Hari weekend sudah tiba, Divya dan Valen memutuskan untuk rebahan di kost an mereka.
Saat sedang sarapan, Divya melamun sehingga tidak mendengar Valen yang sedang bercerita.
"Woyy Va, denger ga?" Teriak Valen keras karena kesal tidak ada respon dari sahabatnya.
"Eh iya apa?" Tanya Divya kaget
"Yaelah melamun toh. Kenapa?" Tanya Valen penasaran
"Gak kok. Cuma aku harus lebih giat lagi kerjanya biar dapat uang banyak."
"Emang kenapa?ada masalah ya?"
Divya menceritakan hutang kerusakan mobil yang harus dibayar nya.
"Ha?Kok bisa, jadi mobilnya gimana?" Tanya Valen lagi
"Harusnya yang kamu khawatirin aku, bukan mobilnya. Harta mah bisa dicari tapi..." Belum sempat bicara Valen langsung memotong perkataan Divya
"Iya-iya aku tau." Ucap Valen
"Oh iya nanti malam aku mau ambil uang dulu di ATM sekalian beli bumbu makanan. Semalam kamu lupa belinya, hadehhh..." Valen menepuk jidatnya
"Hehehehe, sorry semalam aku buru-buru mau pulang." Jawab Divya
Di saat Divya dan Valen memikirkan cara untuk membayar hutang. Adit dan rekannya malah berfikir untuk membunuh orang yang mereka curigai
"Dit, apa yang akan kau lakukan pada Hitler?" Tanya Edward
"Biarkan saja dulu dia. Untuk saat ini terserah dia mau melakukan apa." Jawab Adit santai
"Apa kau tidak takut?" Tanya Edward lagi
"Untuk apa aku takut, Hitler tidak akan pernah melawanku. Kau tidak perlu khawatir aku bisa melindungi diriku sendiri." Ucap Adit
"Kak, tadi waktu aku mengantar pakaianmu ke laundry, ada ini di kantong celana mu." Ujar Aron kepada Adit. Aron bisa berbicara Santai atau memanggil Adit dengan 'Kakak' ketika sedang bersama Edward saja. Jika bersama dengan anak buah seperti Hendra dan lainnya, ia harus tetap berbicara formal
"Apa itu Ron?" Tanya Edward penasaran sedangkan Adit tidak melihat apa yang dikeluarkan Aron Karena ia duduk membelakanginya
"Ini KTP sama uang yang dikasih gadis semalam Karena nabrak mobil kak Adit." Jawab aron, Adit yang mendengar itu seketika langsung berbalik
"Berikan padaku." Ucap adit yang ingin mengambilnya dari tangan Aron. Tapi Adit kalah cepat, Edward yang duduk lebih dekat dengan Aron sontak mengambilnya. Ia penasaran siapa gadis itu sampai membuat Adit peduli tentangnya.
"DIVYA ALESHIA. Kayaknya cantik nih Ron, ya gak?" Ujar Edward sambil melihat KTP yang ada di tangannya
"Aku gak tau kak, Hendra tuh yang tau. Katanya cantik sih, malah pake banget."
"Heyy, berikan itu padaku." Ucap Adit melotot pada edward. Sekarang kekejaman Adit seakan keluar, tapi Edward tidak peduli ataupun takut karena ia sama seperti Adit yang seorang mafia
"Ada nomor teleponnya, coba sini aku telepon." Edward memencet nomor di hp nya, sementara Adit diam saja. Menyimak apa yang akan dilakukan temannya
Tuttt...titttt...tuttt...
"Halo?" Jawab si pemilik telepon dari seberang
"Halo, apa Bener ini dengan nona Divya Aleshia?" Edward sengaja menyalakan speaker hp nya supaya mereka bisa mendengar suara wanita yang memiliki nomor itu
"Iya saya sendiri, maaf ini dengan siapa ya?" Tanya Divya balik dengan suara lembut miliknya
"Saya yang punya mobil yang kamu tabrak kemarin malam." Ujar Edward sambil tersenyum
"A...apa?oh iya tuan saya minta maaf, saya gak sengaja nabrak mobil tuan." Jawab Divya gugup
"Lalu bagaimana dengan mobil saya yang rusak?kata anak buah saya kamu bakal nyicil tapi sampai berapa kali?"
"Gak tahu tuan, tapi saya bakal tanggung jawab kok."
