"Batal? apa yang batal maksudnya ma?" Celetuk Ayah Rio yang baru saja mendengar percakapan terakhir antara Rio dan mamanya. "Rio ingin membatalkan pernikahannya dengan Inara." "Apa apaan kamu Rio, kamu ini kenapa semalam kamu sudah menghilang tiba tiba dari acara malam midodaren sekarang kamu mau mebatalkan pernikahanmu dengan Inara, kamu ini kenapa Rio? sekarang juga kamu siap siap dan kita pergi kerumah Inara!" "Gak yah aku gak akan melanjutkan pernikahan ini sampai Inara memberikan bukti bahwa anak yang ada dalam kandungannya benar benar anak Rio." Pernyataan Rio membuat ayahnya semakin marah. Ayah Rio tak menerima alasan apapun yang disampaikan oleh putranya, dia tetap memaksa Rio untuk bersiap melanjutkan acara pernikahannya di pagi ini. "Kamu tau Rio sebagai lelaki yang bertanggung jawab apapun itu kami harus tetap melanjutkan pernikahanmu, tepati janjimu kepada Inara. Bagaimanapun kamu yang telah menodainya dan sekarang kamu malah berkelit mencari alasan untuk membatalkan
Penghulu dan juga papa Inara segera bersiap untuk melanjutkan akad nikah itu. Dari kejauhan nampak Hesti dan Arga yang tersenyum sengit dan bertatapan seakan tidak sabar menunggu sebuah pertunjukkan drama yang akan segera dimulai. Sementara Rio sudah duduk dihadapan papa Inara yang akan menjadi wali nikah untuk putrinya, Rio tertunduk tak menatap papa Inara yang ada dihadapannya. "Nak Rio bisa kita mulai kan?" Rio memgangkat kepalanya yang tertunduk, dia menoleh kearah Inara dan Rio hanya mengengguk kecil me jawab pertanyaan penghulu yang akan membimbing acara akad nikah itu. Penghulu pun memulai acara akad nikah antara Rio dan Inara, dua membaca sebuah doa sebelum ijab qabul itu diucapkan. Setelah itu penghulupun mempersilahkan papa Inara untuk melantunkan ijab qabul itu. "Saudara Rio, saya nikahkan dan kawinkan kau dengan putri saya Inara Darmawan binti Darmawan dengan mas kawin uang sebesar tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu dan seperangkat alat sholat dibayar tunai." Suara l
"Aku benci kamu Inara, aku benci kamu." Dalam perjalanan Rio terus meracau, dia tidak hentinya mengungkapkan kekecewaannya kepada Inara. Hesti memanfaatkan keadaan ini dengan baik, dia tak ingin menyia nyiakannya. Mobilnya terus melaju menuju sebuah tempat penginapan. Dia ingin memanfaatkan keadaan Rio yang sedang tidak sadar ini dengan sebaik mungkin. Sesampainya di sebuah hotel, Hesti segera membawa Rio masuk kedalam kamar yang telah dipesannya. Hesti merebahakan tubuh Rio yang sedang tidak sadar diatas ranjang. Dia melepas seluruh baju pengantin yang masih menempel pada tubuh Rio. Disaat itulah Hesti mulai bertindak nekat, dia meraba seluruh badan Rio. "Sayang, lampiaskan seluruh luka hatimu kepadaku. Aku akan mengobatimu dan mulai saat ini aku akan mendapatkanmu seutuhnya."Hesti dengan agresif menyerang tubuh Rio yang masih dalam pengaruh alkohol. Dia mencium seluruh tubuh Rio, melumat habis bibirnya dan tak melewatkan satuapun bagian tubuh Rio. Hesti melepas seluruh bajunya hi
