Share

65. Di Rumah Sakit

last update Last Updated: 2025-01-25 11:04:45

Langkah Ayun terhenti saat melihat Gavin ada di luar pagar. Pria tampan itu melambaikan tangan dengan senyum matahari terbit andalannya. Sampai-sampai Ayun menaikkan sebelah alis melihat itu.

"Kok ibu berdiri aja?" tanya Revita yang baru saja keluar. Dia mengikuti arah pandang Ayun, ketika ibunya itu mengedikkan dagu ke arah depan pagar. Saat itulah, Revita melihat Gavin di sana. "Mas Gavin? Kok ibu biarin dia berdiri di sana sih?" Dengan tergesa Revita berjalan ke arah pagar, lalu membuka kunci gemboknya.

"Mas, kok kamu ke sini?" tanya Revita dengan wajah heran. Hari ini dia berencana mengantar ibunya ke dokter, tidak ada waktu buat menemani pria itu.

"Kalian jadi ke dokter kan? Biar aku antar."

Spontan Revita terdiam sambil menatap pria yang saat ini sudah memasuki halaman rumahnya. Namun sejurus kemudian dia tersenyum. Revita tahu ini salah satu upaya Gavin agar mendapat restu dari sang ibu.

"Selamat pagi, Bi," sapa Gavin menghampiri Ayun yang sudah hampir siap-siap kabur.

Wa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Cut Zanah
senangnya di cemburui... .........
goodnovel comment avatar
Anies
wkwkwk.. dasar cewek ya begitulah suka berasumsi sendiri, main cemburu gak jelas.. hahahahaha normal banget asli. makasih thor lanjutkan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   66. Sinyal Restu

    Gavin menelan ludah kepayahan saat tidak mendapat respons apa pun dari Ayun. Wanita itu masih mengatupkan mulut rapat-rapat setelah Gavin meminta izin padanya untuk membawa Revita dan Reina liburan. Di sudut kursi lainnya Revita pun sama tegangnya seperti Gavin. Baginya ini adalah penentu. Penentu apakah ibunya mau memberikan lampu hijau untuk hubungannya. Dia tidak merengek seperti biasanya, sengaja memberi kesempatan sang ibu untuk memutuskan dari hatinya. Kendati sejak tadi jarinya yang saling tertaut terus bergerak gelisah. "Ya sudah, silakan," ucap Ayun akhirnya. Yang membuat sepasang kekasih itu mengangkat wajah secara bersamaan dengan mata berbinar. "Bi Ayun, mengizinkan?" tanya Gavin, hampir saja menjerit saking senangnya. Wanita tua itu hanya mengangguk pasrah. Tidak ada senyum. Dia melirik putrinya yang saat ini tersenyum lebar tanpa suara. Kegembiraan yang terpancar dari wajah ayunya membuat hati Ayun menghangat. Dia tidak punya pilihan lain jika begini. Tidak mungkin d

    Last Updated : 2025-01-26
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   67. Connecting Door

    Gavin menatap hasil jepretan pada kameranya, dan senyumnya sontak terulas. Tidak ada yang lebih membahagiakan melihat dua perempuan yang dia sayangi tertawa begitu lebar. "Aku mau liat, Om!" seru Reina berlari ke arah Gavin. Pria itu lantas menunjukkan beberapa hasil jepretannya. "Keren! Ajari aku cara pake ini, Om.""Kamu cukup fokuskan sesuai angel." Gavin menuntun Reina menggunakan kameranya. "Sayang, coba kamu berdiri di sana lagi," perintahnya pada Revita. Revita menaikkan alis tapi menurut juga apa yang Gavin perintahkan. "Kamu fokuskan kamera ke objek. Mama kamu. Biar latar belakangnya bagus, kamu bisa geser, dan sesuaikan. Setelah menurut kamu oke, baru tekan tombol ini." Reina menuruti instruksi Gavin, dan berhasil. Dia tertawa senang saat melihat hasil bidikannya lumayan bagus. Tidak berbayang. "Good job." "Oke, sekarang giliran Om Gavin sama Mama yang foto berdua." Reina mendorong lengan Gavin agar menyusul Revita. Saat ini keduanya sedang berada di Merlion Park bers

