Share

62. Perfect Tea

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-23 16:11:51

Reina melambaikan tangan begitu melihat Revita ada di area sekolah. Ketika mendapat kabar bahwa ibunya sedang tidak ada di rumah lantaran ada keperluan, Revita memutuskan menjemput Reina. Di saat yang sama Gavin pun mengajak pulang bersama, sehingga keduanya berakhir di sekolah sore ini.

"Maaf ya, Sayang. Mama telat jemput. Macet banget di jalan tadi," ucap Revita begitu putrinya sampai di hadapannya.

"Nggak apa-apa. Kan aku masih aman di sekolah." Mata cokelat Reina menatap Gavin. "Mama datang sama Om Gavin?"

"Iya, kebetulan Om Gavin juga mau pulang."

Menyentak tangan Revita, Reina tak sabar menghampiri pria tinggi berkemeja biru yang tengah berdiri di depan kap mobil. "Ayo, Ma. Pulang, jangan biarin Om Gavin nunggu lama."

"Jadi, sekarang Mama sama Om Gavin udah jadian?"

Pertanyaan yang tiba-tiba meluncur dari mulut mungil Reina membuat Revita tersedak ludahnya sendiri dan terbatuk hebat. Saat ini ketiganya sudah berada di dalam mobil, kembali membelah jalanan sore menuju rumah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Cut Zanah
ikut deg deg kan, gimna ya reaksi bi ayun .........
goodnovel comment avatar
Anies
emang udah waktunya mereka ketemu, semoga semua berjalan seperti yang kita harapkan.. makasih thoooor lanjuuuut
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
jawabnya nunggu besok... marah gak ya .... was was aku....,.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   63. Never Give Up

    Ayun masih bergeming dengan wajah datar. Air minum yang segera Revita siapkan pun belum dia sentuh sama sekali. Dia masih tertegun dan lumayan syok melihat anak mantan majikannya berada di rumahnya. Seorang laki-laki yang pernah memberi sejuta cinta dan harapan pada putrinya. Sudah delapan tahun berlalu, dan Ayun sudah berusaha melupakan kejadian itu serta mencoba mengikhlaskan. Namun, jika mengingatnya kembali luka itu masih terasa sakit. Apa ini berarti rasa ikhlasnya belum sempurna?"Bi Ayun apa kabar?" tanya Gavin mencoba memulai percakapan. Dia belum bisa membaca ekspresi wanita tua di hadapannya. Bi Ayun memang diam, tapi dia juga perlu berjaga-jaga. Bisa saja kediaman Bi Ayun karena sedang menghimpun kekuatan untuk menendang Gavin dari rumah ini. Revita di sebelah Ayun masih memasang wajah khawatir. Dia takut kehadiran Gavin bisa memicu emosi ibunya. "Bu," panggil Revita pelan. "Dia Mas Gavin, Ibu nggak lupa kan?""Mana mungkin ibu lupa sama lelaki yang sudah menghamili kamu,"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   64. Informan Valid

    Bukan hanya hari itu. Sejak bertemu Bi Ayun, Gavin mulai berani mengantar Revita pulang sampai ke depan rumah, bahkan sesekali mampir menikmati satu cangkir teh buatan Reina dan menemani belajar anak itu. Jika jam tidur anak itu tiba, barulah Gavin pamit pulang. "Makasih buat hari ini, Mas," ucap Revita saat wanita itu mengantar Gavin ke depan rumah. "Tapi ibu kamu sama sekali nggak keluar. Kayaknya aku gagal membujuknya." Gavin garuk-garuk kepala seraya mengangkat alis tinggi-tinggi. Napasnya lantas berembus pelan. Tangan Revita terjulur, mengusap pundak kokoh pria itu. "Maaf, ya. Ibu cuma butuh waktu. Masih mending ibu nggak nerkam kamu," candanya mencoba mencairkan suasana. "Duh jangan dong. Bisa nggak ganteng lagi aku," timpal Gavin membuat Revita sontak tertawa. "Mas," panggil Revita pelan. Ada sesuatu yang belum Gavin jawab tentang pertanyaannya tempo hari. Dan sekarang dia ingin mencoba menanyakan lagi. "Ada apa?" tanya Gavin, urung membuka pintu mobil, dan menghadapkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   65. Di Rumah Sakit