"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday ya Hes, selamat ulang tahun semoga panjang umur, sehat selalu dan cepet dapat jodoh hehehe," Inara mengucapkan selamat ulang tahun kepada sahabat dari masa kecilnya yang saat ini seeang berada di London melalui telepon. "Makasih ya Ra kamu temen baikku yang selalu inget sama ulang tahunku." "Kamu gak pulang Hes? dah kangen ini aku sama kamu udah dua tahun lo gak pulang." "Aduh maaf sayang gak deh kayaknya aku lagi banyak kerjaan disini, dan juga lagi fokus nyelesein tesis aku," Hesti sengaja berbohong karena dia berniat memberikan suprise kepada sahabatnya itu soal kepulangannya dan acara pesta yang akan ia adakan. "Ah ya udah lah, yang penting kamu sehat dan baik baik ya disana." Setelah mengakhiri percakapan mereka Inara segera bersiap untuk pergi mengajar karena Inara adalah seorang dosen di sebuah perguruan tinggi ternama. Walaupun Inara adalah anak seorang walikota di kotanya namun dia merupakan gadis sederhana ya
Setelah selesain mengurus persiapan hidangan untuk acara pesta mereka melanjutkan perjalanan ke Villa. Dalam perjalanan menuju Villa Rio hanya terdiam. Perasaannya sudah tidak karuan. Namun dalam hatinya dia bersumpah untuk mendapatkan Inara dengan cara apapun dan merebutnya dari Arga. Berhari hari mempersiapkan pesta, hari dimana telah ditunggu tunggu Hesti tiba. Pesta yang sangat mewah dihadiri tamu tamu pilihan dan juga teman teman Hesti dan Inara di masa sekolah dan kuliah yang rata rata dari kaum borjuis. Inara bersiap siap akan berangkat ke Villa di daerah puncak tempat pesta itu diadakan. "Ma Pa Inara hari ini mau ke acara Hesti di puncak, mungkin sampai malam nanti aku disana, sekalian bantu bantu Hesti disana." "Puncak itu lumayan jauh Inara, papa kawatir kalo kamu berangkat sendiri, kamu harus mendapat pengawalan biar ajudan papa mengawal kamu apalagi acaranya sampai malam," papa Inara yang khawatir memintanya untuk pergi bersama ajudan. "Gak papa kok pah, santai aja, a
Rio menyadari yang telah dilakukannya kepada Inara semalam pergi meninggalkan Villa dalam keadaan menyesal dan kebingungan. Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnn!! suara klakson bus, menyadarkan dirinya dari kebingungannya Rio langsung membanting setir dan menghentikan mobilnya di tepi jalan. "Sial, bodoh sekali apa yang telah aku lakukan pada Inara," Rio menyalahkan dirinya sendiri sambil membenturkan kepalanya di setir. Dia mencoba menelpon Inara, namun telpon Inara sedang tidak aktif."Angkat Inara, angkat telponku aku mohon sayang angkat telponnya," sambil terus mencoba menghubungi Inara yang masih tidak bisa. Rio menyadari kesalahannya yang tak bisa mengendalikan hasratnya. Inara yang masih dalam keadaan terluka, dia dari tadi masih terdiam di toilet rest area, menangis tanpa henti menyadari kegadisannya telah hilang saat melihat di bagian pahanya terdapat bercak darah sisa kejadian semalam. Dalam keadaan emosi dan marah kepada Rio yang telah merenggut kegadisannya tanpa berpikir panjang m
Rio dan orang tuanya membulatkan keberaniannya memohon ampunan kepada Inara. Dengan berniat baik ingin bertanggung jawab atas semua yang dilakukan oleh Rio. Mereka berangkat menuju rumah Inara. Sesampai disana seperti biasa mereka harus melalui pemeriksaan ketat oleh penjaga dan pengawal ayah Inara. Keluarga Inara yang masih dirundung kesedihan karna yang telah dialami putrinya sempat menolak kedatangan tamu itu. Namun karena ayah Rio memohon kepada penjaga akhirnya papa Inara yang penasaran siapa tamu itu membolehkan mereka masuk "Silahkan masuk, harap tinggalkan identitas bapak disini." Setelah dipersilahkan masuk, mereka diantar kedalam rumah. Mengetahui ketatnya penjagaan rumah itu membuat papa dan mama Rio gemetar membayangkan nasib anaknya. "Ya Alloh Rio, semoga masih ada pengampunan untukmu, Ayah sudah tidak tahu lagi Rio, melihat seperti ini keluarga gadis yang telah kau ambil paksa kehormatannya Ayah sudah tidak bisa berbuat apa apa selain pasrah." Mama Rio hanya menangi
