Di lorong rumah sakit, Ivan tengah berbicara dengan Susan melalui telepon. Ivan menceritakan kejadian yang baru ia alami, berawal dari ia yang mendapatkan pesan dari Felix yang mengirimkan foto dan video, lalu ia menemui Felix untuk menyelamatkan kedua orang tua pura-puranya, Felix menyiksa mereka berdua di sana bersama backingannya di depan matanya sendiri, melumpuhkan kenalan Felix beserta anak buahnya, juga upaya ia menyelamatkan kedua orang tua pura-puranya dan hingga akhirnya ia berhasil membalaskan perbuatan Felix tersebut. Setelah menghajar Felix dan meninggalkannya di gedung bersama Jonathan juga dua anak buah tersisa, Ivan langsung meluncur ke rumah sakit tempat kedua orang tua pura-puranya dirawat. Tiba di sana, Ivan lega sebab mereka berdua sudah ditangani dengan cepat oleh Dokter dan tenaga medis. Tukang pukulnya melaksanakan tugasnya dengan baik. "Ya ampun! Felix benar-benar keterlaluan!!!" seru Susan geram di sebrang sana. Terang saja Susan marah. "Bagaim
"Saya turut prihatin dengan apa yang menimpa Pak Joko dan Bu Yuni. Saya menyadari betul bahwa semua ini adalah salah anggota keluarga saya. Untuk itu, saya mewakili keluarga Rahardian ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian berdua atas perbuatan keji tak beradab yang telah dilakukan Felix, cucu saya!" Yuni dan Joko sedikit tersentak mendapati Rahardian meminta maaf atas perbuatan yang dilakukan Felix. Jarang ada orang kaya berkuasa dengan mudahnya meminta maaf dan mengakui kesalahan, kebanyakan bertindak semena-mena dan suka menindas. Namun Rahardian begitu berbeda. Tidak dipungkiri memang, di keluarga itu, hanya dia yang menerima keduanya dengan baik. Tidak seperti anggota keluarga yang lain yang hampir semuanya tidak setuju. Jadi, tidak heran jika Rahardian bersikap sebagaimana mestinya dalam menyikapi masalah ini. "Sudah kami maafkan, Pak Rahardian. Toh, Ivan sudah membalaskan perbuatannya Felix kepada kami!" ucap Yuni sambil mengangguk. Mendengar
Tiba di kantin rumah sakit, Ivan segera memesan makanan. Sembari menunggu pesanan datang, Ivan dan Kakek Rahardian langsung terlibat obrolan serius. Mereka saling mengungkapkan kecurigaan masing-masing yang selama ini ditutupi. Ivan sebenarnya sudah tahu bahwa Kakek Rahardian adalah teman baik Ayahnya hingga akhirnya ia menyelidiki dan mengetahui rahasia yang mencengangkan. Begitu pula dengan Rahardian yang sudah tahu siapa Ivan sebenarnya. Dari keduanya sama-sama memilih tidak saling menyinggung hal tersebut dan bersikap seolah belum tahu. Namun kini, keduanya menjadi saling terbuka. "Ternyata anda adalah teman baik Ayah yang sekarang telah menjadi Kakekku. Pantas saja, wajah Kakek terasa tidak asing. Selain itu, Kakek yang bersikap baik padaku, satu-satunya anggota keluarganya Susan yang mau menerimaku, membelaku disaat semua orang menghina dan merendahkanku sebab ternyata Kakek sudah tahu siapa aku sebenarnya!" ucap Ivan sambil menatap Kakek Rahardian lekat. Sambil
