Home / Romansa / Terjebak Dua Hati / BAB 40 – Rumah Sakit

Share

BAB 40 – Rumah Sakit

Author: Irma Sofia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Alana merasakan dadanya sedikit nyeri. “Hei, kau baik-baik saja?” tanya Renata yang melihatnya mengernyit.

“Ya, aku baik-baik saja. Ayo cepat kita selesaikan. Sudah cukup malam,” jawab Alana.

“Aku sudah menyelesaikan grafiknya. Coba kalian lihat,” kata Kevin yang merupakan teman satu kelompok mereka, memutar laptop untuk menunjukkan hasil kerjanya. Mereka bertiga sedang mengerjakan tugas kelompok yang deadlinenya tinggal dua hari lagi.

Sudah pukul sembilan lebih saat akhirnya Alana sampai di apartemen. Dia merasa lelah dan dadanya bertambah sakit. Alana mengambil obat di kotak yang dia letakkan di atas lemari es. Beberapa hari terakhir rasa sakitnya sering hilang timbul.

Padahal dia sudah mencoba untuk makan teratur. Dia bahkan sudah mulai menghindari makanan yang dapat memicu asam lambungnya. Alana mengambil roti dari dalam lemari es dan baru memakannya sesuap saat merasakan mual.

Alana berlari ke kamar mandi dan memuntahkan makanannya di wastafel. Dia muntah beberapa kali hingga tid
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terjebak Dua Hati   BAB 41 – Rasa Bersalah

    Sherly meminta Braden mampir ke rumah sakit untuk mengantarkan makanan dan baju ganti. Dia tidak bisa membantah sehingga terpaksa melakukannya. Sebelumnya Braden merasa terkejut ketika mendengar kabar bahwa Alana sakit. Diam-diam dia merasa bersalah karena bersikap sangat buruk pada gadis itu.Biar bagaimana pun Alana harus tinggal sendirian di apartemen karena dirinya. Jadi secara tidak langsung Braden punya andil dalam hal itu. Semakin mendekati kamar perawatan, langkah kakinya terasa makin berat.Saat hendak mengetuk, Braden melihat pintu sedikit terbuka menampakkan sejengkal celah. Terlihat mamanya yang sedang membetulkan posisi bantal Alana agar gadis itu bisa bersandar dengan lebih nyaman. “Tante, boleh aku bertanya sesuatu?” tanya Alana.Braden menghentikan langkahnya. Tangannya sudah setengah jalan hendak mengetuk permukaan pintu. “Tentu saja. Apa yang mau kamu tanyakan, sayang?” ucap Sherly lembut.Alana terlihat ragu sejenak. “Bolehkah aku memanggil Tante dengan sebutan Mama

  • Terjebak Dua Hati   BAB 42 – Kembali ke Rumah

    “Dia menyukai kalian, tapi tidak denganku. Akan lebih baik kalau aku tidak ada di sana.” Kata Braden dengan muram.“Jadi kau serius tidak mau ikut dengan kami?” tanya Jonathan sambil mendongak dari handphonenya.“Bagaimana keadaannya? Bukankah kau kemarin ke sana?” tanya David.“Kurasa tidak begitu baik,” jawab Braden yang kembali diselimuti rasa bersalah. “Ibuku terus menemaninya dan tidak mau pulang.”“Sialan kau, bisa-bisanya kau membuat Alana sakit. Awas saja kau, aku akan menghajarmu setelah ini!” Ancam Fero sambil menepuk-nepuk tas ranselnya yang menggembung.***Sherly sedang mencuci peralatan makan saat mendengar suara berbisik-bisik di luar pintu yang kemudian diikuti dengan ketukan pelan dan ragu. Saat membuka pintu Sherly terkejut mendapati ketiga teman Braden berdiri di sana.“Wah, kalian datang menjenguk Alana?” Mata Sherly berbinar, “Ayo, silakan masuk. Sayang, lihat siapa yang datang.”Alana menoleh dengan mengantuk. Dia tersenyum lebar saat melihat ketiga pemuda itu. “