    Last Updated : 2025-01-26
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   68. Garden by the Bay

    "Lampu-lampunya keren!" "Kamu senang?" "Senang banget, Om. Makasih ya, Om. Udah ngajakin aku ke sini." Reina memeluk pinggang Gavin dengan senyum lebar. Hatinya masih berdebar-debar melihat keindahan di depan matanya. Semalaman di tempat ini sepertinya tidak akan puas. Reina terus menarik tangan Revita mengelingi kawasan suaka di atas tanah 101 hektar ini. Anak itu tidak mengenal capek, meskipun hanya tertidur sebentar sore tadi. Garden by the Bay bukan hanya memukau pada siang hari, tapi malam pun tak kalah indah. Salah satu yang ikonik di tempat ini adalah Supertree Grove. Menara setinggi 25-30 meter yang sepanjang tubuhnya dihiasi tanaman. Pada malam hari seperti sekarang, supertree akan bercahaya karena lampu yang mengelilinginya. Reina sampai tak bisa merapatkan mulut karena terus merasa kagum. . Kalau dituruti mungkin anak itu tidak mau pergi dari tempat indah ini, padahal mereka datang sudah sejak menjelang senja. Dan mereka harus mengakhiri petulangan saat cacing-cacing d

    Last Updated : 2025-01-27
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   69. Ditelan Gairah

    Bibir mereka kembali beradu. Lidah keduanya bahkan saling tertaut. Sebentar menjauh, untuk kemudian saling merapat lagi. Gavin bisa merasakan udara sekitar meningkat seiring cumbuannya yang makin panas. Dari bibir, ciumannya turun ke rahang, membuat Revita mengerang lirih. Pria itu menyasar leher jenjang mulus di depannya. Meninggalkan jejak basah berulang-ulang. Lidahnya terus mencecap rasa manis yang memabukkan di sana. Sementara tangannya pun tak tinggal diam. Pelan-pelan menyusup dari balik ujung kemeja Revita dan membelai ringan pinggang wanita itu. Sementara tangan lainnya meraba bagian lain yang tak kalah sensitif. Kembali Gavin menyambar bibir Revita, kala wanita itu melakukan aksi penolakan saat tangan besarnya menyentuh dada yang masih tertutup kain kemeja. Pria itu sama sekali tidak memberi Revita kesempatan untuk menjauh. Dia terus mendesak, dengan sentuhan yang kian intens. "Mas..." lirih Revita dengan tatapan sayu. Tangannya menahan lengan Gavin yang sudah meremas pe

    Last Updated : 2025-01-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   70. Orchad Road

    Orchad Road tidak pernah sepi meskipun di weekday. Penggemar window shopping tidak akan melewatkan tempat ini jika sedang berada di Singapura. Sebenarnya Revita tidak terlalu suka berbelanja. Apalagi untuk sekedar menyenangkan diri sendiri. Jika orang lain gemar memberi self reward, tapi tidak dengan Revita. Hidup keras membuatnya harus mengutamakan prioritas. Namun kali ini, Gavin membebaskan dia beli apa pun yang wanita itu suka di salah satu mall yang ada di Orchad Road, tapi akibatnya Revita malah kebingungan sendiri. Selama ini, dia selalu memerlukan beberapa pertimbangan sebelum memutuskan membeli sesuatu. "Kamu lihat-lihat aja dulu. Baju, tas, sepatu, atau skin care? Kamu bisa membeli apa pun, Sayang."Dari pada memikirkan diri sendiri, kepala Revita malah teringat teman-temannya. Khususnya Arum, karena selama Revita cuti wanita itu yang menghandle pekerjaannya. Dia tengah memilih produk parfum saat Gavin mencolek lengannya. Pria itu memberi kode bahwa dirinya harus menerima

