"Kenapa bengong?" tanya Satria seraya menopangkan kedua tangan di dada.
"Serius?" tanya Dinda seakan tak percaya.
"Kalian tau, saya tak suka mengulang perkataan saya lagi," ketus Satria.
"Ya, Pak!" jawab mereka serempak.
"Let' go!" kata Satria membalikkan badannya dan terkejut saat suara teriakan tertuju padanya.
"Pak Satria," teriak mereka serempak.
Brak!
Semua mata tertuju pada CEO yang terjatuh dan tertindih oleh cleaning servis tepat di atasnya. Ya, siapa lagi kalo bukan Rachel.
Rachel tak berhenti berkedip ketika semua orang menatap dirinya dengan wajah yang terlihat begitu syok.
Tangannya gemetar, ia melepas lap dan alat pembersih kaca itu dari tangannya. Jantungnya berdetak begitu kencang saat ia berada tepat di atas tubuh seseorang.
"Kenapa kalian diam saja! Singkirkan orang yang menindihku ini!" ketus Satria dengan posisi yang tengkurap dan tak tau kalo seoran
"Tapi, kenapa aku merasa mengenal postur tubuh cleaning servis itu.Trus, kenapa dia terdiam saat aku bertanya padanya? Apa aku mengenalnya?" katanya berpikir sejenak. Iapun melangkah pergi meninggalkan ruang kerjanya. Tanpa senyum, pandangan yang lurus membuat Satria tak merespon Dinda yang bertanya kepadanya. "Mau kemana? Tumben, dia pergi tak memberitahuku dulu? Apa mungkin, dia akan pulang? Tapi, jika dia pulang sekarang bukan Satria namanya. Dia 'kan, selalu pulang kerja di saat semua staf kantor pulang," gumam Dinda berpikir sejenak dan merapikan kembali laporan yang tertumpuk di meja kerjanya. Satria menuju ruang cctv yang letaknya dekat dengan receptionist. Ia berniat untuk melihat siapa cleaning servis yang menimpanya itu. Pikirannya selalu ada tanda tanya tentang cleaning servis itu. Ceklek! Suara pintu ruang cctv membuat dua karyawan yang bertugas di sana terkejut ketika atasannya berdiri dengan wajah yang
Sayang, tadi waktu perjalanan ke sini. Mama lihat Rachel," tutur mama yang membuat satria mengernyit mendengar nama yang sangat asing baginya. "Rachel? Siapa Rachel?"Sayang, tadi waktu perjalanan ke sini. Mama lihat Rachel," tutur mama yang membuat satria mengernyit mendengar nama yang sangat asing baginya. "Rachel? Siapa Rachel?" tanya Satria penasaran. Drt ... Drt ... Satria mengangkat telepon dari klien dan meninggalkan mereka. Mama Rita mennghela nafas panjang, ia tak menyangka jika putranya benar-benar sibuk dengan pekerjaannya. "Ini sudah malam, tapi dia tetap saja mengurus pekerjaannya," keluh mama Rita yang seakan tak ada waktu untuk berbicara dengan putranya. "Ma, alangkah baikny
Sesaat, kedua matanya mengerling dan terkejut ketika melihat foto cewek yang begitu tak asing baginya, terpampang jelas dengan senyum manis bak seperti model. "Bukankah cewek ini?" tunjuk Satria yang mengingat momen pertemuan mereka. Sejenak, senyum yang tak pernah tertoreh di dirinya, kini sedikit tertoreh saat melihat beberapa foto Rachel yang membuatnya sedikit terpesona. "Jika, diperhatikan cewek ini cantik juga," gumam batin Satria yang selalu melihat foto Rachel selanjutnya. Senyum itu hilang seketika saat menyadari dirinya hanyut dalam perasaan. Ia memilih menjauh dari laptopnya seraya mendengus sebal. "Bicara apa aku ini? Bisa-bisanya, aku bilang cewek bawel dan manja itu cantik," gumam Satria mematikan laptopnya. *** Di satu sisi, Pak Dirga terkejut ketika mendengar kabar kalo putrinya pergi ke kota Bogor. Ia tak menyangka, jika Rachel benar-benar tak memperdulikan perasaan keluarganya. Kabur dari
"Rachel Anastasya?" kata Satria datar dan membuat Rachel terkejut ketika atasan yang terbilang sangat kejam mengetahui nama lengkapnya. Lentik indah matanya terbelalak kaget, bibir mungilnya yang merah sedikit bergetar dan menggigitnya dengan pelan. Ia mencoba menahan kata-kata yang ingin terlontar dari mulutnya saat Satria bersiap mencecarnya. "Siapa kamu sebenarnya?" tanya Satria duduk di kursi putarnya seraya menatap Rachel dari bawah sampai ke atas. "Bukankah kamu terlahir dari orang yang berada?" tanya Satria yang membuat Rachel semakin bingung saatsSatria mengetahui semua tentang dirinya. "Kenapa dia tau tentang diriku? Apa dia tau tentang aku yang kabur dari rumah?" tebak Rachel dalam hati. "Kenapa kamu diam? Apa nada bicara saya kurang jelas?" Pertanyaan Satria yang benar-benar membuat kesabaran Rachel habis. Rachel menghela nafas panjang dan mencoba untuk tersenyum menghadapi Satria. "Maaf,
