Share

68. Garden by the Bay

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-27 17:27:02

"Lampu-lampunya keren!"

"Kamu senang?"

"Senang banget, Om. Makasih ya, Om. Udah ngajakin aku ke sini."

Reina memeluk pinggang Gavin dengan senyum lebar. Hatinya masih berdebar-debar melihat keindahan di depan matanya. Semalaman di tempat ini sepertinya tidak akan puas. Reina terus menarik tangan Revita mengelingi kawasan suaka di atas tanah 101 hektar ini. Anak itu tidak mengenal capek, meskipun hanya tertidur sebentar sore tadi.

Garden by the Bay bukan hanya memukau pada siang hari, tapi malam pun tak kalah indah. Salah satu yang ikonik di tempat ini adalah Supertree Grove. Menara setinggi 25-30 meter yang sepanjang tubuhnya dihiasi tanaman. Pada malam hari seperti sekarang, supertree akan bercahaya karena lampu yang mengelilinginya. Reina sampai tak bisa merapatkan mulut karena terus merasa kagum. .

Kalau dituruti mungkin anak itu tidak mau pergi dari tempat indah ini, padahal mereka datang sudah sejak menjelang senja. Dan mereka harus mengakhiri petulangan saat cacing-cacing d
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Anies
beuuuh.. dikira mau ngelawan atau nolak doi malah menikmati, wkwkwkwk lanjutkan thooor... semangaaaat
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
aku lebih fokus ke....gimana kalau Gavin tau revita pernah ama si Mahesa .... sejauh mana gaya pacarannya ...trus gimana kalau ibu Gavin tau. ...kayak PGN semua terbongkar biar gak deg degan..
goodnovel comment avatar
Ivana Oktaviana
hiyaaaa hiyaaa apakah yg akan terjadiiiii???
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   69. Ditelan Gairah

    Bibir mereka kembali beradu. Lidah keduanya bahkan saling tertaut. Sebentar menjauh, untuk kemudian saling merapat lagi. Gavin bisa merasakan udara sekitar meningkat seiring cumbuannya yang makin panas. Dari bibir, ciumannya turun ke rahang, membuat Revita mengerang lirih. Pria itu menyasar leher jenjang mulus di depannya. Meninggalkan jejak basah berulang-ulang. Lidahnya terus mencecap rasa manis yang memabukkan di sana. Sementara tangannya pun tak tinggal diam. Pelan-pelan menyusup dari balik ujung kemeja Revita dan membelai ringan pinggang wanita itu. Sementara tangan lainnya meraba bagian lain yang tak kalah sensitif. Kembali Gavin menyambar bibir Revita, kala wanita itu melakukan aksi penolakan saat tangan besarnya menyentuh dada yang masih tertutup kain kemeja. Pria itu sama sekali tidak memberi Revita kesempatan untuk menjauh. Dia terus mendesak, dengan sentuhan yang kian intens. "Mas..." lirih Revita dengan tatapan sayu. Tangannya menahan lengan Gavin yang sudah meremas pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   1. Blind Date Reminder

    Ponsel di sebuah meja berukuran lebar terus bergetar. Sedikit menyita perhatian seorang pria yang duduk di balik meja tersebut. Hanya sebuah lirikan kecil tidak berarti dari sepasang iris cokelat itu, lantas dia cuek lagi. Penanya terus bergoyang di atas berlembar-lembar kertas. Beberapa dokumen baru selesai ditandatangani, dan dia harus menyelesaikan setumpuk dokumen lainnya. "Ponselnya nggak diangkat dulu aja, Pak?" tanya seorang wanita cantik yang berdiri di hadapan pria itu. "Biarkan saja," sahut pria itu terlalu irit membuat si wanita sedikit mengerutkan bibir. "Pak Gavin nggak lupa, kan kalau malam ini ada makan malam di Sarinah?" Wanita itu mengingatkan dan cukup membuat perhatian pria yang disebut Gavin itu teralihkan dari lembar kertas. "Kamu jadi alarm ibu saya atau gimana?" tanya Gavin tak suka. "Saya sudah cukup pusing dapat pesan reminder dari ibu saya. Jadi, kamu nggak perlu memberi saya peringatan lagi. Ngerti?" Wanita dengan setelan blazer di hadapan Gavin mering