    Last Updated : 2025-01-29
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   71. Cokelat Singapore

    "Dia tidak mengenali kamu?" Revita mengangguk. Setelah pulang dari Orchad Road, wanita itu menceritakan semuanya pada Gavin. "Apa aku sekarang beda dari aku yang berusia 19 tahun?" Revita bertanya itu dengan raut serius, tapi Gavin malah senyum-senyum tak jelas. Seketika dua alis wanita itu mengeriting kesal. "Nggak heran sih mama nggak ngenalin kamu.""Maksudnya?"Gavin mencondongkan badan mendekati Revita dan berbisik. "Kamu sekarang jauh lebih cantik dan ..." Dia sengaja menggantung kata-katanya, lantas mengecup kekasihnya itu sebelum berbisik lagi, "... Seksi." Revita langsung menjauhkan diri dan sedikit mendorong tubuh Gavin menjauh. "Jangan bercanda." Jujur, sekujur tubuhnya mendadak merinding mendengar bisikan di dekat telinganya itu. Membuatnya teringat kejadian semalam. Sial! "Aku serius. Kapan aku bercanda sama kamu." Didekapnya tubuh Revita. Hidungnya yang bangir lantas mengendus-ngendus leher wanita itu. "Kita menikah saja ya?" "Mas..." "Pulang dari sini kita kete

    Last Updated : 2025-01-29
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   72. Give me a Kiss, please...

    Selama cuti dua hari, Arum memang mengerjakan tugas Revita. Namun hanya beberapa yang bisa wanita itu tangani, mengingat pekerjaan Arum juga tak kalah banyak. Sehingga begitu Revita kembali ngantor, pekerjaannya pun menumpuk. Bahkan saat jam makan siang, dia nyambi bekerja. Menolak ajakan makan bersama Gavin. "Memang dua hari bersama nggak bikin bosen?" tanya Revita kala Gavin meneleponnya. "Mana mungkin aku bosen sama kamu? Gini aja deh, kalau kamu nggak mau aku ajak makan siang. Sore nanti ke apartemenku."Gavin akan makan siang bersama seorang klien. Ya kali Revita ikut! Wanita itu sudah akan membuka mulut, tapi suara lelaki itu di seberang sana mendahului lagi. "Aku nggak terima penolakan." "Hm, ya. Oke," sahut Revita pasrah, sambil memikirkan alasan apa yang akan dia berikan pada ibunya kalau dia akan pulang terlambat. "Oke, pekerjaanku lagi banyak banget nih. Aku tutup dulu." "Give me a Kiss, please." Revita mengernyit bingung. "Ini kan telponan?" Kendati di kantor orang-o

    Last Updated : 2025-01-30
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   73. Waswas

    Tidak ada yang tahu kalau saat ini detak jantung Revita sudah seperti ingin meloncat dari tempatnya. Dia terus menunduk, pura-pura sibuk dengan makanannya, selagi Gavin bicara dengan Mahesa. "Aku cari Pak Ferdy. Kupikir dia ada. Dan nggak sengaja malah ketemu Revita di pantri." Itu suara Mahesa. Yang cuma dibalas gumaman tak jelas oleh Gavin. Revita di tempatnya makin tak karuan saat mendengar Mahesa pamit dan suara langkahnya makin menjauh. Sekarang di pantri tinggal dirinya dan Gavin. Hanya saja beberapa detik lamanya, dia tidak merasakan pria itu mendekat, bikin perasaannya makin waswas. "Kamu bicara apa saja sama Om Mahes?" Nyaris saja Revita terlonjak dari tempat duduk ketika suara berat Gavin mengudara. Dia menoleh dan memaksakan diri menarik sudut bibir ke atas, membentuk seulas senyum. "Soal kerjaan aja," sahut Revita bohong. Dia lantas segera mengalihkan tatap ke makanannya lagi. Sebenarnya dia bingung karena Gavin masih bertahan berdiri di dekat pintu alih-alih mendekat

