Beranda / Romansa / Terjebak Cinta Si Kaya / Bab 6. Bambang Linardi

Share

Bab 6. Bambang Linardi

Penulis: Tia Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-04 14:42:47

Sesampainya di rumah, Elisa memarkirkan motornya. Raut wajahnya terlihat lesu setelah apa yang dialaminya siang tadi bersama sahabat-sahabatnya. Perasaan sedih yang ia rasakan terbawa sampai ia pulang.

"Elisa pulang," seru Elisa dengan tak bersemangat memasuki rumahnya.

Ayahnya menoleh ke arahnya dan berlari dengan wajah sumringah, seperti hendak menyampaikan sebuah kabar baik. Tapi raut wajahnya mendadak berubah ketika melihat wajah Elisa yang muram.

"Loh, Sa. Kenapa kok muka kamu sedih gitu?" tanya ayahnya cemas.

"Sedih, Yah... Gimana kalau sebentar lagi Elisa bener-bener pindah sekolah dan ninggalin sahabat-sahabat Elisa, Yah?" tanya Elisa dengan bibirnya dimanyunkan, dan matanya seperti berkaca-kaca.

"Lho, kok kamu jadi sedih? Katanya mau ke Inggris..." kata ayahnya sambil mengelus pipi anaknya itu. Elisa hanya bisa mengangguk-angguk sambil bibirnya tetap dimanyunkan dan matanya masih berkaca-kaca melihat ayahnya.

"Beneran masih pingin ke Inggris?" tanya ayahnya berusaha memastikan.

Elisa pun menjawab, "Masih, Yah... ". Ia terdengar seperti sedang merengek.

"Ya udah, kalau gitu jangan sedih lagi. Kan kamu masih bisa ketemu sama temen-temen kamu meskipun misalnya jadi pindah sekolah," hibur ayahnya.

Elisa pun mulai menunjukkan senyum kecil di wajahnya. Benar juga kata ayahnya, apa yang harus ia takutkan?

"Padahal tadi Ayah mau nyampein kabar baik tapi kamunya manyun gitu...," goda ayahnya.

"Berita baik apa, Yah?" Elisa mendadak mulai bersemangat kembali.

"Mmmm... nanti aja deh, kalau kamu udah nggak sedih lagi." Ayahnya bermaksud mengurungkan niatnya.

"Udah nggak sedih kok, Yah. Beneran," jawab Elisa dengan segera sambil memegang tangan ayahnya, berharap ayahnya segera memberitahunya.

Ayahnya terdiam kemudian tersenyum. Ia pun memutuskan untuk memberitahu Elisa saat itu juga.

"Tadi Ayah dapet telepon..."

"Iya?" Elisa mengangguk dan terdiam menunggu ayahnya melanjutkan kalimatnya.

"Katanya kamu lolos tahap awal Seleksi Program Penerimaan Beasiswa di SMA Akasia!" Nada bicara ayahnya menjadi bersemangat.

"Yang bener, Yah?" Elisa masih tidak percaya.

Ayahnya hanya mengangguk sambil tersenyum. Masih tak percaya, Elisa segera berlari ke kamar menuju meja belajarnya. Dibukanya laptop butut kesayangannya lalu dinyalakannya. Ia menggerak-gerakan jarinya tanda sedang tidak sabar. Kemudian ayahnya juga menyusul masuk ke kamar, berdiri di belakang Elisa.

Elisa membuka e-mailnya dan memeriksa kotak masuk. Di baris paling atas terdapat pesan masuk dari Akasia Student Admissions yang di dalamnya terdapat kata-kata dalam bahasa Inggris yang berbunyi:

"Congratulations, Elisa Putri!

You have passed the early stage of our Scholarship Program Admissions. For further process, we would like to invite you for a test which will be held on:

Day/Date/Time  : Monday, June 14th 2020 at 08:00 a.m.

Place   : Conference Room 1, Akasia Senior High School"

Inti dari surat elektronik tersebut adalah Elisa berhasil lolos tahap awal program penerimaan beasiswa di SMA Akasia dan untuk proses selanjutnya yang harus diikutinya adalah tes seleksi masuk yang akan diadakan pada hari Senin, tanggal 14 Juni 2020 jam 8 pagi.

Elisa dan ayahnya membaca e-mail tersebut, kemudian bertatap-tatapan dan sama-sama menunjukkan senyum lebar di wajah mereka.

