#Warning rate 18 + Mohon maaf atas ketidaknyamannya. …………… “KAMU GILA!” maki Risa sakit hati, tubuhnya gemetar oleh amarah bagaikan lava mendidih di hatinya. Air matanya kembali tumpah, terisak dan tergugu dengan wajah galaknya. “Kamu bilang kalau ini hanya sementara!” lanjutnya dengan nada frustasi. Dia penasaran, apakah Shouhei sudah punya ide agar pernikahannya dengan Adnan batal? Apakah dia terlalu mempercayai pria ini? Hati Risa berdarah. Kepalanya berdenyut hebat, rasanya sudah mau meledak gila mendengar jawaban tidak masuk akal itu! Shouhei mengeraskan ekspresinya, menariknya mendekat, berkata dengan dingin. “Lalu, apa kamu mau kita berpisah? Apa kamu bisa menghentikan perjodohan itu, Risa Abdullah? Adnan Budiraharja adalah pria dari keluarga Budiraharja yang memiliki pengaruh kuat di mana-mana. Apa kamu bisa mengatasinya saat kamu memutuskan perjodohan itu?” Pupil mata wanita ini mengecil kalut, terguncang dengan jawaban sang pria. Apakah sebelumnya dia salah memiki
“Kamu dari mana saja?” tanya Adnan dengan kening ditautkan lemah, menatap Risa yang baru muncul beberapa menit kemudian setelah Adnan menyerah mencarinya di luar. Risa tertawa canggung, berkata dengan agak gugup. “Tadi, aku sedang mencari tempat untuk mengisi baterai ponsel sebentar. Takut ada pesan atau telepon masuk. Maaf, ya, agak lama. Tidak sempat memberitahumu, padahal tadi aku melihat pesan dan panggilan masuk darimu. Sayangnya, aku tidak sempat membalasnya gara-gara harus segera diisi ulang.” Adnan diam sejenak, lalu tersenyum kecil. Sedikit ada perasaan dingin di hatinya. “Oh, begitu. Pantas saja aku mencoba menghubungimu, tapi tidak diangkat. Sudah baikan sekarang?” tanyanya sembari meraih sebelah bahu Risa, menuntunya menuju meja mereka kembali. Risa yang merasa canggung dengan kebaikan Adnan setelah bermesraan dengan Shouhei merasa sangat buruk, tapi dia tidak bisa apa-apa dengan kondisinya sekarang. Bagaimana bisa wanita lain di luar sana menjadi simpanan seorang pria
“Shouhei ini benar-benar pemalu, ya?” kekeh Ayana centil. Dengan gaya malu-malu, bergantian mengelap krim di sudut bibirnya dan di bibir Shouhei. Hati Risa Abdullah tenggelam, wajahnya pucat mengkelam lebih suram. Menatap dingin dan kesal dalam diam kepada Shouhei yang tampaknya tidak ada reaksi apa pun setelah dicium begitu saja oleh sang pacar. Bos galaknya itu malah hanya menatapnya tanpa kedip dengan mata gelap dinginnya. Seolah-olah jiwanya sedang disedot keluar. Risa merasa dunianya yang sudah berputar hebat, membuatnya sedikit pusing. “Bagaimana, Kak Adnan? Kami cukup mesra, kan?” Ayana tersenyum jahil malu-malu, memeluk sebelah lengan Shouhei sambil memasang wajah cantik dewasanya, terlihat manis di saat yang sama. Adnan terdiam sebentar, cukup dingin melihat ke arah Shouhei, lalu dia pun berkata pelan antusias. “Sepertinya begitu. Baiklah. Kami tunggu undangan pernikahan kalian. Tapi, kami duluan, ya, yang menikah.” Berkata begini sambil tersenyum meraih pundak sang calo
Risa geram, kedua tangan mengepal kuat. “Dasar pembohong! Kamu bilang kita berdua akan menikah! Tapi, sejauh ini kamu hanya membual semata! Aku masih sabar menghadapimu! Masih sabar mau menjalin hubungan terlarang ini meski sudah punya calon suami! Tapi, apa-apan tadi itu? Kenapa kamu tidak jujur kepadaku?! Kenapa kamu tidak bilang sudah punya wanita lain di sisimu?!” Risa memukul-mukul dadanya yang keras dan kokoh, menangis sesenggukan parah. Shouhei tidak memberikan perlawanan, membiarkan sang wanita seperti itu untuk sementara. “Keluar!” bentak Risa marah, mendorongnya agar keluar dari ruangan, “aku tidak mau melihatmu lagi! Pergi!” Shouhei menahan Risa dalam pelukannya, tidak mengatakan apa pun. Wajahnya sangat dingin. “Kenapa kamu begitu jahat mempermainkanku! Kenapa?! Sudah lama aku mencari pasangan hidup! Sudah lama aku menginginkan pria yang mencintaiku dengan tulus, dan aku juga ingin mencintainya sepenuh hati, tapi apa ini semua?! Benar –benar jahat!” gugunya dengan bibi
