Home / Romansa / Terjebak Bersama Dua Mantan / 83. Om Gavin Nyakitin Mama?

Share

83. Om Gavin Nyakitin Mama?

last update Last Updated: 2025-02-05 12:08:21

Reina tertegun di tempat saat melihat Revita duduk di tepi ranjang sambil mengusap air mata. Dia yang berencana menunjukkan hasil gambarnya urung melihat kesedihan di wajah sang ibu. Gadis kecil itu menggigit bibir, dan memutuskan mendekat setelah menimbang-nimbang.

"Mama kenapa?"

Revita terkesiap, dan kontan mengusap pipinya yang basah. Dia buru-buru mengubah ekspresi dan menatap Reina sembari tersenyum. "Hei, kamu kok belum tidur?"

Perlahan Reina duduk di sebelah Revita, mata cokelatnya terus mengamati raut sang ibu. "Om Gavin nyakitin Mama?" tanyanya hati-hati.

"Hah? E-enggak kok," elak Revita menggeleng. Bibirnya masih terus berusaha melengkung.

Namun itu jelas tidak bisa Reina percaya begitu saja. Meskipun masih kecil, dia tidak mudah dibohongi. Gadis kecil itu mendesah, tatapnya melirik ke tablet yang dia bawa. "Kupikir Om Gavin benar-benar suka sama Mama dan nggak akan nyakitin Mama. Kalau tahu dia bikin mama sedih begini, aku nggak akan pernah kasih izin dia buat deketin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Cut Zanah
aduh kok gak ad habis2 ny sih thor letak bawang di sini, sedih banget.... ......
goodnovel comment avatar
Anies
siap thor.. konflik juga tetep aku nikmati kok, ceritamu nggak pernah gagal bikin aku ikut menghayati thor, sukses terus ya semangaaaaaat... dan makasih sudah up
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
kenapa sedih terusss ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   84. Saat Terakhir

    Suara orang mengaji masih bisa Revita dengar sayup-sayup, dikalahkan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Wanita itu masih duduk terpekur dengan Reina yang terus menangis sesenggukan di atas pangkuannya, menemani jasad yang terbujur kaku di depan mereka. Ini bagaikan mimpi buruk. Tidak terlintas dalam benak Revita ibunya akan meninggalkannya seperti ini. Semalam dia masih yakin Ayun hanya terjatuh di kamar mandi dan akan baik-baik saja. Bahkan saat membawanya ke rumah sakit dengan taksi yang dia pesan, Revita masih merasakan genggaman tangan sang ibu. Namun, keadaan dengan cepat berbalik ketika Ayun mendapat tindakan medis dan tak berapa lama dokter mengatakan bahwa pasien sudah mengembuskan napas terakhir saat masih dalam perjalanan. Meski rasanya tidak percaya karena kejadiannya begitu tiba-tiba, Revita berusaha menerima kenyataan. Tuhan lebih sayang ibunya. Tidak akan ada lagi seseorang yang mengeluhkan betapa banyak obat yang harus diminum. Tuhan langsung mengangkat sa

    Last Updated : 2025-02-05
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   85. Kembali Menyesal

    Hidung kecil itu memerah selaras dengan wajah putihnya yang bersemu marah. Mata cokelat dengan kelopak yang agak membengkak akibat terus menangis, serta selendang putih yang mengalung di lehernya tidak mengurangi kadar kecantikan gadis kecil itu. "Om Gavin jahat," ucap Reina sekali lagi, membuat Gavin di depannya merasa menjadi manusia paling kejam sedunia. "Kenapa Om nggak nemui mama? Aku dan Mama sedih, nenek meninggal." "Nana...." Kaki Gavin bergerak mendekat. Wajahnya tampak sendu, ikut merasakan kesedihan putri kecilnya. Dia berdiri dengan lututnya saat sampai di depan Reina. Tangannya terangkat melepas kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. "Nana, maafin Om," ucap Gavin kemudian. "Maaf, Om nggak ada saat kalian sedih begini." Penyesalan itu kembali menghantam. "Kenapa Om baiknya cuma sebentar?" Air mata Reina kembali membanjiri pipinya. "Apa aku sama Mama udah ngecewain Om Gavin?" Dengan ujung selendangnya, Reina menyeka air mata yang terus bercucuran. Bahkan napasnya t

