"Benar Tuan!" Memelankan suara karena kaget dia berteriak. "Biasanya kalau saya pulang kerja dengan tampang lelah dan seperti orang sakit, istri saya akan lebih perhatian pada saya."Gumaman keluar dari kursi belakang. Sopir itu melirik Miria, bertanya, apa dia harus melanjutkan ceritanya atau diam lagi. Saat Miria meletakkan jari telunjukkan di bibir, dia tahu, Dia hanya perlu membisu lagi sekarang. Sambil kembali fokus mengemudikan mobil. Gedung pusat Domaz Group sudah terlihat di depan mata. Suara getar hp milik Miria terdengar. Gadis itu langsung mengangkat, bicara dengan suara pelan sambil meredam dengan tangannya. "Kirim alamatnya sekarang, kurang dari setengah jam kami akan sampai." Menutup panggilan, membalikkan badan. "Suplayer buah sudah di temukan Tuan.""Sebaiknya mereka punya alasan yang masuk akal." Argen menjawab singkat dengan jengah. "Putar arah, kita pergi ke alamat ini." Miria menyebutkan alamat tujuan. Sang sopir pun bergerak cepat, melajukan kendaraan dengan ke
Yang harus kalian hindari hanya pengawal Argen, jangan memancingnya, dia bisa menggila kalau kalian mencelakai Argen. Jadi lakukan dengan cepat. Lalu kabur! Itulah pesan laki-laki itu. Dan dia melihatnya sekarang.Saat situasi sudah sedikit tenang. Pengawal Argen masih di tahan tubuhnya oleh pengacara muda. Argen sudah duduk di kursinya lagi. "Miria.""Ia Tuan, apa ada yang Anda butuhkan." Miria menundukkan kepala."Si bodoh itu berdarah." Melemparkan dasi yang dia pakai. Tangan pengawal Argen masih meneteskan darah. Argen memalingkan wajah, tidak mau melihat tetesan darah merah itu. Saat Miria melilit tangan pengawal pribadi dengan dasi yang tadi di pakai Argen, pengawal itu terlihat tersenyum. ***Malam larut akhirnya mereka kembali, setelah kesepakatan dengan dua suplayer buah terjadi. Argen masuk ke dalam rumah pengawalnya. Mendorong tubuh tinggi tegap itu. Melihat tangan yang terlilit dasinya."Memang aku menyuruhmu menangkis pisau itu dengan tanganmu." Pengawal itu diam hany
Aku siapa? Kak Ale? Aku di mana? Ah, aku kan di rumah Kak Argen.Ana mengerjapkan mata kaget, dia terbangun dari tidur. Sesaat ia merasai keheningan malam di sekelilingnya ketika mengumpulkan kesadaran. Ini jam berapa gumamnya, sepertinya masih malam. Saat ia melirik jendela kaca, bayangan di balik tirai masih gulita.Dia mau menarik selimut dan mau tertidur lagi. Sedikit kantuk masih menggantung, biasanya akan cepat tidur lagi kalau dia berbaring diam. Namun, suara ketukan dari arah pintu terdengar. Itu seperti yang ada di dalam mimpi tadi gumamnya. Yang membuatnya terjaga dan kaget."Ana!" Suara di balik pintu terdengar lagi. Ketukan mengeras. Membuat Ana bangun dari tempat tidur, selimut jatuh di lantai tertarik saat dia berjalan. Terseret beberapa langkah saat dia terhuyung karena belum sepenuhnya sadar.Saat Ana membuka pintu, gadis itu terperanjat kaget. Mendapati siapa yang seda
