Sontak saja, Ilyaz terhenyak. Sementara Ivan menatap Susan keheranan sebab wanita itu memutuskan memberitahu Ilyaz. Tentu Susan akan meminimalisir orang-orang supaya tidak mengetahui hubungannya dengan dirinya bukan karena mereka hanya akan menikah kontrak? Semakin sedikit orang yang tahu, maka, akan semakin bagus! "Jadi, Ivan adalah kekasihnya, Nona? Calon suaminya Nona?" ulang Ilyaz terbata seraya menarik tubuh dari sandaran sofa hendak memastikan ia tidak salah dengar yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Susan. Kini Susan tidak peduli sebab menginginkan Ilyaz mau turun tangan dan membuat Ivan kembali mengajar. Selain itu, ia memutuskan memberitahu hal tersebut supaya Ilyaz tidak berpikir yang aneh-aneh. "Saya begitu mengenal sosok Ivan itu seperti apa Pak Ilyaz karena dia adalah kekasih saya, dia tidak sedang memiliki hutang seperti yang dituduhkan oleh Pak Hernomo, juga dia sedang tidak dalam masalah ekonomi. Selama ini, saya selalu membantu dia ketika dia dalam ke
"Jelas-jelas, terdapat uang di dalam lokernya Ivan sejumlah 20 juta, yang mana jumlahnya sama dengan uang yang hilang di ruang TU, Pak! Jadi, sudah dipastikan kalau Ivan lah yang telah mengambilnya!" sergah Hernomo mencoba mempengaruhi Ilyaz untuk tidak menindaklanjuti kasus itu. Kemudian, Hernomo menggeleng dengan pandangan memicing dan lanjut berkata. "Kita sudah tidak perlu bukti lagi, Pak Ilyaz. Bukti adanya uang di dalam lokernya Ivan itu sudah sangat kuat!" "Betul sekali, Pak Ilyaz. Kita sudah tidak perlu bukti lagi. Lagi pula, mana ada pencuri mau mengakui perbuatannya?" Ucap Andreaz menambahi Hernomo. Mendengar itu, Ilyaz beralih menatap keduanya tajam seraya mengangkat alisnya dan berkata. "Kenapa kalian berdua seperti tidak setuju jika kasus ini saya tindak lanjuti? Dan kalian tidak perlu sampai ngotot segitu kerasnya bukan jika tidak terlibat?" Seketika keduanya terperanjat, merasa perkataan Ilyaz barusan merupakan sindirian. Terang saja keduanya menjadi gelagapan
Di titik ini, Susan yang sedari tadi diam kini angkat bicara seraya melipat tangan di depan dada. "Keberadaan saya disini saya katakan dengan jujur dan terang-terangan kalau saya hendak membela Ivan sebab saya begitu mengenal sosok Ivan adalah orang yang baik dan jujur. Dia tidak mungkin mencuri uang yang seperti kalian tuduhkan itu. Saya percaya dengannya bahwa dia dijebak!" "Jika Ivan terbukti tidak bersalah, tidak mengambil uang itu, minta maaf lah kalian padanya dan teruntuk orang yang ketahuan menjebak Ivan, saya pastikan, akan mendapatkan hukuman yang setimpal!" kata Susan lagi dengan tegas. Sontak saja, semua orang begitu tersentak. Terlebih Hernomo dan Andreaz. Wajah keduanya seketika pucat pasi, lalu saling pandang seraya menelan ludah. Donatur sekolah itu secara gamblang mengatakan jika dia mengenal dan membela Ivan? Kini semua orang menjadi ketakutan, ternyata Ivan mengenal sosok donatur sekolah tersebut. Tapi bagaimana seorang guru biasa seperti Ivan mengenal s