  • Terjebak Dua Hati   BAB 43 – Permusuhan

    Sikap Braden yang tiba-tiba berubah membuat Alana nyaris tidak percaya. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada pemuda itu. Sebelumnya dia begitu membenci Alana, tetapi kemudian kebencian itu seolah hanya hal kecil yang ingin dia lupakan begitu saja.Saat dia memutuskan memanggil Sherly dengan sebutan Mama, Alana melakukannya tanpa berpikir panjang karena merasa sangat tersentuh dan terharu dengan kebaikan wanita itu. Setelah itu dia agak menyesalinya karena apa yang dia lakukan hanya akan menambah kecemburuan Braden.Tetapi itu semua sudah telanjur terjadi sehingga yang bisa Alana lakukan hanya meminta maaf pada Braden. Yang dengan sangat mengejutkan sama sekali tidak marah atau keberatan. Mungkin saja dia hanya iba padaku. Dia hanya merasa kasihan, itu saja.Alana melirik Braden secara diam-diam. Rahangnya terlihat sangat tegang, begitu pula tangannya yang mencengkeram kemudi dengan terlalu erat. Kalau Alana merasa tidak nyaman, sepertinya Braden merasa jauh lebih tidak nyaman lagi.Ke

  • Terjebak Dua Hati   BAB 44 – Dunia yang Seakan Terhenti

    Meski kesehatan Alana sudah sepenuhnya pulih, Steve dan Sherly tidak mengijinkannya kembali tinggal sendirian di apartemen. Mereka tidak ingin Alana kembali sakit. Mereka juga meminta Alana untuk melakukan terapi ke seorang psikolog untuk mengatasi masalah kecemasan dan traumanya.Jadi mimpi buruk Alana berangsur menghilang meski belum sepenuhnya. Kecemasannya yang berlebih juga makin berkurang, terlebih setelah Steve berhasil meyakinkannya bahwa Claudia tidak akan pernah mengganggunya lagi.Meski begitu Alana masih akan pergi ke apartemennya sesekali untuk sekadar bersih-bersih, dan kadang dia menginap di sana meski tidak lebih dari satu malam. Setelah itu dia akan kembali ke rumah papanya. “Oh ya, kamu sudah beritahu anak-anak soal acara minggu depan?” Steve bertanya pada Sherly yang sedang mengulurkan piring.“Acara apa?”tanya Alana.“Maaf, Mama lupa memberi tahu kalian. Sebenarnya Mama sudah memberi tahu kalian sebulan lalu saat kita mengukur baju. Jadi minggu depan ada rekan Pa

  • Terjebak Dua Hati   BAB 45 – Pertemuan tak Terduga

    Deg.Deg. Jantung Braden berdetak dengan kencang, hingga membuatnya meringis.Braden tidak bisa berkata-kata. Dia bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Alana. Dia tidak tahu jika sebuah kebaya bisa terlihat begitu indah jika dikenakan oleh seseorang. Dan warna merah itu terlihat begitu kontras dengan kulit pucat Alana.Dia terkesima hingga tidak mendengar Sherly yang berbicara dengannya. “A-apa? Mama bicara apa barusan?” tanya Braden tergagap.“Jangan gulung lengan bajumu seperti itu! Kenapa kau terus melamun?” kata Sherly sambil mengurai sebelah gulungan lengan baju Braden. “Alana terlihat cantik, kan? Mama yang mendandaninya.”Mendengar ucapan ibunya membuat rasa panas tiba-tiba menjalari leher dan wajahnya. “Kenapa mukamu merah sekali? Kau baik-baik saja?” tanya Sherly memperhatikan putranya dengan raut khawatir. Hal itu malah membuat wajah Braden makin memerah.“Ah, baju ini membuatku kepanasan. Mama kan tahu aku tidak pernah tahan memakai kemeja formal seperti ini.” Ka