"Elisa lolos tahap pertama, Yah! Akasia!" seru Elisa sangat kegirangan.

"Terus selanjutnya gimana, Sa?" tanya ayahnya, tak kalah girangnya.

"Elisa diundang ikut tes Yah, di waktu yang udah disebutin di email tadi," jawabnya.

"Bagus dong! Semoga kamu bisa lulus ya," kata ayahnya mendoakan sambil mengelus-elus kepala Elisa.

"Amin...." Ia pun mengamini.

Elisa merasa sangat bahagia meskipun baru lolos tahap seleksi pertama. Paling tidak jalan menuju mimpinya sudah mulai terbuka dan ia tapaki. Ia memperoleh harapan baru bahwa mimpinya adalah suatu hal yang mungkin dan dapat terjadi.

Hari itu ia menghabiskan sore dengan perasaan sangat senang. Ia bahkan lupa akan kesedihannya yang dirasakan tadi siang. Aktivitas-aktivitasnya ia lakukan sambil bersenandung dan ayahnya hanya bisa melihatnya sambil tersenyum.

Malam harinya, selesai belajar dan membantu ayahnya berjualan, Elisa berbaring di atas kasurnya sambil bermain handphone. Ia membuka aplikasi pengirim pesannya dan dibukanya group chat Vocalista yang beranggotakan sahabat-sahabatnya di geng. Ia memulai percakapan mereka malam itu. 

"Guys, aku punya kabar bagus," tulis Elisa membuka percakapan mereka. 

"Apa, Sa?" tanya Agusta.

"Aku lolos seleksi tahap awal di SMA Akasia!" Elisa membalasnya.

"Wah... Kamu daftarnya di sana? SMA keren tuh. Elit, tempatnya orang-orang kaya! Artis juga banyak yang sekolah di situ," terang Meria.

"Masa?" tanya Elisa dalam pesannya.

"Iya. Itu kan salah satu sekolah paling bergengsi di Jakarta, di Indonesia malah. Kok bisa kamu keterimanya disana? Beruntung banget huhuhu," jawab Meria. 

"Nggak tau juga deh apa pertimbangan mereka. Bersyukur banget! Meski belum tentu keterima tapi seenggaknya mereka kasih aku kesempatan," jawab Elisa.

"Semangat! Kita doain kamu keterima," tulis Agusta dalam pesannya. 

"Aminnnnnn. Makasih ya guys. Oh ya, minta doanya buat tes penerimaan hari Senin tanggal 14 Juni ya. Plisss," pinta Elisa. 

"Habis ujian kenaikan dong?" tanya Meria.

"Iya, doain yaaa," pinta Elisa dengan penuh harap.

"Sorry guy, baru dateng. Elisa lolos? Waaaa selamat ya Sa!" Lili baru saja muncul saat itu.

"Makasih Lili," jawab Elisa.

"Jangan lupain kita ya Sa kalau kamu keterima di sana..., " tulis Lili.

"Nggak bakal kok. Janji!" Elisa menulisnya dengan sangat yakin. 

Meskipun sedih, geng Vocalista selalu mendukungnya. Ia pun sebaliknya, berjanji akan selalu ada untuk sahabat-sahabatnya itu, meskipun ia tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya.

Ia meletakkan handphone-nya kemudian pandangannya mulai menerawang sambil tersenyum. Ia lebih merasa bahagia lagi karena sekolah yang memberinya kesempatan baru diketahuinya ternyata merupakan SMA paling bergengsi di Jakarta, bahkan di Indonesia. Ke mana saja ia selama ini sampai tak mengetahuinya? Tapi ia memang tak pernah berpikir sampai sejauh itu karena tujuan utamanya selama ini hanyalah supaya bisa diterima di sekolah dengan kurikulum Cambridge.

Dipenuhi dengan rasa ingin tahu dan perasaan senang, ia pun mulai mencari informasi mengenai SMA Akasia. Dari internet, ia memperoleh informasi bahwa SMA Akasia adalah sebuah Sekolah Menengah Atas yang tergabung di dalam Grup Akasia Schools. Akasia Schools memiliki jenjang pendidikan mulai dari TK hingga Universitas dan lokasinya tidak berada di dalam satu area namun tetap terintegrasi.