Ivan pun mendecakan lidah. Baru teringat jika ia menunggak uang kos-kos san selama dua bulan. Tidak hanya kali ini saja, ia kerap mendapat omelan dari Ibu pemilik kos lantaran sering telat membayar kos sebab biaya hidup di kota besar yang begitu mahal. Namun jika sampai menunggak, baru kali ini memang, seringnya telat. Gajinya yang kecil membuat Ivan tidak bisa menabung. Pun kadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, serta terkadang ada kebutuhan mendesak yang menyebabkan gaji dari menjadi guru langsung terkuras habis. Apalagi belakangan ini, banyak kebutuhan yang datang tidak terduga. Awal Ivan menjalani kehidupan layaknya orang biasa setelah pergi dari kehidupan yang bergelimang harta sebelumnya ia rasakan begitu berat. Bagaimana tidak, yang sebelumnya ia tidak pernah memikirkan sekali pun bagaimana caranya mencari uang, mengatur uang. Hal tersebut membuatnya pusing dan bahkan setres. Tapi tiba-tiba ia harus merasakan hal tersebut. Kadang kala, ras
"Apa yang sedang Bu Lidia lakukan!?" ucap Ivan sengit sambil beringsut menjauh. Ia benar-benar kaget sebab Lidia main menyentuh juniornya. "Aku akan menganggap tunggakanmu yang dua bulan itu lunas, Ivan. Asalkan, kau puaskan aku." Balas Lidia sambil menyeringai. Ivan yang masih terkejut kini kian membelalak. Terang saja ia tidak mau! Ivan menggeleng cepat. "Tidak. Saya tidak mau. Saya bisa membayar sekarang, Bu!" Ivan berseru tegas. Mendengar jawaban Ivan, Lidia mendesis seraya melipat tangan di depan dada. "Kalau pun kamu bisa membayar, paling setelah ini kamu akan kebingungan, Van. Kamu sudah tidak punya uang lagi. Kamu akan pusing." Balas Lidia lagi dengan senyum merendahkan. "Jika kamu menerima tawaran dariku untuk memuasakanku, maka, kamu bisa menggunakan uang itu untuk kebutuhan yang lainnya. Toh, kamu juga akan diuntungkan. Kamu juga akan ikut merasakan nikmat." Kata Lidia lagi dengan pandangan memicing sambil tersenyum lebar. Ivan terperanjat! Sesusah-susah dir
Seusai dari kantor, Susan tidak langsung pulang ke apartemennya, melainkan pergi ke rumah kakeknya untuk memberitahu tentang calon suaminya dan mengutarakan keinginan untuk segera menikah sebab ia belum memberitahukan hal tersebut kepada kakeknya. "Kek, aku sudah menemukan calon suami dan kami akan segera menikah dalam waktu dekat ini!" ucap Susan sambil tersenyum kecil. Mendengar itu, Rahardian terhenyak, langsung menarik punggung dari sandaran sofa dan menatap ke arah cucunya yang duduk di sampingnya. Keduanya mengobrol di ruang tengah. "Apakah calon suamimu itu adalah seorang guru biasa dan pria miskin yang diceritakan Herlambang dan Felix itu?" tanya Rahardian hendak memastikan. Kini gantian Susan yang terhenyak. "Paman dan Felix sudah menceritakan tentang hal itu kepada kakek?" Tiba-tiba wajah Susan berubah masam. Pasti paman dan sepupunya menjelek-jelekan Ivan di depan kakeknya, membujuk kakeknya supaya tidak setuju akan pernikahannya, serta tidak memberikan restu.