  • Terjebak Dua Hati   BAB 46 – Panas Terik di Tepi Pantai

    Setelah mereka kembali ke kamar, Alana tidak bisa berhenti memandangi jendela yang menampakkan pantai di kejauhan sana. Acara resepsi masih berjam-jam lagi sehingga mereka punya waktu untuk beristirahat atau bersantai.“Mama tidak ingin pergi ke pantai?” tanya Alana pada Sherly yang sedang berbaring dengan mata setengah terpejam.“Mama lelah setelah acara tadi. Ajak saja Braden untuk menemanimu,” kata Sherly masih sambil memejamkan mata. “Atau ajak papamu. Jangan pergi sendirian.”Lebih baik aku pergi sendiri daripada mengajak Braden. Alana berniat mengajak papanya, tetapi mengurungkan niat karena berpikir Steve pasti lelah karena mengemudi semalam. Jadi dia pergi seorang diri menuju pantai yang masih berada di area hotel.Dia tidak mempedulikan cuaca tengah hari yang terik. Alana mengenakan topi pemberian Adrian untuk menghalau panas, dan berlari menuju air setelah menjatuhkan sandalnya di pasir. Kakinya agak berjinjit ketika merasakan pasir pantai yang panas menyengat.Alana mengamb

  • Terjebak Dua Hati   BAB 47 – Perseteruan di Tengah Pesta

    Steve sedang tidur karena kelelahan. Pria itu mengorok sangat keras sehingga Braden keluar ke balkon untuk mendapat sedikit ketenangan dan juga angin. Kemudian Sherly mendatangi kamarnya untuk memastikan apakah dia pergi bersama Alana.Saat tahu Alana pergi seorang diri ke pantai, Sherly merasa khawatir dan memaksa Braden untuk menyusul gadis itu. Maka Braden terpaksa menyeret dirinya yang pemalas menuju teriknya matahari pesisir.Hingga kemudian dia melihat sosok Alana di kejauhan yang sedang berbicara dengan seorang pria, yang ternyata adalah Eric. Braden tahu itu bukan kebetulan. Tidak ada yang namanya kebetulan jika menyangkut dengan Eric.Braden mempercepat langkahnya. Dia tidak akan membiarkan pemuda itu mendekati Alana barang sejengkal pun. Dia tidak akan membiarkan Eric menyentuh Alana barang seujung rambut pun. Braden tahu Eric pasti merencanakan sesuatu, dan dia tidak suka.Terlihat beberapa kali Alana berusaha menghindar, namun pemuda itu masih saja mendekati gadis itu. Bra

  • Terjebak Dua Hati   BAB 48 – Bunga Mawar dan Sepasang Boneka Beruang

    Acara penutup malam itu adalah pelemparan buket bunga yang dilakukan oleh pasangan pengantin. Pasangan pengantin itu berdiri di tengah panggung yang didekorasi dengan indah menggunakan ratusan tangkai bunga berwarna lembut dan lampu-lampu. Mereka berdiri membelakangi para tamu yang berkerumun di depan panggung dengan lengan terulur ke atas, bersiap untuk menangkap.Alana berdiri di pinggir bersama keluarganya, tidak tertarik untuk ikut ambil bagian mencoba peruntungan bersama puluhan orang lainnya. Dia tidak mau kakinya terinjak atau gaunnya tertarik, atau bahkan lebih buruk lagi badannya terdorong hingga terjatuh ketika perebutan itu terjadi.Jadi dia hanya menonton dari pinggir bersama sebagian besar tamu lainnya. “Bersiap, ya. Satu, dua, tiga!” Seorang laki-laki berjas kelabu yang merupakan pembawa acara meneriakkan aba-aba melalui mikrofon. Kemudian bunga terlempar ke tengah ruangan ke arah puluhan pasang tangan yang terulur hendak meraih benda tersebut.Buket bunga itu melayang a