Akasia Schools didirikan oleh Yayasan Pendidikan Linardi di bawah naungan Linardi Care, yang merupakan salah satu sektor usaha Linardi Group. Grup bisnis tersebut dimiliki oleh Bambang Linardi, seorang pengusaha properti dan real estate terbesar dan terkenal di Indonesia, yang namanya masuk dalam 25 besar orang terkaya Indoensia versi majalah bisnis Forbes. Tujuan utamanya membangun usaha di bidang pendidikan adalah untuk mencetak pemuda-pemuda Indonesia yang selain berwawasan tinggi dan berprestasi, juga bermoral dan berbudi baik. Elisa takjub dibuatnya karena sepertinya ia memilih sekolah yang sangat tepat.

Lalu ia pun mulai penasaran dengan wajah pendiri yayasan tersebut, Bambang Linardi. Ketika foto orang yang dicarinya itu muncul, Elisa pun tersentak. Ia seperti mengenalnya. Ternyata Bambang Linardi yang ia lihat di internet itu adalah salah satu pelanggan tetap kedai soto ayahnya, yang selama ini ia kenal hanya dengan sebutan Pak Bambang! Elisa tak pernah menyangka bahwa Pak Bambang yang selalu datang malam hari mengendarai mobil BMW keluaran tahun sebelum Elisa lahir dan biasanya hanya mengenakan kaos sederhana itu adalah salah seorang legenda di dunia bisnis Indonesia!

Bab terkait

  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 7. Keluarga Linardi

    Elisa berlari menghampiri ayahnya yang sedang menonton TV di ruang tamu. "Aduh duh duh... jangan lari-lari, udah malem, Sa! Ntar dikira tetangga ada gempa bumi," omel ayahnya dengan menunjukkan ekspresi kaget. "Yah, Yah, tau nggak?" tanya Elisa bersemangat. "Kasih tau dulu dong, baru Ayah bisa tahu," canda ayahnya. "Ih... Ayah, ih!" Elisa menepuk bahu ayahnya melihat kejahilan ayahnya itu, kemudian ia melanjutkan, "Ayah tau Pak Bambang langganan kita kan?" "Iya tau. Kenapa emangnya?" tanya ayahnya santai. "Pak Bambang itu ternyata salah satu orang paling kaya di Indonesia, Yah! " Elisa berbicara sambil membelalakkan matanya. Ayahnya seperti tidak terkejut, ia hanya terdiam sejenak. "Udah tau," jawab ayahnya yang membuat Elisa terkejut. Ekspresi wajah Elisa mendadak berubah menjadi kesal karena merasa dikerjai oleh ayahnya. "Kok Ayah nggak kasih tau Elisa sih?" Elisa mengernyitkan dahinya. "Lah kamu nggak pernah

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 8. Hari H

    Hari itu hari libur sekolah setelah selesai ujian, tapi Elisa sedang berdiri di depan cermin mengenakan seragam sekolahnya lengkap dengan riasan tipisnya. Wajahnya terlihat agak tegang dari biasanya. Ia menghela nafas panjang kemudian mengepalkan kedua tangannya menghadap ke atas. "Elisa, kamu pasti bisa!" Ia berseru pada dirinya sendiri memberi semangat, kemudian mengangguk penuh keyakinan. Ia lalu berjalan menuju ruang keluarga dan menghampiri ayahnya yang sedang menonton TV pagi itu. "Ayah, Elisa berangkat. Doain Elisa ya," kata Elisa sambil mencium tangan ayahnya. Kemudian ayahnya bangkit berdiri dari kursinya. "Pasti, Nak. Ayah doain yang terbaik buat kamu. Pokoknya kamu harus fokus ngerjain tesnya. Oke?" Ayahnya memberi semangat sambil mengelus kepala Elisa. "Oke, Ayah. Elisa berangkat ya." Elisa tersenyum pada ayahnya lalu berjalan keluar rumah menuju tempat Scooby-doo terparkir. Ayahnya mengantarnya sampai ke depan rumah. Elisa mengenakan helm