    Langkah Ayun terhenti saat melihat Gavin ada di luar pagar. Pria tampan itu melambaikan tangan dengan senyum matahari terbit andalannya. Sampai-sampai Ayun menaikkan sebelah alis melihat itu. "Kok ibu berdiri aja?" tanya Revita yang baru saja keluar. Dia mengikuti arah pandang Ayun, ketika ibunya itu mengedikkan dagu ke arah depan pagar. Saat itulah, Revita melihat Gavin di sana. "Mas Gavin? Kok ibu biarin dia berdiri di sana sih?" Dengan tergesa Revita berjalan ke arah pagar, lalu membuka kunci gemboknya. "Mas, kok kamu ke sini?" tanya Revita dengan wajah heran. Hari ini dia berencana mengantar ibunya ke dokter, tidak ada waktu buat menemani pria itu. "Kalian jadi ke dokter kan? Biar aku antar." Spontan Revita terdiam sambil menatap pria yang saat ini sudah memasuki halaman rumahnya. Namun sejurus kemudian dia tersenyum. Revita tahu ini salah satu upaya Gavin agar mendapat restu dari sang ibu. "Selamat pagi, Bi," sapa Gavin menghampiri Ayun yang sudah hampir siap-siap kabur. Wa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   66. Sinyal Restu

    Gavin menelan ludah kepayahan saat tidak mendapat respons apa pun dari Ayun. Wanita itu masih mengatupkan mulut rapat-rapat setelah Gavin meminta izin padanya untuk membawa Revita dan Reina liburan. Di sudut kursi lainnya Revita pun sama tegangnya seperti Gavin. Baginya ini adalah penentu. Penentu apakah ibunya mau memberikan lampu hijau untuk hubungannya. Dia tidak merengek seperti biasanya, sengaja memberi kesempatan sang ibu untuk memutuskan dari hatinya. Kendati sejak tadi jarinya yang saling tertaut terus bergerak gelisah. "Ya sudah, silakan," ucap Ayun akhirnya. Yang membuat sepasang kekasih itu mengangkat wajah secara bersamaan dengan mata berbinar. "Bi Ayun, mengizinkan?" tanya Gavin, hampir saja menjerit saking senangnya. Wanita tua itu hanya mengangguk pasrah. Tidak ada senyum. Dia melirik putrinya yang saat ini tersenyum lebar tanpa suara. Kegembiraan yang terpancar dari wajah ayunya membuat hati Ayun menghangat. Dia tidak punya pilihan lain jika begini. Tidak mungkin d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   67. Connecting Door

    Gavin menatap hasil jepretan pada kameranya, dan senyumnya sontak terulas. Tidak ada yang lebih membahagiakan melihat dua perempuan yang dia sayangi tertawa begitu lebar. "Aku mau liat, Om!" seru Reina berlari ke arah Gavin. Pria itu lantas menunjukkan beberapa hasil jepretannya. "Keren! Ajari aku cara pake ini, Om.""Kamu cukup fokuskan sesuai angel." Gavin menuntun Reina menggunakan kameranya. "Sayang, coba kamu berdiri di sana lagi," perintahnya pada Revita. Revita menaikkan alis tapi menurut juga apa yang Gavin perintahkan. "Kamu fokuskan kamera ke objek. Mama kamu. Biar latar belakangnya bagus, kamu bisa geser, dan sesuaikan. Setelah menurut kamu oke, baru tekan tombol ini." Reina menuruti instruksi Gavin, dan berhasil. Dia tertawa senang saat melihat hasil bidikannya lumayan bagus. Tidak berbayang. "Good job." "Oke, sekarang giliran Om Gavin sama Mama yang foto berdua." Reina mendorong lengan Gavin agar menyusul Revita. Saat ini keduanya sedang berada di Merlion Park bers

