Share

84. Saat Terakhir

last update Last Updated: 2025-02-05 20:10:38

Suara orang mengaji masih bisa Revita dengar sayup-sayup, dikalahkan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Wanita itu masih duduk terpekur dengan Reina yang terus menangis sesenggukan di atas pangkuannya, menemani jasad yang terbujur kaku di depan mereka. Ini bagaikan mimpi buruk. Tidak terlintas dalam benak Revita ibunya akan meninggalkannya seperti ini.

Semalam dia masih yakin Ayun hanya terjatuh di kamar mandi dan akan baik-baik saja. Bahkan saat membawanya ke rumah sakit dengan taksi yang dia pesan, Revita masih merasakan genggaman tangan sang ibu. Namun, keadaan dengan cepat berbalik ketika Ayun mendapat tindakan medis dan tak berapa lama dokter mengatakan bahwa pasien sudah mengembuskan napas terakhir saat masih dalam perjalanan.

Meski rasanya tidak percaya karena kejadiannya begitu tiba-tiba, Revita berusaha menerima kenyataan. Tuhan lebih sayang ibunya. Tidak akan ada lagi seseorang yang mengeluhkan betapa banyak obat yang harus diminum. Tuhan langsung mengangkat sa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ivana Oktaviana
meweekkk.. huuu gavinn kasian reina tauu
goodnovel comment avatar
Anies
hadeuuh.. jangan sampe Reina membenci Gavin bisa tambah runyam nanti ya ampuuuuun... part hari ini double mengsedih akutuuuuuh huhuhuhu.. lanjutkan thoooor semangat teruuuuuus makasih ya
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
Hem ......masih bersambung kesedihan ini......kasian banget ....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   85. Kembali Menyesal

    Hidung kecil itu memerah selaras dengan wajah putihnya yang bersemu marah. Mata cokelat dengan kelopak yang agak membengkak akibat terus menangis, serta selendang putih yang mengalung di lehernya tidak mengurangi kadar kecantikan gadis kecil itu. "Om Gavin jahat," ucap Reina sekali lagi, membuat Gavin di depannya merasa menjadi manusia paling kejam sedunia. "Kenapa Om nggak nemui mama? Aku dan Mama sedih, nenek meninggal." "Nana...." Kaki Gavin bergerak mendekat. Wajahnya tampak sendu, ikut merasakan kesedihan putri kecilnya. Dia berdiri dengan lututnya saat sampai di depan Reina. Tangannya terangkat melepas kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. "Nana, maafin Om," ucap Gavin kemudian. "Maaf, Om nggak ada saat kalian sedih begini." Penyesalan itu kembali menghantam. "Kenapa Om baiknya cuma sebentar?" Air mata Reina kembali membanjiri pipinya. "Apa aku sama Mama udah ngecewain Om Gavin?" Dengan ujung selendangnya, Reina menyeka air mata yang terus bercucuran. Bahkan napasnya t

    Last Updated : 2025-02-06
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   86. Menambah Masalah

    Dari dalam mobil Gavin menyaksikan orang-orang yang tahlilah di rumah Revita satu per satu pulang. Ini sudah malam ketiga. Dan tiga kali pula setiap pulang kerja Gavin menyambangi rumah itu, meski tidak masuk ke dalamnya. Dia hanya akan berada di dalam mobil, memperhatikan serangkaian proses tahlil selesai, dan memastikan Revita dan Reina baik-baik saja. Biasanya dia akan pergi setelah melihat mereka dari kejauhan. Ya, hanya begitu sudah membuat hatinya tenang. Namun malam ketiga ini, dia beranikan diri keluar dari mobil, meski hanya berdiri bersandar pada badan mobil. Tanpa ingin bergerak masuk ke rumah itu, biarpun cuma di area halaman. Dia belum punya keberanian cukup untuk melakukan itu. Terlebih dia tidak ingin membuat gaduh di acara itu. Gavin mendesah sambil menunduk saat suasana depan rumah mulai sepi. Dua orang yang membantu Revita terlihat sedang membereskan sisa acara tahlilan. Dua orang yang sengaja dia kirim lewat perantara Ferdy. Dan ketika tanpa sengaja kepalanya tera

    Last Updated : 2025-02-06
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   87. Kamu Gay?

