25Acara resepsi rekan Farzan menjadi ajang reuni pria bersetelan jas abu-abu, dengan orang-orang yang cukup dekat dengannya selama kuliah. Bersama Irwansyah, Farzan dan yang lainnya bergerombol untuk mengobrol tak tentu arah. Naila, istri Irwansyah mengajak Tanti mengelilingi semua stand makanan. Kedua perempuan yang sama-sama senang masak dan makan, berdiskusi tentang berbagai menu yang mereka santap. Kehadiran sekelompok orang dari pintu utama menyebabkan Irwansyah terkejut. Dia merangkul pundak Farzan, lalu membisikkan sesuatu. Sang bos terdiam sesaat, sebelum bergeser ke depan Irwansyah agar tidak terlihat orang-orang tersebut. "Ris, itu kayak Mas Farzan," ucap Dina, rekan Ristin di kantor sambil menunjuk sekelompok pria di sebelah kanan. Ristin mengamati orang yang dimaksud, kemudian menyahut, "Ya, itu memang dia." "Kok, dia bisa ada di sini?" desak Lesti, perempuan bergaun hitam yang juga teman Ristin. "Nggak tahu," sahut Ristin. "Kamu nggak nyamperin?" sela Feli. Risti
26Seorang perempuan keluar dari salon seraya mengulum senyum. Dia merasa puas dengan hasil perawatan di tempat tersebut. Wajah dan tubuhnya terasa segar seusai melakukan serangkaian perawatan. Tanti berbelok ke kiri untuk menyusuri jalan yang cukup padat. Dia hendak mampir ke kafe untuk menikmati kudapan. Setelahnya baru dia akan pulang. Tanti mempercepat ayunan tungkai karena matahari menjelang sore terasa menyorot. Dia menutupi area kepala dengan baguette bag hitamnya, sembari meneruskan langkah dan fokus menghadap depan. Seseorang tiba-tiba menggamit lengan kiri Tanti yang spontan menjengit. Dia menoleh ke kiri, lalu membeliak saat memastikan orangnya. Sementara lelaki berkemeja putih pas badan menarik Tanti agar mengikuti langkahnya ke tempat parkir sebuah toko."Mas, lepasin!" desis Tanti sambil mencoba menarik tangannya, tetapi usahanya gagal."Aku cuma pengen ngobrol sebentar, Ti," balas Yosrey. "Enggak mau!" "Sebentar aja. Setelah itu kamu kuantarkan ke rumahmu." Tanti
27Farzan tengah jalan mondar-mandir sepanjang teras, kala mobil SUV hitam berhenti di depan pagar. Lelaki berkaus biru seketika membeliakkan mata saat menyaksikan istrinya turun dari kendaraan itu bersama Yosrey. Farzan menyambangi Tanti yang tengah membuka pagar. Dia menarik tangan sang istri, lalu menunjuk pria berkemeja putih yang terlihat tenang. "Kenapa kamu bisa diantar dia pulang?" tanya Farzan dengan suara naik satu oktaf. "Kami nggak sengaja ketemu. Karena sulit cari taksi, akhirnya dia nganterin aku," jelas Tanti. Dia tidak berani menceritakan kejadian sebenarnya karena yakin bila Farzan akan kian emosi. "Sulit gimana? Segitu banyaknya taksi di Bandung!" "Mas, ini Sabtu. Rame pendatang." Tanti mengerutkan keningnya. "Jangankan taksi online, taksi biasa juga susah," lanjutnya. "Harusnya kamu nelepon aku, pasti kujemput." "Sudahlah, Mas. Yang penting aku sudah nyampe rumah dengan selamat." Tanti memegangi lengan suaminya. "Kita masuk, yuk! Aku lapar," ajaknya. Farzan