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   68. Garden by the Bay

    "Lampu-lampunya keren!" "Kamu senang?" "Senang banget, Om. Makasih ya, Om. Udah ngajakin aku ke sini." Reina memeluk pinggang Gavin dengan senyum lebar. Hatinya masih berdebar-debar melihat keindahan di depan matanya. Semalaman di tempat ini sepertinya tidak akan puas. Reina terus menarik tangan Revita mengelingi kawasan suaka di atas tanah 101 hektar ini. Anak itu tidak mengenal capek, meskipun hanya tertidur sebentar sore tadi. Garden by the Bay bukan hanya memukau pada siang hari, tapi malam pun tak kalah indah. Salah satu yang ikonik di tempat ini adalah Supertree Grove. Menara setinggi 25-30 meter yang sepanjang tubuhnya dihiasi tanaman. Pada malam hari seperti sekarang, supertree akan bercahaya karena lampu yang mengelilinginya. Reina sampai tak bisa merapatkan mulut karena terus merasa kagum. . Kalau dituruti mungkin anak itu tidak mau pergi dari tempat indah ini, padahal mereka datang sudah sejak menjelang senja. Dan mereka harus mengakhiri petulangan saat cacing-cacing d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   69. Ditelan Gairah

    Bibir mereka kembali beradu. Lidah keduanya bahkan saling tertaut. Sebentar menjauh, untuk kemudian saling merapat lagi. Gavin bisa merasakan udara sekitar meningkat seiring cumbuannya yang makin panas. Dari bibir, ciumannya turun ke rahang, membuat Revita mengerang lirih. Pria itu menyasar leher jenjang mulus di depannya. Meninggalkan jejak basah berulang-ulang. Lidahnya terus mencecap rasa manis yang memabukkan di sana. Sementara tangannya pun tak tinggal diam. Pelan-pelan menyusup dari balik ujung kemeja Revita dan membelai ringan pinggang wanita itu. Sementara tangan lainnya meraba bagian lain yang tak kalah sensitif. Kembali Gavin menyambar bibir Revita, kala wanita itu melakukan aksi penolakan saat tangan besarnya menyentuh dada yang masih tertutup kain kemeja. Pria itu sama sekali tidak memberi Revita kesempatan untuk menjauh. Dia terus mendesak, dengan sentuhan yang kian intens. "Mas..." lirih Revita dengan tatapan sayu. Tangannya menahan lengan Gavin yang sudah meremas pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   70. Orchad Road

    Orchad Road tidak pernah sepi meskipun di weekday. Penggemar window shopping tidak akan melewatkan tempat ini jika sedang berada di Singapura. Sebenarnya Revita tidak terlalu suka berbelanja. Apalagi untuk sekedar menyenangkan diri sendiri. Jika orang lain gemar memberi self reward, tapi tidak dengan Revita. Hidup keras membuatnya harus mengutamakan prioritas. Namun kali ini, Gavin membebaskan dia beli apa pun yang wanita itu suka di salah satu mall yang ada di Orchad Road, tapi akibatnya Revita malah kebingungan sendiri. Selama ini, dia selalu memerlukan beberapa pertimbangan sebelum memutuskan membeli sesuatu. "Kamu lihat-lihat aja dulu. Baju, tas, sepatu, atau skin care? Kamu bisa membeli apa pun, Sayang."Dari pada memikirkan diri sendiri, kepala Revita malah teringat teman-temannya. Khususnya Arum, karena selama Revita cuti wanita itu yang menghandle pekerjaannya. Dia tengah memilih produk parfum saat Gavin mencolek lengannya. Pria itu memberi kode bahwa dirinya harus menerima

