Bab 30 Selama kurang lebih tiga puluh menit lamanya menempuh perjalanan, Shanika turun dari taxi dan membayarnya. Sedangkan di dalam rumah, Bu Listia sedang mengawasi Nevan yang ia suruh mengerjakan pekerjaan rumah. Menggantikan Shanika yang tidak tahu ke mana, gadis itu belum menunjukkan batang hidungnya meski malam menjelang. Nevan yang masih kecil dan tak memiliki tenaga besar pun kewalahan. Bu Listia benar-benar menyiksa raganya, Nevan tidak diberikan makan sebelum pekerjaan rumah selesai. “Itu bagian sana belum bersih, pel yang benar dong, jangan cuma bisa nangis aja kamu. Cengeng banget, kamu itu laki-laki. Gak pantes cengeng begini!” omel Bu Listia menunjuk pada lantai yang masih kotor. Tanpa adanya rasa iba, Bu Listia hanya bisa mengatur dan memerintah saja. Tidak mempedulikan Nevan yang sudah lemas daya tubuhnya. “Evan lemas, Ma, Evan capek,” keluh Nevan pada ibu tirinya. Berharap Bu Listia membiarkan dia istirahat. Selain lelah, Nevan juga sudah merasa kantuk karena ha
Bab 31 Satu Minggu pun telah berlalu, semenjak kejadian itu Shanika tidak merasakan ketakutan menghadapi Bu Listia, dia tidak segan melawan karena ibu tirinya sudah keterlaluan. Keberanian Shanika ini membuat Bu Listia naik pitam, gadis yang selalu patuh pada perintahnya malah menyerang dan melawannya. “Tenang, tenang, Shanika. Jangan gugup begini, supaya lancar interview,” gumamnya. Shanika sedang bersiap-siap di dalam kamar karena sekarang ada panggilan untuk interview kerja. Seminggu lamanya dia hanya fokus pada dua adiknya, dia juga menghindari Sergio karena masih kesal. “Non Shanika, Non mau ke mana udah rapih begini?” tanya Mbok Cahyani saat berpaspasan dengan Shanika yang akan berangkat kerja hari ini. “Aku ada interview kerja di Radja Group, Mbok, bareng sama Zora. Doain aku, ya, supaya lancar dan diterima,” balas Shanika, seulas senyum terbit di bibirnya setelah akhir-akhir ini murung. “Eh, serius? Emangnya Non Shanika nggak kuliah?” “Nggak, aku masih belum bisa kulia
Bab 32 Shanika memperjelas lagi pengelihatannya, ia ingin memastikan jika apa yang ia lihat adalah benar. Saat Sergio semakin dekat, barulah Shanika sadar kalau itu memang Sergio. Pria yang dihindari satu Minggu ini, untuk apa dia kemari? 'Mati gue, kenapa sih Kak Gio ada di sini? Merusak suasana aja itu orang!’ batinnya menggerutu kesal. Shanika mencebik, kenapa di hari bahagianya malah bertemu dengan Sergio. Rasa bahagianya luntur seketika karena bertemu dengan pria itu. Tidak mau memperhatikan lebih lama dan Sergio juga masuk ke dalam lift. Dengar-dengar dari ayahnya, Sergio ini seorang pengusaha. Mungkin saja ada keperluan datang kemari. Shanika berharap Sergio tidak menyadarinya. “Woy, Shanika! Kenapa lo melamun? Awas kesambet setan tahu rasa. Nggak lucu kalau lagi interview kerasukan setan,” kekeh Zora menarik Shanika agar naik ke dalam lift untuk melakukan interview di ruang atasan. Konon katanya, interview kali ini berhadapan langsung dengan atasan. Hal tersebut menamba
Bab 33 Sergio berpindah posisi ke depan Shanika, sepasang mata mereka saling mengunci satu sama lain. Tangan kanan Sergio terulur, mengusap pipi Shanika sambil menyampirkan helai rambutnya ke daun telinga. Darah Shanika berdesir, dia terus memperhatikan Sergio yang masih menatapnya tanpa mengalihkan walau sebentar. Shanika keheranan, Sergio sadar atau gak sadar ketika menyentuh dengan lembut. Atau mungkin … ini hanya sikap manisnya saja agar bisa menaklukannya. Shanika tidak boleh terkecoh. Kejam tetaplah kejam, tak akan semudah itu berubah lembut terkecuali ada keinginan. “Apaan sih, Kak? Siapa juga yang mau dibela, aku nggak butuh pembelaan. Aku hanya mau orang adil dalam kebenaran,” pungkas Shanika, tetapi di lubuk hatinya dia ingin Sergio percaya bahwa Shanika melawan ibunya bukan tanpa sebab. Mulut boleh berkata bohong, tetapi sikap Shanika menunjukkan bahwa dia marah karena tidak dibela Sergio. Sergio tahu kalau Shanika hanya menutupinya, mungkin karena gengsi. Shanika ber
