Plak!Tangan Maria dengan cepat menyapa pipi Indah sebelum wanita itu bicara. “Kamu memang tidak tahu malu! Kamu berhasil mencuci otak anak-anak hanya untuk kepentinganmu sendiri!” jeritnya tak terkendali.“Ibu, kendalikan dirimu.” Dhananjaya menahan sang ibu yang tampaknya ingin melayangkan tamparannya kembali.“Jay, dia wanita yang sangat licik dan penuh racun!” Maria sangat murka. Kembali menatap Indah, ia bertanya penuh amarah, “Apa yang kamu inginkan? Kamu ingin menarik perhatian Jay? Kamu meminta anak-anak untuk membantu melancarkan rencanamu?”Indah menggelengkan kepalanya, tentu membantah tuduhan tersebut. “Aku tidak—” “Cukup!” Dhananjaya tak ingin mendengar apa pun lagi. “Dewi, aku benar-benar tidak menyangka kamu seperti ini,” kata Caroline dengan wajahnya yang penuh kekecewaan. Ia pun pergi ke ruangan lain sesegera mungkin, tak menyangka Indah melakukan hal seperti itu.“Jay, Ibu harap kamu dapat menegakkan keadilan,” timpal Lenia, lalu pergi menyusul Caroline.“Lio, Lia,
Selesai berkemas, Indah ingin menemui anak-anak untuk yang terakhir kalinya. Ia pun masuk ke dalam rumah Abraham yang tampak sepi, tapi terdengar suara keluarga Abraham sedang mengobrol di ruang keluarga. Indah masa bodoh, segera menaiki tangga menuju kamar Adelio dan Adelia. Semoga saja mereka ada di kamarnya, tidak bergabung bersama keluarganya.“Apa Bibi baik-baik saja?” Adelio langsung bertanya saat Indah memasuki kamarnya.“Bibi, maafkan aku.” Adelia berlari ke arah Indah, memeluk kakinya erat.Indah membawa gadis kecil itu ke dalam, menutup pintu kamar itu rapat-rapat. Selanjutnya, ia meraih tangan Adelio dan Adelia, menuntunnya ke arah ranjang. Indah duduk di tepi ranjang, sedangkan kedua bocah itu berdiri di hadapannya.“Apa yang kalian rencanakan? Mengapa semuanya menjadi seperti ini?” tanya Indah santai, tidak ada raut kesal sama sekali.“Kami hanya mengikuti saranmu,” lirih Adelia menyesali sesuatu.“Saran?” Indah meminta penjelasan lebih.“Bibi bilang, kami harus membantu
“Dewi, ibuku sudah memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku akan pastikan, Jay tidak jadi memberhentikan pekerjaanmu,” ucap Caroline dengan riang seolah tidak terjadi apa pun sebelumnya.“Sekalipun Pak Jay tidak jadi memecatku, aku yang akan pergi.” Indah tetap pada keputusannya.Raut wajah Caroline langsung berubah. Senyum yang semula mengembang, kini berganti raut tak enak bercampur malu. “Apa kamu marah?” tanyanya.“Untuk apa?” Indah baru sadar bahwa ucapannya telah membuat wanita itu salah paham.“Dewi ... Maaf, aku sempat berburuk sangka padamu tadi. Jika saja ibuku tidak mendengarkan ucapan kalian, mungkin kamu akan benar-benar keluar dari rumah ini.” Caroline tak sungkan meminta maaf, bahkan menggenggam tangan Indah seperti kepada temannya sendiri.“Aku akan tetap pergi. Di kampung, orang tuaku sering sakit-sakitan dan mereka tidak ada yang menjaga.” Indah berkilah sekenanya. Melirik ke arah anak-anak yang tak jauh darinya, ia kembali menatap Caroline sambil berkata, “Aku y
1 bulan berlaluHari ini adalah hari di mana Dhananjaya dan Caroline melangsungkan pernikahannya. Semua keluarga sangat sibuk mengatur pesta, termasuk Rega dan Jasmin yang meninggalkan Indah sendirian. Belum tahu bagaimana kelanjutan hidup Indah, dan Indah dipaksa untuk menetap di rumah Rega. Entah apa yang Jasmin dan Rega tunggu, mengapa mereka membiarkan pernikahan Dhananjaya dan Carolone terjadi. Lantas, untuk apa Indah masih di sana, menunggu yang tidak pasti? Membayangkan Dhananjaya yang akan menyematkan sebuah cincin di jari manis Caroline, hati Indah terasa sangat panas dan perih. Sejak semalam ia tak henti menangis, menangisi yang seharusnya sudah ia relakan. Nyatanya, perkataan yang keluar dari mulut dan di hati sangat bertolak belakang. Indah tidak rela Dhananjaya menikahi Caroline, Indah tidak terima kedua anaknya memanggil ibu kepada wanita lain.Cincin pernikahannya bersama Dhananjaya adalah barang yang sangat berharga, akan tetapi benda kecil itu hilang saat pergi ke ho