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   2. Dia... Revita

    Melinda berjalan cepat menyusuri koridor kantor Gavin siang itu. Nyonya besar pemilik PT. Bumi Indah Tbk memasang wajah masam. Bahkan sapaan para karyawan tidak dia hiraukan. Rambutnya yang sebatas leher terlihat rapi dan mengkilap. Anggota tubuhnya berhias mutiara asli dari Laut Jepang. Outfit yang dia kenakan juga memiliki nilai jutaan rupiah. Yang melekat di tubuh wanita paruh baya itu tidak ada yang murah. Vania yang melihat kedatangan wanita itu sontak berdiri. Dadanya agak deg-degan. Tidak biasanya Nyonya besar menyambangi kantor Gavin, kecuali pria itu susah ditemui. "Selamat siang, Bu," sapa Vania seramah mungkin."Gavin mana?" tanya Melinda dengan dagu terangkat. "Pak Gavin ada di ruangannya, Bu. Mari saya antar."Melinda mengangkat tangan sebelum Vania beranjak dari meja kerja. "Tidak usah. Saya bisa masuk sendiri." Wanita itu membuka pintu ruang direktur tanpa mengetuk terlebih dulu. Sontak hal itu membuat Gavin mendongak. Pria bermata cokelat itu menarik napas meliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   3. Sepuluh Bunga Mawar

    Tidak sulit bagi Gavin mengorek informasi tentang Revita. Dia bisa dengan mudah mendapatkan CV lamaran wanita itu yang sudah tersimpan di arsip HRD. Dia juga sedikit menanyakan sekelumit tentang Revita pada atasan yang membawahi wanita itu langsung.Dari data yang dia terima, Revita baru menandatangani surat keputusan pengangkatan karyawan permanen di anak cabang perusahaan Bumi Indah enam bulan lalu. Sebelumnya dia hanya karyawan kontrak selama dua tahun berturut-turut. Dari yang awalnya operator produksi, naik menjadi staf leader karena menurut mereka kinerja wanita itu bagus dan cekatan. Gavin tersenyum dan membenarkan hal itu. Dia masih ingat bagaimana si mungil Revita selalu membantu Bi Ayun, ibu wanita itu, dulu saat masih bekerja di rumah besar keluarga Adhiyaksa. Saat membuka lembar riwayat pendidikan, Gavin mengernyit karena pendidikan terakhir wanita itu hanya sampai tamatan SMA, padahal setahu pria itu Revita saat itu tengah berkuliah. "Apa dia putus kuliah?" gumamnya sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   4. Pindah Divisi

    Dirinya seperti diusir. Entah kesalahan apa yang sudah dia lakukan sehingga tiba-tiba saja Minggu kemarin dipanggil ke ruang HR dan diminta pindah ke pusat. Revita masih terkejut dengan keputusan itu. Jadi, begitu tahu kabar itu dia langsung memberondong supervisor yang membawahinya langsung. "Saya melakukan kesalahan, Pak? Kalau iya, tolong beritahu salah ya, Pak. Biar saya bisa memperbaiki," tanya Revita yang merasa aneh. Keputusan HR sedikit membuatnya panik. Pak Taufik, Supervisor itu terkekeh. "Kamu nggak melakukan salah apa-apa, Revita. Justru ini bagus dong kamu pindah ke cabang karena kerja kamu bagus. Di sana kamu nggak perlu berjibaku dengan target harian. Kerjaan juga lebih enak, dan kamu tidak perlu mengantuk lagi kerja sif malam."Mungkin benar, tapi Revita masih tetap heran dan aneh. "Banyak yang ingin pindah ke cabang termasuk saya." Pak Taufik meletakkan tangan di samping mulutnya, badannya sedikit condong ke depan dan berbisik. "Sekedar informasi, di sana gajinya l

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   5. Bertemu Lagi

    Sudah hari ke sepuluh Revita bekerja di kantor pusat. Dia lumayan sudah bisa menguasai pekerjaan dengan baik. Suasana kantor yang nyaman membuatnya merasa diterima. Jujur, wanita dengan poni menyamping itu menikmati bekerja di sini. Seperti impiannya dulu yang ingin menjadi pekerja kantoran. Bibir nude Revita menyunggingkan senyum. Meski harus melalui berbagai rintangan, akhirnya Tuhan memberinya kesempatan untuk bekerja di perkantoran. Hanya saja, dia agak minder karena dari semua timnya, cuma dia yang lulusan SMA. Itu yang masih menjadi pertanyaan besar kenapa dia berada di departemen ini. Lalu bunga mawar yang sering nangkring di mejanya. Jujur, itu sedikit mengganggu dan mulai membuat risih. Tidak ada yang mengakui bunga itu. Revita dibuat penasaran tiap harinya. Langkah Revita bergegas memasuki departemennya. Hari ini ada briefing penting perkara produk baru yang sedang diriset oleh timnya. Meskipun di sini dia hanya bertugas sebagai admin data, dalam rapat kecil dia wajib iku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   6. Luar Biasa Tampan