    Last Updated : 2025-01-31

Latest chapter

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   135. Kunjungan Mama

    Keduanya saling mendesahkan nama satu sama lain. Sesekali mengerang ketika rasa nikmat itu menyerang. Peluh yang menetes seakan menjadi bukti panasnya permainan mereka saat ini. Kata-kata cinta terus berhamburan dari bibir Gavin tiap tatapannya beradu dengan tatapan Revita. Bergulung bersama hasrat, keduanya saling memberi dan menerima. Namun sedang nikmat-nikmatnya mereguk kasih, suara bel pintu terdengar. Bel yang tentu menghentikan kegiatan mereka selama beberapa saat. Gavin dan Revita saling tatap. "Siapa, Mas?" tanya Revita sedikit melebarkan mata. Ekpresi nikmatnya beberapa saat lalu berganti dengan ekspresi terkejut. "Nggak tau, mungkin maintenance," sahut Gavin mengedikkan bahu, lalu kembali menggerakkan pinggul. Namun di bawahnya, Revita tampak tak berhasrat lagi. Terlebih ketika bunyi bel kedua terdengar. Dia langsung memukul pelan bahu Gavin yang cuek dan malah terus mengerang sambil memejamkan mata menikmati kegiatannya. "Mas, itu lihat dulu. Kayaknya bukan maintenanc

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   134. Fitting

    "Ya Tuhan, yang mau nikah siapa yang repot siapa." Sebuah keluhan meluncur dari seorang wanita yang selalu tampil cantik di kantor pusat Bumi Indah. Dia sekretaris Gavin yang sejak satu minggu lalu ditugaskan untuk mengurus segala tetek bengek pernikahan bosnya. Orens jus dingin mendekat ke arahnya karena dorongan tangan seorang lelaki yang sejak tadi mendengar curhatannya. "Minum dulu. Biar kepala lo lebih fresh." "Thanks ya, Dan." Dengan segera Vania menyeruput es dingin itu. "Emang siapa sih yang mau nikah. Kok lo yang sibuk?" Pria di depan Vania yang tak lain dan tak bukan adalah Dany eks rekan kerja Revita, bertanya. Ya setelah sekian lama, akhirnya dia memiliki kesempatan untuk pedekate dengan sekretaris Gavin tersebut. "Bos guelah! Siapa lagi yang hobinya nyusahin orang selain dia.""Bos lo? Pak Gavin? Pak Gavin mau nikah sama siapa?" "Temen lo-lah. Siapa lagi? Dia kan cinta mati sama temen lo." Otak Dany otomatis nyambung ke Revita. Tapi bukankah mereka sudah lama pisah

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   133. Jangan Mau!

    Mata Reina melirik pintu yang terbuka dari luar. Dia menemukan seutas senyum seseorang yang tidak pernah muncul lagi selama dirinya dirawat. Mahesa. Pria itu datang membawa boneka dan buket berisi cokelat. "Selamat siang, Cantik," sapa Mahesa sembari masuk. Namun reaksi Reina melihat pria itu tampak kurang senang. Dia ingat bagaimana kesalnya pada lelaki itu sesaat sebelum terjadinya kecelakaan. Secara tak langsung pria itu yang membuatnya begini."Gimana keadaanmu, Sayang?" tanya Mahesa ramah, meski disuguhi muka berlipat anak itu. "Baik. Ngapain Om Hesa ke sini?" sahut Reina tidak peduli. Dia kembali sibuk menggambar di tablet yang baru dia dapatkan kemarin. "Jenguk kamu, of course. And they're for you." Bahkan ketika Mahesa memamerkan bawaannya, Reina hanya meliriknya sekilas. "Thank you," sahutnya lirih. "Taroh aja di situ, Om." Mahesa mengangguk-angguk. Senyum di bibirnya tak selebar awal tadi. Dia lantas menuruti permintaan Reina untuk meletakkan hadiahnya di atas nakas.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   132. Blushing