"Aku mencintaimu Kak, aku mencintai Kak Argen bukan karena kakak teman Kak Ale, aku mencintai Kak Argen sebagai wanita yang jatuh cinta pada laki-laki."Sejak pertama kali kita bertemu. Aaaaaa, andai aku boleh membuat pengakuan cinta saat kakak sadar. Ah, andai Kak Argen bukan laki-laki yang secuek itu pada cinta dan perempuan, mungkin aku masih ada harapan."Aku bahagia walaupun hanya bisa mencintai Kak Argen diam-diam. Seperti ini. Mimpi indah Kak. Hoaaam. Karena banyak mengoceh, aku jadi mengantuk juga." Ana mendekatkan kepala, terkikik kecil lalu menjatuhkan satu kecupan di bibir Argen. Dia juga mau tidur.Tapi."Ana, apa yang kau lakukan?""Huaaaaaa!" Ana mendorong tubuh Argen karena kaget. Dia mundur bangun ke pojok tempat tidur. Meraih bantal, menyembunyikan wajahnya. Terdengar Argen menguap, lalu dia bangun sambil mengucek matanya. "Kakak tidak tidur?"&nb
Menjelang sore.Ana mampir ke toko roti setelah dari perpustakaan menyelesaikan tugas. Amira dan Rene ikut mampir. Amira beralasan mau membeli roti. Kalau Rene sengaja ikut karena mau mengantar Ana."Saya kan mendapat pinjaman mobil dari Domaz Group, bagaimana saya bisa membuatkan Ana pergi naik taksi sendirian." Manfaatkanlah saya sesuka hati Anda Nona begitulah garis besarnya sikap Rene. Sudah untung Kak Rene mau merubah panggilan kalau di kampus, jadi akhirnya Ana datang dengan mereka bertiga.Renovasi bangunan toko berjalan dengan cepat. Ana berdiri di depan toko, bagian depannya sudah hampir 70 persen selesai. Sekarang mereka sedang menyelesaikan lantai dua.Kekuatan uang menakutkan sekali, gumam Ana. Lalu berbalik menuju toko baru sementara mereka. Pelanggan ramai. Dia ke dapur mencuci tangan. Ale menyelesaikan panggangan terakhir rotinya."Kak." Ana memeluk Ale
Malam belum larut, Daisy Bakery Shop sudah tutup sedari tadi. Setelah membereskan dapur dan peralatan, serta menyiapkan bahan-bahan untuk besok, dua karyawan Daisy Bakery shop pamit. Meninggalkan Ale dalam kesendirian. Semenjak Ana menikah, Ale jadi malas untuk pulang ke rumah. Kesunyian di ruang-ruang kosong rumah terasa menyiksa. Biasanya tempat itu di penuhi senyum dan keceriaan Ana. Namun, toko sementaranya pun tidak ada kamar untuk tidur. Mau tidak mau, Ale harus memadamkan lampu dan mengunci toko.Aku kesepian hiks.Memasukkan kunci dalam tas kecil di pinggangnya. Kalau renovasi sudah selesai sepertinya Ale akan memilih tinggal di toko. Dalam pendar lampu teras yang menyala, Ale masing termenung.Tin, tin. Suara klakson mobil memecah keheningan malam.Lampu sorot mobil menyala. Ale memicingkan mata, diselingi makian. Menghujat pengemudi tidak sopan yang sudah menyorotnya. Eh, mel
"Sudah sampai, Ale." Miria menyenggol lengan Ale yang berjalan sambil melamun."Ah maaf. Aku malah melamun."Kenapa cepat sekali sampai rumahnya!"Masuklah, aku akan pergi setelah kau masuk."Ehhm, sepertinya adegan ini ketuker deh... Wkwkwk.Miria menunjuk rumah gelap gulita. Temaran bulan dan cahaya lampu dari rumah sekitar yang membagi sinarnya, sedikit mengusir kegelapan."Mau mampir? Mau minum kopi dulu sebelum pergi."Ale bodoh! Kau bahkan tidak punya kopi di rumahmu."Sudah terlalu malam untuk minum kopi, nanti malah kau tidak bisa tidur." Jawaban Miria menohok di hati Ale. Tapi dia tidak menyerah."Kalau begitu, mau makan roti." Ale membuka peluang lagi. Wajahnya bersemu malu."Kau kan tidak bawa roti." Melihat kedu