"Tidak ada ciuman, selain pegangan tangan dan peluk pinggang ketika situasi mengharuskan, terutama di depan keluarganya Nona?" ulang Ivan menyebutkan poin yang tertera di surat perjanjian tersebut. Susan mengangguk. Kemudian, Ivan menatap Susan dengan tatapan aneh seraya memicingkan pandangan. "Tapi kita sudah pernah berciuman sebelumnya, Nona dan aku adalah pria pertama—" Belum sempat Ivan menyelesaikan kalimatnya, Susan sudah mendelik lebih dulu. "Itu karena situasi yang mengharuskan kita untuk melakukan hal demikian, paham!?" sentak Susan. Tiba-tiba Susan gelagapan sebelum kemudian melanjutkan kalimatnya. "Dan mengenai kau adalah pria pertama yang... argh... itu karena aku terkena efek obat afrodisiak waktu itu, jika tidak... argh... sebaiknya kau lupakan hal itu saja dan anggap kalau hal itu tidak pernah terjadi." Setelah mengatakan hal itu, Susan langsung memalingkan muka sebab merasakan pipinya yang tiba-tiba memanas juga menjadi salah tingkah. Mendapati Susan bersik
Melihat kakeknya membeku di tempat, tampak terkejut saat melihat Ivan, Susan pun menautkan kedua alisnya. "Ada apa, Kek?" tanya Susan bingung sekaligus heran. Suara Susan membuat Rahardian tersadar. Kakek tua itu gelagapan untuk beberapa detik sebelum kemudian berpikir. Kenapa pria di hadapannya ini sekilas mirip dengan anaknya Graha? Pria yang tadinya mau dijodohkan dengan Susan? Tidak hanya itu. Namanya pun sama dengan pewaris keluarga Graha tersebut : Ivan! Namun, Rahardian buru-buru menggeleng, menghalau pikiran ngawurnya. Tidak mungkin jika kekasihnya Susan ini adalah Ivan pewaris keluarga Graha itu. Mungkin hanya kebetulan saja. Nama dan wajahnya agak mirip dengan anak dari temannya itu. Rahardian menatap Susan seraya menggeleng dan tersenyum. "Tidak. Tidak apa-apa," Kemudian, Rahardian pindah menatap Ivan dengan kening berkerut. "Jadi, kau Ivan? Calon suaminya, Susan?" ucap Rahardian sambil menunjuk Ivan, hendak memastikan yang langsung dibalas anggukan takzim dari
Rasya dan para pendukungnya harus tahu hal ini! Maka, mereka pun menahan Ivan dan Susan untuk jangan pulang dulu. Terpaksa, mereka berdua menurut. Alamat akan terjadi kehebohan lagi! Lalu, salah satu dari mereka menghubungi salah satu para pendukung Rasya yang semuanya masih berada di atas. Tidak lama kemudian, beberapa teman-teman lama Susan telah muncul. Tidak semua. Juga Rasya tidak ikut bersama mereka karena dia buru-buru dilarikan ke rumah sakit untuk segera mendapat pertolongan. Luka yang didapatkan akibat pukulan Ivan begitu serius! Seketika orang-orang itu langsung memberitahu mereka bahwa Ivan memiliki Lamborghini dan menunjukan surat-surat bukti kepemilikan Lamborghini itu atas nama Ivan. Sontak saja, teman-teman Susan bereaksi sama seperti orang-orang itu sebelumnya. Benar saja, kehebohan kembali terjadi di area parkiran hotel tersebut. Saking shocknya untuk membuktikan kebenaran, mereka bahkan sampai mengecek berulang-ulang. Tentu mereka tidak masalah den
Hal tidak terduga kembali terjadi untuk kesekian kali, Ivan berhasil membuat semua bodyguardnya Rasya KO! Satu bodyguard telah Ivan habisi lebih dulu yang kini tergeletak di lantai tidak sadarkan diri ; pingsan. Dua orang lagi ditendang Ivan hingga terpental menabrak ke meja tamu. Ivan mengakhiri pertarungan itu dengan sebuah pukulan tepat di ulu hati dua bodyguard tersisa. Suara keduanya pun seketika menggema di seluruh ruangan. Kini mereka berdua tengah meraung dan berguling-guling di lantai. Satu tangan keduanya sama-sama patah. Setelah itu, segalanya mendadak senyap. Semua orang kompak membuka mulut lebar-lebar ke arah Ivan. Mendapati kekalahan bodyguardnya, Rasya murka bukan main. Namun ia sudah tidak berdaya, tidak tahu harus membalas Ivan dengan cara apa lagi. Bagaimana tidak, keadaan dirinya pun sudah mengenaskan akibat keganasan pria itu tadi. Juga ia yang sudah malu dengan semua orang. Kini harga dirinya benar-benar telah jatuh ke dalam jurang yang paling dal