    DELAPAN TAHUN LALU=====================Sayup-sayup Gavin mendengar suara musik dari arah belakang rumah ketika dia berjalan ke dapur. Tangannya masih memegang gelas bekas minum saat dia mendengar suara seseorang berseru. Keningnya berkerut samar, lalu kepalanya menoleh. Suara asing, tapi dia yakin itu bukan suara kedua asisten rumah tangga ibunya. Gavin lantas menyeret kaki menuju belakang rumah. Dia berjalan pelan melewati ruang belakang, meninggalkan dapur. Pintu belakang rumah terbuka. Makin dekat suara musik serta seruan seseorang makin terdengar keras. Ketika dia berdiri di ambang pintu, mata cokelatnya menemukan seorang gadis yang tengah berjingkrak-jingkrak di depan tali jemuran. Bukan jingkrak-jingkrak biasa. Gerakan tubuhnya berirama mengikuti alunan musik. Tubuh mungilnya meliuk, sesekali menghentak. Tangannya terangkat lalu bergoyang dengan lincah selaras dengan kakinya.Gavin sampai berkedip beberapa kali melihat pertunjukan itu. Seorang gadis tengah menjemur pakaian s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   7. Kita Pacaran?

    "Masak apa?" Revita berjengit ketika seseorang bertanya. Dia hapal suara itu. Suara yang beberapa hari belakangan sering menyapanya. Gadis 19 tahun itu menoleh pelan dan mendapati Gavin sudah duduk di atas bar stool. Tangan pria itu melingkari sebuah gelas panjang yang isinya kosong. "Mie rebus," sahut Revita pelan. Benaknya mulai tidak nyaman karena kemunculan anak majikannya yang tiba-tiba. Sekarang sudah pukul sepuluh dan dia pikir orang rumah sudah terlelap. Perut lapar membuatnya harus pergi ke dapur, tapi tidak ada yang bisa dia temukan kecuali mie instan. "Kamu nggak masalah mie rebus di jam segini?" tanya Gavin, salah satu alis tebalnya naik. Revita yang saat ini sudah mengenakan piyama tidur menggeleng. "Nggak apa-apa, saya lapar."Ada seringai kecil dari sudut bibir Gavin. Meskipun suka mie instan biasanya dia akan membatasi. Di atas pukul 7 malam, biasanya Gavin menghentikan aktivitas makan. Namun, malam ini pengecualian. "Bisa buatkan aku satu juga?" tanya Gavin, mera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27

Bab terbaru

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   69. Ditelan Gairah

    Bibir mereka kembali beradu. Lidah keduanya bahkan saling tertaut. Sebentar menjauh, untuk kemudian saling merapat lagi. Gavin bisa merasakan udara sekitar meningkat seiring cumbuannya yang makin panas. Dari bibir, ciumannya turun ke rahang, membuat Revita mengerang lirih. Pria itu menyasar leher jenjang mulus di depannya. Meninggalkan jejak basah berulang-ulang. Lidahnya terus mencecap rasa manis yang memabukkan di sana. Sementara tangannya pun tak tinggal diam. Pelan-pelan menyusup dari balik ujung kemeja Revita dan membelai ringan pinggang wanita itu. Sementara tangan lainnya meraba bagian lain yang tak kalah sensitif. Kembali Gavin menyambar bibir Revita, kala wanita itu melakukan aksi penolakan saat tangan besarnya menyentuh dada yang masih tertutup kain kemeja. Pria itu sama sekali tidak memberi Revita kesempatan untuk menjauh. Dia terus mendesak, dengan sentuhan yang kian intens. "Mas..." lirih Revita dengan tatapan sayu. Tangannya menahan lengan Gavin yang sudah meremas pe

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   68. Garden by the Bay

    "Lampu-lampunya keren!" "Kamu senang?" "Senang banget, Om. Makasih ya, Om. Udah ngajakin aku ke sini." Reina memeluk pinggang Gavin dengan senyum lebar. Hatinya masih berdebar-debar melihat keindahan di depan matanya. Semalaman di tempat ini sepertinya tidak akan puas. Reina terus menarik tangan Revita mengelingi kawasan suaka di atas tanah 101 hektar ini. Anak itu tidak mengenal capek, meskipun hanya tertidur sebentar sore tadi. Garden by the Bay bukan hanya memukau pada siang hari, tapi malam pun tak kalah indah. Salah satu yang ikonik di tempat ini adalah Supertree Grove. Menara setinggi 25-30 meter yang sepanjang tubuhnya dihiasi tanaman. Pada malam hari seperti sekarang, supertree akan bercahaya karena lampu yang mengelilinginya. Reina sampai tak bisa merapatkan mulut karena terus merasa kagum. . Kalau dituruti mungkin anak itu tidak mau pergi dari tempat indah ini, padahal mereka datang sudah sejak menjelang senja. Dan mereka harus mengakhiri petulangan saat cacing-cacing d