Plak! Sebuah tamparan keras diterima Ivan saat ia tiba di hadapan Herlambang dan Susan. Setelah mencerna dalam sepersekian detik sambil tersenyum sinis, Ivan menatap Herlambang yang kini tengah berdiri tepat di hadapannya yang tentu saja baru menamparnya. Kedua matanya berkilat tajam sarat akan amarah membara, serta kedua tangan yang terkepal begitu kuat. Sementara itu, Rahardian dan Susan terperanjat! Tiba-tiba, tangan kiri Herlambang mencengkram kerah baju Ivan. Sedangkan tangan kanannya terkepal, siap mendaratkan pukulan di wajah pria itu. Namun, pukulannya tidak sampai mengenai sasaran sebab Ivan telah menangkap tinju Herlambang lebih dulu. Itu adalah gerakan yang sangat cepat. Hal tersebut membuat ekspresi wajah Herlambang kian buruk sekaligus merah padam. Disaat yang sama, Rahardian menunjuk muka anaknya, "Herlambang! Apa-apaan kau!" seru Rahardian marah. "Bukan kah Ayah sudah bilang padamu untuk tidak membuat masalah lagi!" Suara Rahardian meledak-ledak
Di kediaman keluarga Graha, Ivan tampak terduduk di sofa. Di hadapannya, Renata dan Basuki duduk bersebelahan. Sementara di atas meja, ada laptop, tablet dan berkas-berkas memenuhi atas meja tersebut. Sebelumnya, Ivan langsung pulang ke rumah orang tua kandungnya begitu mendapat kabar dari keduanya jika telah mengantongi berbagai informasi mengenai penyelidikan ulang yang mereka berdua lakukan atas kasus adiknya Susan delapan belas tahun yang lalu yang telah dinyatakan meninggal dunia karena terseret arus. Meski pun jasadnya tidak ditemukan. Semua anggota keluarganya meyakini jika adiknya Susan itu telah meninggal terseret arus sebab kejadiannya di dekat sungai yang kala itu dalam keadaan deras. Tapi tidak dengan Susan yang berpikir sebaliknya, adiknya itu hilang diculik dan ia yakin jika adiknya itu masih hidup sampai sekarang. Setelah pembicaraan mengenai hal itu beberapa hari yang lalu, Ivan langsung meminta Susan untuk menceritakan dengan detail kejadiannya. Set
Hal tersebut membuat Ivan percaya pada istrinya. Selain itu, Susan juga memberitahu Ivan siapa yang ia duga sebagai dalang dibalik penculik adiknya yang bernama Natasha. Adalah Mahendra yang merupakan saingan bisnis kedua orang tuanya. Susan menjadi semakin yakin juga mengerti seiring bertambahnya usia. Pun ketika ia sudah memasuki dunia bisnis. Namun karena kurangnya bukti, juga ditentang oleh anggota keluarganya yang menganggap dirinya gila, Susan tidak melakukan tindakan apa-apa. Hanya menunggu keajaiban yang tidak tahu kapan pastiannya. Dan yang membuat Susan sakit hati sekaligus sedih adalah anggota keluarganya yang menganggap kedua orang tuanya setres lantaran menganggap Natasha masih hidup. Namun kini semangat Susan berkobar kembali dan menaruh harapan besar pada suaminya. Dengan kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki keluarga Graha, Susan yakin jika sang suami akan bisa menemukan sang adik serta mengungkap kejadian yang sebenarnya. "Kami menemukan banyak sekali ke
Renata tidak melanjutkan penjelasannya, melainkan menatap Basuki di sampingnya. Memberikan tanda pada Basuki untuk menjelaskannya kepada Ivan. Mendapatkan hal itu, Basuki mengangguk. Lalu, ia beralih menatap Ivan dan berkata, "Justru Irjen Pol Samuel yang memiliki hubungan baik dengan Pak Doni, Tuan Muda! Kami menduga Irjen Pol Samuel melindungi bisnis-bisnis ilegal Pak Doni yang membuat bisnis-bisnis ilegalnya tidak pernah tersentuh oleh kepolisian mau pun pemerintahan!" "Begitu sebaliknya, mereka memiliki kerja sama yang saling menguntungkan! Termasuk, karir Irjen Pol Samuel yang melejit pesat karena berkat koneksi yang dimiliki Pak Doni! Kami akan segera mencari tahu hal itu lebih lanjut, Tuan Muda!" Setelah mencerna perkataan Basuki untuk beberapa saat, Ivan mengeraskan rahang, "Sangat aneh. Itu berati, apakah saingan bisnis Malice sebenarnya yang menginginkan kehancuran keluarganya Susan itu adalah Doni? Bukan Mahendra?" "Kemungkinannya seperti itu, Tuan Muda. Musu