Namun, tentu saja Ivan akan membalas, balik menyerang Rasya. Kini Ivan tengah menatap Rasya dengan tersenyum miring seraya menyeka sudut bibirnya yang berdarah dengan santai, giliran Ivan yang merangsek maju, melayangkan pukulan di wajah pria tersebut. Dalam sekejab, situasi telah berbalik! Rasya yang tidak menduga Ivan akan balas menyerang tidak mampu melindungi diri. Dan ketika mau membalas, tak sempat sebab pukulan Ivan sangat cepat. Juga tanpa jeda. Melihat hal itu, seruan desakan dari pendukung Ivan dan Susan pun terdengar saling bersahut-sahutan. "Ayo! Hajar Rasya, Van!" "Dia pantas diberi pelajaran!" Susan sendiri menyeringai, bersikap tenang menyaksikan hal tersebut, mendukung apa yang dilakukan Ivan sepenuhnya sebab Rasya memang pantas diberi pelajaran! Sementara pendukung Rasya panik. Menyuruh Rasya untuk melawan Ivan balik. BUGH! BUGH! BUGH! Kini Ivan terus mencecar wajah Rasya dengan pukulan. Gerakan Ivan yang begitu cepat tidak memberikan jeda sedik
Beberapa saat kemudian... Lagi-lagi, semua orang harus dibuat terkejut. Bagaimana tidak, ketika Manager hotel kembali ke ruangan tempat diadakannya acara reuni itu, dia mengatakan jika pembayaran berhasil. Saldo yang ada di dalam kartunya Ivan cukup untuk membayar total biaya reuni sebesar 295 juta. Seketika ruangan tersebut menjadi riuh oleh orang-orang yang langsung ribut. Susan kaget sejadi-jadinya, bak disambar petir di siang bolong! Kini semua orang menjadi bertanya-tanya. Kenapa Ivan memiliki banyak uang? Dari mana dia mendapatkan uang itu? Di titik ini, mereka menduga bahwa uang itu adalah milik Susan. Alhasil, mereka mencecar Susan dengan pertanyaan. Susan yang merasa itu bukan uangnya langsung buru-buru membantah, "Kalian tidak melihatku yang panik sekali tadi? Aku sendiri saja shock, tidak percaya kalau Ivan akan dapat membayarnya. Aku pikir, dia berbohong tadi!" "Asal kalian tau saja, aku sendiri sedang tidak memiliki cash sebanyak itu! Dan kalau pun aku p
Namun, yang terjadi selanjutnya diluar dugaan! Ivan mematahkan kartu itu! Terang saja hal tersebut membuat semua orang terkejut bukan main. Senyum lebar di wajah Rasya dan para pendukungnya mendadak pudar. Alhasil, mereka berseru-seru marah. "Apa kau sudah gila, Ivan!" "Di dalam kartu itu terdapat uang 500 juta dan kau patahkan begitu saja!?" "Bodoh kau, Ivan! Bodoh sekali! Tidak punya otak kau!" "Kau pikir, kartu itu mainan, yang bisa kau patahkan seenak jidatmu! Di dalam kartu itu berisi uang! Kau benar-benar... " "Bisa-bisanya seorang pria bodoh sepertimu menjadi guru?!" Ivan tidak menghiraukan hardikan mereka yang begitu nyaring di telinga, malah tertawa puas dalam hati. "Aduh, aku tidak sengaja mematahkan kartunya, gimana dong ini?" balas Ivan seraya memasang wajah tertekuk. Mendapati Ivan bersikap demikian, semua orang tahu kalau Ivan sengaja mematahkan kartunya. Bukan tidak sengaja. Demikian, sepertinya Ivan menolak pemberian uang dari Rasya. Namun se