    Last Updated : 2025-02-06
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   86. Menambah Masalah

    Dari dalam mobil Gavin menyaksikan orang-orang yang tahlilah di rumah Revita satu per satu pulang. Ini sudah malam ketiga. Dan tiga kali pula setiap pulang kerja Gavin menyambangi rumah itu, meski tidak masuk ke dalamnya. Dia hanya akan berada di dalam mobil, memperhatikan serangkaian proses tahlil selesai, dan memastikan Revita dan Reina baik-baik saja. Biasanya dia akan pergi setelah melihat mereka dari kejauhan. Ya, hanya begitu sudah membuat hatinya tenang. Namun malam ketiga ini, dia beranikan diri keluar dari mobil, meski hanya berdiri bersandar pada badan mobil. Tanpa ingin bergerak masuk ke rumah itu, biarpun cuma di area halaman. Dia belum punya keberanian cukup untuk melakukan itu. Terlebih dia tidak ingin membuat gaduh di acara itu. Gavin mendesah sambil menunduk saat suasana depan rumah mulai sepi. Dua orang yang membantu Revita terlihat sedang membereskan sisa acara tahlilan. Dua orang yang sengaja dia kirim lewat perantara Ferdy. Dan ketika tanpa sengaja kepalanya tera

    Last Updated : 2025-02-06
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   87. Kamu Gay?

    Gavin paling tidak suka direpotkan orang mabuk. Tapi herannya dari dulu dia selalu menjadi driver teman-temannya yang hobi mabuk kalau sedang berkumpul. Dan sudah setahun belakangan dia pensiun jadi penjaga, tapi kali ini dia harus mengulang hal yang paling tidak disukai itu. Dia mendesah saat Talia malah tertidur. Orang mabuk benar-benar merepotkan. Dengan sangat terpaksa pria itu memapah Talia memasuki gedung apartemen wanita itu. Temannya cuma menginfokan nomor unit dan lantai tempat Talia tinggal. Gavin berpikir untuk meninggalkan wanita itu di depan pintu unit saja. Namun hati kecilnya merasa kasihan dan akhirnya membangunkan Talia untuk bisa memasuki unit. "Kamu sudah aman," ujar Gavin setelah mendudukkan Talia di sofa. "Makasih," ucap wanita itu dan langsung menjatuhkan diri ke sofa. "Aku haus. Bisa ambilkan minum?" Belum berakhir ternyata. Kembali Gavin menghela napas dan memenuhi keinginan wanita itu. Dan begitu Talia meneguk air putih yang Gavin berikan, keadaannya perl

    Last Updated : 2025-02-07
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   88. Meredam Emosi

    Sikapnya benar-benar berubah 180 derajat. Seolah sikap ramah yang dia tunjukkan di Singapore waktu itu hanya topeng belaka. Revita bertanya-tanya, kenapa wanita angkuh seperti Melinda bisa memiliki anak sebaik Gavin? Revita membuang napas lelah. Di saat luka kehilangan ibu belum mengering. Sekarang muncul masalah lain. Sebenarnya ini bukan masalah baru. Dari awal memutuskan lagi menjalalani hubungan dengan Gavin, Revita tahu hal ini akan terjadi. Kebetulan saja kejadiannya di waktu yang tidak tepat. Seperti habis jatuh terimpa tangga. Yang menyebalkan, si Nyonya Besar mengocehkan hal-hal yang tidak jelas. Memanfaatkan anak dia bilang? "Maaf, Nyonya. Saya tidak pernah memanfaatkan anak saya untuk hal apa pun. Ucapan Nyonya berlebihan."Si Nyonya Besar tersenyum sinis. "Saya tahu kenapa kamu melahirkan dia alih-alih menggugurkan seperti permintaan saya dulu. Ternyata kamu memang sudah memiliki rencana besar seperti ini. Kamu mau masuk ke keluarga kami lewat cara kotor ini. Kamu pikir