"Baiklah kalau begitu kita akan bertemu agar bisa membicarakan nya dengan jelas. Nanti saya akan kirim alamatnya." Edward mengakhiri teleponnya secara sepihak
"Sepertinya gadis ini cantik Ron, suaranya adem banget. Walaupun belum pernah ketemu." Ucap Edward
"Iya kak ward, suaranya enak di dengar." Tambah aron
"Aku ngerasa tuh cewek adalah jodohku." Ucap Edward memandang ke depan sambil tersenyum tipis. Adit melirik pada edward, memberi tatapan tidak suka
"Ron, ayo kita ke moon life." Perintah Adit sambil berdiri
"Aku ikut." Ucap Edward
"Apa kau mau menumpang di mobilku?" Tanya adit berharap agar Edward tidak semobil dengan nya
"Gak, aku bawa mobil sendiri tapi aku nyusul yah, soalnya ada berkas yang harus aku tandatangani." Ucap Edward. Dia adalah seorang pengusaha seperti Adit, beda nya dia bergerak di bagian marketing sedangkan Adit bagian komunikasi yang telah bekerjasama dengan petinggi perusahaan di beberapa negara
Ketika ingin naik ke mobilnya, tiba-tiba terlintas ide di kepala Edward. "Mending si cewek tadi, aku suruh datang, hehehehe...." Ucap Edward berbicara sendiri dan langsung memencet nomor telepon yang masih ada di panggilan keluar nya.
Tuttt...titttt.....tuttt
"Halo." Jawab Divya sambil mengucek matanya karena terbangun.
Sebenarnya sekarang masih jam 7 malam, tapi Divya tidur cepat untuk menikmati hari weekend nya dengan istirahat.
"Div, aku pergi ya. Biar gak kemaleman." Ucap Valen yang datang dari ruang tamu dan suaranya di dengar oleh Edward dari seberang
"Emmm iya. Hati-hati yah Len." Ucap divya dan diangguki oleh Valen dan pergi membawa motor yang disewanya.
"Halo Divya ini saya yang punya mobil yang kamu tabrak itu."
"Oh ya tuan ada apa?" Tanya Divya dalam posisi masih terbaring
"Mari kita bertemu sekarang. Malam ini jam 10 saya akan kirim alamatnya."
"Jam 10 Tuan? Kenapa gak sekarang aja?" Ucap divya sambil mengubah posisinya menjadi duduk
"Saya ada kerjaan untuk sekarang, makanya nanti kamu datang. Kalau tidak, saya bisa laporkan kamu atas kasus tabrak lari."
"Kok tabrak lari tuan, kan saya bilang akan bertanggungjawab." Balas Divya yang tidak terima
"Makanya saya mau kita bertemu, saya akan siapkan formulir sebagai bukti atau jaminan. Saya sangat sibuk, jadi harap datang!" Tegas Edward memastikan kalau divya datang
"Tapi tuan..."
Tuttt...tuttt....tuttt.... panggilan berakhir
Dddrrttt.... dddrrttt.....drrrrrtttt...bunyi SMS masuk
"Saya tunggu kedatangan kamu di moon life jalan XIX. Silahkan datang, jika tidak saya akan menghubungi pihak kepolisian. Kamu tidak perlu takut, saya tidak ada niat jahat."
"Waduh apaan nih, masa minta ketemu di tempat kayak gini. Bagaimana ini? Tapi katanya gak ada niat jahat, apa aku harus percaya?aku juga takut dilaporin." Batin Divya
Divya pun memutuskan untuk bertemu tapi sebelum itu ia melanjutkan tidurnya, sambil menunggu Valen datang agar bisa berpamitan
Sementara itu di ATM, Valen berpapasan dengan seseorang pria tampan dengan tubuh tinggi dan kulit putih. Jika perempuan yang melihat pria itu pasti akan teriak histeris tapi berbeda dengan Valen juga divya, mereka termasuk wanita yang susah jatuh cinta apalagi ditaklukkan.
Jadi Valen biasa-biasa saja saat melihat wajah lelaki itu.
Valen membuka pintu masuk untuk mengambil uang dari ATM , tapi malah pria itu yang masuk duluan.
Valen yang tidak terima menarik kerah baju pria itu dari belakang.
"Eh kamu ngapain?" Tanya pria itu dingin dan kesal diperlakukan seperti itu.
Saat ini hanya ada mereka berdua, apalagi hari sudah gelap walaupun masih banyak kendaraan yang berlalu lintas.
"Harus nya aku yang nanyain kamu ngapain ngab?kan aku yang buka, malah kamu yang masuk seenaknya."
"Terserah aku lah. Udah sana minggir, aku masih banyak pekerjaan."
"Kamu lah yang minggir, kan aku yang duluan."
"Kamu bisa aku laporin karena udah nyentuh tubuh aku sembarangan." Ucap pria itu dengan nada dingin
"Tubuh?eh markonah, jelas-jelas aku pegang keras baju kamu." Ujar Valen menunjuk kerah baju pria itu
"Gila nih orang. Udah awas." Valen masuk kedalam dan mendorong pria itu keluar. Tapi tetap saja tidak bergeming
"Woyy, keluar gak?" Valen kesal karena pria itu hanya diam menunjukkan wajah sangar nya
"Kalau aku gak mau gimana? Hmmm,..." Pria itu mendekatkan wajahnya ke arah Valen.