Benar juga, dulu saja aku tahu ada Angela. Wanita-wanita cantik yang berbeda level denganku yang hanya anak kuliahan ini. "Hemm, sepertinya yang dibilang Amira juga benar Nona." Rene jadi ikut berpindah haluan selangkah melewati garis yang dia buat. Gadis itu teringat bagaiman mantan bosnya Angela, yang melakukan berbagai macam cara untuk mendekati Tuan Argen. "Pasti banyak wanita, mungkin Nona Angela juga belum menyerah. Apalagi Nyonya sangat mendukungnya." Rene sudah melihatnya langsung, rencana yang dipakai Angela dan ibu Tuan Argen. "Anda harus bergerak dari semua arah." Amira terlihat merasa bangga sekali, setelah Rene mendukungnya."Anda bisa juga bertanya pada pengawal Tuan Argen, apa kesukaan Tuan Argen. Itu bisa mempermudah kan. Pokoknya serang dari semua Arah seperti yang Amira katakan tadi." Rene benar-benar keracunan juga, setelah dia teringat dengan Angela."Ah, Tuan pengawal tangannya terluka Kak. Kak Rene kenal dengan Tuan pengawal." Rene terlihat terperanjat. "Saya p
Meja mereka memang tidak memiliki nomor, namun diatur berdasarkan nama keluarga. Kakek berjalan menuju mejanya, Ana tersenyum hangat saat kakek mendekat. Gadis itu dan Argen duduk di meja kakek. Ale dan Miria bergabung bersama Gara dan ibunya.Saat kakek menggerakkan tangannya mereka semua duduk dengan teratur. Setelah semua orang duduk, kakek mengambil sendok dan membenturkannya ke gelas. Suara dentingan itu membuat suasana senyap."Apa kalian menyukai suasana baru makan malam kali ini?"Hening, tidak ada yang berani menjawab. "Kalian pasti merasa aneh, apalagi saat melihat banyak sekali yang hadir di acara makan malam kali ini. Kalian semua adalah anak-anak dan cucu-cucuku, aku mengundang kalian semua tanpa terlewat satupun." Kakek mengedarkan pandangan. "Kedepannya aku akan mengundang kalian semua juga."Hening... Hati semua orang berdebar."Jadi, jangan saling bertengkar dan menjatuhkan. Dukung Argen membangun Domaz Group dan mempertahankan kejayaan Domaz Group. Jangan ada dari k
Perjamuan makan malam bulan ini di rumah vila tepi pantai, akan sangat berbeda dengan perjamuan bulan yang lalu atau bulan-bulan sebelumya. Karena bulan ini bertepatan dengan ulang tahun kakek. Perayaan ulang tahun kakek disiapkan bibi dengan sepenuh hati. Wanita itu bahkan menawarkan apakah tuan besar juga ingin membuat pesta kembang api seperti kejutan yang diberikan Tuan muda. Kakek menghardik bibi dengan marah."Maaf Tuan, karena saya melihat Anda menyukainya jadi saya pikir Anda ingin melakukannya. Apa Anda menyukainya karena itu kejutan dari tuan muda?" Kakek tidak mau menjawabnya. Tapi terlihat sekali, kalau dia menikmati kembang api yang diberikan cucu kepada cucu menantunya.Perjamuan makan malam seperti apa yang disiapkan bibi untuk merayakan ulang tahun kakek?Mari kita lihat, sedikit persiapan yang dilakukan orang-orang yang akan datang ke perjamuan makan malam. Rumah Gara.Pengantin baru itu terlihat kaget saat menerima undangan yang dikirimkan seorang pengawal ke rumah
