Monica tersenyum senang melihat putrinya duduk bersama salah seorang wanita yang sangat cantik menunggu dirinya.
"Olivia," panggil Monica yang mengagetkan mereka. Rachel menoleh ke arah model cantik yang merupakan ibu dari Olivia.
Mama ...," teriak Olivia memeluk mamanya.
Rachel tersenyum senang melihatnya. Tapi, senyum itu kembali redup saat ia melihat Darwin, mantan kekasihnya.
Darwin tersenyum tipis, ia tak menyangka wanita yang begitu ia rindukan kini berdiri di depannya. Tatapan lembut dan penuh kerinduan telah terpancar di wajahnya.
'Rachel.'
Ingin rasanya Darwin memeluk dan menyentuh kedua pipi mantan kekasihnya. Tapi, itu tak mungkin lagi.
Perlahan, senyum Darwin hilang saat Rachel memalingkan wajahnya.
"Papa," kata Olivia beralih memeluk Darwin.
Deg!
Hati Rachel berdesir begitu hebat, kedua matanya tak mampu berkedip saat gadis kecil itu memanggil Darwin dengan sebutan 'papa'.
<Dengan spontan, ia menutup mulutnya. Ia sangat tak percaya jika dirinya berada di tempat Satria. "Pak Satria? Kenapa aku bisa ada di rumah pak Satria?" tanya Rachel bingung.Dengan spontan, ia menutup mulutnya. Ia sangat tak percaya jika dirinya berada di tempat Satria. "Pak Satria? Kenapa aku bisa ada di rumah pak Satria?" tanya Rachel bingung. Rachel mencoba untuk berdiri tapi tubuhnya tak bisa di ajak kompromi. Ia kembali terjatuh dan tak sadarkan diri. Ceklek! Simbok Darmi yang merupakan asisten rumah tangga Satria terkejut melihat Rachel tergeletak di lantai."Ya Tuhan, nona cantik ini kenapa? Aden boss ...," teriak simbok Darmi yang membuat Satria kaget akan teriakannya. Dengan cepat, Satria berlari menghampiri suara simbok Darmi yang begitu cempreng. Ia terkejut melihat Rachel tergeletak di lantai. Dengan cep
"Kamu pikir, saya orang baik?" tanya Satria menatap wajah cantik Rachel yang berdiri di depannya. "I-ya," jawab Rachel seraya menganggukkan kepalanya. Rachel mengerling melihat Satria menempelkan tangan di keningnya. Bulu matanya yang lentik tak berhenti mengerjap saat menerima perhatian dari atasannya itu. "Kenapa pak Satria memegang keningku?" gumam batin Rachel menelan salivanya dengan paksa. Jantungnya berdetak begitu kencang. Tiba-tiba, rasa gr mulai menghampiri dirinya. 'Kalo di perhatikan, pak Satria tampan juga.' Satria mengernyit melihat Rachel yang tersenyum manis menatapnya. "Apa yang kamu pikirkan?" tanya Satria yang membuyarkan lamunannya. 'Aduh, Rachel. Bisa-bisanya kamu memikirkan hal yang seharusnya tak kamu pikirkan.' Rachel menunduk seraya melirik satria yang menatapnya. "Kamu boleh pulang!" kata Satria membuat Rachel terkejut. Lentik indah matanya tak berhenti menatap atasannya
Rachel menggeliat dan terkejut melihat atasannya memandang dirinya dengan lembut. 'Kenapa dia memandangku seperti itu?' "Pak?" tanya Rachel yang mengagetkan Satria. "Iya," jawab Satria yang memalingkan wajahnya. Dalam hati kecilnya, ia sangat malu ketika tertangkap basah memandang Rachel. Ia mencoba bersikap tenang meskipun hatinya berkata tidak. Sesaat, Rachel terkejut dan masih tak percaya jika Satria mengantarkannya pulang tepat di depan rumah kontrakan. "Pak, Bapak mengantar saya sampai depan rumah?" tanya Rachel yang spontan memegang tangan atasannya itu. Kedua mata Satria mengerling melihat tangan Rachel memegang tangannya. Deg deg Degupan jantung terasa begitu keras. Entah kenapa perasaannya mulai tak karuan melihat tangan mulus itu memegang tangannya. "Makasih, ya, Pak. Lagi-lagi, Bapak menolong saya. Sarangheo, Pak Satria," kata Rachel yang begitu semangat sembari me
"Kita berangkat bersama!" ajak Satria yang membuat Rachel semakin tak percaya. "Kita?" tunjuk Rachel pada dirinya sendiri. "Apa kata-kata saya kurang jelas?" tanya Satria yang membuat Rachel memanyunkan bibirnya. "Bapak serius, mengajak saya untuk berangkat bersama? Saya seorang cleaning servis, lho, Pak?" tutur Rachel mengingatkan posisinya. Ia merasa tak pantas jika berangkat bersama atasannya. Ya, meskipun di dalam hatinya Rachel mau saja mendapatkan tebengan gratis tanpa harus mengeluarkan biaya. "Tak seharusnya kamu menolak perintah dari atasan kamu ini!" tutur Satria yang membuat Rachel bingung untuk menjawabnya. Bibir mungilnya bergetar dan tak tau harus menyikapi atasannya yang super duper nyebelin. "Ya Tuhan, ini mah pemaksaan namanya," gumam batin Rachel tersenyum tipis melihat Satria bersiap untuk melontarkan kata-kata untuknya. "Baik, Pak. Saya akan berangkat bersama Bapak," gegas Rachel yang membuat Satria