Latest chapter

  • Terjebak Dua Hati   BAB 122 – Dusta dan Pengkhianatan

    Adrian hanya bisa terdiam, saat mendapati bukti-bukti perselingkuhan kekasihnya. Namun, meski semua bukti itu terpampang nyata, pemuda itu masih menolak untuk memercayainya. Dia harus memastikan hal itu secara langsung. Dia harus menemui Greta.Pemuda itu mencari Greta di tempat kerjanya, dan mendapati bahwa gadis itu sedang libur. Dari sini, perasaan Adrian sudah berubah tidak nyaman. Kemudian Adrian pergi menuju rumah gadis itu, berharap dia akan bertemu Greta di sana.Dan betapa hancur hati Adrian, saat mendapati kekasihnya tengah bersama seorang laki-laki yang dilihatnya dalam foto. “A-Adrian!” Greta terkejut dengan kedatangan pemuda itu yang tiba-tiba.“Kau tidak bekerja?” tanya Adrian, masih mencoba untuk berpikir positif.“Aku baru saja pulang,” jawab gadis itu.“Benarkah? Aku baru saja dari tempat kerjamu. Dan mereka bilang hari ini kau sedang libur.”“Ah, i-itu..” Greta menjawab dengan gugup. “Aku—““Siapa kau? Ada perlu apa kau dengan kekasihku?” pria di samping Greta berta

  • Terjebak Dua Hati   121 – Menjadi Detektif

    Alana dan Braden mampir ke sebuah tempat yang menjadi pusat street food sebelum pulang. Meski Alana bilang sedang ingin diet, nyatanya mata gadis itu seketika melebar saat melihat aneka jajanan serta mengendus aroma makanan yang menguar di udara sekitar mereka.“Waah, semuanya terlihat enak.” Alana menatap sekelilingnya dengan mata berbinar.“Bukankah tadi kau bilang sedang ingin diet?” Sindir Braden.“Kita kan sudah terlanjur sampai di sini. Jadi, ayo kita keliling,” Alana berjalan di depan dengan diikuti Braden yang membawakan bonekanya.Alana bingung menentukan pilihan, karena semua makanan terlihat sama enaknya. Setelah berkeliling dan melihat sana-sini, akhirnya gadis itu menjatuhkan pilihan pada corndog isi sosis dan keju berukuran besar, souffle cake mini dengan aneka toping, dan segelas boba cokelat.Mereka berjalan sambil menyesap minuman dingin, sedang mencari tempat duduk untuk makan. “Sepertinya itu Kak Greta. Apa aku salah lihat?” Alana berhenti untuk memperhatikan seoran

  • Terjebak Dua Hati   BAB 120 – Musuh Bebuyutan

    “Alana―” Braden menyaksikan mata Alana berkilat saat gadis itu menatap Leona dengan tajam. Leona mendongak, menatap Alana tidak kalah sengit. Melihat itu Braden buru-buru berdiri dan menempatkan dirinya di antara kedua gadis itu. “Lana, ayo kita pergi saja. Aku baru ingat ada kedai es krim yang lebih enak.” Alana menepis tangan Braden yang tengah memegangi lengannya. “Kenapa kita harus pergi? Kita duluan yang menempati meja ini. Kalau ada yang harus pergi, itu adalah dia!” Alana menunjuk Leona. “Bagaimana kalau aku tidak mau pergi?” Leona menyialngkan kaki dan mengibaskan rambutnya yang kini pendek sebahu. “Ayo kita cari meja lain.” Braden membujuk. “TIDAK!” Kata Alana tegas, masih sambil menatap Leona tanpa berkedip. Will menyadari ketegangan yang mulai terbentuk. “Leona, ayo kita kembali ke meja kita.” “Meja kita sudah ditempati oleh orang lain. Lagi pula aku lebih suka duduk di sini.” Leona berbicara tanpa repot-repot menoleh pada Will. Alana tersenyum miring. “Baiklah kala

