Setelah beberapa langkah meninggalkan kamar Nenek An, Natasha teringat bahwa ia belum mengetahui nama pelayan yang kini mengikutinya itu. “Oh iya, sebelumnya aku belum tahu namamu, jadi, siapa namamu?” tanya Natasha.“Yi Yue, Nona, Nona bisa memanggil saya Yue!”“Yi Yue,” gumam Natasha, “Apa kamu lahir di bulan Januari?”“Benar, Nona!” jawab Yue.“Oh, begitu rupanya.”Bahasa Mandarin Natasha memang sangat bagus, sejak kecil dia sudah terbiasa berbicara menggunakannya. Sebab, mama Natasha memiliki darah keturunan China yang masih sangat kental.Selain itu, Natasha juga sering ikut kedua orang tuanya melakukan perjalanan bisnis atau liburan ke beberapa kota di daratan China, sehingga ia terampil berbahasa mandarin. Oleh karena alasan itulah selama ini tidak ada satupun yang curiga jika Natasha bukan orang asli Tiongkok, karena baik itu bahasa atau wajah, keduanya sangat mendukung. “Oh iya, sepertinya kamu pelayan perempuan paling muda yang kutemui di rumah ini, benarkah itu?” tanya N
Sepanjang siang hingga sore Natasha terus diawasi oleh Nyonya Fang. Natasha harus menerima pelajaran tata krama yang diberikan oleh guru yang dibawa sang mama mertua untuknya. Jika mau, sebenarnya Natasha bisa saja menunjukkan kemampuannya dan membuat semuanya selesai dengan cepat. Namun, sayangnya dia tidak melakukannya. Dia ingat bahwa saat ini dirinya merupakan perempuan dari kelas bawah yang tidak memiliki dasar tata krama kaum kelas atas. Natasha duduk tegap dengan kaki menyerong dan buku tebal di kepalanya. Sudah hampir satu jam dia tidak bergerak ataupun mengubah posisinya, sampai akhirnya Natasha merasa punggung dan tengkuknya sangat pegal. Natasha mencoba bergerak sedikit. Namun, tiba-tiba buku yang ada di kepalanya itu terjatuh. “Tidak!” teriak Natasha mencoba menahan. Sebuah pukulan tongkat mendarat di lengan Natasha. “Ulangi dari awal dan tetap dalam posisi ini selama satu jam ke depan!” ucap Nyonya Fang. “Ah~ Nyonya Fang, aku tidak sanggup lagi!” kata Natasha, “aku
Setelah mendapati Natasha tidak ada di tempat tidurnya maupun kamar mandi, Lucas langsung memeriksa ruang kerjanya. Entah mengapa ruang kerja ialah yang pertama kali dipikirkan oleh Lucas. Setelah kemarin Natasha menemukan ruang kerjanya itu, Lucas menjadi sedikit waspada dan curiga terhadap Natasha. Namun, saat pintu rak dibuka, rupanya Natasha juga tidak ada di sana. “Sepertinya aku sudah berpikir berlebihan tentang Natasha,” batin Lucas, “tapi, di mana dia?” Lucas lantas menghubungi pihak keamanan untuk mencari tahu lokasi keberadaan Natasha saat ini melalui kamera pengawas. Lalu, pihak keamanan pun memberi tahu Lucas bahwa saat ini Natasha sedang berada di dapur. “Dapur?”—Lucas melihat jam di dinding kamarnya yang menunjukkan pukul tiga pagi. “Benar, Tuan.” “Apa yang dilakukan istriku di dapur?” “Maaf, Tuan Muda, saya tidak terlalu yakin, tapi sepertinya Nona Natasha sedang memasak.” “Apa? memasak? dini hari begini?” batin Lucas. Akhirnya tanpa membuang waktu lagi Lucas m
“Di mana Natasha? kenapa bukan dia yang mengantar makanan? di mana makananku? Apa dia lupa dengan yang sudah dia janjikan padaku kemarin?” omel Nenek An kepada pelayan yang melayaninya. “Natasha di sini, Nek!” sahut Natasha yang saat ini memasuki kamar Nenek An sambil membawa semangkuk sup. “Aku harap kamu membawakan apa yang sudah kamu janjikan kemarin!” kata Nenek An. “Tenang saja, Nek, Natasha tidak akan ingkar janji. Tadi Natasha masih menghangatkan supnya lagi,” terang Natasha. Natasha duduk di tepian tempat tidur Nenek An dan mulai menyuapinya. Nenek An terlihat menerima suapan dari Natasha tanpa drama seperti yang biasa dilalui oleh para pelayan dan menantunya. “Bagaimana, Nek? enak?” Nenek An merasa sup ikannya itu berbeda, akan tetapi rasanya tetap enak dan gurih. “Ini enak, aku menyukainya,” jawab Nenek An. Natasha senang masakannya dipuji enak. Tidak sia-sia dia membaca banyak artikel hingga matanya lelah serta merelakan waktu tidurnya untuk membuat sup itu. “Ini bu