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29

Bab terbaru

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   150. Musim Gugur di Beacon Hill

    Berjalan sambil bergandengan tangan di Charless street pada musim gugur akan menjadi momen romantis yang tidak akan pernah Revita lupa. Berbaur di pemandangan jalan yang mempesona si kawasan pinggir kota paling tua dan makmur, Boston. Untuk ke-empat kalinya Gavin mengajak Revita dan anak-anak ke kota ini dan wanita itu akui tidak pernah bosan berada di tempat ini. "Ini kali pertama kita ke sini pas musim gugur. Kalau tau bakal seindah ini aku pasti sudah minta ke sini di bulan-bulan musim gugur sebelumnya," ujar Revita dengan bibir maju. Sudah empat kali berkunjung, dan dia baru melihat musim secantik ini. Kakinya yang terbungkus boots panjang berjalan menapaki trotoar yang terbuat dari batu kerikil. Matanya mengedar dengan senyum yang mengembang memperhatikan barisan rumah bergaya federal. Yang menarik, rumah-rumah di sini memiliki pengetuk pintu dari kuningan yang dipoles alih-alih bel wifi atau listrik. Gavin bilang itu adalah simbol tak resmi kawasan pinggir kota ini. "Musim g

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   149. Kejutan (2)

    Begitu membuka pintu kosan, Revita langsung melihat wajah putrinya yang tersenyum lebar. Anak itu segera menghambur ke pelukannya. Di belakang Reina, Gavin melambaikan tangan seraya tersenyum manis. "Mama udah siap?" tanya Reina, kepalanya meneleng untuk melihat barang-barang di belakang punggung ibunya. Hanya ada satu koper besar dan tas jinjing berukuran sedang. "Isi rumah nggak dibawa, Ma?" Revita terkekeh sembari menggeleng. "Barang-barang itu kan bukan milik kita, Na. Ada-ada aja kamu."Gavin sendiri langsung mengambil alih bawaan sang istri dan segera memasukkannya ke bagasi mobil. Akhirnya hari yang dia tunggu tiba. Revita dan Reina akan tinggal bersamanya menjadi satu keluarga utuh. "Itu apa?" tanya Gavin melihat kotak dengan ukuran lumayan besar yang dibungkus kado. Revita mengikuti arah pandang Gavin. "Itu dari teman-teman di pabrik. Belum aku buka sih." "Dibawa juga?" "Iya. Kado perpisahan." Selain koper milik dirinya, ada juga koper milik Reina di bagasi mobil Gavin

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   148. Kejutan (1)

    Mata Revita mengerjap. Mungkin yang Indila katakan benar, tapi wanita itu tidak boleh pesimis. Mahesa hanya belum melupakan Revita, tapi bukan berarti tidak bisa melupakan. Revita tersenyum menatap wanita manis di depannya. "Dengan lo terus di sampingnya, gue yakin dia bisa segera lupain gue. Apalagi lo deket sama Dony. Sekedar informasi, meski dia dulu deketin gue, dia nggak pernah loh ngenalin anaknya ke gue. Tapi ke lo? Nah itu tandanya dia serius sama lo." Wajah mendung Indila hilang seketika. Berganti dengan wajah penuh senyum. "Lo bisa aja, Re," katanya cengengesan. "Gue yakin sih bentar lagi lo bakal dilamar," goda Revita seraya menaik-turunkan alisnya. "Nggaklah. Gue bakal kasih waktu ke dia buat terima kenyataan bahwa lo itu milik keponakannya." Kedua wanita itu lantas tertawa. Lalu saling berpelukan. Tepat saat itu Revita seolah menyadari sesuatu. "Tunggu-tunggu." Revita melepas pelukannya dan mengangkat tangan sejenak. Dia merasa ada yang aneh di sini. "Jadi, lo mau p