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   67. Connecting Door

    Gavin menatap hasil jepretan pada kameranya, dan senyumnya sontak terulas. Tidak ada yang lebih membahagiakan melihat dua perempuan yang dia sayangi tertawa begitu lebar. "Aku mau liat, Om!" seru Reina berlari ke arah Gavin. Pria itu lantas menunjukkan beberapa hasil jepretannya. "Keren! Ajari aku cara pake ini, Om.""Kamu cukup fokuskan sesuai angel." Gavin menuntun Reina menggunakan kameranya. "Sayang, coba kamu berdiri di sana lagi," perintahnya pada Revita. Revita menaikkan alis tapi menurut juga apa yang Gavin perintahkan. "Kamu fokuskan kamera ke objek. Mama kamu. Biar latar belakangnya bagus, kamu bisa geser, dan sesuaikan. Setelah menurut kamu oke, baru tekan tombol ini." Reina menuruti instruksi Gavin, dan berhasil. Dia tertawa senang saat melihat hasil bidikannya lumayan bagus. Tidak berbayang. "Good job." "Oke, sekarang giliran Om Gavin sama Mama yang foto berdua." Reina mendorong lengan Gavin agar menyusul Revita. Saat ini keduanya sedang berada di Merlion Park bers

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   66. Sinyal Restu

    Gavin menelan ludah kepayahan saat tidak mendapat respons apa pun dari Ayun. Wanita itu masih mengatupkan mulut rapat-rapat setelah Gavin meminta izin padanya untuk membawa Revita dan Reina liburan. Di sudut kursi lainnya Revita pun sama tegangnya seperti Gavin. Baginya ini adalah penentu. Penentu apakah ibunya mau memberikan lampu hijau untuk hubungannya. Dia tidak merengek seperti biasanya, sengaja memberi kesempatan sang ibu untuk memutuskan dari hatinya. Kendati sejak tadi jarinya yang saling tertaut terus bergerak gelisah. "Ya sudah, silakan," ucap Ayun akhirnya. Yang membuat sepasang kekasih itu mengangkat wajah secara bersamaan dengan mata berbinar. "Bi Ayun, mengizinkan?" tanya Gavin, hampir saja menjerit saking senangnya. Wanita tua itu hanya mengangguk pasrah. Tidak ada senyum. Dia melirik putrinya yang saat ini tersenyum lebar tanpa suara. Kegembiraan yang terpancar dari wajah ayunya membuat hati Ayun menghangat. Dia tidak punya pilihan lain jika begini. Tidak mungkin d

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   65. Di Rumah Sakit

    Langkah Ayun terhenti saat melihat Gavin ada di luar pagar. Pria tampan itu melambaikan tangan dengan senyum matahari terbit andalannya. Sampai-sampai Ayun menaikkan sebelah alis melihat itu. "Kok ibu berdiri aja?" tanya Revita yang baru saja keluar. Dia mengikuti arah pandang Ayun, ketika ibunya itu mengedikkan dagu ke arah depan pagar. Saat itulah, Revita melihat Gavin di sana. "Mas Gavin? Kok ibu biarin dia berdiri di sana sih?" Dengan tergesa Revita berjalan ke arah pagar, lalu membuka kunci gemboknya. "Mas, kok kamu ke sini?" tanya Revita dengan wajah heran. Hari ini dia berencana mengantar ibunya ke dokter, tidak ada waktu buat menemani pria itu. "Kalian jadi ke dokter kan? Biar aku antar." Spontan Revita terdiam sambil menatap pria yang saat ini sudah memasuki halaman rumahnya. Namun sejurus kemudian dia tersenyum. Revita tahu ini salah satu upaya Gavin agar mendapat restu dari sang ibu. "Selamat pagi, Bi," sapa Gavin menghampiri Ayun yang sudah hampir siap-siap kabur. Wa