28Senin pagi menjelang siang, Farzan tengah berada di ruang rapat kantornya. Sedapat mungkin dia berusaha fokus pada keempat manajer yang bergantian menjelaskan laporan hasil kinerja masing-masing divisi. Sekali-sekali Farzan melirik pergelangan tangan kiri untuk mengecek arloji, sebelum kembali memandang ke depan. Irwansyah yang duduk di kursi sebelah kanan sahabatnya, mengamati tingkah Farzan yang gelisah. Irwansyah menggerakkan kakinya untuk menyentuh kaki sang bos yang spontan terkejut dan menoleh ke kanan. Irwansyah menaikkan alis dua kali, yang dibalas Farzan dengan gelengan pelan. Kendatipun penasaran dengan sikap bosnya, Irwansyah berusaha menyabarkan diri dan menunggu rapat usai. Pria berkemeja hijau muda merasa yakin jika Farzan akan menceritakan penyebab kegundahannya. Tebakan Irwansyah ternyata benar. Seusai acara pertemuan, Farzan mengajak sang sahaba ke ruang kerjanya. Kedua pria berbeda tampilan, duduk berdampingan di sofa biru tua. Farzan menerangkan peristiwa yan
29Tanti memandangi suaminya yang tengah berbincang dengan Shireen. Kondisi kesehatan Ristin ternyata merupakan gejala yang baru terlihat, dari penyakit tumor otak yang dideritanya. Tanti mengalihkan pandangan pada ranjang di mana Ristin berada. Perempuan berbibir tipis merasa kasihan pada pasien yang harus menderita sakit yang cukup berbahaya. Sentuhan di lengan kanannya menyebabkan Tanti terkejut. Dia menoleh untuk mengamati Farzan yang balas menatapnya saksama. Tanti membiarkan saat Farzan meraih jemarinya dan meminta dipijat pundaknya. Dia melakukan permintaan sang suami karena tahu bila saat itu lelakinya tengah gundah. Shireen berpindah duduk di sebelah kanan Farzan. Dia memejamkan mata sembari berdoa setulus hati agar sahabatnya bisa segera sembuh. "Dia menyembunyikan hal ini dariku. Padahal dia sudah tahu tengah menderita sakit ini dari dua bulan lalu," ujar Farzan dengan suara pelan. "Aku dilarangnya buat cerita, Mas. Padahal aku pengen nunjukin hasil rontgen," sahut Shi
30Bunyi ribut-ribut di depan pintu ruang kerjanya mengejutkan Farzan. Pria berkemeja putih mengerutkan dahi. Dia hendak bangkit, tetapi diurungkan karena pintu terbuka dan Lestari, Ibu Ristin muncul bersama kedua anaknya. Farzan terkesiap, dan bergegas berdiri untuk menyambut Lestari. Namun, perempuan tua itu justru menamparnya dengan keras. Farzan terperangah sambil memegangi pipinya yang panas. Dia hendak bertanya, tetapi Lestari kembali mengangkat tangan kanannya."Bu, tahan dulu!" seru Bobby, Adik bungsu Ristin. "Jangan halangi Ibu, Bob. Laki-laki brengsek ini harus menerima pelajaran karena telah membatalkan rencana pernikahan secara sepihak!" desis Lestari. "Apalagi hanya selang beberapa hari. Benar-benar jahat!" pekiknya sembari berusaha melepaskan tangannya. "Sabar, Bu. Marah-marah begini juga nggak menyelesaikan masalah," terang Kaleena yang ikut memegangi kedua lengan ibunya. "Sama manusia sombong model gini, Ibu nggak bisa berbaik-baik!" geram Lestari. "Dia nggak mikir
31Suasana kamar utama di kediaman Farzan terasa hening. Sang pemilik rumah baru selesai menjelaskan peristiwa di kantornya, yang berakhir dengan pertemuan di apartemen Ristin. Farzan yang bersimpuh di lantai, memeluk pinggang Tanti yang bergeming. Pria berkumis tipis memandangi mata istrinya yang berkaca-kaca. Farzan merutuki diri yang kembali menyebabkan Tanti menangis. "Maafkan aku," bisik Farzan sambil memegangi jemari Tanti. "Ini sesuai dengan rencana awal Mas. Sekarang, jalanilah," cicit Tanti sembari mengusap kasar bulir bening yang membasahi pipinya. "Mana suratnya? Aku tandatangani sekarang," lanjutnya. "Sudah kurobek dan dibuang. Saat aku yakin untuk mempertahankan pernikahan kita." "File-nya pasti masih ada di laptop Mas. Cetak sekarang.""Kamu yakin mau tanda tangan?" "Ya. Aku nggak punya pilihan lain, kan? Dari awal Mas memang berniat poligami. Akhirnya kesampaian juga." "Aku nikahin dia cuma sebentar, Ti. Dia sembuh, langsung kuceraikan. Aku juga akan tetap tingg
