"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday ya Hes, selamat ulang tahun semoga panjang umur, sehat selalu dan cepet dapat jodoh hehehe," Inara mengucapkan selamat ulang tahun kepada sahabat dari masa kecilnya yang saat ini seeang berada di London melalui telepon.
"Makasih ya Ra kamu temen baikku yang selalu inget sama ulang tahunku.""Kamu gak pulang Hes? dah kangen ini aku sama kamu udah dua tahun lo gak pulang.""Aduh maaf sayang gak deh kayaknya aku lagi banyak kerjaan disini, dan juga lagi fokus nyelesein tesis aku," Hesti sengaja berbohong karena dia berniat memberikan suprise kepada sahabatnya itu soal kepulangannya dan acara pesta yang akan ia adakan."Ah ya udah lah, yang penting kamu sehat dan baik baik ya disana."Setelah mengakhiri percakapan mereka Inara segera bersiap untuk pergi mengajar karena Inara adalah seorang dosen di sebuah perguruan tinggi ternama. Walaupun Inara adalah anak seorang walikota di kotanya namun dia merupakan gadis sederhana yang tidak mengandalkan kesuksesan ayahnya.Setelah bersiap siap, Inara turun untuk gabung sarapan bersama papa dan mamanya. Mereka mengobrol dimeja makan sambil sarapan, disela sela obrolan mama Inara bertanya tentang hubungannya bersama Arga tunangannya."Ra gimana kabar kamu dan Arga, kalian baik baik aja kan? kok mama liat kalian jarang banget komunikasi apalagi ketemu.""Baik kok ma Alhamdulillah, kita gak ada apa apa cuma Arga yang lagi sibuk banget sama projectnya dan aku juga sibuk ngajar.""Syukur kalo baik baik aja Ra mama kawatir, kalian cepet cepet nikah lah biar mama ini punya cucu gak kesepian dirumah.""Heheh sabar ma kita juga lagi nyiapain kok, lagi nabung juga.""Buat apa nabung kan udah siap semua to," papa Inara berkomentar tentang jawaban Inara."Hehehe udahlah Inara berangkat dulu ya," Inara berpamitan dan mencium tangan dan pipi kedua orang tuanya.Hesti yang telah bersiap siap akan kembali ke Indonesia segera menelpon Rio teman masa SMA dan satu kampusnya dulu yang berprofesi sebagai dokter disebuah rumah sakit besar. Hesti sangat menyukai Rio sejak mereka SMA namun perasaan Hesti belum terbalaskan karena Rio type orang yang susah jatuh cinta walaupun dia dikenal play boy karena sikapnya yang perhatian dan lembut kepada semua perempuan."Halo Rio, mungkin pukul empat sore nanti aku tiba di Indonesia, kamu jadi kan mau jemput aku?""Kamu beneran pulang Hes, ok deh aku jemput tapi aku selesein dulu kerjaku ya di rumah sakit kebetulan aku praktek sampai jam tiga, kalo misal terlambat dikit gak papa kan kamu nunggu?""It's ok, ya udah aku ini jadwal penerbangan 30 menit lagi, makasih ya selamat kerja ya pak dokter Rio.""Kamu hati hati ya Hes, nanti hubungi aku kalo dah sampai,"Tepat pukul 16:00 Hesti telah sampai, dan Rio yang dari tadi sudah selesai segera berangkat dari rumah sakit untuk menjemput Hesti."Rio aku dah sampai nikh, kamu dimana?""Tunggu bentar ya Hes aku lagi dijalan ini lima belas menit lagi sampai kok."Sembari menunggu Rio Hesti menelpon Inara sahabatnya."Halo Ra kamu dimana, aku bisa minta tolong gak nanti mama aku mau kerumahmu boleh kan, mama ada perlu sama kamu penting katanya.""Ada apa Hes tumben banget, ini aku sudah dirumah kok baru aja datang dari ngajar.""Ok tunggu bentar ya Ra satu jam lagi mama aku sampai kok."Hesti tersenyum sendiri mendengarkan sahabatnya kebingungan, dan sudah berhasil dia bohongi. Tak lama kemudian Rio datang, dan segera menghampiri Hesti. Sebelum perjalanan Hesti meminta Rio mengantarnya ke rumah Inara."Rio bisa gak kita kerumah Inara dulu?""Inara tu sapa Hes?" Rio yang tidak pernah akrab dengan Inara bertanya kepada Hesti."Inara itu dulu juga teman satu SMA dan satu kampus sama kita, dia sahabat aku dari bayi heheheh.""Oh gitu, ok siap!"Dalam perjalanan Hesti dan Rio mengobrol dan cerita panjang, tak terasa mereka telah sampai di depan rumah Inara.Selamat sore, ada yang bisa dibantu?""Selamat sore, kami mau bertemu dengan Inara bapak," jawab Rio."Boleh kami melihat tanda pengenal?"Lalu Rio dan Hesti memberikan kartu identitas mereka kepada petugas penjaga rumah."Kami sudah bikin janji kok pak dengan Inara," Hesti mencoba menjelaskan kepada petugas itu."Baik tunggu sebentar," lalu petugas pun memeriksa mobil Rio dengan alat untuk memastikan tamu yang mereka persilahkan masuk benar benar aman.Setiap tamu yang akan memasuki rumah Inara harus melalui pemerikasaan terlebih dahulu dari penjaga dirumahnya, karna Inara tinggal dirumah dinas pejabat."Harap tunggu sebentar, petugas itu lalu pergi kedalam rumah."Hes, begini amat ya mau masuk kerumah Inara?" tanya Rio yang memang baru pertama kali kerumah Inara."Maklum kita mau masuk rumah walikota jadi ya