Share

42. Pendekatan

Author: pramudining
last update Last Updated: 2023-10-01 18:23:29

Happy Reading

*****

Kesal dengan sikap Ibra tadi, Wening segera masuk kamar. Merebahkan tubuh tanpa berniat mengganti pakaian yang dikenakan tadi, gadis itu memijat pelipisnya.

"Ya Allah, bimbing hamba supaya nggak salah jalan lagi. Ampuni hamba karena melanggar apa yang sudah Engkau perintahkan," ucap Wening. Matanya mulai meredup dan beberapa saat kemudian larut dalam tidur.

Sementara itu, Fandra dan Mahmud masih berbincang di teras sampai suara azan Asar terdengar berkumandang.

"Sudah azan, Bapak harus segera ke musala, Nak. Nggak bermaksud mengusir, lho, ya," kata Mahmud. Senyum itu terbit.

"Saya yang harusnya minta maaf, Pak. Sudah mengganggu waktu Bapak," jawab Fandra. Lelaki itu berdiri dan menjulurkan tangan. "Saya pamit pulang, Pak. Terima kasih sudah mengajak saya berbincang. Lain kali, boleh kan semisal saya datang berkunjung sekedar berbincang seperti tadi."

"Boleh, tapi harus ingat waktu juga, ya." Mahmud membalas uluran tangan Fandra. Lalu, lelaki paruh baya itu menarik
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   43. Mencari Restu

    Happy Reading *****Fandra sedikit menaikkan garis bibirnya ketika tatapan Mahmud penuh selidik. Memantapkan hati untuk meraih restu kedua orang tua Wening, lelaki yang kini memiliki kumis dan juga jambang tipis itu berjalan mendekati lelaki paruh baya tersebut."Assalamualaikum," sapa Fandra. Menjulurkan tangan untuk bersalaman dengan Mahmud setelah itu berganti pada Fatimah. Sempat ada sedikit penolakan ketika akan menyalami Fatimah, Fandra tidak menyerah. Lelaki itu sedikit menarik punggung tangan wanita paruh baya di depannya demi bisa mencium dengan takdim."Waalaikumsalam. Nak Fandra mau ke mana? Pagi-pagi sudah terlihat rapi, bawa tas juga," tanya Mahmud, sekedar basa-basi. Raut wajah lelaki paruh baya tersebut juga cenderung bersahabat bahkan senyum tipis menghias wajahnya kini.Sementara, Fatimah menatap pemuda yang baru menyalaminya itu. Bola matanya bergerak mengamati dari ujung kepala hingga ujung kaki Fandra. Tidak ada senyuman sama sekali. Malah terkesan mencibir penam

    Last Updated : 2023-10-03
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   44. Perjalanan

    Happy Reading ****Bapak dan anak itu menatap tajam ke arah Fatimah. Keduanya serempak menggelengkan kepala. Sangat khawatir jika Fandra akan tersinggung dengan perkataan Fatimah tadi.Namun, keduanya cukup lega ketika Fandra menaikkan garis bibir. Cowok itu bahkan terlihat begitu tenang. Sedikit pun tidak ada reaksi berlebihan padahal perkataan Fatimah sungguh menyakitkan. "Maaf, Bu. Mobil itu memang pinjaman dan nggak akan menjadi hak mutlak saya karena keseluruhan harta yang kita miliki di dunia ini, hakikatnya adalah pinjaman dari Allah. Jadi, benda tersebut dipinjamkan oleh Allah kepada saya untuk dipakai di jalan kebaikan. Termasuk untuk memudahkan saya dalam beribadah dan bekerja." Jawaban yang dikeluarkan Fandra mampu membungkam Fatimah. Perempuan paruh baya itu bahkan sampai menundukkan kepala. Sebuah jawaban tanpa sanggahan berlebihan bahkan terkesan merendah. Walau sebenarnya, Fandra mampu mengatakan secara singkat bahwa mobil tersebut miliknya sendiri.Melihat sikap Fat