Menghela napas, mulut Basuki kembali bicara, "Mereka membangun bisnis bersama mulai dari nol dan berhasil sukses, Tuan Muda. Nama mereka pernah menjadi besar dan ditakuti oleh semua pebisnis pada masanya." "Tapi, entah apa yang terjadi diantara mereka, tiba-tiba saja mereka bersebrangan jalan. Memilih menjalankan bisnis masing-masing. Sepertinya ada masalah diantara mereka berdua, perbedaan pendapat. Hal itu lah yang mungkin membuat Pak Doni tidak suka dan ingin menghancurkan Pak Robin!" "Terbukti sejak mereka menjalankan bisnis masing-masing, mereka jadi putus hubungan, sudah tidak terlihat bersama lagi." Ivan manggut-manggut mendengar penjelasan Basuki. Itu semakin menarik. Kini ia mulai paham. Memang banyak yang awalnya berteman, tapi berubah menjadi musuh. Di saat ini, Renata menambahi, "Tuan Muda bisa menanyakan hal itu kepada Nona Susan atau pun Pak Rahardian. Mungkin saja mereka tahu masalah apa yang terjadi diantara Pak Doni dan mendiang Pak Robin." Ucapan Renat
"Di mana kau membeli Lamborghini keluaran terbaru edisi terbatas ini, Van?!" Tiba-tiba, suara Felix memecah hening yang sedang terjadi. Felix yang suka mengoleksi mobil super, mobil sport dan mobil mewah, sedikit banyak memiliki relasi dengan boss-boss pemilik showroom yang menjual mobil-mobil tersebut. Namun, mobil-mobil yang dikoleksi Felix hanya berkisar rentang harga antara 1,5 sampai 3 miliar saja. Belum ada yang harganya mencapai puluhan miliar. Tentu saja, hal itu membuat Felix merasa iri sekaligus terkejut. Sebenarnya, ia juga mengincar mobil Lamborghini keluaran terbaru edisi terbatas itu dan ingin membelinya. Namun, sebab uang yang dimilikinya tidak cukup, bahkan masih kurang banyak, membuatnya hanya bisa mengaguminya. Ditengah tatapan tidak percaya itu, Ivan berkata, "Di showroom fame motorcars," Sontak saja, jawaban Ivan membuat semua orang terhenyak. Bagaimana tidak, itu adalah showroom terbesar di negara Ferania ; tempat para pejabat, artis dan konglomerat m
"Jika alasannya demikian, maka, tidak ada keraguan lagi bagi kami berdua sekarang untuk tidak menerima bantuan dari anda, tuan muda Charles, dari keluarga Fairuz," ucap Doni, "mohon bantuannya untuk kami menghadapi tuan muda Ivan!" "Kami begitu tidak siap, tuan muda Charles dengan apa yang kini tengah terjadi. Pun sebelumnya, kami tidak menduga jika kasus itu akan naik kembali ke permukaan dan keluarga Graha lah yang mengusutnya! Tentu, kami tidak akan bisa menghadapinya. Tapi, dengan bantuan anda, kami yakin, kami akan bisa melawan keluarga Graha!" ucap Samuel menambahi Doni. Mendengar jawaban dari keduanya, Charles menyeringai sambil menghisap rokoknya. "Keputusan yang tepat tuan Doni dan tuan Samuel," "Jadi, mulai sekarang, kalian tidak perlu khawatir, tidak perlu takut lagi kepada keluarga Graha, karena ada kami di belakang kalian!" Tentu saja mereka berdua akan menerima bantuan darinya, sebab tidak ada pejabat tinggi, keluarga pebisnis sekaligus mafia di negara Ferania yan