Beberapa saat yang laluSemua persiapan untuk melangsungkan pernikahan Dhananjaya dan Caroline sudah siap. Sumpah pernikahan akan dilakukan di depan semua keluarga besar dari kedua belah pihak, di hotel yang sangat terkenal akan kemewahannya di Pusat Kota Jakarta.Semua keluarga sudah berkumpul untuk menyaksikan acara yang mulia itu, tapi justru penghulu yang belum datang. Caroline dilanda kecemasan dengan keputusan yang akan dipilihnya. Sama seperti Indah yang tidak bisa tidur dan menangis semalaman, Caroline pun tidak bisa tidur karena sibuk memikirkan banyak hal.Entah keputusannya benar atau salah, Caroline tidak peduli. Ia sudah memutuskan sesuatu sebelum semuanya terlambat. Di hadapan semua keluarga, Caroline meminta Dhananjaya berdiri di sampingnya. Tidak ada yang aneh, Dhananjaya hanya menurut saja. Sedangkan keluarga yang lainnya, tetap duduk di kursi masing-masing, memperhatikan Caroline yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu.“Sebelum sumpah pernikahan kita terucap, aku i
Di kediaman Basuki Abraham, banyak sekali orang yang entah sedang apa. Sejak Dhananjaya meninggalkan hotel, sebagian keluarga Abraham dan keluarga Caroline juga meninggalkan hotel tersebut dan datang ke rumah Basuki untuk melihat sosok Indah yang selama ini tidak mereka ketahui, khususnya keluarga Caroline.Jelas saja, saat Indah dan Dhananjaya sampai di rumah itu, mereka menjadi pusat perhatian seluruh orang yang ada di sana. Hal itu membuat Indah sangat malu hingga ingin pergi dari tempat tersebut, tapi Dhananjaya menyeret tangannya untuk masuk ke dalam. Tidak seperti Indah yang menunduk sepanjang jalan karena malu, Dhananjaya tetap menegakkan kepala dengan wajah dingin andalannya seolah tidak ada siapa pun di sana. Di dalam rumah, tepatnya di ruang keluarga, tengah berkumpul keluarga Abraham yang penasaran tentang Indah yang sebenarnya masih hidup. Bahkan, Caroline dan Lenia pun ada di sana, memperhatikan kedatangan Dhananjaya bersama Indah. Bukannya berhenti di depan mereka untuk
Duduk di sofa kamar hotel yang ditempatinya, Indah menatap kosong pemandangan di depannya. Sejak duduk di pelaminan sebagai pengantin, tidak banyak ekspresi yang ia tampilkan selain tersenyum ramah kepada para tamu. Namun, beberapa orang sudah tahu bahwa wanita itu terlihat linglung.Tidak banyak yang dibicarakan bersama Dhananjaya karena tak sempat, tentu Indah memiliki segudang pertanyaan perihal kejadian hari ini. Saking tak percayanya menjadi seorang pengantin, sampai-sampai Indah tak bisa berekspresi lebih. Tepatnya, dia mengalami syok berat dan tak mengerti.Keluar dari kamar mandi, Dhananjaya melihat punggung mungil Indah yang tetap membelakangi seakan tak sadar kedatangannya. Hatinya tak tenang sejak tadi. Apa Indah tidak senang menjadi istrinya lagi? Atau, apa kesalahannya sangat besar hingga Indah tidak memiliki kepercayaan lagi terhadapnya?“Apa yang kamu pikirkan?” Dhananjaya berhasil membuat Indah menoleh. “Ada masalah?” tanyanya ragu.“Apa ini mimpi?” Indah memperhatikan
Berdiri di atas pelaminan untuk menyambut para tamu yang hadir, tatapan Indah tertuju pada salah satu meja yang hanya diisi dua orang wanita cantik berpakaian mewah. Mereka terlihat sangat akrab layaknya sahabat, dan kedua orang itu sangat Indah kenali, yakni Jasmin dan Caroline.Caroline, wanita yang sangat cantik itu tetap hadir di hari kedua resepsi pernikahan. Ya, walau bagaimana pun banyak tamu yang diundangnya. Meski tidak berdiri di pelaminan, dia tetap menyapa tamunya, dengan senang hati menjelaskan apa yang terjadi pada pernikahannya yang gagal.Hati Indah kembali merasa tak enak, yang seharusnya tidak perlu diingat-ingat lagi. Lihatlah di depan sana, ada seorang wanita cantik bak bidadari. Pria mana yang tidak tertarik? Bahkan, kecantikannya yang sempurna itu berhasil membuat banyak wanita iri, termasuk Indah. Tapi, mengapa Dhananjaya tidak menyukainya? Dia malah memelas pada wanita sederhana yang berasal dari kampung untuk kembali menjadi istrinya. Jangankan orang lain, In