~Satu tahun lalu~ Leo terlihat celingukan di depan kelas juniornya. Saat ini dia sedang mencari seseorang, tapi sayangnya yang ia cari sudah tidak ada. Leo menahan adik kelasnya—“Yue di mana?” tanyanya. “Yue sudah pergi sejak bel berbunyi, Kak. Aku tidak tahu kenapa, tapi dia terlihat buru-buru,” jawab sang adik kelas. “Ya sudah, terima kasih!” Leo sangat yakin kalau saat ini Yue sedang berusaha menghindarinya. Inilah yang Leo takutkan ketika Yue tahu yang sebenarnya. Ponsel Leo bergetar. Dia melihat nama Najia di layarnya. “Ya, Jia.” “Kakak di mana, sih? aku itu lelah, mau cepat pulang!” omel Najia. Leo menarik napas—“Ya sudah, kalau begitu kamu pulang saja lebih dulu!” ucap Leo. “Nanti kalau Tante Mayleen tanya bagaimana? aku malas ya dengar mama kakak mengomel.” “Jawab saja Kakak masih kerja kelompok di rumah teman!” pinta Leo yang setelah itu langsung menutup teleponnya. Leo berlari menyusuri trotoar jalan menuju rumah Yue. Namun, saat ia tiba di sana pintu rumah Yue
Ketika Natasha dan Yue masih di dalam mobil sepulang mereka dari rumah sakit, Yue terlihat melamun menatap ke luar jendela. Natasha tidak tahu alasan yang membuat Yue begitu termenung, dia hanya mengira mungkin Yue mengkhawatirkan ibunya yang harus tinggal sendirian di rumah sakit.“Yue!”—Natasha memberanikan diri memanggil Yue.Yue tersentak—“Iya, Nona!”“Mengenai biaya rumah sakit, obat, dan terapi ibumu, apa keluarga Li yang menanggungnya?” tanya Natasha.Yue terdiam untuk beberapa detik. “Iya, Nona,” jawab Yue kemudian.“Oh, syukurlah!” ucap Natasha, “sangat keterlaluan jika mereka tidak membantumu!” “Tapi saya tidak akan menyalahkan keluarga Li jika mereka tidak membantu biaya perawatan ibu saya, Nona.”“Kenapa?”—Natasha penasaran.Hidup saya dan ibu saya sudah banyak ditolong oleh keluarga Li, saya justru khawatir jika tidak bisa membalas semua itu. Natasha yang mendengarnya langsung mengernyitkan dahi dan menyunggingkan senyum mencemooh. Natasha sedikit tidak percaya kumpulan
~35 tahun lalu~Keadaan ekonomi Tiongkok yang masih baru memasuki era reformasi pertama membuat pebisnis dalam negeri seperti Tuan Besar Li harus bersaing dengan perusahaan asing. Hasilnya, mau tidak mau dia dan putranya, Jiang, harus terus memutar otak demi keberlangsungan bisnis keluarga mereka.Itulah alasan mengapa beliau sangat keras kepada Jiang. Jika bisnis keluarga mereka jatuh seperti yang lain, maka hancur sudah nasib keluarganya. Hanya Jiang satu-satunya putra yang bisa Tuan Besar Li andalkan. Jiang sebagai kakak tertua sangat sadar akan harapan sang papa. Dia juga merasa memiliki tanggung jawab untuk itu. Namun, setiap pilihan selalu memiliki risiko. Jiang yang masih sangat muda itupun pada akhirnya harus merelakan kehidupan masa mudanya. Jiang tumbuh menjadi pribadi yang hanya mengikuti jalan yang sudah digariskan oleh sang papa. Bahkan, untuk masalah percintaannya saja, papanya yang mengurusnya. Jiang dinikahkan dengan Mei Rui yang merupakan putri dari sahabat Tuan Be