    Kembali Revita terpedaya dan seperti hilang kewarasan. Bahkan dirinya tidak bisa menjelaskan bagaimana semua bisa terjadi. Dia hanya menuruti gerak tubuh yang tidak sinkron dengan isi kepalanya. Pengendalian dirinya sangat payah jika berdekatan dengan Gavin. Haruskah dia menyalahkan Gavin? Seperti sebelumnya, dia mungkin harus tetap menjaga jarak. Gara-gara ini Indila terjebak lama di rumah sakit. Revita merasa tak enak hati membiarkan wanita itu menunggu lama. Saat dirinya datang, wanita itu bahkan sudah jatuh tertidur. Gavin sendiri langsung kembali ke Jakarta setelah mengantarnya ke rumah sakit karena ada hal yang harus lelaki itu urus terkait pekerjaan yang sudah dia tinggal selama beberapa hari ini. "Lo udah datang?" Revita meringis saat Indila terjaga. "Maaf ya udah bikin lo nunggu lama." Bangkit duduk, Indila menguap lalu mengucek matanya. "Sendiri aja? Nggak sama Pak Gavin?" "Dia pulang ke Jakarta ada hal yang harus dia urus." Indila mengangguk-angguk lalu melangkah gont

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   131. Janji

    "Sakit, Na?" Lega luar biasa baru saja Revita dapat saat Reina akhirnya sadar dan dokter sudah memeriksa keadaan anak itu. Gadis kecil itu hanya mengangguk saat ditanya. "Kamu mau sesuatu? Biar Mama ambilkan," tanya Revita lagi. Dan lagi-lagi juga Reina menggeleng. Di saat yang bersamaan, Gavin keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat begitu segar dan tampan. Dia langsung menyedot perhatian Reina. "Pa, minum," ucap anak itu. Yang membuat Revita di sisi ranjang kontan menaikkan kedua alis. Anak itu mengabaikan tawarannya, tapi begitu Gavin datang minta minum. Revita memejamkan mata lalu berusaha tersenyum, meski hatinya merasa sudah diduakan sang putri. "Ooh, Tuan Putri mau minum. Bentar ya, papa ambilin," sahut Gavin, mengerlingkan sebelah mata dengan genit. Revita sedikit menyingkir untuk memberikan Gavin akses mendekati Reina. Dia bergeser ke ujung tempat tidur memberi ruang pada Gavin duduk di kursinya. Tatapannya terus memperhatikan bagaimana cara Gavin memanjakan Reina.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   130. Satu Darah

    Kaki Revita seperti sudah tidak menapak bumi lagi ketika tenaga medis menjelaskan tentang kondisi putrinya. Rasa panik dan khawatir berlebih menggumpal di kepala saat mereka bilang harus segera melakukan cito atau operasi gawat darurat. Penjelasan mereka terlalu kabur untuk Revita. Bahkan wanita itu tidak bisa bereaksi apa pun. "Pasien juga perlu melakukan transfusi darah segera, Pak."Revita menatap Gavin dengan segera. Dia sadar golongan darahnya dengan Reina berbeda. Itu artinya Gavinlah--"Golongan darah saya O, Dok. Anda bisa mengambil darah saya sebanyak yang anak saya butuhkan." Lagi-lagi Revita tidak bereaksi. "Baik, silakan Bapak ikut perawat untuk diperiksa lebih dulu." Gavin menghadap Revita begitu dokter kembali memasuki ruang tindakan. Dia sama khawatirnya seperti Revita. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit wanita itu terus berlinang air mata. Dan sekarang wajahnya tampak begitu pucat. "Nana akan baik-baik saja," ucap Gavin menenangkan. "Kita percayakan pada medis, d

