"Rachel Anastasya?" kata Satria datar dan membuat Rachel terkejut ketika atasan yang terbilang sangat kejam mengetahui nama lengkapnya.
Lentik indah matanya terbelalak kaget, bibir mungilnya yang merah sedikit bergetar dan menggigitnya dengan pelan.
Ia mencoba menahan kata-kata yang ingin terlontar dari mulutnya saat Satria bersiap mencecarnya.
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Satria duduk di kursi putarnya seraya menatap Rachel dari bawah sampai ke atas.
"Bukankah kamu terlahir dari orang yang berada?" tanya Satria yang membuat Rachel semakin bingung saatsSatria mengetahui semua tentang dirinya.
"Kenapa dia tau tentang diriku? Apa dia tau tentang aku yang kabur dari rumah?" tebak Rachel dalam hati.
"Kenapa kamu diam? Apa nada bicara saya kurang jelas?" Pertanyaan Satria yang benar-benar membuat kesabaran Rachel habis.
Rachel menghela nafas panjang dan mencoba untuk tersenyum menghadapi Satria.
"Maaf,
"Intan, apa yang kamu lakukan?" keluh Rachel. "Ada pak Satria, singkirkan earphone kamu!" kata Intan yang membuat Rachel dengan cepat menyembunyikan earphonenya. Rachel merapikan bajunya dan berdiri tegak menyambut kedatangan Satria. Intan terkekeh melihat tingkah lucu sahabatnya itu. "Kenapa ketawa?" tanya Rachel melirik Intan yang tak berhenti menertawakannya. Sejenak, Rachel berpikir. Ia merasa kalo Intan sedang menggoda dirinya. Perlahan, kedua mata Rachel mulai berputar mencari keberadaan Satria. Tak ada siapapun yang melintas. Rachel mendesah dan memicing ke arah sahabatnya itu. "Kamu membohongiku?" Intan tersenyum seraya mengacungkan jari tengah dan telunjuk hingga berbentuk huruf'v'. "Kalo bekerja, jangan pakai seperti ini! Kalonpak boss tau, bisa-bisa kamu akan di tendang dari kantor ini. Kamu siap, kehilangan pekerjaan dan setiap hari harus menahan lapar?" gerutu Intan yang menasehati Rac
Perlahan, Satria membuka kotak makanan tersebut. Kedua matanya mengerling dan seketika mendongak ke arah Rachel. "Kenapa dia menatapku seperti itu?" tanya batin Rachel.Perlahan, Satria membuka kotak makanan tersebut. Kedua matanya mengerling dan seketika mendongak ke arah Rachel. "Kenapa dia menatapku seperti itu?" tanya batin Rachel. Tenggorokannya pun kering dan seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. "Kenapa kamu masih di sini?" tanya Satria mengagetkan Rachel. "Ya," lirih Rachel datar. "Keluar!" usir Satria. "Tapi, Pak. Uang gantinya mana?" tanya Rachel yang membuat Satria tersenyum sinis akan tingkah dari Rachel tersebut. "Maaf, Pak. Jika saya lancang sama Bapak. Tapi, jika Bapak tak menggantinya, nanti saya nggak bisa pulang. Uang saku saya habis buat beli makanan untuk Bapak," kata Rachel dengan polosnya. Tanpa banyak bicar
Monica tersenyum senang melihat putrinya duduk bersama salah seorang wanita yang sangat cantik menunggu dirinya. "Olivia," panggil Monica yang mengagetkan mereka. Rachel menoleh ke arah model cantik yang merupakan ibu dari Olivia. Mama ...," teriak Olivia memeluk mamanya. Rachel tersenyum senang melihatnya. Tapi, senyum itu kembali redup saat ia melihat Darwin, mantan kekasihnya. Darwin tersenyum tipis, ia tak menyangka wanita yang begitu ia rindukan kini berdiri di depannya. Tatapan lembut dan penuh kerinduan telah terpancar di wajahnya. 'Rachel.' Ingin rasanya Darwin memeluk dan menyentuh kedua pipi mantan kekasihnya. Tapi, itu tak mungkin lagi. Perlahan, senyum Darwin hilang saat Rachel memalingkan wajahnya. "Papa," kata Olivia beralih memeluk Darwin. Deg! Hati Rachel berdesir begitu hebat, kedua matanya tak mampu berkedip saat gadis kecil itu memanggil Darwin dengan sebutan 'papa'.