Saat ini Jiang tengah berdiri menatap foto serta guci abu mendiang istri keduanya. Setelah mendengar bahwa hari ini paviliun difungsikan lagi oleh Natasha, Jiang penasaran dan ingin melihat apa-apa saja yang mungkin berubah dari paviliun. Namun, setelah dilihat, ternyata sama sekali tidak ada yang berubah. Semua masih sama seperti dulu.“Oh, saya kira siapa!” Suara seorang perempuan menyadarkan Jiang dari wisata masa lalunya. Jiang segera menyeka air mata yang tanpa ia sadari sudah membasahi pipinya.Jiang menoleh ke arah pintu—“Natasha? Apa yang kamu lakukan di sini malam-malam?”Natasha menjawab, “Saya sedang berada di lantai tiga dan tidak sengaja melihat cahaya lampu dari paviliun. Karena penasaran siapa yang berkunjung, akhirnya saya ke sini.” Natasha pun balas bertanya, “Papa sendiri, apa yang Papa lakukan di sini?”“Jika kamu lupa, saya merupakan kepala keluarga dan pemilik rumah ini, jadi hak saya untuk melihat rumah saya sendiri,” jawab Jiang, “selain itu saya juga mau lihat
Setelah membicarakan semuanya, Lucas bersama Ana, Duan, dan Muchen akhirnya sepakat bahwa mereka tidak akan melibatkan polisi dalam hal ini. Posisi Song Zi yang hanya hidup sendiri membuat semuanya lebih mudah untuk mereka melakukan pemakaman. Sementara anak-anak buah Song Zi, mereka diserahkan kepada Muchen. Lucas membiarkan Muchen melakukan apapun pada mereka. “Karena kalian ada di sini, mampirlah dulu ke rumah, mama dan tante pasti sangat senang bisa melihat kalian, apalagi Ashana, cucu cantik mereka,” ucap Ana seusai pemakaman tuan Song. Lucas dan Natasha saling menatap. Mereka tidak keberatan mengenai hal itu. Natasha sendiri sejak kembali ke Indonesia belum pernah bertemu lagi dengan keluarga Lucas. “Bagaimana, Sayang, kamu mau bertemu dengan tante dan yang lain?" tanya Lucas kepada istrinya. Natasha mengangguk--“Mau!” jawab Natasha dengan senang hati. Keluarga Li itupun lantas berkumpul kembali. Namun, pertemuan mereka kali ini bukanlah di kediaman Li, melainkan r
Lucas mengambil kembali ponselnya dan melacak lokasi keberadaan ponsel Natasha serta mobil yang mereka gunakan sebelumnya. Mobil yang mereka sewa masih ada di depan kediaman Li. Namun, lokasi ponsel Natasha saat ini....“Tidak, ini bukan mengarah ke bandara,” ucap Lucas.“Cepat kejar mereka, Lucas!” perintah Daniel.Lucas melihat kondisi Daniel yang sudah tidak baik-baik saja. Daniel sudah kehilangan banyak darah.“Jangan hiraukan aku! tolong selamatkan saja Natasha, Ashana, dan Alexa!” ucap Daniel sekali lagi.Lucas tidak punya pilihan. Dia mengambil tiga pistol milik anak buah Song Zi dan mengisi penuh pelurunya. Dua pistol dia bawa, sementara satu sisanya dia berikan pada Daniel untuk berjaga-jaga.“Bertahanlah, sebentar lagi adik-adikku akan sampai di sini untuk mengurus semua yang ada di sini!” pesan Lucas pada Daniel.Setelah mendapat anggukan dari Daniel, Lucas bergegas meninggalkan kediaman Li. Dia meng
Keluarnya Daniel dari mobil untuk memasuki kediaman Li dilihat oleh Tuan Song melalui jendela. “Anda membawa teman, Tuan?” tanyanya pada Lucas.Lucas yang mendengarnya pun langsung mendongakkan kepala. Matanya ikut melihat ke arah luar dan mendapati Daniel menuju pintu utama.Lucas sontak bangkit berdiri. Namun, tiba-tiba ....KLIK!Dia merasakan sesuatu menyentuh kepala belakangnya. Lucas ditodong senjata api oleh anak buah Song Zi.“Sedikit saja kau bergerak, kupastikan kau tidak akan pernah melihat putrimu, Tuan,” ucap Song Zi.Lucas tahu orang tua di depannya saat ini tidak main-main dengan ucapannya. Sehingga, hal tersebut membuat Lucas tidak bisa berkutik.Sementara itu di ruang depan, Daniel tengah berhadapan dengan beberapa orang bermasker yang tiba-tiba menyerangnya. Jumlah yang tidak seimbang cukup membuat Daniel kesusahan. Namun, pada akhirnya dia berhasil mengalahkan mereka.“Lucas!” panggil Daniel begitu dia sampai di ruang keluarga. Namun, tidak lama setelahnya ....DOR!