    Last Updated : 2025-02-08
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   89. Cari Perhatian

    Melihat tidak ada reaksi dari Revita, Gavin meraih tangan wanita itu dan menggenggamnya. Raut menyesal dia pasang dengan alami. Dengan dada yang penuh debar, sekali lagi dia memohon maaf pada Revita. "Aku terlalu syok dengan fakta itu. Maksudnya kenapa harus Mahesa. Takdir ini benar-benar lucu bukan?" Gavin mengembangkan senyum miris. "Mungkin jika orang itu bukan dia, aku nggak akan sampai begini. Harus merenungi dan berusaha menerima semuanya. Terlebih saat ini aku tahu ternyata dia juga masih menginginkan kamu. Aku benar-benar nggak terima, Re." Revita bergeming. Dia hanya menatap nanar tangannya yang Gavin genggam. Tidak ada yang salah dengan reaksi Gavin setelah tahu semunya. Jika di posisi pria itu, mungkin dirinya akan melalukan hal sama. Hanya saja, itu tetap membuat hati Revita terluka. Tergores saat Gavin mencurigainya. Saat orang yang dia cintai mematahkan rasa percayanya. "Aku jahat sama kamu, sama Reina. Aku merasa kembali gagal. Maafkan aku, Re. Aku sudah merenungi s

    Last Updated : 2025-02-09
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   90. Pulang Saja

    Revita meletakkan dua cangkir teh ke meja, setelah sebelumnya cuci muka dan menyibukkan diri membuat teh di dapur. Sebenarnya dia kesal mendapati situasi ini, melihat Gavin dan Mahesa bersamaan di rumahnya. Dari pakaian yang mereka kenakan, keduanya langsung datang ke rumah ini setelah pulang ngantor. "Makasih, Revita," ucap Mahesa seraya tersenyum. "Uhm, tadi aku sekalian beli donat buat kamu sama Nana. Mungkin kalian lapar jadi aku—" "Ma! Lihat deh!" seru Reina tiba-tiba dan langsung mengalihkan atensi Revita padanya. "Warnanya jadi bagus gini. Kayak nyata kan, Ma? Ini warna atas rekomendasi Om Gavin. Aku nggak tau kalau Om Gavin ternyata pandai memilih warna," ujar anak itu sambil memandang gambarnya dengan takjub. Di posisinya Revita sedikit mengernyit lalu melirik Gavin sejenak, dan beralih kepada Mahesa yang cuma bisa menghela napas. "Iya, bagus banget gambarnya, Na," sahut Revita, memaksakan sedikit senyum. Dia kembali menatap dua pria yang sekarang sudah duduk beriringan d

    Last Updated : 2025-02-10
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   91. Don't You Love Me?

    Tubuh Gavin bergeser mundur saat Revita mendorong dadanya menjauh. Namun, dengan cepat pula tangannya menggapai pinggang wanita itu hingga keduanya saling menempel kembali. Kesempatan itu Gavin gunakan untuk membungkam bibir Revita lagi. Bahkan kali ini sebelah tangan lain meraih tengkuk Revita, seolah mengunci pergerakan wanita itu. Gavin masih bisa merasakan perlawanan kekasihnya itu. Kekuatan yang tidak sebanding membuatnya dengan mudah mengusai wanita itu. Dia menggigit bibir bawah Revita, membuat bibir mungil itu refleks terbuka, dan kesempatan itu Gavin gunakan untuk mempedalam ciumannya. Tidak ada respons dari Revita. Wanita itu justru terus menunjukkan keenggana. Beberapa kali dia memukul dada Gavin saat merasa kehilangan asupan udara. "Kamu gila ya?!" serunya melotot, saat berhasil menjauhkan tubuh liat Gavin. Dia terlihat sangat jengkel dan mengusap bibirnya secara kasar dengan lengan. Persis anak kecil yang tidak mau dicium orang tuanya saat lagi ngambek. "Mau lagi?"