    Gavin paling tidak suka direpotkan orang mabuk. Tapi herannya dari dulu dia selalu menjadi driver teman-temannya yang hobi mabuk kalau sedang berkumpul. Dan sudah setahun belakangan dia pensiun jadi penjaga, tapi kali ini dia harus mengulang hal yang paling tidak disukai itu. Dia mendesah saat Talia malah tertidur. Orang mabuk benar-benar merepotkan. Dengan sangat terpaksa pria itu memapah Talia memasuki gedung apartemen wanita itu. Temannya cuma menginfokan nomor unit dan lantai tempat Talia tinggal. Gavin berpikir untuk meninggalkan wanita itu di depan pintu unit saja. Namun hati kecilnya merasa kasihan dan akhirnya membangunkan Talia untuk bisa memasuki unit. "Kamu sudah aman," ujar Gavin setelah mendudukkan Talia di sofa. "Makasih," ucap wanita itu dan langsung menjatuhkan diri ke sofa. "Aku haus. Bisa ambilkan minum?" Belum berakhir ternyata. Kembali Gavin menghela napas dan memenuhi keinginan wanita itu. Dan begitu Talia meneguk air putih yang Gavin berikan, keadaannya perl

    Last Updated : 2025-02-07
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   88. Meredam Emosi

    Sikapnya benar-benar berubah 180 derajat. Seolah sikap ramah yang dia tunjukkan di Singapore waktu itu hanya topeng belaka. Revita bertanya-tanya, kenapa wanita angkuh seperti Melinda bisa memiliki anak sebaik Gavin? Revita membuang napas lelah. Di saat luka kehilangan ibu belum mengering. Sekarang muncul masalah lain. Sebenarnya ini bukan masalah baru. Dari awal memutuskan lagi menjalalani hubungan dengan Gavin, Revita tahu hal ini akan terjadi. Kebetulan saja kejadiannya di waktu yang tidak tepat. Seperti habis jatuh terimpa tangga. Yang menyebalkan, si Nyonya Besar mengocehkan hal-hal yang tidak jelas. Memanfaatkan anak dia bilang? "Maaf, Nyonya. Saya tidak pernah memanfaatkan anak saya untuk hal apa pun. Ucapan Nyonya berlebihan."Si Nyonya Besar tersenyum sinis. "Saya tahu kenapa kamu melahirkan dia alih-alih menggugurkan seperti permintaan saya dulu. Ternyata kamu memang sudah memiliki rencana besar seperti ini. Kamu mau masuk ke keluarga kami lewat cara kotor ini. Kamu pikir

    Last Updated : 2025-02-08
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   89. Cari Perhatian

    Melihat tidak ada reaksi dari Revita, Gavin meraih tangan wanita itu dan menggenggamnya. Raut menyesal dia pasang dengan alami. Dengan dada yang penuh debar, sekali lagi dia memohon maaf pada Revita. "Aku terlalu syok dengan fakta itu. Maksudnya kenapa harus Mahesa. Takdir ini benar-benar lucu bukan?" Gavin mengembangkan senyum miris. "Mungkin jika orang itu bukan dia, aku nggak akan sampai begini. Harus merenungi dan berusaha menerima semuanya. Terlebih saat ini aku tahu ternyata dia juga masih menginginkan kamu. Aku benar-benar nggak terima, Re." Revita bergeming. Dia hanya menatap nanar tangannya yang Gavin genggam. Tidak ada yang salah dengan reaksi Gavin setelah tahu semunya. Jika di posisi pria itu, mungkin dirinya akan melalukan hal sama. Hanya saja, itu tetap membuat hati Revita terluka. Tergores saat Gavin mencurigainya. Saat orang yang dia cintai mematahkan rasa percayanya. "Aku jahat sama kamu, sama Reina. Aku merasa kembali gagal. Maafkan aku, Re. Aku sudah merenungi s