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 9. Yang Ditunggu-tunggu

    "Hai!" Sapa gadis itu, dan memilih tempat duduk di sebelah kanan Elisa. "Hai!" balas Elisa. "Ternyata kamu juga daftar beasiswa di sini. Masih ingat aku, kan?" tanyanya sambil tersenyum. Elisa cukup terkejut. Seingat Elisa, gadis itu adalah seseorang dengan kesan yang kuat. Namun ternyata ia ramah juga. "Iya masih, kok," jawab Elisa juga dengan tersenyum. "Oh iya, kita belum kenalan ya waktu itu. Meta," kata gadis itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya. Aura percaya dirinya begitu kuat. "Elisa." Elisa menjabat tangan Meta. "Gak nyangka ya, kita bisa ketemu lagi di sini," kata Meta merasa tak percaya. "Katanya cuma ada 3 orang yang bakal lolos program beasiswa ini. Semoga kita berdua termasuk salah satunya ya," harapnya. "Amin, amin...," jawab Elisa. Mereka berdua saling tersenyum. Elisa lega karena ia dan Meta tidak harus saling mengalahkan satu sama lain karena ada tiga orang yang memiliki kesempa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 10. Langit dan Bumi

    Elisa berlari memasuki kamarnya dan mengambil handphone yang diletakkan di atas meja belajarnya, hendak menghubungi Meta. Dibukanya daftar kontak dan ia mencari huruf M. Tiba-tiba handphone-nya berdering tanda ada telepon masuk. Kebetulan sekali, ada telepon masuk dari Meta. Elisa yang kaget kemudian buru-buru mengangkatnya. "Halo," sapa Elisa. "Halo, Sa. Gimana, udah ada telepon dari Akasia?" Dari nada bicaranya, terdengar Meta sedang bersemangat. Elisa berpikir mungkin itu adalah sebuah pertanda yang baik. "Udah, Ta. Barusan," jawab Elisa dengan bersemangat. Ekspresi wajahnya tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya. "Gimana hasilnya? Eh, tunggu. Kita ucapin bareng-bareng yuk!" Meta mengajak. Elisa mengangguk dengan bersemangat. "Satu, dua, tiga!" Meta memulai hitungannya. "Lolos!" Mereka berteriak bersamaan di saluran telepon masing-masing. Elisa dan Meta sama-sama merasa sangat bahagia karena harapan mereka sama-s

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 11. Perpisahan

    Elisa menata beberapa helai bajunya di atas tempat tidur. Ia mengambil traveling bag-nya kemudian meletakkannya juga di atas tempat tidur. Dimasukkannya beberapa helai bajunya itu ke dalam tas tersebut. Kemudian sambil berdiri, ia berpikir apa lagi yang sekiranya kurang atau terlupa. "Oh iya, sikat gigi," katanya pada dirinya sendiri yang lupa memasukkan sikat gigi ke dalam tasnya. Ia pun berjalan keluar dari kamarnya ka arah kamar mandi. Diambilnya sikat giginya yang berwarna merah dan berjalan keluar dari kamar mandi melewati ruang keluarga, di mana ayahnya sedang duduk menonton TV. "Handuknya nggak lupa, Sa?" tanya ayahnya mengingatkan. "Udah, Yah," jawab Elisa sambil berjalan melewati ruang keluarga. "Sabunnya? Sikat giginya? Odolnya?" tanya ayahnya berentetan. Biasalah... Ayahnya suka menggoda Elisa dengan candaannya. "Udah, Yah!" jawab Elisa yang sudah hampir sampai di depan pintu kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya dan m

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 12. Selamat Datang di Akasia

    Tanggal 5 Juli. Hari pertama masuk kembali ke sekolah setelah liburan kenaikan kelas. Siswa-siswa di SMA Akasia hari itu akan datang lebih pagi untuk berkenalan dengan teman-teman sekelasnya yang baru. Kelas baru dan daftar nama teman-teman sekelas mereka memang telah diberikan kepada siswa masing-masing pada saat liburan kenaikan kelas. Alex dan Steven tetap berada di dalam satu kelas yang sama, kelas 11-A, sedangkan Joshua terpisah dari mereka dan masuk ke kelas 11-B. Setelah berjalan bersama memasuki area sekolah, mereka pun harus berpisah di depan kelas mereka masing-masing. Di dalam kelas Joshua, sudah ada beberapa anak yang duduk dan mengobrol serta bercanda ria. Melihat Joshua sekelas dengan mereka, mereka pun menyapanya dan kelas menjadi cukup riuh. "Wah, Joshua dateng, guys!" seru salah seorang anak laki-laki bernama Martin yang dulunya memang sekelas dengan Joshua. "Wuih, sekelas sama Joshua nih!" seru anak laki-laki yang lain lagi yang dulunya berb

