Saat pagi menyapa, Kalandra meraba sisi ranjang yang ternyata sudah kosong. Dia mencoba membuka kelopak mata perlahan karena sang istri sudah tidak berada di sampingnya. Kalandra bangun dan mengedarkan pandangan, tapi tidak mendapati Naraya di kamar. Waktu baru saja menunjukkan pukul empat pagi, tidak mungkin Naraya bangun dan keluar.“Ra!” panggil Kalandra yang berpikir Naraya berada di kamar mandi.“Ya, aku di kamar mandi!” Benar saja, Naraya ternyata ada di sana.Kalandra menyibakkan selimut yang menutupi kaki, lantas turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.“Kamu kenapa? Sakit perut?” tanya Kalandra cemas karena tidak biasanya Naraya bangun sepagi ini.Tidak ada jawaban dari dalam, membuat Kalandra semakin yakin jika Naraya pasti mulas karena kebanyakan makan mangga muda semalam.Beberapa saat kemudian, pintu kamar mandi terbuka, Naraya keluar sambil memegangi perutnya. Dia berdiri di ambang pintu menatap suami yang memasang wajah garang.“Lihat! Kamu dibilang malah nge
Kalandra menautkan jemarinya dengan Naraya, bahkan sesekali mengusap perut sang istri yang masih datar hingga membuat siapapun yang melihatnya iri.Naraya sampai tersipu malu, melirik ke kanan dan kiri saat beberapa orang yang duduk maupun berlalu lalang menatap ke arahnya.Mereka berada di rumah sakit untuk memastikan kehamilan Naraya, Kalandra bersikukuh ikut karena ingin mengetahui bagaimana kondisi janin calon bayinya.“Al, kamu membuat semua orang menatap ke arah kita,” ujar Naraya dengan setengah berbisik.“Menatap kenapa?” Kalandra mengabaikan pandangan semua orang karena merasa tidak salah.“Kamu terus menggenggam jemariku, belum lagi mengusap perut yang datar,” bisik Naraya.Kalandra menengok ke sekitar, lantas kembali menatap Naraya.“Biarkan saja, aku menggenggam jemari dan mengusap perut istriku, memangnya salah?”Naraya kalah telak mendengar ucapan suaminya, hingga akhirnya memilih diam saja.Nama Naraya pun dipanggil, dia dan suaminya pun masuk ke ruang pemeriksaan.Dokt
Tidak terasa kandungan Naraya kini sudah memasuki usia lima bulan, perut Naraya memang terlihat sangat besar, tidak seperti ibu hamil pada umumnya di usia itu. Ternyata Naraya hamil bayi kembar, saat pemeriksaan pertama janin yang terlihat hanya satu, tapi saat pemeriksaan kedua baru diketahui jika ada dua janin yang tumbuh di sana, itulah yang membuat nafsu makan Naraya bertambah, karena ada dua calon bayi yang butuh asupan gizi lebih banyak.Siang itu Naraya dan Kalandra pergi ke rumah sakit untuk mengecek kondisi calon bayi mereka. Naraya sudah berbaring di ranjang, siap untuk diperiksa. Kalandra sendiri terus berada di samping ranjang sambil memegang tangan Naraya, dirinya tidak sabar ingin bertanya jenis kelamin bayi kembar mereka.“Semuanya tampak bagus, detak jantungnya juga normal.” Dokter memperlihatkan titik kecil yang berkedip di layar monitor, itu adalah detak jantung calon bayi Kalandra dan Naraya.“Detak jantung satunya tidak terlihat karena ditutupi anin satunya,” ujar
Hari itu Naraya dan yang lainnya pergi untuk ikut dalam acara lamaran yang akan dilakukan Kenan. Setelah beberapa bulan berpacaran, akhirnya Kenan memantapkan hati untuk melamar Amanda.Semua orang singgah di hotel sebelum acara lamaran yang akan dilakukan esok hari, sedangkan Naraya meminta izin tinggal di rumah Amanda karena melepas rindu dengan temannya itu.“Perutmu besar sekali, Na? Bukankah kamu bilang baru lima bulan?” tanya Amanda keheranan.“Aku lupa bilang kalau mereka kembar,” ujar Naraya saat melihat temannya terheran-heran melihat perutnya yang besar.“Kembar?” Amanda seolah tidak percaya jika Naraya akan memiliki bayi kembar.Naraya mengangguk-angguk, sebelum kemudian berbisik, “Mereka laki-laki.”Amanda semakin tidak percaya karena Naraya bisa seberuntung itu. Dia menyentuh perut Naraya yang besar, penasaran sedang apa bayi kembar Naraya sekarang.Saat tangan Amanda sedang menyentuh dan mengusap lembut, tiba-tiba terasa gerakan dari dalam sana.“Mereka bergerak.” Amanda
