“Kau gila?!” Kenzie bangkit dari duduknya, disertai tatapan tajam dan menusuk yang dilayangkan pada Kenzo. Kenzo menarik tangan Kenzie, memintanya duduk kembali. “Dengarkan aku dulu,” pintanya. “Tidak! Aku tidak mau,” tolak Kenzie tegas.Kenzo menangkup pipi Kenzie dan menatap dalam netra wanita itu. Seakan terbius pada tatapan tersebut, Kenzie membeku di tempatnya. “Tenanglah, ini tak seperti yang kau kira,” ujar Kenzo menenangkan. “Sampai kapanpun aku tak mau dimadu!” Kenzie menolak mentah-mentah keinginan Kenzo. Secinta apapun pada lelaki itu, ia tak sudi jika harus berbagi—berbagi suami, berbagi ranjang, berbagi kehangatan, dan berbagi jatah bulanan—. Oh tidak! Lebih baik dirinya yang mengalah dan mencari kebahagiaan lain daripada terjebak dalam situasi tersebut.“Bukankah agama membolehkan?” tanya Kenzo tanpa rasa bersalah.Kenzie menahan diri untuk tak memukul kepala Kenzo meskipun ia merasa sangat kesal. “Memang benar, agama kita tidak melarang.”“Lantas apa masalah
“Eh, Kak Manda, bukan siapa-siapa kok.” Alea menggaruk rambutnya yang mendadak gatal, kemudian mengubah ekspresi yang semula serius menjadi jenaka. “Aku ke sana dulu ya, mau cek dapur,” sambungnya sembari melenggang pergi.Amanda memandangi punggung Alea yang menjauh dengan berbagai tanya di kepala. Ia merasa tak salah dengar saat Alea menyebut-nyebut nama Gala ketika berbicara dengan Kenzie tadi. Tapi, mengapa wanita itu seperti enggan memberitahu yang sebenarnya? Apa yang disembunyikan Alea?“Yuk, lanjutin. Udah hampir gelap,” ucap Kenzie seraya merangkul pundak Amanda.Ucapan Kenzie membuyarkan lamunan Amanda. Saat itulah ia yang masih merasa sedikit penasaran, menanyakan segala tanya di benaknya pada sang kakak.“Kakak sama Alea habis ngobrolin apa? Tadi aku denger Alea nyebut-nyebut nama Gala. Apa kepindahan tiba-tiba ini ada hubungannya dengan laki-laki itu?” tebak Amanda.Kenzie terkekah pelan, ia menepuk pundak Amanda lembut. “Jelas gak ada, Man. Gala sama sekali gak ada hubun
Tok tok tok!Mata Kenzie dan Alea tertuju pada pintu berbahan kayu yang catnya sudah pudar, keduanya saling pandang seraya menerka-nerka, siapakah gerangan sosok di balik pintu tersebut?“Bentar, aku lihat dulu.” Alea beranjak dari sofa panjang yang tengah mereka duduki, sementara Kenzie hanya mengangguk kemudian kembali menatap layar ponselnya.Krek!Handel pintu yang ditarik meninggalkan suara derit kayu yang cukup nyaring. Sosok tinggi menjulang dengan penampilan berantakan dan sorot mata sendu membuat Alea mematung di tempatnya.“Kak Gala,” lirih Alea.“Kita perlu bicara.” Gala menarik pergelangan tangan Alea, saat itulah suara Kenzie terdengar dan secara otomatis menghentikan pergerakan mereka. “Siapa, Al?”Alea diam sejenak, haruskah dia mengatakan bahwa yang datang adalah Gala? Tidak-tidak! Itu bukan pilihan yang baik, mengingat dirinya sudah menceritakan perihal skandal lelaki tersebut dengan Kenzo dan mantan istrinya. Salah-salah, malah dia yang tak diizinkan bertemu Gala.De
“Zie…Zie, masih saja membahas soal cinta!” Kenzo memalingkan wajah. Tak berselang lama, ia kembali menatap Kenzie. “Hidup itu soal kepentingan, bukan cinta-cintaan,” lanjutnya tanpa beban, seakan tak memikirkan perasaan Kenzie saat ini.Kenzie tertegun. Pemikiran Kenzo benar-benar sulit dijangkau. Banyaknya perbedaan diantara mereka membuatnya semakin yakin untuk bercerai. Lagipula, untuk apa dia bertahan dalam hubungan jika hanya soal kepentingan?“Kurasa, pembicaraan kita sudah selesai!” Kenzie bangkit dari duduknya. “Satu lagi, kuharap ini terakhir kali aku melihatmu,” tutupnya seraya berlalu.Kenzo tak tinggal diam. Ia mencekal pergelangan tangan Kenzie, yang langsung ditepis kasar oleh wanita tersebut. Namun gagal karena cekalannya terlalu kuat. “Lepaskan! Jangan sentuh aku! Kita sudah tidak punya kepentingan apa pun lagi!”“Sepertinya kau sudah lupa, biar kubantu ingatkan kalau