Dengan spontan, ia menutup mulutnya. Ia sangat tak percaya jika dirinya berada di tempat Satria. "Pak Satria? Kenapa aku bisa ada di rumah pak Satria?" tanya Rachel bingung.Dengan spontan, ia menutup mulutnya. Ia sangat tak percaya jika dirinya berada di tempat Satria. "Pak Satria? Kenapa aku bisa ada di rumah pak Satria?" tanya Rachel bingung. Rachel mencoba untuk berdiri tapi tubuhnya tak bisa di ajak kompromi. Ia kembali terjatuh dan tak sadarkan diri. Ceklek! Simbok Darmi yang merupakan asisten rumah tangga Satria terkejut melihat Rachel tergeletak di lantai."Ya Tuhan, nona cantik ini kenapa? Aden boss ...," teriak simbok Darmi yang membuat Satria kaget akan teriakannya. Dengan cepat, Satria berlari menghampiri suara simbok Darmi yang begitu cempreng. Ia terkejut melihat Rachel tergeletak di lantai. Dengan cep
"Kamu pikir, saya orang baik?" tanya Satria menatap wajah cantik Rachel yang berdiri di depannya. "I-ya," jawab Rachel seraya menganggukkan kepalanya. Rachel mengerling melihat Satria menempelkan tangan di keningnya. Bulu matanya yang lentik tak berhenti mengerjap saat menerima perhatian dari atasannya itu. "Kenapa pak Satria memegang keningku?" gumam batin Rachel menelan salivanya dengan paksa. Jantungnya berdetak begitu kencang. Tiba-tiba, rasa gr mulai menghampiri dirinya. 'Kalo di perhatikan, pak Satria tampan juga.' Satria mengernyit melihat Rachel yang tersenyum manis menatapnya. "Apa yang kamu pikirkan?" tanya Satria yang membuyarkan lamunannya. 'Aduh, Rachel. Bisa-bisanya kamu memikirkan hal yang seharusnya tak kamu pikirkan.' Rachel menunduk seraya melirik satria yang menatapnya. "Kamu boleh pulang!" kata Satria membuat Rachel terkejut. Lentik indah matanya tak berhenti menatap atasannya
Rachel menggeliat dan terkejut melihat atasannya memandang dirinya dengan lembut. 'Kenapa dia memandangku seperti itu?' "Pak?" tanya Rachel yang mengagetkan Satria. "Iya," jawab Satria yang memalingkan wajahnya. Dalam hati kecilnya, ia sangat malu ketika tertangkap basah memandang Rachel. Ia mencoba bersikap tenang meskipun hatinya berkata tidak. Sesaat, Rachel terkejut dan masih tak percaya jika Satria mengantarkannya pulang tepat di depan rumah kontrakan. "Pak, Bapak mengantar saya sampai depan rumah?" tanya Rachel yang spontan memegang tangan atasannya itu. Kedua mata Satria mengerling melihat tangan Rachel memegang tangannya. Deg deg Degupan jantung terasa begitu keras. Entah kenapa perasaannya mulai tak karuan melihat tangan mulus itu memegang tangannya. "Makasih, ya, Pak. Lagi-lagi, Bapak menolong saya. Sarangheo, Pak Satria," kata Rachel yang begitu semangat sembari me
"Kita berangkat bersama!" ajak Satria yang membuat Rachel semakin tak percaya. "Kita?" tunjuk Rachel pada dirinya sendiri. "Apa kata-kata saya kurang jelas?" tanya Satria yang membuat Rachel memanyunkan bibirnya. "Bapak serius, mengajak saya untuk berangkat bersama? Saya seorang cleaning servis, lho, Pak?" tutur Rachel mengingatkan posisinya. Ia merasa tak pantas jika berangkat bersama atasannya. Ya, meskipun di dalam hatinya Rachel mau saja mendapatkan tebengan gratis tanpa harus mengeluarkan biaya. "Tak seharusnya kamu menolak perintah dari atasan kamu ini!" tutur Satria yang membuat Rachel bingung untuk menjawabnya. Bibir mungilnya bergetar dan tak tau harus menyikapi atasannya yang super duper nyebelin. "Ya Tuhan, ini mah pemaksaan namanya," gumam batin Rachel tersenyum tipis melihat Satria bersiap untuk melontarkan kata-kata untuknya. "Baik, Pak. Saya akan berangkat bersama Bapak," gegas Rachel yang membuat Satria
"Besok? Berarti sekarang dia masuk. Ya Tuhan, lindungi aku semoga orang itu tak pernah bertemu denganku," gumamnya seraya memejamkan mata. "Hei, cleaning servis!" suara itu membuat Rachel terkejut dan langsung menoleh ke arah orang yang memanggilnya. Brak! Kedua mata indahnya mengerling ketika tubuhnya menabrak wanita yang berbody sexy itu sampai terjatuh. "Maaf, Bu. Saya tak sengaja," ujar Rachel menolong wanita itu yang tak lain adalah Ayunda Saraswati. Seorang manager yang sangat cerdas dan pintar. Ia merupakan saingan terberat Dinda dalam soal kepintaran. "Sekali lagi, saya minta maaf, Bu," kata Rachel tertunduk dan mengakui kesalahannya. "Heh, cleaning servis? Berani-beraninya, kamu menabrak saya sampai terjatuh. Kamu tau saya siapa?" ketus Ayunda yang tak terima dan terkejut ketika Rachel menggelengkan kepala. "Heh, benar-benar. Kamu tidak tau siapa saya?" bentak Ayunda dengan menopangkan kedua tangan di pinggangnya