  • Terjebak Dua Hati   BAB 119 – Benar-benar Cemburu

    Braden sangat kesal ketika melihat Alana yang terus saja tersipu saat mereka makan bersama malam itu. Gadis itu mengaduk-aduk makanan di piringnya dengan pandangan mata menerawang, dengan senyum samar yang terus saja tersungging di wajahnya.“Lana, jangan mainkan makananmu.” Tegur Sherly, membuat Lana bergegas menghabiskan sisa makanannya.‘Apa yang sudah dilakukan bajingan tengik itu? Dia pasti sudah mencekoki Alana dengan omong kosongnya!’ Braden membatin dengan kesal.Saat akhirnya kembali ke kamarnya, Braden menjadi makin kesal. Senyum konyol Alana benar-benar mengganggunya. “Argh, sialan!” Braden mengacak rambutnya. Dia benar-benar ingin menghajar Eric.Dia keluar dan pergi ke kamar Alana. Dia masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu. Didapatinya gadis itu mendongak terkejut dengan kedatangannya. “Kenapa kau tidak mengetuk pintu? Benar-benar kebiasan!” Alana tengah duduk di meja belajarnya sambil memangku boneka beruang bertuksedo pemberian Eric.Braden melirik boneka itu dengan ke

  • Terjebak Dua Hati   BAB 118 – Tersipu Malu

    “Kenapa kau terus memandangiku?” tanya Alana, karena Eric berkali-kali mencuri pandang ke arahnya.Pemuda itu hanya tersenyum. “Aku hanya senang karena akhirnya bisa pergi denganmu.”Alana jadi salah tingkah. “Fokuslah mengemudi. Kau harus memperhatikan jalan dengan baik.”Akhirnya Eric menuruti apa kata Alana. Alana memperhatikan Eric yang sedikit tegang, berbeda dari biasanya. “Eric, apa kau baik-baik saja? Kau tampak tegang.”“Hahaha. Aku baik-baik saja.” Eric melirik Alana kembali. “Emm, Lana. Bisakah kau bukakan laci itu untukku?” Eric menunjuk laci dashboard yang berada tepat di depan Alana.“Yang ini?” Alana menunjuk.“Ya, benar. Yang itu. Bukalah.”Alana membukanya, dan menemukan sebatang cokelat dengan hiasan pita pink. Alana menatap Eric dengan pandangan bertanya. “Itu untukmu.” Ucap Eric, tanpa berani menatap Alana kali ini.Seketika Alana merasakan panas yang menjalar di leher dan wajahnya. Dia merasa kepanasan, padahal AC tengah menyala. ‘Astaga, ini cuma cokelat. Ada apa

  • Terjebak Dua Hati   BAB 117 – Cemburu

    Saat sampai di rumah, Alana menumpahkan kekesalannya pada boneka beruang pemberian Adrian. Alana memukul-mukul kepala beruang malang itu, kemudian menutupnya dengan kantong keresek agar mukanya yang imut itu tidak terlihat oleh pandangan matanya.“Kau memang menyebalkan! Mudah sekali kau meminta maaf. Kau pikir aku bisa melupakannya begitu saja?” Alana meninju beruang itu beberapa kali lagi hingga dia merasa puas. Sebenarnya dia merasa kasihan pada si beruang, tetapi benda itu selalu saja mengingatkannya pada Adrian.Seperti yang dijanjikan pemuda itu, keesokan harinya Greta benar-benar datang ke rumah dan meminta maaf pada Alana. “Maafkan aku, Lana. Aku menyesal, sungguh.” Permintaan maaf Greta tampak tulus, tetapi kini Alana tidak akan tertipu lagi.“Bisakah kita memulai semua kembali dari awal? Sebagai sahabat?” Greta tersenyum manis, seakan mereka berdua benar-benar bisa menjadi sahabat.‘Apa? Sahabat? Cuiih...’ Batin Alana. Dia menduga-duga, pasti Adrian harus menyuap Greta denga