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   64. Informan Valid

    Bukan hanya hari itu. Sejak bertemu Bi Ayun, Gavin mulai berani mengantar Revita pulang sampai ke depan rumah, bahkan sesekali mampir menikmati satu cangkir teh buatan Reina dan menemani belajar anak itu. Jika jam tidur anak itu tiba, barulah Gavin pamit pulang. "Makasih buat hari ini, Mas," ucap Revita saat wanita itu mengantar Gavin ke depan rumah. "Tapi ibu kamu sama sekali nggak keluar. Kayaknya aku gagal membujuknya." Gavin garuk-garuk kepala seraya mengangkat alis tinggi-tinggi. Napasnya lantas berembus pelan. Tangan Revita terjulur, mengusap pundak kokoh pria itu. "Maaf, ya. Ibu cuma butuh waktu. Masih mending ibu nggak nerkam kamu," candanya mencoba mencairkan suasana. "Duh jangan dong. Bisa nggak ganteng lagi aku," timpal Gavin membuat Revita sontak tertawa. "Mas," panggil Revita pelan. Ada sesuatu yang belum Gavin jawab tentang pertanyaannya tempo hari. Dan sekarang dia ingin mencoba menanyakan lagi. "Ada apa?" tanya Gavin, urung membuka pintu mobil, dan menghadapkan

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   63. Never Give Up

    Ayun masih bergeming dengan wajah datar. Air minum yang segera Revita siapkan pun belum dia sentuh sama sekali. Dia masih tertegun dan lumayan syok melihat anak mantan majikannya berada di rumahnya. Seorang laki-laki yang pernah memberi sejuta cinta dan harapan pada putrinya. Sudah delapan tahun berlalu, dan Ayun sudah berusaha melupakan kejadian itu serta mencoba mengikhlaskan. Namun, jika mengingatnya kembali luka itu masih terasa sakit. Apa ini berarti rasa ikhlasnya belum sempurna?"Bi Ayun apa kabar?" tanya Gavin mencoba memulai percakapan. Dia belum bisa membaca ekspresi wanita tua di hadapannya. Bi Ayun memang diam, tapi dia juga perlu berjaga-jaga. Bisa saja kediaman Bi Ayun karena sedang menghimpun kekuatan untuk menendang Gavin dari rumah ini. Revita di sebelah Ayun masih memasang wajah khawatir. Dia takut kehadiran Gavin bisa memicu emosi ibunya. "Bu," panggil Revita pelan. "Dia Mas Gavin, Ibu nggak lupa kan?""Mana mungkin ibu lupa sama lelaki yang sudah menghamili kamu,"

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   62. Perfect Tea

    Reina melambaikan tangan begitu melihat Revita ada di area sekolah. Ketika mendapat kabar bahwa ibunya sedang tidak ada di rumah lantaran ada keperluan, Revita memutuskan menjemput Reina. Di saat yang sama Gavin pun mengajak pulang bersama, sehingga keduanya berakhir di sekolah sore ini. "Maaf ya, Sayang. Mama telat jemput. Macet banget di jalan tadi," ucap Revita begitu putrinya sampai di hadapannya. "Nggak apa-apa. Kan aku masih aman di sekolah." Mata cokelat Reina menatap Gavin. "Mama datang sama Om Gavin?" "Iya, kebetulan Om Gavin juga mau pulang." Menyentak tangan Revita, Reina tak sabar menghampiri pria tinggi berkemeja biru yang tengah berdiri di depan kap mobil. "Ayo, Ma. Pulang, jangan biarin Om Gavin nunggu lama." "Jadi, sekarang Mama sama Om Gavin udah jadian?" Pertanyaan yang tiba-tiba meluncur dari mulut mungil Reina membuat Revita tersedak ludahnya sendiri dan terbatuk hebat. Saat ini ketiganya sudah berada di dalam mobil, kembali membelah jalanan sore menuju rumah

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   61. Ketoprak

    Jika biasanya Gavin adalah manusia super yang palilng bisa menahan diri dari emosi. Entah kenapa siang ini dia gagal melakukannya. Makan siang di ulang tahun sang papa berantakan, karena dia mendadak tak tahan dengan ocehan sang mama. Setelah berhasil keluar dari rumah Adhiyaksa, pria yang alisnya saat ini menukik tajam melajukan SUV-nya langsung menuju kantor. Lupa bahwa perutnya saat ini memberontak minta diisi. Begitu sampai gedung perkantoran, alih-alih kembali ke ruangannya, dia malah nyangkut di lantai 25. Tempat kantor Revita berada. Dia berjalan cepat dan memasuki workstation RnD yang masih tampak sepi. Tidak ada Revita di meja kerja wanita itu. Langkahnya lantas berbelok menuju pantri. Dan dugaannya tepat. Kekasihnya itu sedang ada di salah satu kursi, menyantap makan siang sendirian. Revita yang tengah menikmati makan siangnya terlonjak kaget ketika tahu-tahu Gavin duduk di sebelahnya, mengintip apa yang dia makan. Mata bulat wanita itu mengerjap bingung. "Kamu... Belum m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status