"Intan, apa yang kamu lakukan?" keluh Rachel. "Ada pak Satria, singkirkan earphone kamu!" kata Intan yang membuat Rachel dengan cepat menyembunyikan earphonenya. Rachel merapikan bajunya dan berdiri tegak menyambut kedatangan Satria. Intan terkekeh melihat tingkah lucu sahabatnya itu. "Kenapa ketawa?" tanya Rachel melirik Intan yang tak berhenti menertawakannya. Sejenak, Rachel berpikir. Ia merasa kalo Intan sedang menggoda dirinya. Perlahan, kedua mata Rachel mulai berputar mencari keberadaan Satria. Tak ada siapapun yang melintas. Rachel mendesah dan memicing ke arah sahabatnya itu. "Kamu membohongiku?" Intan tersenyum seraya mengacungkan jari tengah dan telunjuk hingga berbentuk huruf'v'. "Kalo bekerja, jangan pakai seperti ini! Kalonpak boss tau, bisa-bisa kamu akan di tendang dari kantor ini. Kamu siap, kehilangan pekerjaan dan setiap hari harus menahan lapar?" gerutu Intan yang menasehati Rac
Perlahan, Satria membuka kotak makanan tersebut. Kedua matanya mengerling dan seketika mendongak ke arah Rachel. "Kenapa dia menatapku seperti itu?" tanya batin Rachel.Perlahan, Satria membuka kotak makanan tersebut. Kedua matanya mengerling dan seketika mendongak ke arah Rachel. "Kenapa dia menatapku seperti itu?" tanya batin Rachel. Tenggorokannya pun kering dan seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. "Kenapa kamu masih di sini?" tanya Satria mengagetkan Rachel. "Ya," lirih Rachel datar. "Keluar!" usir Satria. "Tapi, Pak. Uang gantinya mana?" tanya Rachel yang membuat Satria tersenyum sinis akan tingkah dari Rachel tersebut. "Maaf, Pak. Jika saya lancang sama Bapak. Tapi, jika Bapak tak menggantinya, nanti saya nggak bisa pulang. Uang saku saya habis buat beli makanan untuk Bapak," kata Rachel dengan polosnya. Tanpa banyak bicar
Monica tersenyum senang melihat putrinya duduk bersama salah seorang wanita yang sangat cantik menunggu dirinya. "Olivia," panggil Monica yang mengagetkan mereka. Rachel menoleh ke arah model cantik yang merupakan ibu dari Olivia. Mama ...," teriak Olivia memeluk mamanya. Rachel tersenyum senang melihatnya. Tapi, senyum itu kembali redup saat ia melihat Darwin, mantan kekasihnya. Darwin tersenyum tipis, ia tak menyangka wanita yang begitu ia rindukan kini berdiri di depannya. Tatapan lembut dan penuh kerinduan telah terpancar di wajahnya. 'Rachel.' Ingin rasanya Darwin memeluk dan menyentuh kedua pipi mantan kekasihnya. Tapi, itu tak mungkin lagi. Perlahan, senyum Darwin hilang saat Rachel memalingkan wajahnya. "Papa," kata Olivia beralih memeluk Darwin. Deg! Hati Rachel berdesir begitu hebat, kedua matanya tak mampu berkedip saat gadis kecil itu memanggil Darwin dengan sebutan 'papa'.
Dengan spontan, ia menutup mulutnya. Ia sangat tak percaya jika dirinya berada di tempat Satria. "Pak Satria? Kenapa aku bisa ada di rumah pak Satria?" tanya Rachel bingung.Dengan spontan, ia menutup mulutnya. Ia sangat tak percaya jika dirinya berada di tempat Satria. "Pak Satria? Kenapa aku bisa ada di rumah pak Satria?" tanya Rachel bingung. Rachel mencoba untuk berdiri tapi tubuhnya tak bisa di ajak kompromi. Ia kembali terjatuh dan tak sadarkan diri. Ceklek! Simbok Darmi yang merupakan asisten rumah tangga Satria terkejut melihat Rachel tergeletak di lantai."Ya Tuhan, nona cantik ini kenapa? Aden boss ...," teriak simbok Darmi yang membuat Satria kaget akan teriakannya. Dengan cepat, Satria berlari menghampiri suara simbok Darmi yang begitu cempreng. Ia terkejut melihat Rachel tergeletak di lantai. Dengan cep