Setelah sekian lama akhirnya Lucas kembali menginjakkan kaki di rumah besar yang selama lebih dari tiga puluh tahun ia tinggali. Kabar terakhir yang ia dapat, rumah itu dilelang oleh pihak pemerintah China. Namun, siapa sangka jika yang memiliki rumah itu sekarang adalah Tuan Song.TUK! ... TUK! ... TUK!Suara langkah kaki Lucas sampai ke telinga Tuan Song yang saat ini sedang duduk di kursi rodanya di ruang keluarga. “Oh, Tuan Lucas, Anda sudah datang?” Tuan Song berbalik menghadap Lucas dan membungkuk memberi hormat padanya. “Selamat datang kembali di kediaman Li, Tuan!”“Hentikan omong kosong ini, Tuan Song! cepat katakan di mana Ashana!”“Bersantailah dulu, Tuan, Nona Muda baik-baik saja. Dia sedang tidur di kamar Anda.”Lucas tentu masing sangat ingat di mana letak kamarnya itu. Di lantai dua paling ujung sebelah kanan. “Hah ...!”—Tuan Song menghela napas seolah merasa sangat lega.“Duduklah, Tuan Lucas! memangnya Anda tidak tertarik untuk mengenang masa lalu bersama saya?” Lu
Setelah mendapat perintah dari Lucas, Kai dan Dania segera menuju Swiss. Setelah seharian menunggu di sekitar bandara kedatangan luar negeri pada akhirnya mereka menemukan apa yang mereka tunggu.Nurmala, perempuan berusia tiga puluhan awal itu menginjakkan kakinya di Swiss bersama dengan seorang laki-laki. Berdasarkan informasi yang didapat oleh Kai, laki-laki itu adalah suami Nurmala yang baru saja keluar dari rumah sakit setelah operasi jantung.Kai menyamar sebagai orang yang menjemput Nurmala. Dia menghentikan mobilnya tepat di depan perempuan itu dan suaminya.Baik Nurmala maupun suaminya sama sekali tidak ada yang curiga. Sampai pada akhirnya, Nurmala merasa ada yang aneh.“Kenapa jauh sekali? bukankah Tuan Song bilang aku akan bekerja di perkotaan? tapi ini ....”Kai mengernyitkan dahinya—“Tuan Song?” tanyanya dalam batin. “Tuan Song ingin kalian menikmati liburan terlebih dahulu,” jawab Kai kemudian.“Oh, jadi begitu, baiklah.”“Sayang, bosmu baik sekali!” ucap suami Nurmala,
Setelah selesai semua proses hukum terkait tuduhan wanprestasi yang dilakukan Scienic Tech. terhadap Grepes, Daniel dan Alexa pikir mereka dapat beristirahat dengan tenang setelah sampai di Indonesia. Namun, siapa sangka ketika baru turun dari pesawat mereka justru mendapat kabar tidak bagus tentang Ashana.“Apa yang tejadi, Lucas?” Daniel dan Alexa yang baru saja tiba di rumah Lucas itupun langsung menuntut penjelasan. “Apa maksudmu Ashana diculik? siapa yang menculiknya?” imbuh Alexa.“Masih belum jelas siapa yang menculiknya, penculik itu dengan suara samaran mengatakan kalau mereka tidak mengiginkan apapun. Mereka hanya ingin membuatku menderita dengan kehilangan anak.”“Shit!”—Daniel begitu frustasi mendengarnya.“Jika demikian, bukankah itu berarti bisa jadi mereka adalah musuh-musuhmu yang menyimpan dendam?” tanya Alexa.“Hem, kurasa begitu.”“Lalu, di mana Natasha sekarang?” tanya Daniel kemudian.“Dia ada di kamar, dia masih sangat terpukul.” Daniel ingin sekali menghampiri