Sedangkan Herlambang, Hesti dan Irene, mereka menatap Ivan dengan ekspresi wajah buruk. Bagaimana tidak, Ivan kini semakin berani di depan mereka, tanpa mempedulikan keberadaan sang kepala keluarga. Juga, merasa berkuasa di keluarga mereka. Seakan-akan, mereka harus tunduk dan takut pada apa yang dikatakannya. Padahal, yang seharusnya bersikap seperti itu adalah dirinya. Ini tidak boleh dibiarkan! Soal Ivan dan Susan yang memberi maaf dan ampunan kepada Felix, mereka tidak terlalu mempedulikannya. Sebab, sejatinya mereka tidak mau merasa bersalah dan kalah dari Susan mau pun Ivan. Kini, dengan pandangan tertunduk ke bawah, Felix menggertakan giginya, serta kedua tangannya yang tengah terkepal kuat. Namun, ia tidak bisa bertindak gegabah saat ini karena malah akan memperburuk suasana. Alhasil, ia hanya bisa memaki Ivan dalam hati dan menahan amarah yang membara. Setelah berhasil menguasai diri, Felix mendongak. Lalu, menatap Ivan sembari mengangguk dan berkata, "Aku ja
Sementara itu, di tempat lain, tampak Doni dan Samuel yang tengah saling menenggak minuman alkohol dengan wajah buruk di sebuah bar terkenal. Setelah beranjak dari kediaman keluarga Graha yang tentu saja pergi dalam keadaan panik dan bingung bukan main. Alhasil, mereka berdua pun singgah di bar tersebut. Selain untuk sekadar menenangkan diri, keduanya hendak membahas apa yang dibicarakan dengan tuan muda Ivan tadi dan mencari solusi. "Apa yang harus kita lakukan, Tuan Doni?" ucap Samuel dengan mulut dan suara bergetar, "sepertinya, tuan muda Ivan tetap mencurigai kita berdua dan tidak percaya bahwa pelakunya adalah Mahendra!" Doni mendecakan lidah, "Buntu, Samuel! Aku tidak tahu apa yang harus kita lakukan! Ini mendadak sekali, kita begitu tidak siap..." Mendengus kesal, mulut Doni kembali bicara, "Jika sudah berhadapan dengan keluarga Graha, kita sudah tidak akan bisa berkutik!" Hal tersebut membuat wajah Samuel semakin pucat. Samuel, sambil menelan ludah berkata, "Itu a
Kakek Rahardian menatap tajam ke empat orang itu secara bergantian. "Aku tidak mau mendengar lagi dari mulut kalian yang mempermasalahkan status Ivan yang hanya berprofesi sebagai guru, kepala sekolah dengan gaji kecil dan pria miskin yang dianggap tidak berguna di keluarga kita!" "Toh, pria yang kalian hina-hina dan kalian rendahkan itu ternyata memiliki uang yang lebih banyak daripada kalian, bukan?! Memiliki mobil yang lebih mahal dan mewah daripada milik kalian? Bahkan, bisa langsung meminjamkan uang satu triliun saat itu juga kepada perusahaan besar seperti perusahaan kita!" Mendengar nada yang begitu menggelegar, anggota keluarga Rahardian yang dimaksud itu hanya bisa termangu dan membeku di tempat duduk masing-masing. Masih menggertakan giginya, mulut kakek Rahardian kembali bicara, "Aku tahu, kalian tidak sungguhan senang mendengar kabar Susan hamil. Maka dari itu, jika kalian berani mencoba mencelakai Susan dan bayi yang sedang dikandungnya. Maka, aku tidak akan mengangg
Tiba-tiba, kening kakek Rahardian berkerut saat melihat raut muka para anggota keluarganya yang seperti tidak menunjukan reaksi senang. Lalu, ia pun menatap tajam ketiga orang itu sekaligus Felix yang berdiri diantara mereka semua secara bergantian. "Kenapa kalian tampak tidak senang dengan kabar kehamilan Susan?" Perkataan kakek Rahardian tersebut seketika langsung membuyarkan lamunan keempat orang itu. Kemudian, keempatnya gelagapan, "Memang kami tidak senang...!!!" Namun, tentu saja, ungkapan itu tidak sampai terlontar keluar dari mulut mereka masing-masing. Bagaimana mungkin mereka senang, mereka sudah sangat membenci Susan dan Ivan. Dulu, benci karena pernikahan mereka berdua. Jika sekarang, benci karena mereka berdua yang semakin mendapat tempat di hati kakek Rahardian. Apalagi Susan sampai hamil yang pasti akan mengancam posisi anggota keluarga yang lain! Demikian, mereka tidak akan bisa membuat jabatan Susan lengser! Selain itu, Ivan yang telah berkontribusi besa