32Farzan jalan mondar-mandir sepanjang ruang tamu hingga ruang tengah. Dia gelisah karena sudah hampir tengah malam, tetapi Tanti tidak kunjung kembali. Pria berkaus hitam sudah mencoba mencari istrinya ke mana-mana, termasuk ke rumah mertuanya. Farzan mengungkapkan bila dirinya bertengkar dengan Tanti, tetapi tidak menjelaskan penyebab utamanya. Dayyan, Adik Tanti ikut mencari sang kakak. Dia menghubungi semua teman Tanti, tetapi perempuan berbibir tipis tidak diketahui keberadaannya. Kendatipun kecewa dengan menantunya, Saad tetap mengerahkan orang-orang kepercayaan untuk mencari tempat persembunyian putri keduanya. Saad juga menelepon beberapa kerabatnya untuk menanyakan apakah ada kabar dari Tanti. Haedar sempat mengamuk dan menampar Farzan awal malam tadi. Setelah putra sulungnya menjelaskan penyebab sebenarnya pertengkaran Farzan dengan Tanti. Haedar akhirjya membantu mencari menantunya.Ucapan Haedar masih terngiang-ngiang di telinga Farzan. Lelaki tua tersebut tidak akan
55Jalinan waktu terus bergulir. Hampir sepekan berada di kota kelahiran, Tanti dan Farzan sangat bahagia. Mereka mengunjungi tempat berbeda setiap hari, untuk memenuhi undangan para kerabat. Sabtu pagi menjelang siang, kediaman keluarga Bramanty dipenuhi banyak orang. Acara syukuran empat bulanan dilaksanakan dengan khidmat dan tertib. Selepas tausiah dan pembacaan doa oleh Ustaz sahabatnya Saad, para tamu mendatangi pemilik hajat untuk mengucapkan selamat, atas kehamilan Tanti. Satu per satu bingkisan diberikan pada semua tamu, sebelum mereka meninggalkan tempat acara. Selanjutnya, Saad dan istrinya mengajak seluruh tamu penting untuk bersantap. Puluhan orang memenuhi garasi yang menjadi tempat empat stand makanan dan minuman. Seusai mengambil ransum, mereka berpencar untuk kembali berkumpul dengan kelompok masing-masing. Tanti memutuskan untuk bergabung dengan kelompok para istri bos PG dan PC, yang telah datang dari Jakarta dan sekitar Kota Bandung. "Ti, roti cane dan kariny
54Selama seminggu berikutnya, Tanti ditinggalkan Farzan untuk berangkat ke tempat proyek bersama Hisyam, Nanang dan Zacky. Tanti menyibukkan diri dengan membantu Evangeline di kebun, sekaligus menyiapkan berbagai bawaan untuk orang-orang terkasih di kampung halaman. Dua hari sebelum bertolak ke Indonesia, Farzan dan yang lainnya pulang. Semua orang di dua rumah dinas, begitu antusias untuk mudik. Meskipun hanya libur dua minggu, tetapi itu sudah cukup untuk mencurahkan kerinduan pada orang-orang terdekat. Tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Sabtu sore, kelompok pimpinan Nanang telah berada di bandara Auckland. Mereka tidak memasuki tempat check in umum. Melainkan mengarahkan langkah ke tempat khusus pesawat carteran ataupun pribadi. Tanti yang baru kali itu menumpang di pesawat pribadi, sangat antusias mengamati seluruh bagian pesawat itu. Seperti anggota kelompok lainnya, Tanti dan Farzan turut melakukan swa foto di depan pesawat, sebelum menaiki burung besi tersebut. Tanti dimin