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   147. Pagar Makan Tanaman

    Perombakan kesekretariatan ternyata lumayan mengundang perhatian. Bukan hanya itu, Gavin juga memecat beberapa sekretaris yang diduga berkomplot menjebak dirinya, termasuk Ferial. Tidak peduli dikatakan presdir kejam atau apa. Baginya perbuatan Ferial dan teman-temannya sudah melampaui batas. Kejadian mabuknya Ferial membuat Gavin tahu betapa busuknya perempuan itu. Paginya, begitu wanita itu sadar, Gavin memintanya untuk pulang ke Indonesia. Sempat ada drama dan permohonan maaf dari Ferial, tapi Gavin tak peduli dan tetap mengirim wanita itu kembali ke Jakarta. Alhasil seminar dua hari dan rapat terakhir dia lakukan sendiri tanpa dampingan sekretaris. "Jadi, apa yang bikin kamu memecat mereka?" tanya Mahesa saat pria itu berkunjung ke kantor Gavin. Kabar itu cukup bikin heboh. "Mereka kerjanya tidak becus," sahut Gavin sambil terus menandatangani dokumen di mejanya. Menarik kursi di depan meja, Mahesa pun duduk. "Apa yang mereka lakukan?" "Aku yakin Om sudah tau apa yang terjadi

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   146. Resiko

    "Mas?" Rasa kantuk dan kesal hilang seketika saat Revita menemukan suaminya sudah berdiri di depan pintu kosan. Dia mengucek mata untuk memastikan penglihatannya tidak salah. Ini sudah hampir pukul satu malam. Kenapa Gavin ada di sini? "Kaget ya? Biarin aku masuk dulu, Re. Aku capek." Gavin hendak masuk kamar, tapi segera Revita tahan. "Tunggu-tunggu, kamu beneran Mas Gavin, kan? Bukan demit yang nyamar jadi suamiku?" Detik berikutnya Revita terpekik karena mendapat sentilan di dahi. Dia segera mengusap dahinya yang kesakitan. "Demit mana ada yang seganteng suami kamu." Dengan pelan Gavin mendorong Revita masuk, begitu pun dirinya yang lantas ikut masuk dan menutup pintu kamar kosan. "Tapi, Mas. Kamu kan lagi ada di Malaysia. Kok sekarang udah ada di sini aja? Mana malam-malam lagi datangnya." Rasanya Revita belum puas mendapat jawaban dari pria itu. "Kamu kabur ya?" Melepas sepatu, Gavin pun juga melepas kemeja beserta celana panjangnya. "Seminar sudah selesai. Bu

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   145. Merepotkan

    "Berapa hari?" Selain meeting ada seminar kewirausahaan yang harus Gavin hadiri selama dua hari. Kebetulan dia akan menjadi salah satu pengisi materi di hari kedua seminar yang diadakan di Kuala Lumpur tersebut. "Mungkin 3 sampai 4 hari, Sayang." "Hm, lama." Reina cemberut. "Mama weekend katanya masuk kerja. Masa papa juga belum balik?"Gavin menyentuh kepala Reina. "Papa usahakan weekend sudah kembali," ucapnya tersenyum. "Pak, sudah waktunya berangkat!" Di dekat mobil, Ferial kembali mengingatkan. Mata cokelat Reina langsung melirik tak suka. "Ih, aku nggak suka sama sekretaris papa yang itu. Kenapa bukan Tante Vania aja sih?" "Tante Vania ada pekerjaan lain.""Ya ganti aja jangan yang itu. Kelihatannya genit. Mentang-mentang cantik. Papa nggak takut mama cemburu?" "Uhm—""Papa mau ke Malaysia bareng dia kan?"Gavin mengangguk ragu. Semoga ini bukan masalah. "Tapi kami ke sana cuma bekerja. Dia di sana cuma membantu pekerjaan papa. Sekaligus papa lagi nguji dia layak atau ngg

