menuju rumah gadis itu, berharap dia akan bertemu Greta di sana.Dan betapa hancur hati Adrian, saat mendapati kekasihnya tengah bersama seorang laki-laki yang dilihatnya dalam foto. “A-Adrian!” Greta terkejut dengan kedatangan pemuda itu yang tiba-tiba.“Kau tidak bekerja?” tanya Adrian, masih mencoba untuk berpikir positif.“Aku baru saja pulang,” jawab gadis itu.“Benarkah? Aku baru saja dari tempat kerjamu. Dan mereka bilang hari ini kau sedang libur.”“Ah, i-itu..” Greta menjawab dengan gugup. “Aku—““Siapa kau? Ada perlu apa kau dengan kekasihku?” pria di samping Greta berta

  • Terjebak Dua Hati   121 – Menjadi Detektif

    Alana dan Braden mampir ke sebuah tempat yang menjadi pusat street food sebelum pulang. Meski Alana bilang sedang ingin diet, nyatanya mata gadis itu seketika melebar saat melihat aneka jajanan serta mengendus aroma makanan yang menguar di udara sekitar mereka.“Waah, semuanya terlihat enak.” Alana menatap sekelilingnya dengan mata berbinar.“Bukankah tadi kau bilang sedang ingin diet?” Sindir Braden.“Kita kan sudah terlanjur sampai di sini. Jadi, ayo kita keliling,” Alana berjalan di depan dengan diikuti Braden yang membawakan bonekanya.Alana bingung menentukan pilihan, karena semua makanan terlihat sama enaknya. Setelah berkeliling dan melihat sana-sini, akhirnya gadis itu menjatuhkan pilihan pada corndog isi sosis dan keju berukuran besar, souffle cake mini dengan aneka toping, dan segelas boba cokelat.Mereka berjalan sambil menyesap minuman dingin, sedang mencari tempat duduk untuk makan. “Sepertinya itu Kak Greta. Apa aku salah lihat?” Alana berhenti untuk memperhatikan seoran

  • Terjebak Dua Hati   BAB 120 – Musuh Bebuyutan

    “Alana―” Braden menyaksikan mata Alana berkilat saat gadis itu menatap Leona dengan tajam. Leona mendongak, menatap Alana tidak kalah sengit. Melihat itu Braden buru-buru berdiri dan menempatkan dirinya di antara kedua gadis itu. “Lana, ayo kita pergi saja. Aku baru ingat ada kedai es krim yang lebih enak.” Alana menepis tangan Braden yang tengah memegangi lengannya. “Kenapa kita harus pergi? Kita duluan yang menempati meja ini. Kalau ada yang harus pergi, itu adalah dia!” Alana menunjuk Leona. “Bagaimana kalau aku tidak mau pergi?” Leona menyialngkan kaki dan mengibaskan rambutnya yang kini pendek sebahu. “Ayo kita cari meja lain.” Braden membujuk. “TIDAK!” Kata Alana tegas, masih sambil menatap Leona tanpa berkedip. Will menyadari ketegangan yang mulai terbentuk. “Leona, ayo kita kembali ke meja kita.” “Meja kita sudah ditempati oleh orang lain. Lagi pula aku lebih suka duduk di sini.” Leona berbicara tanpa repot-repot menoleh pada Will. Alana tersenyum miring. “Baiklah kala

  • Terjebak Dua Hati   BAB 119 – Benar-benar Cemburu

    Braden sangat kesal ketika melihat Alana yang terus saja tersipu saat mereka makan bersama malam itu. Gadis itu mengaduk-aduk makanan di piringnya dengan pandangan mata menerawang, dengan senyum samar yang terus saja tersungging di wajahnya.“Lana, jangan mainkan makananmu.” Tegur Sherly, membuat Lana bergegas menghabiskan sisa makanannya.‘Apa yang sudah dilakukan bajingan tengik itu? Dia pasti sudah mencekoki Alana dengan omong kosongnya!’ Braden membatin dengan kesal.Saat akhirnya kembali ke kamarnya, Braden menjadi makin kesal. Senyum konyol Alana benar-benar mengganggunya. “Argh, sialan!” Braden mengacak rambutnya. Dia benar-benar ingin menghajar Eric.Dia keluar dan pergi ke kamar Alana. Dia masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu. Didapatinya gadis itu mendongak terkejut dengan kedatangannya. “Kenapa kau tidak mengetuk pintu? Benar-benar kebiasan!” Alana tengah duduk di meja belajarnya sambil memangku boneka beruang bertuksedo pemberian Eric.Braden melirik boneka itu dengan ke

  • Terjebak Dua Hati   BAB 118 – Tersipu Malu

    “Kenapa kau terus memandangiku?” tanya Alana, karena Eric berkali-kali mencuri pandang ke arahnya.Pemuda itu hanya tersenyum. “Aku hanya senang karena akhirnya bisa pergi denganmu.”Alana jadi salah tingkah. “Fokuslah mengemudi. Kau harus memperhatikan jalan dengan baik.”Akhirnya Eric menuruti apa kata Alana. Alana memperhatikan Eric yang sedikit tegang, berbeda dari biasanya. “Eric, apa kau baik-baik saja? Kau tampak tegang.”“Hahaha. Aku baik-baik saja.” Eric melirik Alana kembali. “Emm, Lana. Bisakah kau bukakan laci itu untukku?” Eric menunjuk laci dashboard yang berada tepat di depan Alana.“Yang ini?” Alana menunjuk.“Ya, benar. Yang itu. Bukalah.”Alana membukanya, dan menemukan sebatang cokelat dengan hiasan pita pink. Alana menatap Eric dengan pandangan bertanya. “Itu untukmu.” Ucap Eric, tanpa berani menatap Alana kali ini.Seketika Alana merasakan panas yang menjalar di leher dan wajahnya. Dia merasa kepanasan, padahal AC tengah menyala. ‘Astaga, ini cuma cokelat. Ada apa