Valen yang melihat itu, langsung berteriak
"Wahhhh, apaan itu? Keren sekali, aku ingin memiliki nya!" Sontak pria itu melihat ke arah yang diliat Valen. "Tuhan memang baik." Batin Valen dan langsung mendorong tubuh pria it sampai jatuh lalu menutup pintu ATM nya
Secepat kilat Valen mengambil uang nya, sedangkan pria itu melihat ke arah Valen dengan jengkel.
Tak lama kemudian keluarlah Valen
"Sudah sana masuk." Ucap Valen pada pria itu dan menuju kendaraan nya.
Saat ingin pergi dari area itu, mata keduanya sempat bertatapan. "Cantik." Batin pria itu yang terpikat dengan bola mata Valen yang berwarna amber
Bersambung 💨
Setelah selesai mengambil uang dari ATM, Valen membeli bumbu masakan kemudian pulang kerumah. Divya terbangun saat mendengar suara motor Valen dan melirik jam dinding yang ada di depannya."Ha, kok udah jam tengah 10 aja sih? Nasib...nasib." ucap divya beranjak dari kasurnya dan segera bersiap-siap untuk pergi menemui orang yang mobilnya telah ditabrak oleh nya.Divya memakai kaos panjang tangan dengan hodie berwarna abu-abu, memakai celana jeans panjang, sepatu cats dan tas kecil yang didalamnya terdapat bubuk cabe untuk berjaga-jaga.Valen menatap bingung ke arah Divya"Rapi banget, mau kemana?""Emm, aku mau pergi kerumah teman kantor aku Len.""Malam-malam gini? emangnya mau ngapain div?""Itu....emmm dia, dia butuh bantuan aku buat kerja. Iya kerja. Untuk informasi dari market place dikota sebelah." Jawab Divya gugup"Yang bener?tapi
Semuanya saling menatap tanpa sadar Edward Tersenyum sambil batuk kecil. Sementara Divya mengawasi sekelilingnya, melihat orang-orang yang menari sambil meminum-minuman keras."Hendra, apakah dia orangnya?" Tanya Edward"Iya Tuan." Jawabnya"Tuan, tadi anda menghubungi saya kan?" Tanya Divya pada Hendra"Eh...I...iya nona. Kau sudah datang rupanya." Ucap Hendra gugupHendra masih dalam posisi duduk, hanya Divya yang berdiri. Tentu saja ia sedang membelakangi lantai dansa yang ternyata disanalah tempat pemilik mobil sebenarnya yaitu Tuan Aditya."Maaf Tuan, saya minta maaf atas kejadian yang merugikan mobil Anda. Tolong jangan marah sama sopir anda, sayalah disini yang salah." Ucap divyaEdward dan kawan-kawan menatap ke arah Divya. Banyak perempuan yang berada disekitar menatap iri padanya. Pasalnya ditempat itu hanya Divya seoranglah ya
Disebuah koridor yang sunyi dan gelap.Terlihatlah segerombolan orang dengan memakai pakaian serba hitam dengan menggunakan topi berlogoTXdidepan topi Tersebut.Dor...Dorr...Dorrr....tembak menembak pun terjadi dan terlihat sekelompok orang menggunakan baju merah dengan berlogoLK"Shit..." Kesal Adit Karena tangannya tergores oleh timah panas dari lawannya."Apa boss baik-baik saja?" Tanya seseorang sambil menarik tangan adit dan menunduk di belakang mobil mewah yang sudah lecet akibat tembakan dari lawan."Hei, apa yang kau lakukan ha?! Singkirkan tangan mu itu." Adit menepis tangan Aron dengan kasar."Boss kalau aku tidak menarikmu kesini, bisa saja kepalamu yang ditembus oleh timah itu." Jelas Aron yang sedang mengisi timah kedalam pistolnya.Aron berdiri dan hendak menodongkan senjata apinya pada anggota lawan. Tapi...Dor...dor...Dorr.... s
Setelah menunggu lama muncullah Adit dan aron, berjalan santai ke arah Edward."Lama banget sih kalian berdua.""Auh...Ahhh..." Ketus aron Duduk di dekat Edward yang memainkan pisaunya."Oh udah berani ya sekarang. Udah banyak stok nyawa Lo!" Bentak Edward mengambil ancang-ancang untuk meninj7 wajah tampan Aron"Kakak..." Teriak Aron berlari ke arah Adit dan ingin memeluknya sambil bersiap merentangkan tangan."Sekali saja kau melangkah ke arahku, bersiaplah kehilangan peliharaan mu itu." Adit menatap tajam ke arah Aron sambil menunjuk ke selangkangan Aron yang menonjol.Seketika itu juga Aron mengurungkan niatnya dan langsung melompat kepangkuan Edward"Kak Edward tinju aku, daripada peliharaan yang kujaga seumur hidup ini habis dilahap singa manis itu." Ujar Aron takut sambil menunjuk Adit di depannya.Edward menahan tawa pada saat Aron mengatakan bahwa Adit adalah singa yang sangat