Kalandra berbaring berbantal paha Naraya, dengan posisi miring dia menghadap ke perut sang istri dan terlihat sesekali menciumnya manja.“Apa mereka lapar atau menginginkan sesuatu?” tanya Kalandra sambil mengusap perut Naraya lagi.“Mereka sudah makan banyak tadi, jadi ga mau apa-apa lagi,” jawab Naraya sambil mengusap rambut suaminya.Kalandra kembali mencium perut Naraya, sebelum kemudian bangun dan mencium bibir istrinya itu.“Sekarang papinya yang menginginkan sesuatu,” ujar Kalandra dengan senyum menggoda.“Mau apa?” tanya Naraya dengan dahi berkerut halus.“Mau nengokin mereka,” jawab Kalandra tanpa basa-basi.Naraya terkesiap tapi kemudian terlihat malu karena ternyata suaminya meminta jatah. Kalandra memang tidak pernah meminta saat usia kandungannya masih di trimester pertama, itu karena larangan dari dokter agar kondisi jalan rahimnya tidak terbuka karena berhubungan intim. Namun, dokter mengizinkan jika berhubungan setelah masuk di trimester kedua.“Boleh, tapi jangan buat
Hari pernikahan Kenan dan Amanda pun tiba, mereka menikah tiga bulan setelah acara lamaran berlangsung. Mereka melakukan akad di rumah Amanda, tapi sepakat mengadakan pesta di rumah Kenan karena Milea yang meminta dan disetujui oleh keluarga Amanda.Naraya sendiri senang karena pesta diadakan di rumah Milea, sehingga dia tidak harus bepergian ke luar kota dalam kondisi hamil besar. Usia kandungan Naraya kini sudah memasuki usia delapan bulan, dan ukuran perutnya pun begitu besar karena bagi kembarnya.“Untung kalian menikah di sini, jadi aku tidak kerepotan pergi ke luar kota,” ucap Naraya saat mendatangi kamar Amanda.Amanda dan keluarganya diberi tempat di rumah Evangeline agar memudahkan mereka saat pergi ke rumah Kenan.Amanda langsung berlutut di depan Naraya yang sedang duduk, lantas mengusap-usap lembut permukaan perut temannya itu.“Aunty ‘kan baik, jadi ga mau nyusahin kalian,” ucap Amanda dengan tangan mengelus perut Naraya.Usai bicara demikian, terasa gerakan bergeser di p
Hari itu Naraya hanya duduk menanti acara resepsi pernikahan Amanda dan Kenan dimulai. Dia tidak bisa membantu banyak hal karena kondisinya yang sudah hamil besar.Orang-orang berlalu-lalang menyiapkan diri untuk berangkat menuju rumah Kenan. Amanda sudah didandani begitu cantik dengan gaun yang tidak terlalu mewah tapi begitu indah.“Kita siap berangkat sekarang,” kata Kalandra saat menghampiri istrinya.Naraya mengangguk, kemudian berusaha berdiri meski agak kesusahan. Kalandra pun dengan sigap memegang pundak dan lengan Naraya, membantu istrinya itu berdiri dengan tegap.“Terima kasih,” ucap Naraya setelah sudah berdiri dengan benar.“Ra, apa kamu sakit?” tanya Kalandra karena wajah Naraya terlihat pucat. Kalandra takut jika istrinya kecapean.Naraya menangkup kedua pipi saat mendengar pertanyaan Kalandra, dia sudah menggunakan make up tipis, apa mungkin masih terlihat pucat.“Aku baik-baik saja, mungkin karena semalam kurang tidur akibat mereka terus menendang,” jawab Naraya sambi
“Aku juga awalnya malu, Man. Tapi kemudian aku berpikir, untuk apa malu, entah sekarang atau esok, aku tetap harus melakukannya, tidak mungkin mengecewakannya.”Ucapan Naraya terngiang di telinga, Amanda kini sedang di kamar mandi dan baru saja membersihkan diri setelah acara resepsi selesai sekitar empat jam yang lalu. Dia berada di kamar mandi kamar Kenan, terlihat bingung karena ini adalah malam pertama mereka di sana.“Bagaimana jika Kenan terlanjut tidak menginginkan karena aku menundanya beberapa kali?” Amanda bertanya-tanya sendiri karena bingung harus bagaimana.Kenan terlalu baik dengan menyetujui untuk menunda melakukan hubungan suami-istri, tapi Amanda sendiri tidak tahu apakah benar Kenan ikhlas atau hanya terpaksa.Amanda menoleh ke belakang di mana ada lingerie yang disiapkannya tapi belum dikenakan. Haruskah dia menggoda Kenan, agar suaminya itu tahu kalau dia sekarang sudah siap.“Baiklah, kamu wanita modern dan tidak takut akan hal itu, Man.” Amanda menyemangati diri