Minggu keesokan harinya. Risa Abdullah bangun dengan perasaan gamang, duduk dengan bahu lemas menatap selimut di tubuhnya. Dengan perasaan seperti sedang bermimpi, dia menoleh ke arah sofa di mana sang bos galak dan mesum-mesumnya itu tidur semalam. “Oh... dia sudah pergi rupanya...” gumam Risa dengan perasaan sendu. Adegan ini sudah benar-benar menjadi gambaran akan masa depannya sebagai wanita simpanan untuk hari-hari berikutnya. Mata wanita ini bengkak parah. Sudah seperti ditempeli lemak tambahan saja. Setelah melihat kondisinya yang mengenaskan di depan cermin wastafel, hatinya jatuh dengan cepat. Sama sekali tidak ada niat untuk keluar dari kamar, meski Adnan berencana mengajaknya jalan-jalan seharian sebagai kencan mereka berdua demi memperbaiki hubungan yang retak. Tapi, dia merasa tidak mau bertemu siapa pun sekarang. Dengan perasaan kacau, Risa kembali baring ke kasurnya sambil mengopres matanya menggunakan minuman kaleng dingin secara bergantian beberapa saat. Sudah pu
Saat siang hari, Adnan membujuk Risa agar menghentikan sikapnya yang sudah mirip ulat kepompong. Selama dia menemani Risa Abdullah yang ngambek karena matanya bengkak, entah kenapa segala amarahnya sebelum dia datang ke tempat ini perlahan runtuh. “Ingin makan apa lagi? Aku akan memesankan apa pun yang kamu inginkan. Bagaimana kalau kentang goreng? Enak dimakan sebagai cemilan untuk nonton film,” jelas Adnan yang kini duduk di dekat Risa sambil memeluknya dengan satu lengan. Di sisinya, Risa masih membungkus dirinya dengan selimut, tidak berminat sama sekali menonton tayangan film aksi di TV. Kentang goreng.... Risa termenung memikirkan banyak hal, wajahnya datar sudah seperti tidak punya jiwa sama sekali. Kentang goreng adalah hal yang akan memicu otaknya untuk memikirkan pria kejam itu. Kenapa dia sangat sial dan beruntung di saat yang sama bertemu dengan Shouhei? Hati Risa berdarah, tapi dia tidak bisa menangis tanpa ada alasan yang jelas di depan Adnan. Sayangnya, air mata
Di pesawat menuju ibukota. ‘Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Risa Abdullah! Kamu harus percaya kepada Shouhei!’ ‘Kamu salah paham! Aku tidak bermaksud menipumu! Shouhei punya alasan untukmu!’ ‘Dia benar-benar menyukaimu, Risa! Jangan dengarkan yang lain!’ Kalimat Clara terngiang berkali-kali dalam benak Risa sejak dia menaiki pesawat. Matanya mengarah keluar jendela, menatap kosong langit gelap di luar sana. Risa tertawa dingin. Lelucon macam apa itu? Entah Clara diperdaya oleh Shouhei, atau malah berbohong kepadanya, dia tidak bisa melanjutkan pembicaraan mereka kala itu, langsung pergi dari sana setelah mendengar hal tidak masuk akal darinya. “Kamu masih tidak enak badan?” tanya Adnan yang duduk di sebelah, meliriknya yang bersandar lemah di lengannya. “Um. Sedikit.” Wanita itu hanya membalasnya ogah-ogahan, menarik selimutnya lebih erat ke tubuhnya. Yang sakit adalah hatinya, bukan tubuhnya. “Oh, ya, aku lupa memberitahumu, hari Sabtu tanggal 8 nanti adalah hari per
Acara yang dihadiri oleh bosnya tidak jauh dari hal berbau bisnis tentu saja. Risa Abdullah melihat kumpulan orang-orang yang tengah berdiri di acara itu tengah berbincang satu sama lain sambil memegang minuman dan menikmati kudapan yang ada. Yah, dia berharap apa, sih? Sudah pasti pria kejam itu hanya akan menghadiri acara-acara berkelas seperti ini. Kebun binatang? Pfft. Itu cuma dalih darinya demi menjebak dirinya mentah-mentah. “Selamat datang ke acara ini, Tuan Shiraishi!” sapa seorang pria berjas abu-abu pucat, gendut dan pendek, sedikit botak dengan rambut tipis di sekitar kepalanya, mukanya juga sangat berminyak. Ini membuat Risa Abdullah yang berdiri tepat di belakang kedua pasangan sialan itu menjadi mual. Di depannya, terdengar Shouhei menjawab dengan ramah dan sopan, tapi terdengar nada intimidasi yang kuat di dalamnya. “Terima kasih. Senang bisa menghadiri acara besar seperti ini.” Pria gendut itu tertawa keras sekali, lalu matanya melirik antara dua wanita yang b