Ayah dan mama Rio pergi meninggalkan rumah Inara dengan sedikit lega karena papa Inara yang mulai membuka hatinya untuk permohonan maafnya. Mereka pulang membawa harapan bahwa putranya akan bisa keluar dari balik jeruji besi dan keluarga Inara menerima pertanggung jawaban putranya untuk menikahi Inara. Papa dan mama Inara hanya terdiam berdua ditengah malam, mereka yang tak dapat memejamkan matanya mencoba berdiskusi tentang tawaran keluarga Rio. "Gimana menurut mama, apa kita harus memutus hubungan Inara dan Arga, dan menerima Rio serta mengampuninnya?" "Mama gak tau pa, mama jadi kepikiran apa yang dikatakan ayah Rio, gimana kalo Arga tau dan malah meninggalkan Inara, atau dia tahu tapi terpaksa menerima Inara yang sudah ternoda dan malah nantinya menyia nyiakan Inara setelah mereka nikah, atau kemungkinan buruknya adalah Inara hamil tanpa suami." mama Inara menarik nafas panjang setelah menyampaikan itu semua."Gimana kalo menurut papa sendiri pa?" "Sama ma, papa ingin Rio dihu
"Aku benci kamu Inara, aku benci kamu." Dalam perjalanan Rio terus meracau, dia tidak hentinya mengungkapkan kekecewaannya kepada Inara. Hesti memanfaatkan keadaan ini dengan baik, dia tak ingin menyia nyiakannya. Mobilnya terus melaju menuju sebuah tempat penginapan. Dia ingin memanfaatkan keadaan Rio yang sedang tidak sadar ini dengan sebaik mungkin. Sesampainya di sebuah hotel, Hesti segera membawa Rio masuk kedalam kamar yang telah dipesannya. Hesti merebahakan tubuh Rio yang sedang tidak sadar diatas ranjang. Dia melepas seluruh baju pengantin yang masih menempel pada tubuh Rio. Disaat itulah Hesti mulai bertindak nekat, dia meraba seluruh badan Rio. "Sayang, lampiaskan seluruh luka hatimu kepadaku. Aku akan mengobatimu dan mulai saat ini aku akan mendapatkanmu seutuhnya."Hesti dengan agresif menyerang tubuh Rio yang masih dalam pengaruh alkohol. Dia mencium seluruh tubuh Rio, melumat habis bibirnya dan tak melewatkan satuapun bagian tubuh Rio. Hesti melepas seluruh bajunya hi
Penghulu dan juga papa Inara segera bersiap untuk melanjutkan akad nikah itu. Dari kejauhan nampak Hesti dan Arga yang tersenyum sengit dan bertatapan seakan tidak sabar menunggu sebuah pertunjukkan drama yang akan segera dimulai. Sementara Rio sudah duduk dihadapan papa Inara yang akan menjadi wali nikah untuk putrinya, Rio tertunduk tak menatap papa Inara yang ada dihadapannya. "Nak Rio bisa kita mulai kan?" Rio memgangkat kepalanya yang tertunduk, dia menoleh kearah Inara dan Rio hanya mengengguk kecil me jawab pertanyaan penghulu yang akan membimbing acara akad nikah itu. Penghulu pun memulai acara akad nikah antara Rio dan Inara, dua membaca sebuah doa sebelum ijab qabul itu diucapkan. Setelah itu penghulupun mempersilahkan papa Inara untuk melantunkan ijab qabul itu. "Saudara Rio, saya nikahkan dan kawinkan kau dengan putri saya Inara Darmawan binti Darmawan dengan mas kawin uang sebesar tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu dan seperangkat alat sholat dibayar tunai." Suara l