    Last Updated : 2025-02-09
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   90. Pulang Saja

    Revita meletakkan dua cangkir teh ke meja, setelah sebelumnya cuci muka dan menyibukkan diri membuat teh di dapur. Sebenarnya dia kesal mendapati situasi ini, melihat Gavin dan Mahesa bersamaan di rumahnya. Dari pakaian yang mereka kenakan, keduanya langsung datang ke rumah ini setelah pulang ngantor. "Makasih, Revita," ucap Mahesa seraya tersenyum. "Uhm, tadi aku sekalian beli donat buat kamu sama Nana. Mungkin kalian lapar jadi aku—" "Ma! Lihat deh!" seru Reina tiba-tiba dan langsung mengalihkan atensi Revita padanya. "Warnanya jadi bagus gini. Kayak nyata kan, Ma? Ini warna atas rekomendasi Om Gavin. Aku nggak tau kalau Om Gavin ternyata pandai memilih warna," ujar anak itu sambil memandang gambarnya dengan takjub. Di posisinya Revita sedikit mengernyit lalu melirik Gavin sejenak, dan beralih kepada Mahesa yang cuma bisa menghela napas. "Iya, bagus banget gambarnya, Na," sahut Revita, memaksakan sedikit senyum. Dia kembali menatap dua pria yang sekarang sudah duduk beriringan d

    Last Updated : 2025-02-10
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   91. Don't You Love Me?

    Tubuh Gavin bergeser mundur saat Revita mendorong dadanya menjauh. Namun, dengan cepat pula tangannya menggapai pinggang wanita itu hingga keduanya saling menempel kembali. Kesempatan itu Gavin gunakan untuk membungkam bibir Revita lagi. Bahkan kali ini sebelah tangan lain meraih tengkuk Revita, seolah mengunci pergerakan wanita itu. Gavin masih bisa merasakan perlawanan kekasihnya itu. Kekuatan yang tidak sebanding membuatnya dengan mudah mengusai wanita itu. Dia menggigit bibir bawah Revita, membuat bibir mungil itu refleks terbuka, dan kesempatan itu Gavin gunakan untuk mempedalam ciumannya. Tidak ada respons dari Revita. Wanita itu justru terus menunjukkan keenggana. Beberapa kali dia memukul dada Gavin saat merasa kehilangan asupan udara. "Kamu gila ya?!" serunya melotot, saat berhasil menjauhkan tubuh liat Gavin. Dia terlihat sangat jengkel dan mengusap bibirnya secara kasar dengan lengan. Persis anak kecil yang tidak mau dicium orang tuanya saat lagi ngambek. "Mau lagi?"

    Last Updated : 2025-02-11
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   92. Adriana

    Wanita itu dikenalkan sebagai manajer baru divisi marketing di meeting bersama jajaran manajer tiap divisi. Dan sialnya, Ferdy mengajak Revita untuk turut serta. Sehingga dia tahu nama wanita itu. Adriana. Wanita tinggi semampai yang tidak kalah cantik dengan Selena. Sekali lihat saja, Revita langsung insecure. Harus dia akui. Adriana tampak begitu serasi jika disandingkan dengan Gavin. Cantik, smart, dan terlihat berwawasan luas. Satu lagi kelebihannya. Publik speakingnya sangat bagus. Tidak salah jika Gavin menempatkan wanita itu di bagian marketing. Revita memilih segera beranjak dari ruang meeting, meminta izin Ferdy untuk pergi ke toilet sebentar. Hatinya sedikit terusik selama meeting berjalan. Dia sendiri tidak tahu sebabnya. Seorang wanita tersenyum padanya saat Revita sedang mencuci tangan di wastafel. Tunggu, bukankah dia Adriana? Berdiri bersisian dengan wanita itu membuat Revita merasa tenggelam. Adriana begitu tinggi. Rambut bergelombang wanita itu terlihat begitu pas d