  • Terjebak Dua Hati   BAB 117 – Cemburu

    Saat sampai di rumah, Alana menumpahkan kekesalannya pada boneka beruang pemberian Adrian. Alana memukul-mukul kepala beruang malang itu, kemudian menutupnya dengan kantong keresek agar mukanya yang imut itu tidak terlihat oleh pandangan matanya.“Kau memang menyebalkan! Mudah sekali kau meminta maaf. Kau pikir aku bisa melupakannya begitu saja?” Alana meninju beruang itu beberapa kali lagi hingga dia merasa puas. Sebenarnya dia merasa kasihan pada si beruang, tetapi benda itu selalu saja mengingatkannya pada Adrian.Seperti yang dijanjikan pemuda itu, keesokan harinya Greta benar-benar datang ke rumah dan meminta maaf pada Alana. “Maafkan aku, Lana. Aku menyesal, sungguh.” Permintaan maaf Greta tampak tulus, tetapi kini Alana tidak akan tertipu lagi.“Bisakah kita memulai semua kembali dari awal? Sebagai sahabat?” Greta tersenyum manis, seakan mereka berdua benar-benar bisa menjadi sahabat.‘Apa? Sahabat? Cuiih...’ Batin Alana. Dia menduga-duga, pasti Adrian harus menyuap Greta denga

  • Terjebak Dua Hati   BAB 116 – Permintaan Maaf

    “Tidak―” Braden menjatuhkan handphonenya, membuat Adrian makin panik.“Braden, Braden ada apa? Apa Alana baik-baik saja? Halo? Braden, jawab Aku!” Adrian terus berteriak menuntut jawaban, tetapi kini dia sudah diabaikan sepenuhnya oleh sang adik.Braden berlari menyeberangi ruangan, tempat Alana terbaring di lantai dengan muka pucat. Kini ketakutannya benar-benar menjadi nyata. Hal seperti inilah yang dia takutkan sejak awal.“Lana! Lana, bangun!” Braden mengguncang tubuh lemas Alana dengan putus asa dan air mata tertahan. “Kumohon, bangunlah! Lana!”Braden sudah menyelipkan sebelah lengan ke punggung gadis itu dan bersiap mengangkatnya saat Alana membuka mata dan melotot, membuat Braden terperanjat kaget. “Apa yang kau lakukan?” Alana duduk dan menggeliat, kemudian melepas headshet yang menempel di telinganya.“K-Kau tidak pingsan?”“Kau pikir aku pingan? Aku baik-baik saja.”“Astaga, kau membuatku khawatir! Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku tadi. Jantungku hampir lepas saat meli

  • Terjebak Dua Hati   BAB 115 – Sakit Hati

    “Apa? Minta maaf?” Alana tertawa. “Dia yang salah kenapa aku yang harus meminta maaf?”“Berhentilah bersikap kekanak-kanakan!”“Kakak menyebutku kekanak-kanakan? Kekasih Kakak yang tidak tahu diri itulah yang bersikap kekanakan. Dia tidak bisa bersikap layaknya orang dewasa! Asal Kakak tahu saja, dia tidak sebaik yang Kakak kira. Kakak hanya sudah terperdaya oleh perangkap busuknya, sehingga tidak bisa melihat seperti apa dirinya yang sesungguhnya!”“Hentikan, Lana. Cukup! Aku tidak akan membiarkan siapa pun berbicara buruk mengenai Greta. Bahkan jika itu adalah kau!”Alana tersentak. Tidak pernah sekali pun Adrian membentaknya. Adrian yang begitu lembut dan baik hati, kini membentak Alana demi membela gadis seperti Greta.“Aku akan mengatakannya sekali lagi padamu. Kau harus meminta maaf pada Greta. Kau harus meminta maaf atas semua tuduhanmu dan karena kau sudah membuat dia menangis karena keisenganmu.”“Tidak!” kata Alana. “Aku tidak akan pernah meminta maaf padanya!”Adrian terlih

  • Terjebak Dua Hati   BAB 114 – Pembalasan

    Mereka pergi ke sebuah restoran seafood yang berada di tepi pantai. Mereka semua bergembira, menikmati makanan enak serta pemandangan laut yang indah. Bahkan untuk sekali ini Steve tidak mempedulikan tingginya kandungan kolestrol dalam makanannya.Semua orang senang kecuali Greta. Gadis itu makan dalam diam, tampak tidak antusias seperti yang lainnya. Dia juga sesekali melirik Alana dengan penuh kebencian, namun tidak mengatakan apa pun. Setelah makan, mereka mengunjungi dermaga kecil yang berada tidak jauh dari sana.Mengabadikan momen dengan berfoto dan menikmati semilir angin yang sejuk di hari yang cerah itu. “Sayang, bajumu kotor. Kau pasti bersandar entah di mana tadi.” Sherly berusaha menghilangkan noda di baju putih Greta yang bagian punggungnya kotor.“Ah, biar saja Tante. Mungkin karena aku baru saja bersandar di pagar.” Greta tersenyum pada Sherly, tetapi saat dia kembali sendirian, Greta kembali menunjukkan kekesalannya.Mereka kembali ke villa ketika hari sudah malam. Mer

DMCA.com Protection Status