"Batal? apa yang batal maksudnya ma?" Celetuk Ayah Rio yang baru saja mendengar percakapan terakhir antara Rio dan mamanya. "Rio ingin membatalkan pernikahannya dengan Inara." "Apa apaan kamu Rio, kamu ini kenapa semalam kamu sudah menghilang tiba tiba dari acara malam midodaren sekarang kamu mau mebatalkan pernikahanmu dengan Inara, kamu ini kenapa Rio? sekarang juga kamu siap siap dan kita pergi kerumah Inara!" "Gak yah aku gak akan melanjutkan pernikahan ini sampai Inara memberikan bukti bahwa anak yang ada dalam kandungannya benar benar anak Rio." Pernyataan Rio membuat ayahnya semakin marah. Ayah Rio tak menerima alasan apapun yang disampaikan oleh putranya, dia tetap memaksa Rio untuk bersiap melanjutkan acara pernikahannya di pagi ini. "Kamu tau Rio sebagai lelaki yang bertanggung jawab apapun itu kami harus tetap melanjutkan pernikahanmu, tepati janjimu kepada Inara. Bagaimanapun kamu yang telah menodainya dan sekarang kamu malah berkelit mencari alasan untuk membatalkan
"Arga..bisa bisanya kamu menjatuhkan tuduhan seperti itu sama aku tega sekali Arga kamu setelah sekian tahun aku menjaga kesetiaanku hanya buat kamu, aku hamil bukan karena selingkuh tapi karena pelecehan yang dilakukan Rio asal kamu tahu itu. Papa percaya aku pa semua yang dikatakan Arga iti tidak benar dan fitnah." "Tapi kamu menikmatinya kan Inara sampai sampai kamu hamil, halah mengaku saja kamu Inara, aku sudah lama tau kelakuanmu yang gampang sekali terjerat rayuan laki laki, sudahlah mungkin karena Rio tahu tingkah aslimu makanya dia ragu kan karena bukan hanya dia yang menanamlan bibitnya dirahimu." Hujatan dan hinaan Arga tak kunjung henti hentinya, hingga amarah dan emosi Inara terpancing, dan,,Plaaaaaak!! "Tutup mulutmu, aku tidak mengira laki laki yang aku kenal selama ini bermulut busuk sepertimu Arga." Inara meluapkan amarahnya yang sudah tidak bisa dia tahan karena mendengar kata kata Arga yang semakin menjadi jadi. Bukannya berhenti namun Arga semakin semangat mengu
Dia terus mengulang ulang rekaman itu. Disaat dia memutar rekaman itu papa Inara yang mendengar keributan dari kamar putrinya dan segera.menuju kamar Inara. "Ada apa ini?" Tanya papa Inara dengan nada tinggi. "Kebetulan sekali papamu juga ada disini, aku akan putar sekali lagi perlngakuan dosamu ini." Rio segera.mengulang kembali memutar rekaman itu dengan wajah yang memerah karena terbakar api amarah. "Hentikan Rio cukup Rio, semua yang kamu dengar itu tidak benar Rio. Aku bersumpah ini anakmu Rio, hentikan Rio. Fitnah Rio itu semua fitnah aku tidak pernah berbicara seperti itu Rio." Tangisan Inara pecah memenuhi ruang kamarnya. Mama dan papa Inara hanya terdiam setelah mendengar rekaman yang diputar oleh Rio. Mereka tak tau lagi apa yang harua mereka katakan. "Saya memutuskan untuk membatalkan pernikahan ini. Kamu minta Arga menikahimu Inara, seperti yang kamu katakan Arga adalah ayah dari anakmu, aku sudah memintamu jujur tapi kamu, kamu malah marah dan masih berkelit. Bapak ib
Melihat Inara yang sudah mulai menunjukkan bahwa dirinya telah menerima Rio dan juga kehamilannya membuat kemarahan Hesti semakin memuncak. Hesti dengan licik merekam semua cerita Inara, dia mebawa rekaman itu kepada seorang teman. Meminta temannya untuk mengedit rekaman itu dan menjadikan sebuah cerita baru yang akan siap menghancurkan pernikahan Inara dan juga Rio. Rekaman baru telah Hesti dapatkan, dia menghubungi Arga dan menceritakan semua rencananya yang telah dia siapkan dengan rapi. Keesokan harinya tepat dua hari sebelum pernikahan Rio berlangsung, Hesti menelpon Rio dengan berpura pura mengucapkan selamat kepadanya dan mengatakan ingin menemuinnya. "Halo Rio, selamat ya akhirnya temenku yang satu ini menemukan pelabuhan hatinya. Oh iya bisa gak kita ketemh sebentar aja, aku pengen ngobrol bentar." "Ok Hes, kebetulan aku juga lagi diluar, kita ketemu dicafe biasanya ya." "Ok Rio sampai ketemu nanti, hati hati ya calon pengantin." Hesti sudah tidak sabar ingin menunjukka