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   137. You Deserve It

    "Pulau ini sudah aku booking buat hari ini dan besok." Revita sama sekali tidak diizinkan untuk mengurus soal pernikahan. Entah bagaimana caranya Gavin bisa mempersiapkan semua ini hanya dalam waktu sesingkat itu. Dua Minggu sesuai janjinya. Pria itu bahkan mengaku semua akomodasi sudah siap untuk yang akan datang hari ini dan besok. Karena undangannya bersifat terbatas, jadi tamu harus bisa memilih kapan dia datang. Gavin dan Revita sendiri sudah sampai di pulau sejak kemarin sore. Untuk meninjau semua persiapan. Reina akan menyusul hari ini bersama Indila dan keluarga adik-adik Gavin. "Aku beneran nggak nyangka kamu bisa secepat ini mempersiapkan semua." Rambut Revita yang menjuntai berkibar-kibar tertiup angin pagi laut. Saat ini keduanya sedang menikmati sarapan pagi di balkon vila yang tepat menghadap pantai. "Satu hal lagi yang bikin aku terkejut." "Apa?" Selama beberapa saat keduanya berpandangan. Revita yang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya sejak sore tersenyum le

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   136. Hot (warning area)

    *WARNING*BACA KALAU UDAH BUKA PUASA, GAES. ======================Tak pernah terpikirkan bahwa dia akan mengancam ibunya sendiri. Gavin menarik napas panjang, begitu Melinda hilang dari pandangan. Tapi dia benar-benar lelah dengan semua yang sudah ibunya lakukan. Jangan salahkan dirinya kalau saat ini berbuat sedikit lebih kejam. Seandainya saja sang mama mau berkompromi, tentu wanita itu akan tetap menjadi satu-satunya orang yang dia hormati sekaligus sayangi. Perlahan tangan Gavin mendorong pintu kamar. Di saat bersamaan, Revita yang duduk dengan menekuk kaki di atas tempat tidur mendongak. Keadaan wanita itu masih kacau. Hanya saja saat ini dia sudah mengenakan kaus lagi. Tepatnya kaus milik Gavin. Revita melempar senyum kecil saat Gavin terlebih dulu memberinya senyum. "Mama kamu sudah pulang?" tanya Revita saat Gavin melangkah mendekat. Pria itu mengangguk lantas beranjak duduk di depan Revita. "Udah.""Dia tahu aku di sini?"Kepala Gavin menggeleng. Melihat wajah Revita yan

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   135. Kunjungan Mama

    Keduanya saling mendesahkan nama satu sama lain. Sesekali mengerang ketika rasa nikmat itu menyerang. Peluh yang menetes seakan menjadi bukti panasnya permainan mereka saat ini. Kata-kata cinta terus berhamburan dari bibir Gavin tiap tatapannya beradu dengan tatapan Revita. Bergulung bersama hasrat, keduanya saling memberi dan menerima. Namun sedang nikmat-nikmatnya mereguk kasih, suara bel pintu terdengar. Bel yang tentu menghentikan kegiatan mereka selama beberapa saat. Gavin dan Revita saling tatap. "Siapa, Mas?" tanya Revita sedikit melebarkan mata. Ekpresi nikmatnya beberapa saat lalu berganti dengan ekspresi terkejut. "Nggak tau, mungkin maintenance," sahut Gavin mengedikkan bahu, lalu kembali menggerakkan pinggul. Namun di bawahnya, Revita tampak tak berhasrat lagi. Terlebih ketika bunyi bel kedua terdengar. Dia langsung memukul pelan bahu Gavin yang cuek dan malah terus mengerang sambil memejamkan mata menikmati kegiatannya. "Mas, itu lihat dulu. Kayaknya bukan maintenanc