Bab 34 “Ah … aku akan sampai, ah ….” Carissa melenguh panjang dengan badan yang mengejang ketika sampai di titik pelepasan. “Bersama, Sayang,” racau Jovanka sambil menatap wajah Carissa yang sudah merah dan berkeringat. Carissa mengangguk, dia mencakar punggung Jovanka. Jovanka ambruk di samping Carissa usai menyemburkan cairan percintaannya. “Luar biasa, Sayang, kamu semakin menakjubkan. Kau sangat pandai memuaskan ku, Baby.” Berbeda dengan Sergio yang cemas dengan keadaan istrinya, di sisi lain Carissa sedang asik liburan berdua keluar kota bersama dengan produsernya. Carissa sengaja tak pulang, dia diajak oleh Jovanka berlibur ke pulau Dewata sambil menikmati waktu libur berdua. Project film Carissa sudah selesai, dia tak memberitahu agar Sergio tidak curiga jika dirinya berselingkuh dengan Jovanka. Pria yang beberapa bulan ini mendekati, tetapi Carissa tidak menanggapi. Akan tetapi, kali ini dia menyetujui ajakan kencan Jovanka supaya dia bisa terpilih jadi pemeran utama di
Bab 35 Nyaman dengan pelukan sampai Sergio tidur dengan lelap, suhu badannya juga sudah menurun, tidak sepanas tadi. Pada pertengahan malam, Sergio terbangun karena merasakan tenggorokannya kering. Dia belum sadar kalau ada Shanika yang tidur di pelukannya, saat Sergio akan bangun, tubuhnya tertahan. Sergio baru sadar kalau Shanika disuruh menginap olehnya. Sergio yang tadinya akan mengambil minum pun urung, dia memperhatikan wajah damai Shanika yang tidur nyenyak di sampingnya. Telunjuk Sergio menyingkirkan helai rambut Shanika yang menutupi wajah cantiknya. “Sepertinya gadis ini hanya bisa diam ketika tidur saja,” gumam Sergio sembari mengulum senyum, sadar jika ada yang salah dengan dirinya. Sergio mengatupkan bibirnya rapat-rapat. “Ah, aku sudah gila, tapi dia cantik juga,” lanjutnya. Malah betah melihat Shanika yang tak terganggu sama sekali, dia terlihat nyaman tidur di pelukan, sementara Sergio merasa pegal di bagian lengan. Atensi Sergio beralih pada leher Shanika, ia me
Bab 36 Sepanjang jalan pulang, tangan Sergio terus menggenggam tangan Shanika yang sudah berkeringat karena Sergio tak melepaskannya. Seperti biasa, mereka tak banyak mengobrol, hanya sesekali tanya jawab saja. Shanika memandangi ke luar jendela dengan tatapan kosong, sudah beberapa hari lamanya ayahnya belum juga ditemukan. Tim SAR juga masih melakukan pencarian sampai Pak Grahardi ditemukan. “Tunggu beberapa hari, nanti akan ada kabar hasil interview,” kata Sergio memecahkan keheningan, ia melirik sekilas pada Shanika yang melamun di sampingnya. “Aku 'kan udah bilang bakalan mengundurkan diri,” pungkas Shanika. Mengundurkan diri lebih baik, daripada harus bertemu dengan Sergio setiap saat, bagai tertimpa nasib sial saja. “Berani kau menolak?” Alis tebal Sergio terangkat satu, ia yang fokus menatap depan malah teralihkan pada Shanika yang memasang wajah kesal dan cemberut. “Tunggu sa
Bab 37 Carissa ditarik paksa, dengan amarah yang menyelimuti jiwa, Sergio langsung mendorongnya ke pintu dengan tatapan nyalangnya. Dia sudah terlalu sabar selama ini menghadapi keegoisan Carissa, tetapi dia tidak bisa mentolelir jika sudah dibohongi seperti ini. Bak orang bodoh yang mudah dibohongi, ke mana saja Sergio selama ini? Sampai baru mengetahui kalau Carissa sudah selesai dengan project satu Minggu lalu. “Sakit, Mas, apa yang kau lakukan!” ketus Carissa meringis kesakitan saat punggung membentur pintu, wajahnya yang sudah melas tak mudah meredamkan amarah Sergio. “Berani sekali kau menipuku, ke mana saja kau selama seminggu?! Kau membohongiku, Carissa!” ketus Sergio meninggikan nada bicaranya, baru pertama kali Sergio tak bisa menahan emosi di hadapan sang istri. Sikap Carissa sudah keterlaluan dan di luar batas, wajar jika Sergio semarah sekarang. Siapa pun yang diboho