    Last Updated : 2025-02-11

Latest chapter

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   150. Musim Gugur di Beacon Hill

    Berjalan sambil bergandengan tangan di Charless street pada musim gugur akan menjadi momen romantis yang tidak akan pernah Revita lupa. Berbaur di pemandangan jalan yang mempesona si kawasan pinggir kota paling tua dan makmur, Boston. Untuk ke-empat kalinya Gavin mengajak Revita dan anak-anak ke kota ini dan wanita itu akui tidak pernah bosan berada di tempat ini. "Ini kali pertama kita ke sini pas musim gugur. Kalau tau bakal seindah ini aku pasti sudah minta ke sini di bulan-bulan musim gugur sebelumnya," ujar Revita dengan bibir maju. Sudah empat kali berkunjung, dan dia baru melihat musim secantik ini. Kakinya yang terbungkus boots panjang berjalan menapaki trotoar yang terbuat dari batu kerikil. Matanya mengedar dengan senyum yang mengembang memperhatikan barisan rumah bergaya federal. Yang menarik, rumah-rumah di sini memiliki pengetuk pintu dari kuningan yang dipoles alih-alih bel wifi atau listrik. Gavin bilang itu adalah simbol tak resmi kawasan pinggir kota ini. "Musim g

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   149. Kejutan (2)

    Begitu membuka pintu kosan, Revita langsung melihat wajah putrinya yang tersenyum lebar. Anak itu segera menghambur ke pelukannya. Di belakang Reina, Gavin melambaikan tangan seraya tersenyum manis. "Mama udah siap?" tanya Reina, kepalanya meneleng untuk melihat barang-barang di belakang punggung ibunya. Hanya ada satu koper besar dan tas jinjing berukuran sedang. "Isi rumah nggak dibawa, Ma?" Revita terkekeh sembari menggeleng. "Barang-barang itu kan bukan milik kita, Na. Ada-ada aja kamu."Gavin sendiri langsung mengambil alih bawaan sang istri dan segera memasukkannya ke bagasi mobil. Akhirnya hari yang dia tunggu tiba. Revita dan Reina akan tinggal bersamanya menjadi satu keluarga utuh. "Itu apa?" tanya Gavin melihat kotak dengan ukuran lumayan besar yang dibungkus kado. Revita mengikuti arah pandang Gavin. "Itu dari teman-teman di pabrik. Belum aku buka sih." "Dibawa juga?" "Iya. Kado perpisahan." Selain koper milik dirinya, ada juga koper milik Reina di bagasi mobil Gavin

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   148. Kejutan (1)

    Mata Revita mengerjap. Mungkin yang Indila katakan benar, tapi wanita itu tidak boleh pesimis. Mahesa hanya belum melupakan Revita, tapi bukan berarti tidak bisa melupakan. Revita tersenyum menatap wanita manis di depannya. "Dengan lo terus di sampingnya, gue yakin dia bisa segera lupain gue. Apalagi lo deket sama Dony. Sekedar informasi, meski dia dulu deketin gue, dia nggak pernah loh ngenalin anaknya ke gue. Tapi ke lo? Nah itu tandanya dia serius sama lo." Wajah mendung Indila hilang seketika. Berganti dengan wajah penuh senyum. "Lo bisa aja, Re," katanya cengengesan. "Gue yakin sih bentar lagi lo bakal dilamar," goda Revita seraya menaik-turunkan alisnya. "Nggaklah. Gue bakal kasih waktu ke dia buat terima kenyataan bahwa lo itu milik keponakannya." Kedua wanita itu lantas tertawa. Lalu saling berpelukan. Tepat saat itu Revita seolah menyadari sesuatu. "Tunggu-tunggu." Revita melepas pelukannya dan mengangkat tangan sejenak. Dia merasa ada yang aneh di sini. "Jadi, lo mau p