  • Terjebak Dua Hati   BAB 116 – Permintaan Maaf

    “Tidak―” Braden menjatuhkan handphonenya, membuat Adrian makin panik.“Braden, Braden ada apa? Apa Alana baik-baik saja? Halo? Braden, jawab Aku!” Adrian terus berteriak menuntut jawaban, tetapi kini dia sudah diabaikan sepenuhnya oleh sang adik.Braden berlari menyeberangi ruangan, tempat Alana terbaring di lantai dengan muka pucat. Kini ketakutannya benar-benar menjadi nyata. Hal seperti inilah yang dia takutkan sejak awal.“Lana! Lana, bangun!” Braden mengguncang tubuh lemas Alana dengan putus asa dan air mata tertahan. “Kumohon, bangunlah! Lana!”Braden sudah menyelipkan sebelah lengan ke punggung gadis itu dan bersiap mengangkatnya saat Alana membuka mata dan melotot, membuat Braden terperanjat kaget. “Apa yang kau lakukan?” Alana duduk dan menggeliat, kemudian melepas headshet yang menempel di telinganya.“K-Kau tidak pingsan?”“Kau pikir aku pingan? Aku baik-baik saja.”“Astaga, kau membuatku khawatir! Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku tadi. Jantungku hampir lepas saat meli

  • Terjebak Dua Hati   BAB 115 – Sakit Hati

    “Apa? Minta maaf?” Alana tertawa. “Dia yang salah kenapa aku yang harus meminta maaf?”“Berhentilah bersikap kekanak-kanakan!”“Kakak menyebutku kekanak-kanakan? Kekasih Kakak yang tidak tahu diri itulah yang bersikap kekanakan. Dia tidak bisa bersikap layaknya orang dewasa! Asal Kakak tahu saja, dia tidak sebaik yang Kakak kira. Kakak hanya sudah terperdaya oleh perangkap busuknya, sehingga tidak bisa melihat seperti apa dirinya yang sesungguhnya!”“Hentikan, Lana. Cukup! Aku tidak akan membiarkan siapa pun berbicara buruk mengenai Greta. Bahkan jika itu adalah kau!”Alana tersentak. Tidak pernah sekali pun Adrian membentaknya. Adrian yang begitu lembut dan baik hati, kini membentak Alana demi membela gadis seperti Greta.“Aku akan mengatakannya sekali lagi padamu. Kau harus meminta maaf pada Greta. Kau harus meminta maaf atas semua tuduhanmu dan karena kau sudah membuat dia menangis karena keisenganmu.”“Tidak!” kata Alana. “Aku tidak akan pernah meminta maaf padanya!”Adrian terlih

  • Terjebak Dua Hati   BAB 114 – Pembalasan

    Mereka pergi ke sebuah restoran seafood yang berada di tepi pantai. Mereka semua bergembira, menikmati makanan enak serta pemandangan laut yang indah. Bahkan untuk sekali ini Steve tidak mempedulikan tingginya kandungan kolestrol dalam makanannya.Semua orang senang kecuali Greta. Gadis itu makan dalam diam, tampak tidak antusias seperti yang lainnya. Dia juga sesekali melirik Alana dengan penuh kebencian, namun tidak mengatakan apa pun. Setelah makan, mereka mengunjungi dermaga kecil yang berada tidak jauh dari sana.Mengabadikan momen dengan berfoto dan menikmati semilir angin yang sejuk di hari yang cerah itu. “Sayang, bajumu kotor. Kau pasti bersandar entah di mana tadi.” Sherly berusaha menghilangkan noda di baju putih Greta yang bagian punggungnya kotor.“Ah, biar saja Tante. Mungkin karena aku baru saja bersandar di pagar.” Greta tersenyum pada Sherly, tetapi saat dia kembali sendirian, Greta kembali menunjukkan kekesalannya.Mereka kembali ke villa ketika hari sudah malam. Mer

DMCA.com Protection Status