"Kau harus sujud di kakiku sambil meminta maaf dan menggonggong layaknya seekor anjing," ucap Rasya seraya tersenyum penuh kemenangan. Seketika wajah Ivan berubah. Susan sendiri terkejut, begitu pula dengan yang lain. Kasak-kusuk pun terdengar, membicarakan Rasya yang dianggapnya sangat keterlaluan. Setelah sebelumnya Rasya hendak merebut Susan dari Ivan, duel minum, hingga Rasya tidak mau mengakui kekalahan. Dilanjut menjebak Ivan dan sekarang?! Kini mereka benar-benar dibuat jengkel oleh kelakuan Rasya. Sementara itu, Susan mendelik, "Apaan! Sudah jelas-jelas kalau kau yang menjebak Ivan!" bentak Susan menggelegar. Terang saja Rasya geregetan bukan main sebab Susan yang begitu pintar. Puas menghardik Rasya, Susan beralih menatap Manager hotel yang langsung menundukan kepala, merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan kepada Ivan tadi. Apalagi saat tahu jika Susan adalah CEO Malice Inc—yang perusahaannya telah diakuisisi oleh Graha Group! Hal tersebut membuat
Di saat ini, Susan menoleh ke arah Rasya yang kini sudah turun dari panggung yang langsung mengalihkan pandangan. Bersikap acuh tak acuh. Juga sedikit menahan senyuman. Seperti puas menyaksikan kejadian tersebut. Apakah ini ulah Rasya? Pikir Susan. Selagi semua orang ribut, Ivan yang masih membela diri. Susan buru-buru menatap Manager hotel kembali dengan tajam dan berkata, "Pak, kami bisa melaporkan Bapak dan hotel ini atas tindakan penipuan dan pemerasan loh. Termasuk orang-orang yang mungkin saja ikut terlibat. Jelas-jelas suami saya tidak merasa memesan ruangan ini dan tidak pernah mengatakan akan membayar semua biayanya!" Sontak saja, Manager hotel itu mengerjap. Sedikit gelagapan sebelum kemudian mendengus, "Jadi, suami anda tidak mau membayarnya?!" "Baik lah, maka—" "Bapak mempunyai buktinya atau tidak? Bisa tunjukan bukti itu pada kami? Jika benar ada buktinya, kami pasti akan membayarnya. Jika tidak, kami tidak akan! Kami hanya akan membayar biaya per orang saja
Dengan senyum penuh arti, mulut Rasya kembali bicara, "Tenang saja, Pak. Orang itu tidak akan bisa kabur!" Sementara itu, Ivan dan Susan berbalik diikuti yang lain, tampak seorang pria paruh baya berpakaian jas rapi bersama dua karyawan hotel tampak berjalan menghampiri mereka berdua. Ternyata orang yang baru memanggil Ivan adalah manager hotel tersebut. Tertambat pin manager di dadanya. "Ada apa, Pak?" tanya Susan diikuti tatapan penasaran Ivan begitu manager hotel itu tiba di hadapan keduanya. "Anda istrinya Pak Ivan?" tanya Manager itu hendak memastikan yang langsung diiyakan oleh Susan. Menghembuskan napas berat, Manager itu beralih menatap Ivan tajam, "Bagaimana mungkin anda mau main pergi begitu saja tanpa membayar terlebih dahulu!" Mendengar itu, Susan mengernyitkan kening. Hanya perkara belum membayar saja mereka berdua harus didatangi Manager! Sebagai seorang CEO, tentu, hal tersebut merupakan penghinaan terbesar! Menurut mereka, ia tidak sanggup membayar? A
Ivan berdiri di hadapan Rasya sambil menatapnya tajam, "Kau tetap tidak mau mengakui kekalahanmu? Kau pikir, semua orang akan mengangung-agungkan dirimu hanya karena kaya? Dan dengan bertindak curang, seenak jidat seperti ini, kau berharap semua orang akan memihakmu?" Kemudian, Ivan berdecih, "Tidak. Semua orang juga tahu kalau apa yang tengah kau lakukan ini adalah tindakan pengecut! Berkilah untuk menutupi kekalahanmu!" Seketika wajah Rasya berubah. "Kau pasti iri dengan diriku, kan, guru miskin berandalan? Ah, kau pasti merasa insecure, bukan? Karena tidak bisa memiliki banyak uang, jadi merasa putus asa," balas Rasya sambil tergelak. Kemudian, pria itu memicingkan mata! "Orang-orang berduit dan berkuasa sepertiku itu bebas melakukan apa saja dan dirimu yang miskin ini tidak akan pernah bisa menang melawanku! Mengerti?!" Ivan balas tegelak, "Aku? Iri denganmu? Cuih! Tidak sudi! Untuk apa aku iri denganmu. Toh, dengan keadaanku yang seperti ini, Susan menerima dan mencint