    Last Updated : 2023-10-03
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   45. Berusaha secara Perlahan

    Happy Reading*****Melirik pada sang pujaan, Fandra memberanikan diri menganggukkan kepala. "Tapi, bukan sepenuhnya milik saya, Pak. Ada beberapa teman yang juga bergabung memberikan modal. Dari jaman kuliah, saya dan teman-teman sudah merintis usaha yang bergerak di bidang kuliner walau jurusan yang kami pilih nggak ada kaitan sama sekali dengan usaha.""Memangnya Nak Fandra dulu kuliah jurusan apa?" tanya Mahmud mewakili pertanyaan Wening.Gadis itu mengingat perkataan Fahri yang pernah bercerita jika adiknya sangat berbeda dengan dirinya. Dari segi hobi maupun tujuan hidup. Si gadis dulu sempat ingin bertemu dengan bungsu keluarga kekasihnya. Namun, Fahri selalu melarang dengan alasan jika saudaranya itu tengah menempuh pendidikan di luar kota dan jarang sekali pulang.Jika pun pulang, paling lama cuma dua hari saja di rumah. Wening mengangkat kepala dan melirik sebentar ke arah lelaki itu. Senyuman Fandra terlihat dengan jelas."Saya kuliah di keguruan, Pak. Almarhum ayah saya pe

    Last Updated : 2023-10-03
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   46. Butuh Perjuangan

    Happy Reading*****Mengambil air minum dan meminumnya. Sekali lagi, Fandra menatap sang pujaan sebelum membuka suara untuk menjawab pertanyaan Mahmud.Ditatap seperti itu, Wening salah tingkah. Lelaki yang berusia jauh di bawahnya itu selalu saja bisa membuatnya bertanya- tanya dalam hati. Apa tujuan Fandra mendekatinya."Restu itu memang belum Bapak berikan, tapi bukan berarti nggak akan diberikan. Saya akan tetap berusaha dan tentunya berdoa lebih keras supaya Allah mengabulkan. Semua yang nggak mungkin akan terjadi jika Allah sudah menetapkan. Saya sangat percaya Allah akan mengabulkan semua doa-doa yang dipanjatkan hamba-Nya." Mengakhiri jawabannya, Fandra kembali melirik sang pujaan."Bagaimana jika Allah nggak pernah menakdirkan kamu dengan Wening?" tanya Mahmud."Jika Allah menetapkan demikian. Maka, saya akan tetap menjalin silaturahmi dengan baik pada Bapak dan keluarga lainnya. Asal Mbak NIng bahagia dan Allah rida, Insya Allah saya ikhlas menerima."Mahmud menghela napas p

    Last Updated : 2023-10-04
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   47. Rayuan Maut

    Happy Reading*****"Mau tak lempar pake sendal biar tambah sakit." Wening sudah ancang-ancang akan membuka sepatu heels-nya. "Aduh, calon istri kok kejam sekali. Kalau sampai aku terluka, Mbak juga yang susah." Fandra mengedipkan sebelah matanya. Namun, si gadis malah mengerucutkan bibir."Sana pergi!" usir Wening, "aku bakalan telat kalau nuruti kamu ngobrol gini.""Baiklah tuan putri sesuai permintaan, hamba akan pergi. Tapi, akan mengawal sampai tuan putri sampai di kantor dengan selamat." Tak lupa, lelaki itu mengedipkan sebelah mata. Bibir sedikit maju seperti hendak mencium.Berusaha tak peduli dengan perkataan dan tingkah Fandra, Wening menaiki, lalu melajukan motor. Dari teras rumahnya, Rahmat serta seluruh keluarga menyaksikan interaksi keduanya dan tersenyum. "Mbakmu itu, umur sudah hampir tiga puluh masih saja jutek pada cowok. Bapak kok berharap kalau mereka berjodoh. Nak Fandra itu terlihat perhatian dan baik pada semua orang," ucap Rahmat."Ibu sependapat dengan Bapak