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   147. Pagar Makan Tanaman

    Perombakan kesekretariatan ternyata lumayan mengundang perhatian. Bukan hanya itu, Gavin juga memecat beberapa sekretaris yang diduga berkomplot menjebak dirinya, termasuk Ferial. Tidak peduli dikatakan presdir kejam atau apa. Baginya perbuatan Ferial dan teman-temannya sudah melampaui batas. Kejadian mabuknya Ferial membuat Gavin tahu betapa busuknya perempuan itu. Paginya, begitu wanita itu sadar, Gavin memintanya untuk pulang ke Indonesia. Sempat ada drama dan permohonan maaf dari Ferial, tapi Gavin tak peduli dan tetap mengirim wanita itu kembali ke Jakarta. Alhasil seminar dua hari dan rapat terakhir dia lakukan sendiri tanpa dampingan sekretaris. "Jadi, apa yang bikin kamu memecat mereka?" tanya Mahesa saat pria itu berkunjung ke kantor Gavin. Kabar itu cukup bikin heboh. "Mereka kerjanya tidak becus," sahut Gavin sambil terus menandatangani dokumen di mejanya. Menarik kursi di depan meja, Mahesa pun duduk. "Apa yang mereka lakukan?" "Aku yakin Om sudah tau apa yang terjadi

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   146. Resiko

    "Mas?" Rasa kantuk dan kesal hilang seketika saat Revita menemukan suaminya sudah berdiri di depan pintu kosan. Dia mengucek mata untuk memastikan penglihatannya tidak salah. Ini sudah hampir pukul satu malam. Kenapa Gavin ada di sini? "Kaget ya? Biarin aku masuk dulu, Re. Aku capek." Gavin hendak masuk kamar, tapi segera Revita tahan. "Tunggu-tunggu, kamu beneran Mas Gavin, kan? Bukan demit yang nyamar jadi suamiku?" Detik berikutnya Revita terpekik karena mendapat sentilan di dahi. Dia segera mengusap dahinya yang kesakitan. "Demit mana ada yang seganteng suami kamu." Dengan pelan Gavin mendorong Revita masuk, begitu pun dirinya yang lantas ikut masuk dan menutup pintu kamar kosan. "Tapi, Mas. Kamu kan lagi ada di Malaysia. Kok sekarang udah ada di sini aja? Mana malam-malam lagi datangnya." Rasanya Revita belum puas mendapat jawaban dari pria itu. "Kamu kabur ya?" Melepas sepatu, Gavin pun juga melepas kemeja beserta celana panjangnya. "Seminar sudah selesai. Bu

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   145. Merepotkan

    "Berapa hari?" Selain meeting ada seminar kewirausahaan yang harus Gavin hadiri selama dua hari. Kebetulan dia akan menjadi salah satu pengisi materi di hari kedua seminar yang diadakan di Kuala Lumpur tersebut. "Mungkin 3 sampai 4 hari, Sayang." "Hm, lama." Reina cemberut. "Mama weekend katanya masuk kerja. Masa papa juga belum balik?"Gavin menyentuh kepala Reina. "Papa usahakan weekend sudah kembali," ucapnya tersenyum. "Pak, sudah waktunya berangkat!" Di dekat mobil, Ferial kembali mengingatkan. Mata cokelat Reina langsung melirik tak suka. "Ih, aku nggak suka sama sekretaris papa yang itu. Kenapa bukan Tante Vania aja sih?" "Tante Vania ada pekerjaan lain.""Ya ganti aja jangan yang itu. Kelihatannya genit. Mentang-mentang cantik. Papa nggak takut mama cemburu?" "Uhm—""Papa mau ke Malaysia bareng dia kan?"Gavin mengangguk ragu. Semoga ini bukan masalah. "Tapi kami ke sana cuma bekerja. Dia di sana cuma membantu pekerjaan papa. Sekaligus papa lagi nguji dia layak atau ngg

