“Zie…Zie, masih saja membahas soal cinta!” Kenzo memalingkan wajah. Tak berselang lama, ia kembali menatap Kenzie. “Hidup itu soal kepentingan, bukan cinta-cintaan,” lanjutnya tanpa beban, seakan tak memikirkan perasaan Kenzie saat ini.
Kenzie tertegun. Pemikiran Kenzo benar-benar sulit dijangkau. Banyaknya perbedaan diantara mereka membuatnya semakin yakin untuk bercerai. Lagipula, untuk apa dia bertahan dalam hubungan jika hanya soal kepentingan?
“Kurasa, pembicaraan kita sudah selesai!” Kenzie bangkit dari duduknya. “Satu lagi, kuharap ini terakhir kali aku melihatmu,” tutupnya seraya berlalu.
Kenzo tak tinggal diam. Ia mencekal pergelangan tangan Kenzie, yang langsung ditepis kasar oleh wanita tersebut. Namun gagal karena cekalannya terlalu kuat. “Lepaskan! Jangan sentuh aku! Kita sudah tidak punya kepentingan apa pun lagi!”
“Sepertinya kau sudah lupa, biar kubantu ingatkan kalau
“Darimana, Al?” tanya Kenzie saat Alea baru menampakkan batang hidungnya. Amanda yang sedang membantu kakaknya menyiapkan makan malam turut memusatkan perhatiannya pada gadis tersebut. “Jalan-jalan ke kafe seberang, Kak, cari angin,” jawab Alea berbohong. Ia melewati Amanda dan Kenzie kemudian bergegas membersihkan diri, mengingat tubuhnya terasa sangat lengket. “Menurut Kakak Alea aneh gak?” celoteh Amanda berbisik, khawatir ucapannya didengar Alea. “Aneh gimana?” Kenzie mengernyitkan kening. “Enggak kok,” sambungnya usai memberi jeda sejenak. “Aku ngerasa Alea lagi ngehindarin aku. Kayak lagi nutupin sesuatu.” Amanda mengutarakan isi hatinya. “Cuma perasaan kamu aja, Alea gak mungkin begitu,” ujar Kenzie menengahi. Usai percakapan singkat itu, mereka kembali melanjutkan aktivitas memasak menu makan malam dalam hening, keduanya seakan sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga satu jam berlalu, nasi dan hidangan lainnya telah tersaji. Namun Alea belum keluar kamar. Amanda berini
“Kalian ini apa-apaan, sih?” Kenzie menengahi perdebatan kakak beradik itu saat percikan-percikan api terlihat di mata keduanya. “Maaf,” lirih Amanda. “Aku juga minta maaf,” ujar Alea. Pembicaraan hari ini berakhir begitu saja. Kenzie masuk kamar usai membereskan meja dan mencuci piring kotor. Ia tak keluar hingga pagi menjelang. Sementara Alea harus gigit jari manakala Kenzie tak menyatakan setuju untuk mencabut gugatan cerai itu. Alea merasa perlu mencari strategi baru, dan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Di tempat berbeda Lidia dan Rhea tampak bersulang riang. Mereka tengah merayakan keberhasilan, rencana yang sudah disusun sedemikan rupa akhirnya berjalan lancar. Kenzo dan Kenzie termakan tipu muslihat keduanya. Sebentar lagi mereka akan bercerai, dan Kenzo dan Rhea akan segera menikah. Di sanalah puncak kebahagiaan keduanya. Mereka sama sama tidak sabar menunggu hari itu tiba. “Kau harus pintar-pintar mengambil hati Kenzo, Rhe. Aku sudah berkorban sedemikia
Kenzie yang semua menekurkan kepala, mendongak kala mendengar seseorang menjawab gumamannya. Tak salah lagi, pemilik suara yang sudah cukup familier di telinga itu adalah Bara. Lelaki tersebut menatap Kenzie seraya tersenyum lebar. Netra hitamnya memindai wajah Kenzie, mengamati setiap inchi paras wanita itu. “Kau?!” tekan Kenzie. “Hmmm.”“Penipu sepertimu tidak pantas menjadi dokter!” hardik Kenzie tanpa basa-basi. Ia terlanjur kesal dengan Bara, hingga kelepasan menghakimi lelaki itu tanpa mencari tahu kebenaran ucapan Anggita lebih dulu. Bara terkekeh pelan. Ia menarik kursi dan mengambil tempat di hadapan Kenzie, keduanya bersitatap sejenak. Kenzie menatap tajam pada Bara, sementara Bara melayangkan tatapan jenaka. Seakan kemarahan Kenzie sesuatu yang lucu baginya. “Kau terlalu serius, bersantai sejenak tak lantas membuatmu rugi, princess,” ujar Bara. “Ini sama sekali tidak lucu!” Kenzie menggebrak meja, hingga fokus beberapa orang tertuju pada mereka. “Memang tidak
Hari berlalu begitu cepat. Satu minggu setelah fakta kebohongan Lidia, yang didalamnya melibatkan Rhea dan Bara terungkap, Kenzie baru berani mengambil keputusan. Alea menjadi yang paling antusias mendengar keputusan sang kakak, sementara Amanda terlihat biasa saja. Perlahan tapi pasti, ia menyadari bahwa Alea lebih cocok bersama Gala, ketimbang dirinya. Belum lagi, akhir-akhir ini Gala juga sulit dihubungi, seakan menghindar dan tak ingin diganggu. Di sekolah pun mereka layaknya orang asing. Siang menjelang sore, Kenzie dan Kenzo bersepakat melakukan janji temu di sebuah coffe shop. Kenzo datang lebih dulu, sementara Kenzie terlambat beberapa menit.“Maaf membuatmu menunggu,” ujar Kenzie sedikit tidak enak. “Jika bukan dirimu, aku sudah pergi dari sini!” sahut Kenzo seraya menatap lekat wajah tirus sang istri. “Maaf,” cicit Kenzie. “Aku tahu kau tak suka menunggu,” sambungnya. Keduanya bertukar pandang sejenak, sampai akhirnya suara deheman terdengar, Kenzo lebih dulu memali