Lebih mengesalkannya lagi adalah, Felix diawasi dengan ketat oleh orang-orang suruhan kakeknya. Ditambah, Herlambang dan Hesti yang tidak diizinkan menjenguk atau pun memberi segala kebutuhannya Felix. Kakek Rahardian memperingati keduanya jika sampai melanggar, maka, hukuman Felix akan diperpanjang. Bahkan, ditambahi. Oleh karena itu, meski tidak tega, juga berat merelakan anaknya yang harus hidup selayaknya orang miskin. Keduanya memilih mematuhi perintah sang Ayah. Sementara itu, selain untuk memberi efek jera, kakek Rahardian sekalian ingin mendidik cucunya dengan kehidupan yang keras, sebab anak itu begitu dimanja oleh kedua orang tuanya. Malam ini, Felix pulang, sebab akan ikut keluarganya menghadiri acaranya Susan dan Ivan. Hesti, dengan ekspresi wajah tidak berdaya berkata, "Di hotel nanti, memohon lah dengan sungguh-sungguh pada kakekmu, Felix. Supaya kakek iba dan meringankan hukumanmu. Syukur-syukur, bisa langsung mencabutnya! Juga, kepada Susan dan Ivan!" Felix me
Doni dan Samuel yang tidak mau mengaku, malah mengumpankan orang lain, menjadikannya kambing hitam, akhirnya Ivan pun memutuskan menghentikan interogasi dan melepaskan mereka berdua. Sebab, Ivan yang belum menghadirkan orang-orang suruhan yang terlibat di hadapan keduanya kali ini. Tentu saja, Ivan tidak percaya dengan apa yang mereka berdua katakan. Bagaimana tidak, ia telah memiliki bukti-bukti kuat yang mengarah bahwa Doni adalah otak dibalik kejadian 18 tahun silam itu! Bagaimana jika mereka berdua kabur? Berbuat macam-macam? Malah menyerang balik? Karena dibiarkan pergi? Ivan tidak cemas, sebab ia memiliki rencana. Ivan akan memerintahkan orang-orang untuk memantau dan mengawasi mereka berdua dengan ketat. Jika mereka berdua bertindak gegabah, Ivan akan segera tahu. Sebelum Doni dan Samuel beranjak dari kediaman keluarga Graha, Ivan dan para bawahannya mengancam mereka untuk tidak berbuat macam-macam atau mereka berdua akan menerima akibatnya! Nantinya, Ivan akan meman
Tentu saja mereka berdua menjelaskan demikian, sebab keduanya berpikir bahwa Ivan telah menyelidiki kasus itu sebelumnya. Juga, pasti mengetahui jika ada banyak hal janggal! Jika tidak, mana mungkin putra tunggal keluarga terkaya di negara ini memanggil mereka berdua untuk diintrogasi? "Apa yang kalian jelaskan itu sama persis dengan apa yang diberitakan! Aku tidak butuh penjelasan seperti itu!" ucap Ivan sinis. Kemudian, Ivan membusungkan dada sambil menatap keduanya tajam secara bergantian. "Langsung to the poin saja, aku sedang mengusut kasus itu dan menemukan banyak kejanggalan. Kakek Rahardian dan istriku percaya bahwa Natasha tidak meninggal karena terseret arus, melainkan diculik oleh saingan bisnis Malice yang bertujuan untuk merenggut kebahagiaan keluarga mendiang Pak Robin!" "Sebenarnya, kunci utama adalah pada mendiang Pak Robin dan istrinya. Tapi, mereka berdua sudah meninggal. Jadi, kami tidak bisa langsung tahu apa yang sebenarnya terjadi. Meski demikian, bagik