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   129. Keputusan Final

    Bukan kencan atau apa pun. Revita hanya ingin mempertegas semuanya. Jadi, saat Mahesa bilang ingin mengajaknya makan malam secara khusus, dia mengiyakan. Sejujurnya beberapa hari ini Revita sudah tidak nyaman juga merasa tidak enak dengan kemunculan pria itu tiap kali dirinya pulang kerja. Mahesa bukan pengangguran. Pria itu mengaku pulang dari kantor langsung bertolak ke tempat Revita yang letaknya jauh di luar kota. Bertemu hanya sebentar, lalu keesokan paginya sudah kembali ke Jakarta. Empat kali dalam satu Minggu! Itu berlebihan menurut Revita. "Ada tol. Kamu nggak perlu cemas," ujar pria itu membela diri saat Revita komplain soal intensitas kedatangannya."Tapi itu cuma bikin kamu capek, Mas.""Apa aku terlihat seperti orang capek?"Perjuangan pria itu tidak bisa Revita anggap remeh. Kadang tanpa sadar dia jatuh iba dan otaknya berpikir untuk mempertimbangkan pria itu. Namun hatinya jelas menolak, karena pria itu bukanlah orang yang Revita harap menjadi rumahnya. Hingga sampai

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   128. Beacon Hill

    Usaha yang tidak mudah bagi Gavin untuk melobi para pemegang saham yang sebagian besar sudah tidak tinggal lagi di dalam negeri. Dan ketika dia berhasil menemui mereka pun tidak segampang itu memersuasi mereka agar mau suka rela memberikan sahamnya. Meski dia menjanjikan waktu berjangka dan kemajuan perusahaan, ternyata itu juga belum cukup meyakinkan mereka. Alhasil Gavin harus rela menghabiskan waktu sedikit lebih lama dari yang dia prediksi. Bahkan ketika Mannaf ikut turun tangan tidak membuat masalah itu cepat selesai. "Setidaknya kamu sudah menggenggam separuhnya. Sementara ibu kamu hanya punya 25 persen. Papa rasa itu sudah lebih dari cukup untuk menurunkan ego dia," ucap Mannaf ketika putra sulungnya itu mengunjungi rumahnya yang ada di Beacon Hill, Boston. Gavin mengangguk. Papanya benar, tinggal usaha untuk membuat perusahaan lebih maju dari sebelumnya. Beberapa pabrik baru sudah mulai beroperasi dan kantor distribusi juga sudah diperluas. Meski tidak memakan biaya yang se

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   127. Pikiran Buruk

    Revita bergegas mengayunkan langkah menuju kosan ketika melihat mobil milik Gavin terparkir di tanah lapang. Dia yang baru pulang dari pabrik mengernyit bingung. Jika weekend dia akan maklum dengan keberadaan lelaki itu di sini. Masalahnya sekarang hari kerja, dan masih pukul empat sore. Kenapa pria itu ada di sini? Mendekati kamar kosan, Revita melihat sepatu pria itu yang tergeletak rapi di dekat pintu. Tanpa alasan yang jelas hatinya berdesir, bahkan Revita merasa tubuhnya merinding. Dia kembali melangkah mendekat hingga suara tawa Reina dan Gavin masuk ke pendengarannya. Dia sengaja tidak langsung masuk dan hanya berdiri di teras kosan. "Kapan, Pa?" "Sabtu ini. Ada yang harus papa selesaikan." "Lama enggak?" "Uhm, papa nggak tau. Mudah-mudahan kerjaan di sana cepat beres jadi papa bisa segera pulang." Dari percakapan itu Revita bisa menyimpulkan jika Gavin akan pergi. Tapi ke mana? "Boston itu jauh, Pa?" Boston. Pria itu akan pergi ke Boston. Negara yang sama saat dulu Gav

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status