    Last Updated : 2023-10-04
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   48. Ibra yang Menjengkelkan

    Happy Reading*****Tangan kanan Ramadan terangkat dengan kelima jarinya tegak ke atas. "Pokoknya jangan sampai Papa melihat wajah Wening cemberut gara-gara ulahmu," ucapnya, "sekarang kita bahas pekerjaan. Kalian berdua harus menemui tamu yang baru saja datang dari Surabaya. Dia jauh-jauh nyari garmen kita padahal di tempatnya begitu banyak garmen besar yang bisa memenuhi permintaan baju untuk menyuplai tokonya. Papa minta kamu bisa membuat kesepakatan dengan beliau. Akan sangat menguntungkan jika kita bisa bekerja sama. Order yang dia lakukan jelas berlanjut dan dengan jumlah besar. Dia memiliki banyak banyak reseller saat menjalankan usaha.""Hmm," jawab Ibra. Dia terlihat menyimpan amarah karena perkataan Ramadan."Kamu bisa, kan, Ning? Bekerja dengan cowok menjengkelkan macam putra saya ini.""Pa, bisa tidak, jangan merendahkan aku terus," protes Ibra. Sengaja membuang muka agar tidak terlalu kentara kemarahannya pada si gadis.Ramadan tertawa keras mendengar protesan sang putra.

    Last Updated : 2023-10-04
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   49. Mungkinkah

    Happy Reading*****Perempuan yang berada di sebelah klien Ibra, tersenyum. "Kalian berdua ini lucu sekali. Segeralah menikah supaya tidak terhindar dari fitnah."Sekali lagi, Wening menggeleng dengan sangat cepat. "Saya bukan calon menantu Pak Ramadan. Kami berdua tidak ada hubungan apa pun kecuali hubungan pekerjaan," jelas si gadis.Si klien lelaki makin mengeraskan tawa. Sambil duduk, dia menatap Ibra dan Wening bergantian. "Semoga disegerakan," ucapnya kemudian.Ibra dan Wening sama-sama terdiam. Putra semata wayang Ramadan bahkan tidak mengetahui dengan hatinya sendiri mengapa dia bisa menjawab seperti itu tadi. "Kalian sudah memesan makanan?" tanya lelaki di sebelah Ibra, klien mereka yang bernama Wijaya."Kami baru pesan minuman saja," jawab Ibra."Apa kalian sudah sarapan," sahut perempuan di sebelah Wijaya."Kalau saya sudah, Bu. Nggak tahu kalau Pak Ibra."Saya juga sudah. Silakan saja misal Bapak atau Ibu mau sarapan terlebih dulu. Kami akan menunggu, santai saja." Ibra t

    Last Updated : 2023-10-06
  • Tergoda Rayuan CEO Muda   50. Sok Mesra

    Happy Reading*****"Tidak perlu sepolos itu untuk menutupi hubungan kalian itu seprti apa sebenarnya. Apalagi berpura-pura jika kamu tidak mengetahui bahwa Fandra adalah salah satu pemilik kafe ini." Tatapan Ibra tajam menghunus jantung Wening. Seolah gadis itu adalah penjahat yang ketahuan melakukan kesalahan."Maksud Bapak apa?" "Sudahlah," kata Ibra, "sebaiknya kita turun sekarang. Tidak enak membuat Pak Wijaya dan istrinya menunggu." Membuka pintu dan turun. Ibra bahkan mengabaikan Wening yang berjalan tergesa mengikuti langkahnya yang lebar dan panjang.Maklum, Wening tergolong gadis mungil dengan tinggi 150 cm. Jika dibanding dengan atasannya, mungkin gadis itu cuma di atas pinggang Ibra.Melewati pintu masuk kafe, beberapa karyawan sudah menyapa keempat pelanggan yang baru masuk. Salah satu pegawai bahkan langsung menyapa Wening dengan menyebutkan namanya."Wah, Mbak Wening pasti ada janji sama Mas bos. Makanya, sejak pagi Mas bos sudah standby di dapur membuat menu favorit k