Gadis di depan Gara tersenyum malu. Mereka tidak saling memberi tahu isi dari janji pernikahan, bukan untuk kejutan, namun karena mereka ingin menunjukkan ketulusan. Bahwa janji pernikahan yang mereka buat bukan sekedar membaca tulisan, namun memang curahan isi hati terdalam mereka."Rene, terimakasih sudah melihatku dengan cara yang berbeda saat pertama kali kita bertemu. Aku bukan siapa-siapa saat pertama kali melihatmu. Tapi entah kenapa, kau bahkan sudah tersenyum padaku saat itu." Tangan keduanya semakin tergenggam dengar erat. "Semakin aku mengenalmu, semakin aku tahu, kau gadis yang luar biasa. Tanpa ayah dan ibu, kau membesarkan adik-adikmu dengan penuh cinta. Bagiku kau adalah berlian terindah Rene, terimakasih sudah menerima sebongkah batu tak berharga ini dalam hidupmu. Aku mencintaimu Rene dengan sepenuh hatiku. Aku akan membahagiakanmu dan melindungimu." Kecupan manis mengakhiri janji pernikahan Gara.Airmata menetes membasahi pipi Rene. Saat mic yang dipegang Gara tersod
Dan akhirnya, hari yang sudah dinantikan oleh semua orang. Mereka sudah duduk ditempat yang telah disediakan. Deretan kursi sudah ditempati para tamu. Musik dengan tim yang di bawa WO dari ibu kota. Para pelayan yang merapikan hidangan serta mengecek semua kelengkapan untuk terakhir kali.Sepupu Miria menggangkat tangannya, sebagai isyarat acara dimulai.Acara pernikahan Gara dan Rene pun dimulai.Ruben maju ke atas podium, dia ditunjuk sebagai MC acara. Ya, kemampuan bicaranya memang cukup baik. Dia pun mengajukan diri saat WO bertanya apakah dari pihak keluarga yang menentukan MC acara. Sebenarnya dalam hati kecilnya, dia ingin terlihat di antara banyaknya orang. Terlihat oleh kakek.Ruben mengetuk mik di depannya. Menyapukan pandangan pada orang-orang yang ada di depannya. Dia mencari sosok seseorang. Apa kakek tidak ada gumamnya, melihat lagi memastikan. Sekilas tertangkap rasa kecewa di matanya, namun buru-buru dia tersenyum. Karena tugasnya jauh lebih penting sekarang. Ternyata
Hari pernikahan Gara dan Rene.Untuk sampai pada hari ini, seorang laki-laki bernama Anggara, telah melewati banyak hal, jalan yang tidak mudah. Namun, seperti janji Tuhan, Dia menjawab setiap usaha dan doa manusia, hari ini laki-laki itu merasakan kebahagiaan yang teramat sangat. Memetik buah dari usahanya selama ini.Ibu yang ia sayangi, telah masuk ke dalam keluarga Domaz Group, bukan hanya sebagai wanita pelayan yang menggoda majikan, namun sebagai ibu dari cucu sang pendiri Domaz Group.Adik laki-laki yang dulu dia panggil tuan muda, dengan manisnya memanggilnya kakak. Itu adalah buah dari kesabaran seorang laki-laki bernama Anggara. Membayar semua pengorbanan yang sudah dia lakukan.Kesibukan pagi sudah dimulai sejak sebelum matahari terbit, memperbaiki dekorasi yang kurang atau kelengkapan yang lainnya dilakukan oleh para panitia WO. Waktu bergerak perlahan, ditengah semua orang bersiap.Langit hari ini berwarna biru, secerah hati calon mempelai yang akan mengikat janji. Mataha
Siang hari kesibukan di halaman vila mulai terlihat untuk persiapan acara besok. WO acara saudara Miria sudah datang. Mereka dengan cekatan menata setiap sudut taman menjadi sangat indah. Para karyawan toko Daisy sudah datang juga. Amira juga ikut. Dokter William akan menyusul dan sampai malam hari, karena masih ada pekerjaan yang tidak bisa dia wakilkan. Semoga dia bisa menemani Amira saat pesta kembang api nanti malam. Setelah meletakan barang masing-masing, mereka terlihat membantu ini dan itu. Ada yang menata bunga-bunga, ada yang memberi pita pada kursi. Setelah selesai membantu dekorasi mereka lari ke pantai, bermain di laut dan menikmati liburan gratis yang diberikan Kak Ale, memakai uang Argen tentunya. Semua orang bahagia, pesta pernikahan sederhana Gara dan Rene memberi kebahagiaan pada semua orang. Bahkan Ben menyapa takut-takut menyapa kakek, dengan perantara Argen. Kakek tidak bereaksi, namun dia menanyakan kepada bibi siapa nama orangtua Ben.Begitulah hari ini berlal