Aura kelimpungan kala beberapa pria yang dia ketahui sebagai anggota kepolisian mendatangi tempatnya. Secepat kilat ia memasukkan segelintir pakaian secara asal ke dalam sebuah koper, kemudian menyeret kasar koper berukuran tak terlalu besar itu. Berbagai pikiran buruk sudah memenuhi benak wanita tersebut. Tak ada lagi yang Aura pikirkan selain kabur dari sana. Naasnya, sebelum berhasil melarikan diri polisi sudah lebih dulu mengepung tempat itu. Tiga puluh lebih wanita berpakaian kurang bahan sama paniknya dengan Aura, mereka sibuk meminta perlindungan sang mami. “Mami siapa mereka?” “Diam! Kita harus segera pergi dari sini!”“Iya, tapi gimana caranya, Mam? Tempat ini udah dikepung!”Aura tak kehilangan akal, ia mencoba menelepon seseorang guna meminta bantuan. Sayangnya, orang tersebut tak menjawab panggilannya. Aura menggeram marah. Disaat seperti ini, tak ada yang bisa dia andalkan selain diri sendiri. “Kita keluar lewat ruang bawah tanah,” bisik Aura pada tiga wanita ya
Beberapa jam sebelum penangkapan Aura“Jadi, apa rencanamu?” tanya Kenzie begitu mereka sampai di pent house.“Sebentar, aku perlu mengurus beberapa hal lebih dulu.” Kenzo berlalu begitu saja dengan ponsel menempel di telinga.Kenzie mendengkus kesal. Memang sulit berurusan dengan Kenzo, lelaki itu punya banyak sekali kegiatan, hingga tak bisa hanya fokus pada salah satunya. Seperti sekarang, sudah lebih dari lima belas menit ia menunggu, Kenzo tak kunjung kembali. “Om!” panggil Kenzie.Tak ada sahutan. Kenzie berinisiatif menyusul Kenzo, namun urung saat mendengar suara derap langkah mendekat. Lelaki tersebut muncul dengan segaris senyum tersungging di bibir, sesuatu yang cukup menyita perhatian Kenzie. “Apa yang membuatmu terlihat sangat bahagia?” tanya Kenzie kala mendapati raut wajah Kenzo lebih cerah dari sebelumnya. Ia memicingkan mata, menaruh sedikit curiga. “Tidak ada,” jawab Kenzo santai.Tak berselang lama, ponsel Kenzie bergetar, menampilkan notifikasi pes
“Aku di sini, Gal.”Alea dan Gala kompak menatap ke arah yang sama. Di teras rumah minimalis itu, Amanda dengan hoodie biru laut dan rambut panjang tergerai tersenyum lembut. Ia membalas tatapan Gala kemudian bergabung dengan mereka. Selama sepersekian detik, keheningan mendominasi pertemuan tiga manusia yang saling menyimpan rasa. Hanya detik jarum jam yang terdengar memenuhi ruangan. Alea menundukkan kepala, sementara Amanda dan Gala saling bertukar pandang. “Aku udah denger semuanya,” ujar Amanda memecah hening. Gala segera bangkit dan menggenggam jemari Amanda, pemandangan yang membuat luka tak kasat mata di hati Alea semakin menganga. “Aku bisa jelasin. Kamu mau kan dengerin penjelasan aku?” Lembut dan penuh harap, begitulah cara Gala berbicara pada Amanda. Sorot matanya menatap penuh cinta, seakan seluruh dunianya terpusat di sana. Alea yang kini menjadi obat nyamuk diantara mereka tengah berjuang menahan sesak di dada. Saat itulah ia bangkit, tugasnya telah selesai.“
Kenzie menggeleng, senyum yang terlihat amat dipaksakan itu membuat Kenzo menarik wanita mungil tersebut dalam dekapannya. “Kau boleh menangis sepuasnya,” ucap Kenzo lembut. Semula Kenzie bergeming, tak membalas pelukan Kenzo. Samar-samar Kenzo mendengar suara isakan yang berasal dari bibir Kenzie. Ia menunduk untuk memastikan. “Menangislah! Aku tidak akan mengejekmu meskipun kau terlihat sangat jelek.”Spontan, Kenzie memukul dada bidang Kenzo. “Bahkan kau sudah mengejekku, membuat air mata ini tak jadi keluar,” sungutnya. “Baguslah, artinya dia tidak ingin membuatmu terlihat jelek saat bersamaku,” jawab Kenzo santai. Kenzie mengerucutkan bibir. Melihat itu, seutas senyum tipis menghiasi bibir Kenzo. Ia cukup lega melihat Kenzie tak jadi menitikkan air mata. Namun, situasi ini tak bisa terus menerus dibiarkan. Kenzo perlu memikirkan cara agar Kenzie tak mendapat hinaan lagi dari mamanya. “By the way, tadi kau luar biasa,” puji Kenzo. “Maaf,” sesal Kenzie seraya menunduk. “