    Last Updated : 2023-10-07

Latest chapter

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   117. Selamanya Bahagia 2

    Happy Reading*****Fandra membawa istrinya ke pelaminan. Sambil menunggu dokter datang, Wening memaksa untuk tetap berada di acara tersebut demi menghormati para tamu. Acara demi acara pun berlangsung walau tak sesuai dengan jadwal dan susunan yang sudah dibuat."Yang, sebaiknya kamu istirahat di kamar saja. Nggak papa, kok," kata Fandra."Nggak papa, Yang. Nggak enak sama tamu-tamu yang sudah kita undang.""Tapi wajahmu pucat sekali."Saat itu juga suara MC yang mengatakan bahwa sudah waktunya mereka berdua untuk berdansa. Membuat Wening berdiri."Yang, kalau nggak kuat jangan dipaksa." Fandra benar-benar cemas dengan keadaan istrinya. Senyum itu ditampilkan Wening demi semua orang. Padahal kondisinya benar-benar buruk saat ini. "Jadi, kamu nggak mau kita berdansa berdua?" "Bukan begitu, tapi kesehatanmu sedang terganggu.""Nggak papa. Ayo," ucap Wening.Bergerak mengikuti alunan musik, Wening tampak bahagia. Seluruh tamu undangan menatap ke arah kedua pasangan itu. Semakin lama,

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   116. Selamanya Bahagia

    Happy Reading*****Fahri mengusap lembut tangan sang istri. "Kita hadapi bersama ujian ini," ujarnya.Tiara mengangguk dan tersenyum ke arah Wening. "Dokter mengatakan aku memiliki kista yang cukup besar sehingga menyebabkan sulit mendapatkan keturunan. Tolong maafkan semua salahku selama ini, Ning. Aku sudah mencurigaimu tanpa alasan. Mungkin dengan kata maafmu, bisa membantu mengurangi sakit yang aku derita."Terenyuh, Wening melepaskan pegangan tangannya dari sang suami. Lalu, menangkupkan tangan kanannya pada telapak tangan Tiara. "Kita manusia biasa. Tempatnya salah dan khilaf. Jauh sebelum Bu Tiara minta maaf, saya sudah memaafkan dan melupakan kejadian nggak mengenakkan di masa lalu." Perempuan di samping Fandra itupun tersenyum."Kalau sudah memaafkan kenapa masih memanggilku Ibu? Kita kan saudara ipar sekarang," jawab Tiara. Senyumnya lebih tampak daripada tadi."Bener kata Mbak Tiara, Yang. Jangan panggil dia ibu, panggil saja Mbak. Sama seperti aku memanggilnya," kata Fand

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   115. Kabar Bahagia sekaligus Sedih

    Happy Reading*****Tak banyak pertanyaan, Wening mengikuti perintah sang suami. Membersihkan diri cuma dengan berwudu. Lalu, keduanya berangkat ke rumah sakit yang katakan oleh Catra. Sesampainya di parkiran rumah sakit, Fandra meminta sang istri turun. "Sayang, aku harap kamu nggak kecewa karena malam pertama kita gagal," kata sang suami. "Ish, jangan bahas itu. Aku malu."Tawa Fandra menggema di lorong rumah sakit. "Sebenarnya, kita mau menjenguk siapa?" "Silvia, dia terpeleset di kamar mandi dan sekarang perutnya terasa sakit. Kata Catra, kemungkinan besar Silvia kontraksi. Entah mengapa, sejak tadi dia mencarimu.""Eh, kenapa mencariku?""Si janin ngidam pengen ditungguin tantenya kali." Fandra menampilkan deretan gigi putihnya. Setelah tadi cukup tegang mendengar kabar dari Catra. "Awas saja kalau ini cma akal-akalannya Silvia sama Catra." Wening menghela napas kesal.Fandra meraih perempuan yang sangat dicintanya itu ke pelukan. "Kita akan menghukum mereka jika sampai ha i