53Minggu berganti. Kedatangan Hisyam dan Nanang ke Auckland, disambut gembira para perantau di dua rumah. Berbagai oleh-oleh yang dibawakan keduanya, dibuka untuk dinikmati bersama-sama oleh seluruh penghuni. Setelahnya, para ajudan dan Moreno berpindah ke mess untuk beristirahat sekaligus salat Magrib berjemaah.Sementara di rumahnya, Tanti dan kedua asisten berjibaku untuk menyiapkan hidangan di meja makan. Tanti tiba-tiba berhenti bergerak dan mengaduh. Dia memegangi perut sambil meringis, yang mengejutkan Darmi dan Carla. "Duduk dulu, Non," ujar Darmi sembari menuntun Tanti ke sofa. "Kunaon?" tanyanya sambil mengamati sang nyonya yang tengah mengusap perutnya. "Mendadak keram, Bi," cicit Tanti sembari duduk menyandar ke tumpukan bantal sofa. "Oh, memang gitu, Non. Sudah masuk empat bulan, janinnya makin besar. Bentar lagi akan ditiupkan roh-nya." Darmi turut mengusap perut Tanti. "Sing sehat, Anak bageur," ucapnya dengan lembut. "Ehm, ternyata begitu. Pantas Ibu bilang, mau
52Detik terjalin menjadi menit dan mengubah jam dengan kecepatan tinggi. Minggu berganti menjadi bulan, hingga tibalah waktu musim semi berganti menjadi musim panas.Berbeda dengan benua Eropa dan Amerika, di New Zealand dan Australia, waktu musimnya berbeda. Meskipun sama-sama memiliki empat musim seperti kawasan Eropa dan lainnya.Udara hangat tetapi tetap sejuk, menjadikan Desember hingga Februari sebagai waktu yang tepat untuk mengunjungj New Zealand.Hal itu mengakibatkan banyaknya turis dan rammainya tempat-tempat wisata terkenal di New Zealand. Begitu pula dengan meningkatnya kehidupan di berbagai kota.Proyek yang tengah dikebut pengerjaannya, menjadikan Farzan lebih sering berada di Queenstown. Akhirnya dia memboyong Tanti, karena khawatir dengan kondisi istrinya yang sedang berbadan dua. *Grup Proyek New Zealand* Hansel : @Farzan. Mama ngomel-ngomel asistennya diculik lagi.Keven : Tanti diangkut ke Queenstown?Hansel : Ya, @Mas Keven. Padahal Mama sudah bikin jadwal sa
51Jalinan waktu terus bergulir. Sebab Farzan harus sering ke tempat proyek, akhirnya Tanti mengikuti saran Evangeline untuk menyibukkan diri dengan berbagai hal positif.Tanti mengikuti kursus memasak makanan western dan aneka kue. Dia juga membantu Evangeline di kebun bunga milik perempuan tua tersebut. Tanti tidak menduga jika bunga memiliki banyak variasi. Dia giat mempelajari ilmu bercocok tanam, sembari mengaplikasikannya bersama Evangeline. Jumat sore itu, Tanti dan yang lainnya telah berada di kediaman Timothy. Mereka menyambut kedatangan keluarga Bryan dan Keven beserta Ibu masing-masing. Tanti turut bergabung dengan Aruna dan ketiga perempuan tua, yang berkumpul di teras belakang. Sekali-sekali Tanti ikut memangku Kaylee, anak Aruna dan Keven yang berusia setahun lebih. Tanti mengamati interaksi antara Aruna, Karin dan Lucky. Tanti bisa melihat ketulusan kasih Aruna pada kedua keponakannya, yang diperlakukan sama dengan Kaylee. Karin dan Lucky tidak sungkan untuk berman
50Hari berganti menjadi minggu. Bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Berbeda dengan negara-negara di Eropa yang musim seminya berlangsung di Maret sampai Mei, bulan September hingga November di New Zealand merupakan musim semi di negara kepulauan tersebut. Pagi itu Tanti terbangun dengan tubuh linu. Dia meringis ketika kesulitan menggerakkan badan, terutama area pinggang. Tanti menggapai ponselnya di meja samping kanan kasur, lalu menghubungi Darmi. Perempuan tua segera mendatangi Nyonya mudanya di kamar utama. Darmi terkejut kala menyadari bila tubuh Tanti sangat panas dan wajahnya pun pucat. Darmi segera memanggil suaminya yang berada di halaman. "Non, kita ke dokter, ya," usul Yayat seusai menempelkan telapak tangan ke dahi dan leher Tanti. "Aku nggak bisa bangun," bisik Tanti. Mulutnya terasa kering dan leher sedikit sakit. "Paman panggilkan Dimas. Dia lagi libur hari ini. Sekalian minta dia yang nyetir, karena Paman belum berani mengemudi di sini," ungkap Yayat. Kala
