Rafin telah memberikan perintah pada Tommy, untuk segera memperkarakan kasus Mila ke pihak yang berwajib. Dan hanya dalam beberapa jam saja, Kasto telah ditangkap dengan tuduhan penganiayaan.
Rafin melakukan itu karena Mila tak bersedia untuk meninggalkan rumah itu. Padahal keselamatan hidup mereka tidak terjamin jika pria brengsek itu masih berkeliaran.
Rafin bahkan telah menawarkan apartemennya untuk ditinggali bersamanya dan Riska, demi keamanan. Namun Mila tetap menolak dengan alasan karena mereka belum menikah. Dan itulah jalan keluar satu-satunya yang terbaik menurut Rafin, dengan cara menyingkirkan Kasto. Sebenarnya bisa saja ia mengirim orang-orangnya untuk menyingkirkan pria kurang ajar itu, tapi biarlah Kasto merasakan hidup dibalik jeruji besi bercampur dengan pelaku kriminal yang lain, tanpa ia harus susah-susah bertanggung jawab atas kelangsungan hidupnya. Biar Kasto juga merasakan perlakuan bur
Di dalam sebuah restoran bergaya Eropa, terdapat sebuah ruang VIP yang hanya akan ditempati jika melakukan pemesanan sebelumnya. Seorang pria setengah baya, mengenakan setelan resmi lengkap dengan jas dan dasi, ditemani oleh dua orang wanita yang mengenakan gaun indah. Seorang wanita berusia hampir setengah abad, dengan potongan rambut sebatas bahu, jepit pita hitam minimalis menghiasinya, menambah kesan elegan pada tatanan rambutnya,seorang wanita yang lainnya berusia lebih tua, kisaran lebih dari tujuh puluh tahun, namun secara fisik ia masih terlihat berusia enam puluhan, masih jernih berpikir dan masih beraktivitas normal meskipun hanya aktivitas ringan."Aku tak akan menyetujui jika nanti yang dibawa bocah tengik itu adalah perempuan yang suka mengumbar pusar dan payudaranya itu." Wanita yang lebih sering disapa Oma itu mulai membuka pembahasan kala menu pembuka telah dihidangkan." Aku juga tidak akan
"Aku menyukai gadis itu. Semoga ia bisa merubah sifat-sifat buruk bocah tengik macam Rafin. Walaupun terkesan lugu, aku yakin ia memiliki kepribadian yang kuat. Aku benar-benar tak peduli ia berasal dari keluarga mana, tapi yang jelas aku merestui hubungan mereka. Lekas tentukan tanggal pernikahan mereka, jangan lebih dari tujuh hari. Buat momen yang mewah untuk acara ini. Secepatnya." Oma berkata panjang lebar yang disetujui oleh putra dan menantunya."Aku ingin, besok mereka segera pindah ke rumah ini, aku tak ingin terjadi sesuatu dengan keduanya karena ulah paman mereka.Setelah menikah barulah Mila bisa ikut Rafin ke apartemen," ujar Ny. Nara."Boleh." Tn. Arkan menyetujui usulan dari istrinya.Sudah terbayang betapa rumah itu akan menjadi lebih ramai dengan kehadiran dua anak perempuan. Sudah lebih dari lima tahun rumah itu ditinggalkan oleh putri Tuan Arkan. Cintia namanya.
Seorang lelaki keluar dari pekarangan nya yang sederhana, dengan menenteng sebuah arit dan tomblok atau tempat untuk menampung rumput, berbentuk bulat biasa terbuat dari anyaman bambu. Ia berniat untuk pergi menuju kebun sambil mencari rumput untuk ternak sapinya. Urat-urat di tangannya menandakan betapa keras ia bekerja. Pagi ini perutnya telah terisi dengan sepotong Ubi bakar yang berukuran besar.Desa itu bukanlah tanah kelahirannya, namun ia begitu mencintai tempat itu. Beberapa tahun yang lalu, ia datang ketempat ini, menyewa kamar untuk hidupnya selama beberapa bulan. Namun saat dirasa ia cocok dengan tempat itu, maka dihabiskannya uang yang ia bawa untuk membeli sepetak tanah dan kemudian mendirikan sebuah rumah sederhana yang hingga saat ini ia tempati sendirian.Usia yang belum terlalu tua membuatnya masih sanggup untuk mengurus seekor sapi dan beberapa ayam peliharaan. Sepetak sawah yang tak