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   114. Pengalaman Pertama

    Happy Reading*****Jawaban terkejut Wening membuat Fandra sudah mengangkatnya ke ranjang. Lelaki itu kini berada tepat di atas sang istri. "Yang, buka mata, dong."Perlahan, Wening membuka mata. Tangan Fandra menyusuri wajah yang selama satu tahun ini sangat dirindukannya. "Buka jilbabnya, ya. Aku pengen lihat," kata si bos lirih. Lagi-lagi, Wening tidak bisa mengeluarkan suara untuk memprotes permintaan sang suami."Masya Allah, persis seperti yang aku impikan selama ini. Rambut panjang dan berwarna hitam," ucap Fandra. Matanya mulai berkabut dan entah siapa yang memulai, keduanya larut dalam ciuman memabukkan. Wening berusaha melepas himpitan sang suami. Tangannya memberi kode pukulan ringan supaya bibir Fandra segera menjauh karena dia mulai kekurangan pasokan oksigen.Melepas pagutannya, Fandra tersenyum penuh kemenangan. "Manis sekali. Akan jadi tempat favoritku nantinya." Telunjuk kanannya bergerak mengusap bibir sang istri penuh gairah.Napas Wening memburu. Dia hampir tid

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   113. Maaf

    Happy Reading*****"Tapi," ucap Wening. Suaranya bergetar seperti orang ketakutan. "Nggak apa-apa. Mungkin, dia ingin mengucapkan selamat pada kita," bisik Fandra pada sang istri. Lelaki yang tak lain adalah Anshori, berjalan mendekati pasangan yang tengah berbahagia itu. Bersama seorang perempuan dan Widi yang menggendong adik bayinya. Tangan kanan rekan kerja Fandra terulur padanya. "Selamat Pak Fandra. Akhirnya bisa menikah dengan pujaan hatinya," ucap Anshori. Fandra tersenyum. "Terim kasih, Pak. Sudah menjaga jodoh saya dengan sangat baik," balas si pengantin pria. Anshori tak menjawab perkataan rekan kerjanya, dia langsung melepaskan jabatan mereka. Lelaki itu kini beralih akan menyalami Wening, tetapi tangan Fandra bergerak lebih cepat sehingga mereka bersalaman kembali. "Wening sudah menjadi istriku. Jadi, jangan coba-coba untuk menyentuhnya walaupun dengan alsan bersalaman." Fandra menatap Anshori penuh ancaman dan peringatan. Anshori menaikkan sebelah bibirnya, menc

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   112. Suami Istri

    Happy Reading*****Senyum lelaki yang memakai pakaian senada dengan Wening tercetak jelas. Perempuan berjilbab itu menatap sekelilingnya. Catra, Akbar, Fatur, Mahmud dan keluarga lainnya ada di belakang lelaki yang tadi membacakan doa pengantin untuknya."Pak," panggil Wening pada Mahmud. "Kenapa bisa?"Mahmud tersenyum, lalu menganggukkan kepala. "Tanyakan padanya. Bapak nggak bisa cerita apa-apa.""Ngobrol sama suamimu, Dik," kata Fatur, "ayo, Pak. Di bawah banyak tamu yang menunggu."Seluruh keluarga meninggalkan dua orang yang baru saja resmi menjadi pasangan halal. Silvia bahkan sengaja menyenggol tubuh Wening, menyebabkan perempuan itu terhuyung ke depan. Sang suami segera menahan bobot tubuhnya dengan gesit."Nakal," ucap suami Wening. Silvia menjulurkan lidah. Sangat canggung, tubuh Wening menegang ketika sentuhan tangan sang suami menempel di bahunya.Lelaki itu menutup pintu dengan kaki kanannya. Merengkuh sang istri untuk duduk di tepian ranjang. Dia sendiri, kemudian men