49*Grup Proyek New Zealand*Axelle Dante Adhitama : Kami sudah sampai di bandara Cengkareng.Baskara Gardapati Ganendra : Alhamdulillah.Artio Laksamana Pramudya : Lusa kita meeting, @Dante.Dante : Mas @Tio, bisa nggak jangan rapat dulu? Aku mau cuti dan istirahat di rumah.Tio : Cutinya, kan, dari kantor Adhitama. Dari PG, cuti sudah diambil bulan lalu.Dante : Astagfirullah! Dasar, Komisaris pelit!Tio : Aku harus tegas, karena gajimu besar, @Dante.Dante : Aku mau resign aja dari PG!Tio : Enggak bisa. Kontrakmu masih berlaku sampai 47 tahun, 111 hari lagi.Dante : Gelo!Yanuar Kaisar Ming Sipitih : Aku terkenyout!Austin David Wirapranata : Apa itu, @Yanuar?Yanuar : Terkejut, @Mas David. Bahasa gaul itu.Alvaro Gustav Baltissen : Bukan bahasa gaul, tapi alay.Heru Pranadipa Dewawarman : Yanuar memang masih remaja.Samudra Adhitama : ABG.Arrivan Qaiz Latief : Ababil.Fairel Attalariz Calief : Gen Z.Harry Adhitama : Yanuar bukan lagi gen Z, tapi, gen ZZZ.Wirya Arudji Kartawina
48"Aku buatin teh hangat, ya," tutur Farzan. "Hu um," sahut Tanti sambil memegangi lengan suaminya dan mengajak Farzan keluar. "Ada makanan apa, Mas? Perutku harus diisi. Kayaknya masuk angin," ungkapnya. "Macam-macam. Nasi juga ada. Mungkin pihak hotel sengaja menyediakan itu buat kita." "Lagi nggak kepengen nasi. Ada sup?" "Ada. Paling banyak, sih, aneka cake. Kamu pasti tahu jenisnya apa aja. Aku nggak hafal." Keduanya tiba di dekat sofa dan duduk berdampingan. Farzan dengan tangkas membuatkan minuman hangat buat sang istri. Sementara Tanti memerhatikan hidangan, sebelum mengambil mangkuk sup jagung yang ternyata masih hangat, karena dihidangkan dalam tempat pemanas makanan. Farzan meletakkan cangkir berisi teh ke meja. Kemudian dia berpindah ke balkon untuk mengambil makanan dan minumannya, untuk dialihkan ke dalam. Selama beberapa saat suasana hening. Mereka sibuk menghabiskan berbagai makanan yang ternyata lezat. Kala Tanti bersendawa, keduanya serentak tersenyum sambil
47Terminal F keberangkatan Bandara internasional Soekarno-Hatta, terlihat ramai orang berkemeja ataupun blus putih. Para pengawal yang ikut berangkat menemani bos masing-masing, mengenakan kemeja putih dengan logo PB di saku kiri. Selain mereka, beberapa komandan yang turut serta juga menggunakan pakaian serupa. Farzan dan Ristin saling menatap sesaat, kemudian lelaki bercelana jin biru mendekap mantan kekasihnya yang sebentar lagi juga akan menjadi mantan istrinya. Farzan membiarkan Ristin menangis di dadanya, karena hanya itu yang bisa dilakukannya untuk sang istri kedua. Tidak lama berselang, Ristin mengurai dekapan. Dia mengusap mata dan pipi yang basah dengan tisu. Farzan mengucapkan kata-kata penghiburan yang dibalas Ristin dengan anggukan. Setelah melepaskan perempuan berbaju hijau, Farzan berpindah menyalami Bobby. Dia menitipkan Ristin pada pria yang lebih muda. Sekaligus memastikan Bobby akan membantu usaha baru Ristin yang berkolaborasi dengan BPAGK. Adegan perpisahan