"Besok? Berarti sekarang dia masuk. Ya Tuhan, lindungi aku semoga orang itu tak pernah bertemu denganku," gumamnya seraya memejamkan mata. "Hei, cleaning servis!" suara itu membuat Rachel terkejut dan langsung menoleh ke arah orang yang memanggilnya. Brak! Kedua mata indahnya mengerling ketika tubuhnya menabrak wanita yang berbody sexy itu sampai terjatuh. "Maaf, Bu. Saya tak sengaja," ujar Rachel menolong wanita itu yang tak lain adalah Ayunda Saraswati. Seorang manager yang sangat cerdas dan pintar. Ia merupakan saingan terberat Dinda dalam soal kepintaran. "Sekali lagi, saya minta maaf, Bu," kata Rachel tertunduk dan mengakui kesalahannya. "Heh, cleaning servis? Berani-beraninya, kamu menabrak saya sampai terjatuh. Kamu tau saya siapa?" ketus Ayunda yang tak terima dan terkejut ketika Rachel menggelengkan kepala. "Heh, benar-benar. Kamu tidak tau siapa saya?" bentak Ayunda dengan menopangkan kedua tangan di pinggangnya
Di seberang jalan, langkah Rachel terhenti saat ada orang yang memanggil namanya "Rachel ...." Rachel menoleh dan mencari keberadaan suara yang memanggilnya. Sudut matanya mengerut dan bingung siapa orang yang memanggil dirinya. "Siapa yang memanggilku?" Sejenak, ia menghela nafas saat melihat beberapa karyawan yang memanggil temannya dengan nama yang sama dengan dirinya. "Huh, ternyata bukan aku yang di maksud?" tanyanya seorang diri. Tanpa banyak buang waktu, Rachel bergegas menyeberang jalan menuju ke arah restoran. Intan yang baru saja datang, hanya mengerutkan kening dan penasaran melihat sahabatnya yang pergi menyeberang jalan. "Mau kemana dia? Apa dia mau makan di restoran?" tanya Intan memicingkan kedua matanya. Sesaat, lentik indah matanya mengerling dan terkejut melihat Rachel yang benar-benar masuk ke dalam restoran itu. "Mbak Intan, tolong punyanya Rachel baya
"Kamu ngapain ke ruang kerja pak Satria?" tanya Dinda penasaran. Rachel terbelalak kaget. Ia bingung untuk menjawab pertanyaan dari Dinda kepadanya. "Saya hanya mengantarkan makanan untuk pak Satria, Kak!" jawab Rachel dengan polosnya. "Mengantarkan makanan?" tanya Dinda terkejut. "Iya, Bu. Pak Satria menyuruh saya untuk membelikannya dan saya mengantarkan makanan itu juga." Dinda menyeringai. Untuk pertama kalinya, sahabatnya tidak membutuhkan dirinya di saat ia kelaparan. "Baiklah! Kalo begitu, kamu bisa pergi!" kata Dinda. "Baik, Bu!" kata Rachel pergi dan terkejut ketika semua mata tertuju padanya. Ingin rasanya ia berlari meninggalkan jalanan ruang kerja itu. Tapi, jika ia berlari semua akan curiga dengan apa yang ia lakukan bersama pak Satria di dalam. Rachel mengatur nafasnya dalam-dalam. Perlahan, ia masuk ke dalam lift seraya menyunggingkan senyum manisnya. "Liat! Hampir setengah jam dia di ruan
"Are you Ok!" Satria terkejut ketika Rachel memeluk dirinya begitu erat. Jari jemari tangan Rachel yang kecil terlihat gemetar karena ketakutan. Diapun tak sanggup berucap kata. "Jika kamu takut, tutuplah mata kamu!" Satria yang begitu perhatian dan hilang seketika sifat juteknya. Malam ini, Rachel seakan pasrah dengan keadaan. Ia benar-benar tak bisa berpikir di saat kegelapan yang menghantuinya. Rachel menutup kedua matanya seraya memeluk tubuh satria. 'Ada apa ini? Kenapa gensetnya juga tak menyala,' gumam batin Satria mengambil ponsel yang terletak di saku celananya. Rachel merasakan kehangatan dan kelembutan pada diri atasannya itu. Ia tak menyangka, jika Satria sangat perhatian kepada dirinya yang statusnya adalah sebagai seorang cleaning servis di kantor. Hal yang tak mungkin di lakukan oleh seorang CEO kepada seorang cleaning servis seperti dirinya.