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   111. Hari Pernikahan

    Happy Reading***** Selesai salat Subuh, Wening sudah didandani oleh seorang perias. Nanti, tepat pukul tujuh, pengucapan akad oleh duda dua anak itu akan dilakukan. Widi bahkan sejak semalam sudah menginap di rumahnya. Walau gadis ABG itu tidak setuju dengan keputusan Wening tetap menikah dengan papanya, tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa pun juga.Wening diam seribu bahasa ketika wajahnya mulai dipoles oleh sang perias. Sejak semalam, tidurnya tidak tenang sama sekali. Salat subuh pun, bayangan wajah Fandra berseliweran. Istigfar, selawat, zikir-zikir penenang hati sudah dia rapalkan. Namun, hatinya tetap tidak tenang. Si gadis selalu mengingat wajah Fandra. Sekarang pun, saat matanya terpejam, senyum si bos muda hadir begitu saja."Kamu itu kenapa sih, Dek. Kok selalu saja menggangguku," kata Wening."Mbak, ngomong apa?" tanya si perias. Dia terkejut ketika Wening mengeluarkan kalimat-kalimat aneh. Membuka mata, si gadis yang sebentar lagi berganti status tersebut tersenyum.

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   110. Genderang Perang

    Happy Reading*****Catra menghela napas panjang. Setelah berkata supaya Fandra tidak datang ke pernikahannya besok, sng gadis berlalu begitu saja meninggalkan adik iparnya. "Dia siapa, Mas?" tanya pengacara di kantor Fandra."Dia calon istrinya Pak Anshori. Dia juga Mbak tersayangnya Mas Bos. Bapak tahu kan, kenapa mas bos sampai sekarang menjomblo. Ya, semua karena menunggu dan mencari Mbak Ning," jelas Catra.Pengacara yang hampir dua tahun ini bekerja dengan Fandra, manggut-manggut. Sekarang, dia tahu mengapa si bos tampan dan mapan itu tidak pernah mau dekat dengan seorang perempuan sekalipun banyak yang mendekati. Tahu juga, mengapa bosnya itu selalu menyebut nama Mbak tersayang. "Cantik dan terlihat sangat pinter," puji legal hukum yang bekerja di kantor Fandra. "Jangan sampai mengatakan hal demikian di depan Mas Bos, Pak. Bisa kena semprot sama bogeman nanti," peringat Catra. Keduanya lantas menuju ruangan Anshori karena sudah ditunggu oleh Fandra. Tanpa mengetuk pintu Cat

  • Tergoda Rayuan CEO Muda   109. Patah Kedua Kali

    Happy Reading*****Sejak kejadian itu, Fandra tak pernah mau untuk pulang ke Malang maupun Banyuwangi. Dia ingin menetap di daerah sama yang ditinggali Wening, meski sang pujaan akan bersatus sebagai nyonya Anshori. Catra, terpaksa mengikuti bosnya tinggal di pulau garam, tetapi seminggu sekali lelaki itu akan pulang ke rumahnya menjenguk sang istri. "Mas, hari ini ada jadwal ketemu sama Pak Anshori untuk pembukaan kafe baru bersama anaknya yang cewek itu. Mas bos sendiri yang datang atau aku wakili?" Catra masuk ke ruangan Fandra saat lelaki itu tengah termenung menatap pantai dengan deburan ombaknya.Menoleh, Fandra tersenyum pada sng asisten. "Biarkan aku saja yang ketemu sama dia. Sekalian mau mengucapkan selamat. Bukankah besok, dia akan menikah sama Mbak tersayangku?""Mas," panggil Catra, "bisakah melupakan Mbak Wening dan mulai buka hatimu untuk cewek lain?"Fandra menggeleng, "Nggak bisa, Cat. Hatiku sudah diisi sepenuhnya oleh Wening. Sampai kapan pun, cinta ini tetap unt

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status