“Darimana, Al?” tanya Kenzie saat Alea baru menampakkan batang hidungnya. Amanda yang sedang membantu kakaknya menyiapkan makan malam turut memusatkan perhatiannya pada gadis tersebut. “Jalan-jalan ke kafe seberang, Kak, cari angin,” jawab Alea berbohong. Ia melewati Amanda dan Kenzie kemudian bergegas membersihkan diri, mengingat tubuhnya terasa sangat lengket. “Menurut Kakak Alea aneh gak?” celoteh Amanda berbisik, khawatir ucapannya didengar Alea. “Aneh gimana?” Kenzie mengernyitkan kening. “Enggak kok,” sambungnya usai memberi jeda sejenak. “Aku ngerasa Alea lagi ngehindarin aku. Kayak lagi nutupin sesuatu.” Amanda mengutarakan isi hatinya. “Cuma perasaan kamu aja, Alea gak mungkin begitu,” ujar Kenzie menengahi. Usai percakapan singkat itu, mereka kembali melanjutkan aktivitas memasak menu makan malam dalam hening, keduanya seakan sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga satu jam berlalu, nasi dan hidangan lainnya telah tersaji. Namun Alea belum keluar kamar. Amanda berini
“Kalian ini apa-apaan, sih?” Kenzie menengahi perdebatan kakak beradik itu saat percikan-percikan api terlihat di mata keduanya. “Maaf,” lirih Amanda. “Aku juga minta maaf,” ujar Alea. Pembicaraan hari ini berakhir begitu saja. Kenzie masuk kamar usai membereskan meja dan mencuci piring kotor. Ia tak keluar hingga pagi menjelang. Sementara Alea harus gigit jari manakala Kenzie tak menyatakan setuju untuk mencabut gugatan cerai itu. Alea merasa perlu mencari strategi baru, dan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Di tempat berbeda Lidia dan Rhea tampak bersulang riang. Mereka tengah merayakan keberhasilan, rencana yang sudah disusun sedemikan rupa akhirnya berjalan lancar. Kenzo dan Kenzie termakan tipu muslihat keduanya. Sebentar lagi mereka akan bercerai, dan Kenzo dan Rhea akan segera menikah. Di sanalah puncak kebahagiaan keduanya. Mereka sama sama tidak sabar menunggu hari itu tiba. “Kau harus pintar-pintar mengambil hati Kenzo, Rhe. Aku sudah berkorban sedemikia
Kenzie yang semua menekurkan kepala, mendongak kala mendengar seseorang menjawab gumamannya. Tak salah lagi, pemilik suara yang sudah cukup familier di telinga itu adalah Bara. Lelaki tersebut menatap Kenzie seraya tersenyum lebar. Netra hitamnya memindai wajah Kenzie, mengamati setiap inchi paras wanita itu. “Kau?!” tekan Kenzie. “Hmmm.”“Penipu sepertimu tidak pantas menjadi dokter!” hardik Kenzie tanpa basa-basi. Ia terlanjur kesal dengan Bara, hingga kelepasan menghakimi lelaki itu tanpa mencari tahu kebenaran ucapan Anggita lebih dulu. Bara terkekeh pelan. Ia menarik kursi dan mengambil tempat di hadapan Kenzie, keduanya bersitatap sejenak. Kenzie menatap tajam pada Bara, sementara Bara melayangkan tatapan jenaka. Seakan kemarahan Kenzie sesuatu yang lucu baginya. “Kau terlalu serius, bersantai sejenak tak lantas membuatmu rugi, princess,” ujar Bara. “Ini sama sekali tidak lucu!” Kenzie menggebrak meja, hingga fokus beberapa orang tertuju pada mereka. “Memang tidak
Hari berlalu begitu cepat. Satu minggu setelah fakta kebohongan Lidia, yang didalamnya melibatkan Rhea dan Bara terungkap, Kenzie baru berani mengambil keputusan. Alea menjadi yang paling antusias mendengar keputusan sang kakak, sementara Amanda terlihat biasa saja. Perlahan tapi pasti, ia menyadari bahwa Alea lebih cocok bersama Gala, ketimbang dirinya. Belum lagi, akhir-akhir ini Gala juga sulit dihubungi, seakan menghindar dan tak ingin diganggu. Di sekolah pun mereka layaknya orang asing. Siang menjelang sore, Kenzie dan Kenzo bersepakat melakukan janji temu di sebuah coffe shop. Kenzo datang lebih dulu, sementara Kenzie terlambat beberapa menit.“Maaf membuatmu menunggu,” ujar Kenzie sedikit tidak enak. “Jika bukan dirimu, aku sudah pergi dari sini!” sahut Kenzo seraya menatap lekat wajah tirus sang istri. “Maaf,” cicit Kenzie. “Aku tahu kau tak suka menunggu,” sambungnya. Keduanya bertukar pandang sejenak, sampai akhirnya suara deheman terdengar, Kenzo lebih dulu memali