Matahari bersinar terang memberikan harapan baru bagi seorang Divya. Divya Tersenyum "selamat pagi dunia" setelah mengatakan itu Divya bangun dari tempat tidur, lalu bersiap-siap untuk pergi ke kantor.Sedangkan Valen sudah selesai makan dan telah memakai sepatunya. Divya duduk lalu memakan sepotong roti dan susu yang sudah disiapkan oleh valen dengan cepat."Aku pergi duluan yah div." Setelah berpamitan, Valen bergegas menuju kantor.Begitu juga dengan Divya yang sudah siap memulai harinya, buru-buru berangkat ke perusahaan yang alamatnya sudah diberikan staffJaya GroupDivya melangkah cepat dengan kaki mungilnya dan tiba-tibabruakk...Divya terjatuh karena menabrak dada bidang seorang pria bertubuh kekar, tinggi sekitar 180 cm berdiri dengan angkuhnya."Ma...maaf Tuan. Saya tidak sengaja." Divya menepuk Jas pria tersebut berniat untuk membersihkan nya."Singkirkan tan
"Hai nona Divya." Sapa Adit dengan senuyum puasDivya yang melihat itu menjadi gugup sendiri dan memutuskan untuk menundukkan kepalanya."Matilah aku...dari sekian banyak Presdir dan CEO dibumi ini, kenapa harus dia yang jadi boss di perusahaan tempat ku bekerja?"Batin Divya sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal."Pergilah." Ujar adit. Hanna yang mendengar itu seakan mengerti apa yang diinginkan boss nya, ia pergi dan Divya mengikuti dari belakang untuk keluar."Tunggu." Cegah Adit"Memangnya siapa yang menyuruh mu pergi?" Sambung Adit"Bukannya Bapak menyuruh kami pergi tadi." Ucap divya menunduk, tak berani menatap mata Adit seperti yang dilakukannya tadi pagi"Aku tidak menyuruhmu pergi, tapi Hanna Karena pekerjaan nya sudah selesai." Jelas Adit dan Hanna pun pergi meninggalkan ruangan boss nya.Ruangan itu sunyi hanya ada Adit dan Divy
Divya mulai bekerja di perusahaan milik keluarga grazinia. Divya duduk di kursinya serta pandangan nya yang fokus pada komputer di depannya. "Duar..." Seseorang berbicara dengan keras di telinga Divya"Astaga Rena, suka banget ngangetin Orang." Rena adalah teman pertama Divya dikantor. Orang nya ramah, usil dan supel"Hehehe...ya maaf.""Hmm ada apa?""Ya makanlah, sekarang kan udah jam istirahat." Rena mengingatkan Divya agar tidak lupa makan supaya tubuhnya tetap fitKeduanya pergi ke kantin dan duduk di tempat yang kosong. Di sela-sela makan, rena pamit untung buang air kecil dan Divya melanjutkan makannya yang terbilang murah."Hai Divya." Sapa pria yang baru datang menghampiri divya"Ha iya ada apa ya?" Divya menoleh ke sumber Suara"Kenalin nama gw Alex, gw karyawan disini bagian HRD." Alex memperkenalkan diriny
"Kamu siapa?" Tanya Valen kebingungan melihat Adit yang datang secara tiba-tiba"Dia itu manusia yang gak punya sopan santun, masuk ke rumah orang sembarangan." Kesal Divya yang datang mengikuti Adit dari belakang"Siapa kau?" Tanya adit penuh selidik"Aku sahabat nya Divya, namaku Valen.""Hmmm.""Dimana laki-laki yang tinggal disini?" Tanya adit lagi"Laki-laki yang mana?Disini yang tinggal cuma aku sama Divya aja. Yakali ada laki-laki, bisa-bisa diserempet nanti." Jawab Valen"Udahlah kau pergi sana." Usir Divya sambil mendorong tubuh Adit kuat tapi tetap tidak bergerak dari posisi semula"Heyy, kau ini sudah masuk sembarangan, kelakuan mu pun kek Dajjal. Hussh, pergi sana..." Divya tetap kukuh untuk mengusir Adit, tapi tetap saja berada di tempat.Beberapa menit kemudian, "hossh...hosshh...capek aku Len." Ucap divya dengan nafas tersengal-sengal Karena Adit tidak mau pergi