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   144. Sekretaris Baru

    Alis Gavin naik sebelah ketika melihat sekretaris bernama Ferial datang menjemputnya. Dia tidak berharap orang baru yang akan menemani perjalanan bisnisnya. Namun sepertinya dia tidak memiliki pilihan lain. Anggap saja ini ujian pertama sekretaris itu. Jika gagal, Gavin bisa punya alasan untuk mendepaknya dari kesekretariatan. "Tidak ada yang memberitahu saya kalau kamu yang akan menemani saya ke Malaysia," ucap Gavin seraya masuk ke mobil mewah fasilitas kantor. Ferial tersenyum manis, lalu ikut masuk ke mobil setelah memastikan bosnya itu duduk nyaman di dalam sana. "Saya sudah memberitahukan itu ke Pak Gavin. Di reminder juga ada. Mungkin Pak Gavin lupa."Sekilas Gavin memindai outfit yang wanita muda itu kenakan. Wanita itu mengenakan floral dress sebatas lutut yang dilapisi blazer hitam. Dress dengan potongan flowly itu agak naik ke atas saat dia duduk. Warna krem dress itu seolah tengah berlomba dengan warna kulit putih Ferial yang secerah mutiara. Gavin tidak mengerti kenapa

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   143. LDR

    "Selamat pagi, Pak."Gavin mengangkat wajah dari tumpukan kertas yang sedang dia baca ketika sapaan asing seseorang terdengar. Di depannya berdiri seorang wanita muda yang terlihat cantik dan energik. Alisnya terangkat sebelah karena tidak mengenali sosok itu. "Kamu siapa?" tanya Gavin tanpa membalas sapaan wanita muda itu. "Saya Ferial, Pak. Saya di sini menggantikan Mbak Vania." "Memang Vania ke mana?" "Mbak Vania mendampingi CEO baru kita, Pak." Gavin mengangguk ragu. Sejujurnya dia masih ingin Vania yang menemaninya di posisi sekarang sebagai presdir baru. Ya rapat pemegang saham menunjuknya menjadi presdir menggantikan Melinda yang dulu menjabat sebagai presdir pasif. Gavin sendiri memilih tetap ngantor karena masih banyak yang harus dia pastikan keberlangsungan beberapa proyeknya. "Selain saya ada tiga sekretaris lain yang akan membantu pekerjaan Anda, Pak.""Ya, terima kasih," sahut Gavin lantas kembali memperhatikan kertas-kertas di mejanya. Dia pikir sekretaris bernama

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   142. Malam Penuh Gairah (warning area)

    *WARNING 21+*===========Pangkal alis Revita berkedut. Bibirnya menggeram lirih lalu lama-lama badannya menggeliat. Entah sekarang pukul berapa. Yang jelas sudah larut, karena kesunyian terasa begitu pekat. Setengah sadar dia menyingkirkan tangan tak sopan yang membuat tidurnya terganggu. "Aku ngantuk, Mas," gumamnya tak jelas, lalu kembali terlelap. Tidak ada sahutan, tapi tangan itu makin tak mau berhenti bergerak. Ketika Revita mengubah posisi menjadi miring, tangan itu pun ikut mengejar. Mencari celah agar bisa menyusup ke balik piyama yang wanita itu kenakan. "Mas," gumam Revita lagi, ketika tangan itu berhasil menyusup masuk dan meremas payudaranya. Karena masih sangat mengantuk, akhirnya Revita membiarkan saja. Tapi lama-lama pergerakan itu membuat Revita tak nyaman. Apalagi ketika puncak dadanya dimainkan. Tubuhnya yang sensitif sontak bereaksi. Dia melenguh pelan. Dalam tidur berusaha menikmati apa yang suaminya lakukan. "Bangun, Sayang," bisik Gavin, sembari terus memb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status