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   134. Fitting

    "Ya Tuhan, yang mau nikah siapa yang repot siapa." Sebuah keluhan meluncur dari seorang wanita yang selalu tampil cantik di kantor pusat Bumi Indah. Dia sekretaris Gavin yang sejak satu minggu lalu ditugaskan untuk mengurus segala tetek bengek pernikahan bosnya. Orens jus dingin mendekat ke arahnya karena dorongan tangan seorang lelaki yang sejak tadi mendengar curhatannya. "Minum dulu. Biar kepala lo lebih fresh." "Thanks ya, Dan." Dengan segera Vania menyeruput es dingin itu. "Emang siapa sih yang mau nikah. Kok lo yang sibuk?" Pria di depan Vania yang tak lain dan tak bukan adalah Dany eks rekan kerja Revita, bertanya. Ya setelah sekian lama, akhirnya dia memiliki kesempatan untuk pedekate dengan sekretaris Gavin tersebut. "Bos guelah! Siapa lagi yang hobinya nyusahin orang selain dia.""Bos lo? Pak Gavin? Pak Gavin mau nikah sama siapa?" "Temen lo-lah. Siapa lagi? Dia kan cinta mati sama temen lo." Otak Dany otomatis nyambung ke Revita. Tapi bukankah mereka sudah lama pisah

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   133. Jangan Mau!

    Mata Reina melirik pintu yang terbuka dari luar. Dia menemukan seutas senyum seseorang yang tidak pernah muncul lagi selama dirinya dirawat. Mahesa. Pria itu datang membawa boneka dan buket berisi cokelat. "Selamat siang, Cantik," sapa Mahesa sembari masuk. Namun reaksi Reina melihat pria itu tampak kurang senang. Dia ingat bagaimana kesalnya pada lelaki itu sesaat sebelum terjadinya kecelakaan. Secara tak langsung pria itu yang membuatnya begini."Gimana keadaanmu, Sayang?" tanya Mahesa ramah, meski disuguhi muka berlipat anak itu. "Baik. Ngapain Om Hesa ke sini?" sahut Reina tidak peduli. Dia kembali sibuk menggambar di tablet yang baru dia dapatkan kemarin. "Jenguk kamu, of course. And they're for you." Bahkan ketika Mahesa memamerkan bawaannya, Reina hanya meliriknya sekilas. "Thank you," sahutnya lirih. "Taroh aja di situ, Om." Mahesa mengangguk-angguk. Senyum di bibirnya tak selebar awal tadi. Dia lantas menuruti permintaan Reina untuk meletakkan hadiahnya di atas nakas.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   132. Blushing

    Kembali Revita terpedaya dan seperti hilang kewarasan. Bahkan dirinya tidak bisa menjelaskan bagaimana semua bisa terjadi. Dia hanya menuruti gerak tubuh yang tidak sinkron dengan isi kepalanya. Pengendalian dirinya sangat payah jika berdekatan dengan Gavin. Haruskah dia menyalahkan Gavin? Seperti sebelumnya, dia mungkin harus tetap menjaga jarak. Gara-gara ini Indila terjebak lama di rumah sakit. Revita merasa tak enak hati membiarkan wanita itu menunggu lama. Saat dirinya datang, wanita itu bahkan sudah jatuh tertidur. Gavin sendiri langsung kembali ke Jakarta setelah mengantarnya ke rumah sakit karena ada hal yang harus lelaki itu urus terkait pekerjaan yang sudah dia tinggal selama beberapa hari ini. "Lo udah datang?" Revita meringis saat Indila terjaga. "Maaf ya udah bikin lo nunggu lama." Bangkit duduk, Indila menguap lalu mengucek matanya. "Sendiri aja? Nggak sama Pak Gavin?" "Dia pulang ke Jakarta ada hal yang harus dia urus." Indila mengangguk-angguk lalu melangkah gont