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 13. Anak Baru

    Good morning, everyone. I would like to introduce your new classmate," kata Miss Ratna hendak memperkenalkan teman sekelas baru mereka. Semua siswa di situ memang baru saja memasuki kelas baru dan baru saja saling mengenal teman-teman sekelas mereka yang baru. Namun siswa pindahan pasti akan selalu diperkenalkan secara khusus di depan kelas. "Elisa, please introduce yourself," kata Miss Ratna mempersilahkan Elisa memperkenalkan dirinya sendiri di depan kelas. Elisa mengumpulkan keberaniannya dan mulai memperkenalkan dirinya di depan teman-teman barunya itu. "Hi, my name is Elisa. I'm 16 years old. Nice to meet you all, and I hope that we can be good friends," kata Elisa mempekenalkan diri dengan penuh senyum, sambil berusaha menyembunyikan rasa gugupnya, "Hi, Elisa!" sapa teman-teman sekelasnya bersamaan. "Be good to Elisa, guys! Alright, Elisa. You may sit over there," kata Miss Ratna mempersilahkan Elisa duduk sambil menunjuk sebuah bangku kosong di

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 14. Pertemuan Pertama

    Alex dan Steven berjalan keluar dari kelasnya hendak menuju kelas Joshua untuk mengajaknya pergi ke kantin bersama. Mereka berdiri di depan pintu kelas Joshua dan memanggilnya. "Josh, ayo ke kantin!" ajak Steven. Sementara itu, Alex melihat siapa-siapa saja teman-teman sekelas Joshua yang baru, kemudian pandangannya tertuju pada salah seorang anak baru yang tentunya terlihat asing baginya. Dilihatnya gadis itu juga melihat ke arahnya. Gadis itu kemudian merasa agak terkejut karena pandangan mereka bertemu dan langsung memalingkan pandangannya. Cantik, batin Alex. Ia beranggapan bahwa gadis baru yang dilihatnya itu cantik. Di sekolah itu memang banyak sekali gadis-gadis lain yang lebih cantik dari Elisa. Tapi ukuran kecantikan seseorang menurut ukuran laki-laki pastilah berbeda antara satu dan yang lainnya. Alex melihat anak baru tersebut terlihat cantik secara alami dan sederhana, tidak mendapat banyak polesan di wajahnya. Begitulah ukuran can

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 48. Terimakasih

    Elisa memandang ke arah orang yang menarik tangannya itu dengan wajah terkejut. Dilihatnya Alex sedang memegang tangannya sambil memandang Ryan dengan wajah dingin."Ngapain kamu narik tangan Elisa?" tanya Ryan dengan wajah marahnya."Emangnya kenapa? Elisa bukan pacar kamu kan?" jawab Alex dengan ketus.Ryan terkekeh dibuatnya. "Terus kamu pikir kamu siapanya?" tanya Ryan."Jangan deketin Elisa lagi," pinta Alex tanpa menjawab pertanyan Ryan."Emangnya kenapa? Suka-suka aku dong mau deketin siapa. Kamu juga bukan siapa-siapanya," jawab Ryan dengan santainya.Alex berjalan mendekat ke arah Ryan, bermaksud melakukan sebuah konfrontasi untuk memperingatkan Ryan. "Kamu tau, kamu itu bisa bahayain Elisa," kata Alex dengan tatapan mata tajamnya.Elisa terkejut mendengar perkataan Alex itu. Dari mana Alex tahu kalau kedekatannya dengan Ryan bisa membahayakan keadannya? Ia belum pernah memberitahu Alex alasan sebenarnya di balik Sandra

  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 47. Konfrontasi Alex

    Elisa merasa heran melihat tas kertas yang ada di hadapannya itu. Ia masih tak percaya ada seseorang yang mengirimkannya sesuatu dengan diam-diam seperti itu. Ia mulai penasaran dengan apa isi tas tersebut karena terasa cukup berat ketika diangkat. Perasaannya bercampur antara penasaran, senang, dan takut. Ia takut kalau-kalau tas itu berisi sesuatu yang buruk, yang dikirimkan oleh seseorang yang tak menyukinya.Ia membuka tas itu dan mengeluarkan sebuah kotak yang berukuran cukup besar berwara merah muda dengan pita biru. Ia membuka kotak itu dan merasa sangat terkejut melihat berbagai macam produk kosmetik yang masih terbungkus rapi dari berbagai merk di dalamnya. Ia melihat sebuah set lengkap peralatan makeup, skin care, dan parfum dari berbagai merk mahal yang tentu saja tak akan dapat dijangkaunya bahkan dengan menabung selama bertahun-tahun sekalipun. Ia masih tak percaya bahwa isi kotak itu semua diperuntukkan baginya. Ia pun melihat sepucuk kartu kecil lagi d