Hesti menyeret keluar tubuh Rio dan mengajaknya pergi meninggalkan Arga yang sedang kalap. Rio dan Hesti masuk kedalam mobil, melihat Rio yang penuh luka di wajahnya Hesti membersihkan wajah Rio. "Ya Alloh Rio apa yang sebenarnya terjadi sampai seperti ini?" "Aku tadi sudah menceritakkan jujur kepada Arga apa yang sebenarnya terjadi Hes, dan Arga langsung memukulku seperti ini." "Gila kamu Rio, sudah tau mereka masih belum putus posisinya kamu bicara seperti itu pantas saja Arga langsung kalap. Ya Alloh Rio Rio kamu ini." "Cepat atau lambat Arga juga harus tau Hes. Aw Hes pelan pelan sakit. Udah hes udah nanti saja ini sekarang ayo kita pergi dari sini aku gak mau sampai Arga menyusul kita kesini dan malah membuat masalah baru." Melajukan mobilnya meninggalkan cafe itu dan menuju sebuah tempat yang biasa dia kunjungi. Sepanjang perjalanan mereka menghabiskan dengan cerita antara Rio dan Inara yang berhasil membuat Hesti semakin memanas. Sesuai dengan rencanannya kini Hesti akan m
Setelah Arga dan Hesti bertemu, mereka melakukan strategi mereka untuk mengelabui Rio. Arga menghubungi Rio untuk mengabari Rio jika dia siap untuk bertemu. Saat telpon terhubung dan Arga berbicara dengan Rio, saat itulah Hesti melakukan perannya. Hesti mendekat kepada Arga dan berbicara dengan nada manja. "Sayang telpon siapa sich?" Hesti dengan sengaja memanggil Arga untuk mengelabui Rio. Benar saja Rio ketika mendengar suara itu langsung bertanya kepada Arga. "Siapa itu Ga?" Tanya Rio. "Inara, biasa dia lagi kambuh manjanya kalau habis lama tidak ketemu." Jawab Arga dan diikuti dengan suara Hesti yang kembali memanggil manja kepada Arga. "Sayang telpon siapa kok lama sekali, siapa sich sayang. Ayo keburi mama sama papa datang tutup dulu telponnya sayang kita lanjutkan lagi. Ayo sayang!" Hesti kembali memainkan perannya sebagai Inara yang sedang merayu Arga. "Aduh Rio maaf ya, kita lanjut nanti ya ngobrol nya kita langsung ketemuan di cafe aja ya aku kirim alamatnya. Ini Inara
"Menghabiskan dua malam bersama Inara di puncak." Kata kata itu terngiang ngiang di benak Rio setelah dia berbicara dengan Arga. Benar seperti yang telah direncanakan oleh Arga, dia membuat Rio akan berpikir negatif soal kehamilan Inara saat ini setelah mendengar kata katanya. Rio mencoba mengira ngira apa yang sebenarnya terjadi, namun dia masih tetap berusaha untuk berpikir positif soal Inara. "Tidak mungkin, Inara bukan perempuan seperti itu pasti Arga sedang mengada ada, Inara hanya melakukan itu bersamaku saat malam itu dan dia sedang hamil anakku bukan anak Arga." Runtuk dalam hati Rio disaat dia masih kepikiran soal kata kata Arga. Tapi semua tidak semudah itu, tanpa dia sadar perasaan ragu itu muncul dalam benaknya ketika kata kata Arga terngiang ngiang datang kembali dalam benaknya. Tak ingin berpikiran buruk soal Inara, dia mencoba menghubungi Inara, namun beberapa kali dia mencoba memghubungi Inara tak juga dijawab. Pikiran Rio semakin kacau, dia memutuskan untuk pergi ke