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   144. Sekretaris Baru

    Alis Gavin naik sebelah ketika melihat sekretaris bernama Ferial datang menjemputnya. Dia tidak berharap orang baru yang akan menemani perjalanan bisnisnya. Namun sepertinya dia tidak memiliki pilihan lain. Anggap saja ini ujian pertama sekretaris itu. Jika gagal, Gavin bisa punya alasan untuk mendepaknya dari kesekretariatan. "Tidak ada yang memberitahu saya kalau kamu yang akan menemani saya ke Malaysia," ucap Gavin seraya masuk ke mobil mewah fasilitas kantor. Ferial tersenyum manis, lalu ikut masuk ke mobil setelah memastikan bosnya itu duduk nyaman di dalam sana. "Saya sudah memberitahukan itu ke Pak Gavin. Di reminder juga ada. Mungkin Pak Gavin lupa."Sekilas Gavin memindai outfit yang wanita muda itu kenakan. Wanita itu mengenakan floral dress sebatas lutut yang dilapisi blazer hitam. Dress dengan potongan flowly itu agak naik ke atas saat dia duduk. Warna krem dress itu seolah tengah berlomba dengan warna kulit putih Ferial yang secerah mutiara. Gavin tidak mengerti kenapa

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   143. LDR

    "Selamat pagi, Pak."Gavin mengangkat wajah dari tumpukan kertas yang sedang dia baca ketika sapaan asing seseorang terdengar. Di depannya berdiri seorang wanita muda yang terlihat cantik dan energik. Alisnya terangkat sebelah karena tidak mengenali sosok itu. "Kamu siapa?" tanya Gavin tanpa membalas sapaan wanita muda itu. "Saya Ferial, Pak. Saya di sini menggantikan Mbak Vania." "Memang Vania ke mana?" "Mbak Vania mendampingi CEO baru kita, Pak." Gavin mengangguk ragu. Sejujurnya dia masih ingin Vania yang menemaninya di posisi sekarang sebagai presdir baru. Ya rapat pemegang saham menunjuknya menjadi presdir menggantikan Melinda yang dulu menjabat sebagai presdir pasif. Gavin sendiri memilih tetap ngantor karena masih banyak yang harus dia pastikan keberlangsungan beberapa proyeknya. "Selain saya ada tiga sekretaris lain yang akan membantu pekerjaan Anda, Pak.""Ya, terima kasih," sahut Gavin lantas kembali memperhatikan kertas-kertas di mejanya. Dia pikir sekretaris bernama

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   142. Malam Penuh Gairah (warning area)

    *WARNING 21+*===========Pangkal alis Revita berkedut. Bibirnya menggeram lirih lalu lama-lama badannya menggeliat. Entah sekarang pukul berapa. Yang jelas sudah larut, karena kesunyian terasa begitu pekat. Setengah sadar dia menyingkirkan tangan tak sopan yang membuat tidurnya terganggu. "Aku ngantuk, Mas," gumamnya tak jelas, lalu kembali terlelap. Tidak ada sahutan, tapi tangan itu makin tak mau berhenti bergerak. Ketika Revita mengubah posisi menjadi miring, tangan itu pun ikut mengejar. Mencari celah agar bisa menyusup ke balik piyama yang wanita itu kenakan. "Mas," gumam Revita lagi, ketika tangan itu berhasil menyusup masuk dan meremas payudaranya. Karena masih sangat mengantuk, akhirnya Revita membiarkan saja. Tapi lama-lama pergerakan itu membuat Revita tak nyaman. Apalagi ketika puncak dadanya dimainkan. Tubuhnya yang sensitif sontak bereaksi. Dia melenguh pelan. Dalam tidur berusaha menikmati apa yang suaminya lakukan. "Bangun, Sayang," bisik Gavin, sembari terus memb

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status