  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 46. Hadiah Kecil

    Sore itu sehabis les dan mandi, Alex menghabiskan waktunya berkutat di depan laptopnya, seperti sedang mencari sesuatu di internet. Ia terus saja mengetikkan kata-kata kunci pencarian di Google dan melihat hasil pencarian yang diberikan oleh mesin pencari itu. Ia mengetikkan kata kunci "makeup terbaik untuk remaja" dan melihat hasil yang keluar. Dibukanya website-website resmi yang menjual makeup di halaman itu, dan dibukanya gambar-gambar yang tertera di sana satu per satu.Ia menghela nafas sambil tangannya menyentuh dahinya, merasa seperti sedang kebingungan."Hah... diliat berkali-kali tetep aja nggak ngerti juga," keluhnya pada diri sendiri yang tak kunjung mengerti kegunaan produk-produk makeup yang dilihatnya tadi."Banyak banget sih macemnya," keluhnya lagi dengan alis yang mengernyit memandangi layar laptopnya.Setelah mengetahui bahwa tas kecil Elisa diambil oleh Sandra tadi pagi, ia berniat menggantinya agar Elisa tak merasa sedih lagi. Sebenar

  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 45. Maafkan Aku, Ayah

    "Elisa pulang!" seru Elisa saat memasuki rumahnya.Wajahnya siang itu tampak sangat lesu dan tak bersemangat. Terbayang peralatan makeup kesayangannya yang dirampas oleh Sandra tadi pagi. Ia terus saja memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa membeli peralatan makeup yang baru, sementara ia tak mempunyai cukup tabungan saat ini. Ia pun kemudian menjatuhkan dirinya ke sofa depan TV sambil meghela nafas panjang.Ayahnya berjalan menghampirinya dan melihat wajah lesu anaknya itu."Lah kok mukanya kusut gitu? Ada apa, Sa?" tanya ayahnya sambil duduk di sebelahnya."Nggak ada apa-apa kok, Yah," jawab Elisa berbohong. Tentu saja ayahnya tak langsung percaya."Ah, masa nggak ada apa-apa? Kayaknya kok ada apa-apa gitu?" tanya ayahnya berusaha mencari jawaban yang sebenarnya."Nggak ada apa-apa kok, Yah. Elisa cuma capek aja," jawab Elisa.Ayahnya sejenak memandanginya. Ia tentu tahu bahwa anaknya itu sedang menyimpan suatu permasalahan dalam

  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 44. Ingin Memelukmu

    Alex berlari dengan panik mencari di mana keberadaan Elisa sebenarnya. Ia mencari di segala ruangan yang mungkin didatangi Elisa, seperti perpustakaan ataupun learning centre, namun tak kunjung menemukannya. Ia merasa semakin panik dan bingung.Sambil mengatur nafasnya yang masih terengah-engah sehabis berlari tadi, ia teringat bahwa terdapat sebuah toilet perempuan lagi di dalam sekolah itu yang belum sempat ia periksa, yaitu toilet di sport hall. Ia pun berlari ke arah toilet tersebut dan berharap bahwa toilet terakhir yang ditujunya itu bisa memberikannya sebuah jawaban.Ia berdiri di depan pintu toilet dan menunggu adanya seseorang yang keluar dari toilet itu. Tapi didengarnya samar-samar seperti ada suara seorang perempuan yang menangis dan bertengkar di dalam toilet itu. Merasa ada yang tak beres, tak ambil pusing dengan apa yang akan dikatakan orang padanya, ia pun memutuskan untuk masuk ke toilet itu dan melihat siapa yang ada di dalamnya.Saat melangkah