Bibi sempat menolak, tapi bukan Ana kalau tidak bisa memohon cenderung memaksa. Kalau nanti bibi dimarahi, biar aku gantikan dimarahi kakek. Begitulah, akhirnya Ana dan Rene bisa masuk ke kamar kakek."Pasti dia acuh dan bilang tidak perlu berterimakasih, karena dia sebenarnya mau membuang perhiasan itu." Argen yang menyahut, sekarang ana yang terkejut. Walaupun tidak sama persis seperti yang Kak Argen katakan tapi memang yang kakek ucapkan agak mirip seperti itu.Kakek merestui Kak Rene tapi tidak ingin terlalu terlihat kalau di memperdulikan dan menantikan pernikahan Kak Rene dan Kak Gara. Begitu yang ditangkap Ana dari sikap acuh kakek."Kakek kan suka menyebalkan kalau bicara." Argen mengangkat bahu sambil mengejek."Gen...""Kak..."Gara dan Ana bersamaan bicara."Ia, ia, aku nggak boleh bilang begitu. Dia kakekku. Cih. Kalian ini kompak sekali." Ana mangut-mangut mengusap pipi suaminya.Argen menatap Gara, tatapannya artinya pengusiran, menyuruh kakaknya keluar dari kamar. Yang
Masih di hari yang sama dengan waktu kedatangan mereka ke vila, tempat berlangsungnya pernikahan Gara dan Rene.Malam hari setelah makan malam. Dua kakak beradik sedang ada di dalam kamar, sedangkan Ana tertahan menemani kakek selepas makan malam.Argen duduk dengan mengangkat kakinya ke pijakan meja, dari mulutnya terdengar dia mengomel yang entah ditujukan untuk siapa. Mungkin pada alam yang tidak bersahabat dengan rencananya, atau kecewa pada Gara yang tidak bisa mewujudkan keinginannya. Masih terdengar dia mengomel sambil menyandarkan kepala malas.Wajah muram Argen melihat kakaknya yang sedang berdiri di dekat jendela.Gara menghela nafas perlahan, dia menyibak tirai dengan tangan kiri, berharap cuaca akan segera berganti. Tapi hujan yang jatuh dari langit selepas senja telah menghancurkan rencana malam ini. Sekarang saja masih gerimis. Tangannya mengusap jendela, masih terasa dingin. Uap air memang tidak merembes ke telapak tangannya, tapi dia bisa memprediksi hujan belum akan
"Suruh mereka kesini, dan berangkat bersama kita." Kakek menjawab singkat, lalu berlalu, senyum bahagia tertangkap sekilas dibibirnya.Dasar, sesenang itu kau mendengar Ale mau mempunyai anak. Kalau Ana sampai hamil, bisa-bisa kau menari dengan bibi di teras rumah. Argen melihat punggung kakek yang berjalan menuju pesawat. Pilot dan pramugari menundukkan kepala saat kakek berjalan mendekat.Kakek bahkan menelepon dokter pribadinya, untuk datang dan ikut dalam penerbangan.Kabar kehamilan Miria memang sungguh diluar dugaan, bahkan gadis itu tidak merasakan keanehan dalam tubuhnya. Sehari setelah kecurigaan Ale dia membeli alat tes kehamilan, saat dia menunjukkan garis dua di alat tes itu Ale memegangnya dengan tangan gemetar. Airmata kebahagiaan langsung bercucuran. Calon ayah itu sangat berbahagia.Ale menelepon Ana sambil menangis, saking kagetnya Ana dia berlari masuk lift turun ke lantai bawah, tanpa mendengar penjelasan Ale berikutnya. Gadis itu yang awalnya ketakutan karena mend