Mila dan Rafin berangkat bersama pada penerbangan siang, sedangkan Riska, Mama, Papa dan Oma akan menyusul pada sore hari karena Tn. Wijaya ada urusan yang harus diselesaikan terlebih dahulu.Selama perjalanan, Mila dan Rafin sama sekali tidak bercakap-cakap. Tak ada keakraban atau candaan. Mereka seperti orang asing. Rafin yang masih sibuk dengan laporan-laporan dan Mila memilih untuk mendengarkan musik dari ponselnya menggunakan headset.Hingga saat memasuki pesawat, Mila masih tak ada niatan untuk membuka percakapan. Lagipula pria di sampingnya ini bukanlah orang yang asik diajak ngobrol lebih baik tidur batinnya. Rafin sendiri malah memilih untuk membaca buku.Setelah dua jam, akhirnya mereka telah sampai di kota tujuan. Mereka sudah mendapatkan jemputan oleh orang-orang suruhan Tn. Wijaya. Dan sekitar setengah jam kemudian sampailah mereka pada sebuah rumah mewah. Terlihat asr
Pram berangkat ke acara reuni dengan menggunakan pesawat. Ada sedikit rasa kecewa yang hadir dalam hatinya. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini ia pun menghadiri acara ini sendirian. Biasanya ia akan datang ke kota itu berhari-hari sebelumnya. Ia akan menghabiskan waktunya untuk menjelajah kota terlebih dahulu, berbelanja dan berwisata. Namun kali ini ia tak ada semangat untuk berpiknik, karena sesungguhnya ia menginginkan melalui kegiatan itu bersama dengan gadis yang dicintainya.Ah... Mengapa sekarang jadi kangen ya? Namun ia kembali merasakan kekecewaan saat panggilan pada gawai nya tidak terhubung. Mungkin gadis itu sedang menyelesaikan urusannya dan tak ingin diganggu. Ada setitik rasa nyeri yang ia rasakan di sudut dadanya. Mengapa ia merasa bahwa hanya dirinya yang mencintai? Ia tak ingin berprasangka buruk pada kekasihnya, karena setahu Pram, Mila memang gadis pendiam yang terlihat sulit untuk mengungkapkan perasaanya. Namun yan
Selepas acara pengenalan tadi, Mila minta ijin pada Papa untuk ke toilet."Disebelah sana," Rafin menunjukkan satu arah, yang segera di iyakan oleh Mila.Sesampai di sana Mila memasuki toilet yang terlihat sepi itu. Hanya terlihat dua orang lainnya yang juga sedang ada di sana. Mila segera melepaskan tangisannya, menghidupkan keran air sekeras mungkin untuk menyamarkan suara tangisnya.Hingga entah telah berapa lama ia berada di sana. Saat akan kembali ke dalam gedung, tiba-tiba ia bertemu dengan Pram. Keduanya hanya terdiam. Hanya pandangan mata yang saling mengisyaratkan rasa sakit yang sangat dalam. Ada sisa air mata pada kelopak mata Pram yang masih memerah."Siapa yang mengajakmu menikah terlebih dahulu. Aku atau Rafin. Tolong jawab aku dengan jujur, karena jawabanmu menentukan langkah yang harus ku ambil selanjutnya."Dan dengan
Rafin masih meneruskan pekerjaannya hingga lebih dari waktu maghrib, dan hanya terjeda saat mandi. Ia sedari tadi hanya memakan roti tawar sebagai pengganjal perutnya. Oh iya, tadi Derry juga membawakannya martabak manis. Jadi pantas saja jika perutnya tak merasa lapar."Aku mau keluar sebentar," Mila berpamitan pada Rafin yang masih terlihat sangat sibuk."Mau kemana?" tanya Rafin sambil mengamati gaya berpakaian Mila. Ia menggunakan celana jeans dan kaos lengan panjang longgar dilapisi dengan jaket, hijabnya ia biarkan tergerai sebatas dada dan gadis itu masih menggunakan masker. Wuiihh ... Rapet bener. Batin Rafin."Cari mie instan. Kamu mau? Nanti aku beliin sekalian." Mila memberikan tawaran padanya."Gak, aku gak pernah makan yang begituan." Rafin menjawab dengan asal."Oh ... " Mila hampir sampai di pintu keluar saat Rafin berteriak padany
RAINBOW CAKEPart 18Prosesi ijab kabul hanya dihadiri oleh kerabat dan keluarga dekat saja. Pandangan Kasto tiba-tiba berkabut saat ia telah usai menikahkan keponakan gadisnya dengan seorang pria kaya."Maafkan aku mas, aku adalah paman yang buruk untuk anakmu." Kasto mengucapkan itu dalam hatinya."Jika kau ada disini, kau akan tau, betapa anakmu kini sangatlah cantik, dengan balutan kebaya putih dan untaian melati yang menjuntai indah pada kepalanya, menambah elok parasnya yang berhijab."Mila mencium tangan suaminya tanda takzim, dan pria itu kemudian mencium kening Mila. Suasana berubah haru saat Mila memohon do'a restu pada Pamannya. Meskipun keadaan sulit ini berawal dari tingkah polah Pamannya, bagaimanapun juga, ia adalah pengganti orang tuanya.Mila mencium tangan pria paruh baya itu, memohon do'a restu agar ia mampu menjalan