  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 43. Sadar Diri

    Sandra sedang berbaring di atas sebuah kasur di dalam ruang UKS. Entah mengapa meskipun mengantuk ia tetap tidak bisa tertidur dengan nyenyak di ruangan itu. Tiba-tiba ia mendengar ada suara notifikasi yang menandakan sebuah sebuah pesan masuk di handphone-nya. Ia segera mengambilnya dan membuka pesan yang ternyata dari Melissa, teman dekatnya itu."Duh, ngapain sih Melissa kirim-kirim pesen? Udah tau aku mau tidur," gumam Sandra pada dirinya sendiri dengan perasaan kesal.Saat ia membuka pesan yang dikirim oleh Melissa itu, matanya membelalak lebar karena terkejut. Rasa kantuk seketika hilang saat itu juga, tergantikan oleh sebuh rasa marah. Di layar handphone-nya itu, ia melihat foto Ryan yang sedang duduk berhadapan dengan Elisa di dalam kantin.Apa-apaan ini? Berani-beraninya dia nunjukin kedeketannya sama Ryan di depan anak-anak? Kalo gini caranya satu sekolah bisa tau kalo mantanku sekarang deket sama anak beasiswa! Sandra membatin saat melihat foto terseb

  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 42. Aksi yang Salah

    Jam 03.00 pagi. Sandra baru saja pulang syuting dan langsung tidur di kamarnya tanpa mengganti baju dan menghapus makeup-nya karena rasa kantuk berat yang dirasakannya. Ia memang terbiasa mengikuti kegiatan syuting sinetron dari sepulang sekolah sampai larut malam, tak jarang sampai dini hari. Seperti yang saat ini tengah ia alami.Tujuannya menjadi seorang artis bukan untuk mencari uang karena keluarganya sudah sangat berkecukupan. Ia menjadikannya sebagai sebuah hobi dan cita-cita. Itu semua didukung oleh papanya, Tony Halim, yang merupakan pemilik salah satu stasiun TV nasional, HiTV. Sandra bisa menjadi artis pun karena kekuatan pengaruh dari papanya itu. Padahal sebenarnya tujuannya menjadi artis hanyalah untuk mencari popularitas, sehingga kemampuan aktingnya pun tidak terlalu bagus. Karena itu pula, ia jarang didapuk menjadi pemeran utama dalam sinetron maupun film yang dibintnginya. Lagipula bagus ataupun tidak bagus aktingnya, tidak akan ada yang berani menghentikann

  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 41. Ryan yang Tak Mau Kalah

    Malam itu, papa dan mama Alex pulang lebih awal dari biasanya. Alex yang baru saja turun ke bawah dari kamarnya, melihat mamanya itu seperti sedang keskitan sambil menggaruk-garuk tangannya dan menimbulkan bekas kemerahan pada kedua tangannya. Bi Sum sedang membantu mamanya itu untuk berjalan dan membantunya duduk di ruang keluarga sementara papanya sedang membawakan tas mamanya di belakang mereka."Loh, Mama kenapa, Ma?" tanya Alex berjalan menghampiri mamanya."Nggak tau nih, gatel-gatel semua. Kayaknya alergi," jawab mamanya."Emangnya habis makan apa tadi?" tanya Alex."Kayaknya mama kamu tadi ambil siomay isi udang pas acara," jawab papanya."Mama udah tau alergi udang kok ambil itu sih?" tanya Alex dengan perasaan cemas."Mama nggak tau, kirain isinya cuma ayam. Soalnya halus banget gilingan dagingnya," jawab mamanya sambil meringis menahan gatal dan sakit."Alex, jagain Mama bentar ya. Papa mau telepon Om Adi dulu," pinta papan

  • Terjebak Cinta Si Kaya   Bab 40. Serigala Berbulu Domba

    Pagi itu, kelas Alex sedang mengikuti pelajaran olahraga. Para siswa di kelas Alex saat itu sedang mempelajari teknik bermain voli di lapangan voli dalam sport hall. Mereka mengikuti pelajaran olah raga dengan sangat asyik dan menikmatinya. Mereka bergantian menggunakan lapangan untuk bermain, dan saat itu Alex belum mendapat giliran untuk bermain sehingga ia pun duduk di pinggir lapangan.Saat itu juga masuklah siswa-siswa dari kelas 11-B ke dalam sport hall menuju ke lapangan basket. Mereka baru saja mempelajari teori basket di kelas sebelum menuju ke sana. Alex sangat hafal bahwa teman-teman yang dilihatnya itu berasal dari kelas 11-B karena ia melihat Martin, Niken, dan tentu saja Joshua."Hei, bro!" Sapa Joshua menghampiri Alex kemudian melakukan high five. Saat itu, Steven sedang bermain voli di lapangan.Joshua pun berlari kembali ke kumpulan kelasnya di lapangan basket. Saat melihat Joshua berlari kembali itu, Alex melihat Elisa yang sedang berdiri denga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status