Lucas mencoba memeriksa rekaman CCTV yang ada di rumahnya untuk mencari petunjuk mengenai hilangnya Ashana. Namun, ternyata semua kamera pengawas yang ada di sana sudah mati sebelum kejadian penculikan. “Argh! sial!” umpat Lucas sambil mengusak kasar rambutnya. Dia kembali ke dalam rumah dan menghampiri Natasha yang tengah duduk menangis di sofa dan ditenangkan oleh pelayan perempuan rumah mereka. “Bagaimana, Lucas?” “Tidak ada petunjuk,” jawab Lucas. “Ah, bagaimana ini? Ashana ....” “Tenanglah, Natasha!” Semua orang yang bekerja di rumah Natasha saat ini berkumpul mengelilingi mereka. Lucas memperhatikan wajah para pegawainya satu per satu. “Seperti ada yang kurang,” batin Lucas. Dia lantas bertanya kepada para pelayannya. “Di mana satu rekan kalian yang belum datang?” Semua pelayan langsung memeriksa orang-orang di samping mereka. Barulah saat itu mereka sadar bahwa masih ada satu orang yang belum terlihat. “Oh, Nurmala!” sahut salah satu orang yang bert
Setelah bergabungnya Dania, kini semua pihak memiliki lawannya masing-masing. Organisasi intelijen, Grepes, Alexander dan Ring Fire, semuanya telah memiliki lawan yang seimbang. Perjanjian Lucas dengan Adolf berhasil membuat Ring Fire kesulitan. Mereka menjadi saingan di pasar gelap. Semenatar itu, Scienic Farm. dengan dibantu oleh Dania tengah menghimpun bukti-bukti keterlibatan pihak internal perusahaan dan juga para pejabat bermasalah. Serta, bukti-bukti hubungan mereka dengan Ring Fire dan Alexander sebagai penjembatan. Sedangkan Scienic Tech. yang kini berubah nama menjadi Bite Inc., mereka tengah menyiapkan ‘bom bunuh diri’ untuk Grepes. Ketika semua sudah dirasa cukup, mereka akan pun akan menekan tombol ‘ledak’. “Kak, rusa buruan sudah lumpuh.” Pesan tersebut merupakan kode dari Kai kepada Lucas untuk memberitahukan keadaan Ring Fire yang telah berhasil dibekukan. Lucas mematikan sambungan teleponnya dengan Kai dan langsung menghubungi Alexa. Sambil terus melu
Di hari pameran ....Dania memasuki galeri dan menunjukkan kartu undangan dari Lucas kepada salah seorang pegawai.“Oh, silakan lewat sini, Nona!”Dania diajak ke sebuah ruangan yang ternyata terdapat sebuah lorong rahasia di dalamnya. Sesampainya di pintu lorong, pegawai tadi mempersilakan Dania untuk memasuki lorong itu sendiri. Hanya perlu mengikuti jalur lorong maka nanti dia akan sampai ke aula tempat pelelangan.“Kamu tidak mengantarku?” tanya Dania ke pegawai tersebut.“Maaf, Nona, saya tidak bisa. Tuan Lucas hanya mengizinkan kami untuk mengantar sampai sini.”“Oh, baiklah.”Pada akhirnya Dania menelusuri lorong sendirian dengan diterangi cahaya lampu yang temaram. Sesampainya di ujung lorong dia menjumpai hanya ada satu pintu di sana. Dania membukanya ....“Dania!” panggil Kai yang berdiri tidak jauh dari pintu. “Kai ....”“Jangan hanya berdiri di sana saja, masuklah!”Menerima undangan tersebut, Dania langsung melangkahkan kakinya memasuki aula. Mata Dania mindai sekitar.