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   131. Janji

    "Sakit, Na?" Lega luar biasa baru saja Revita dapat saat Reina akhirnya sadar dan dokter sudah memeriksa keadaan anak itu. Gadis kecil itu hanya mengangguk saat ditanya. "Kamu mau sesuatu? Biar Mama ambilkan," tanya Revita lagi. Dan lagi-lagi juga Reina menggeleng. Di saat yang bersamaan, Gavin keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat begitu segar dan tampan. Dia langsung menyedot perhatian Reina. "Pa, minum," ucap anak itu. Yang membuat Revita di sisi ranjang kontan menaikkan kedua alis. Anak itu mengabaikan tawarannya, tapi begitu Gavin datang minta minum. Revita memejamkan mata lalu berusaha tersenyum, meski hatinya merasa sudah diduakan sang putri. "Ooh, Tuan Putri mau minum. Bentar ya, papa ambilin," sahut Gavin, mengerlingkan sebelah mata dengan genit. Revita sedikit menyingkir untuk memberikan Gavin akses mendekati Reina. Dia bergeser ke ujung tempat tidur memberi ruang pada Gavin duduk di kursinya. Tatapannya terus memperhatikan bagaimana cara Gavin memanjakan Reina.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   130. Satu Darah

    Kaki Revita seperti sudah tidak menapak bumi lagi ketika tenaga medis menjelaskan tentang kondisi putrinya. Rasa panik dan khawatir berlebih menggumpal di kepala saat mereka bilang harus segera melakukan cito atau operasi gawat darurat. Penjelasan mereka terlalu kabur untuk Revita. Bahkan wanita itu tidak bisa bereaksi apa pun. "Pasien juga perlu melakukan transfusi darah segera, Pak."Revita menatap Gavin dengan segera. Dia sadar golongan darahnya dengan Reina berbeda. Itu artinya Gavinlah--"Golongan darah saya O, Dok. Anda bisa mengambil darah saya sebanyak yang anak saya butuhkan." Lagi-lagi Revita tidak bereaksi. "Baik, silakan Bapak ikut perawat untuk diperiksa lebih dulu." Gavin menghadap Revita begitu dokter kembali memasuki ruang tindakan. Dia sama khawatirnya seperti Revita. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit wanita itu terus berlinang air mata. Dan sekarang wajahnya tampak begitu pucat. "Nana akan baik-baik saja," ucap Gavin menenangkan. "Kita percayakan pada medis, d

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   129. Keputusan Final

    Bukan kencan atau apa pun. Revita hanya ingin mempertegas semuanya. Jadi, saat Mahesa bilang ingin mengajaknya makan malam secara khusus, dia mengiyakan. Sejujurnya beberapa hari ini Revita sudah tidak nyaman juga merasa tidak enak dengan kemunculan pria itu tiap kali dirinya pulang kerja. Mahesa bukan pengangguran. Pria itu mengaku pulang dari kantor langsung bertolak ke tempat Revita yang letaknya jauh di luar kota. Bertemu hanya sebentar, lalu keesokan paginya sudah kembali ke Jakarta. Empat kali dalam satu Minggu! Itu berlebihan menurut Revita. "Ada tol. Kamu nggak perlu cemas," ujar pria itu membela diri saat Revita komplain soal intensitas kedatangannya."Tapi itu cuma bikin kamu capek, Mas.""Apa aku terlihat seperti orang capek?"Perjuangan pria itu tidak bisa Revita anggap remeh. Kadang tanpa sadar dia jatuh iba dan otaknya berpikir untuk mempertimbangkan pria itu. Namun hatinya jelas menolak, karena pria itu bukanlah orang yang Revita harap menjadi rumahnya. Hingga sampai

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status