harus ikuti protokoler gini lah," Hesti menjelaskan kepada Rio.Rio semakin penasaran dengan Inara yang ternyata juga anak seorang pemimpin di kotanya. Setelah melalui pemeriksaan mereka bisa masuk kedalam rumah Inara.Didepan pintu Hesti sudah bersiap siap memberi kejutan kepada Inara, dia menelpon Inara dan mengatakan mamanya sudah didepan pintu. Inara segera turun dan menuju ruang tamu. Hesti yang telah duduk didepan langsung berteriak ketika melihat Inara."Kejutaaaaaaaaan, suprise,""Jahat kamu Hes datang gak bilang bilang, pakek nipu segala jahat kamu," Inara memukul Hesti dan mereka langsung berpelukan.Rio yang langsung kagum melihat kecantikan Inara dia hanya terdiam memandang wajah Inara yang cantik. Jantungnya terasa mau copot, berdetak sangat kencang, sudah lama dia tidak merasakan itu semenjak dulu pertama kali dia bertemu kekasihnya yang bisa membuatnya jatuh cinta yang sekarang telah tiada.Rio yang masih bengong menatap Inara, tiba tiba disadarkan oleh Hesti dengan menepuk pundaknya."Rio , heiii bengong, kenalkan ini Inara dosen cantik.""Inara ini kenalin dokter Rio, dia teman kita juga lo Ra, satu SMA dan satu kampus tapi kamu gak pernah akrab aja kan.""Hai, Inara," Inara menyapa Rio sambil mengarahkan tangannya untuk bersalaman.Rio yang masih kagum dengan Inara, dengan terbata bata dia membalas salam Inara."Ri ri rio, kenalkan saya Rio," dia menjabat tangan Inara, jantungnya bertambah kencang detaknya."Salam kenal Rio, yuk masuk!" ajak Inara dengan senyumnya, melihat senyum Inara Rio semakin tak berdaya, dadanya terasa sesak. Dokter tampan itu rupanya sedang terserang jantungnya karena jatuh cinta pada pertama.Didalam mereka mengobrol panjang disaat Hesti dan Inara sedang asik bercerita dan bercanda Rio hanya memandangi Inara. Ditengah obrolan Hesti menceritakan niatnya untuk mengadakan pesta, dan bertema reuni dengan mengundang teman teman waktu SMA dan kuliah mereka. Inara yang beesemangat langsung mendukung rencana pesta itu. Sebelum pulang Inara dan Hesti membuat rencana besok akan memulai mempersiapkan pesta yang akan diadakan pada hari minggu."Ok fix ya Hes besok kamu kerumah jam berapa, jangan siang siang biar kita bisa lebih santai nyiapin semuanya.""Jam 9 aja gimana Ra, emang kamu besok off Ra?""Aku kebetulan besok gak ada jadwal ngajar kok aku bisa ijin juga, ok besok aku tunggu, Rio ikut juga kan besok?"Rio yang masih setengah sadar karna terbius kekagumannya kepada Inara hanya diam ketika Inara bertanya. Hesti langsung menepuk Rio lagi."Rio kamu kenapa sich dari tadi bengooong aja? ditanya tu kamu mau iku gak besok nyiapin pesta ku hari minggu di villa puncak.""Oh ok bisa, besok habis aku pulang dari rumah sakit ya soalnya malam ini aku ada jadwal jaga di IGD."Hesti dan Rio lalu berpamitan. Dalam perjalanan pulang Rio bertanya tentang Inara dan membicarakan Inara, Inara dan Inara, mendengar itu Hesti agak cemburu dan bertanya apakah Rio suka dengan Inara. Namun Rio masih menyembunyikan perasaannya itu.Sesampainya dirumah Hesti, Rio langsung berpamitan untuk langsung kerumah sakit."Aku langsung ke rumah sakit ya Hes, sampai ketemu besok ya, kamu istirahat jangan bobok malam malam kan capek habis seharian gak istirahat.""Ok pak dokter hati hati ya selamat bekerja," Hesti beranjak meninggalkan Rio masuk kedalam sambil tersenyum karena perhatian dokter tampan itu.Rio yang masih terus teringat wajah Inara dan bahkan tidak bisa melupakannya, dia tersenyum senyum disepanjang perjalanan hingga sampai di rumah sakit.Keesokan harinya setelah pulang dari rumah sakit, Rio menuju apartemennya dia segera mandi dan beristirahat sebentar, merebahkan tubuhnya yang semalaman tidak bisa tidur karena sedang banyak sekali pasien.Rio memejamkan matanya sejenak dia tersenyum ketika Inara melintas didalam pikirannya, "Inara" gumamnya sebelum dia terlelap tidur.Satu jam Rio tertidur, dia bangun dan segera bersiap siap untuk menjemput Hesti.Rio turun dan menuju mobilnya, segera dia berangkat menuju rumah Hesti, Rio yang semangat karna berharap bisa bertemu lagi dengan Inara. Rio segera menelpon Hesti memberitahu dia sudah didepan."Hes aku dah didepan nikh.""Oya tunggu bentar ya aku kedepan ya," Hesti yang sudah siap segera berlari ke depan."Masuk dulu yuk.""Gimana kalo langsung aja Hes nanti keburu siang.""Ok deh kalo gitu, aku ambil tas dulu ya."Hesti segera menelpon Inara memberitahu kalau dia dan Rio sudah berangkat menuju rumahnya."Ra ni aku sama Rio udah berangkat ya.""Ok aku tunggu," jawab Inara singkat.Mendengar Inara telpon Arga yang saat itu sedang bersama Inara bertanya kepada Inara."Siapa sayang yang telpon?""Oh Hesti sayang dia mau kerumah sayang mau jemput aku dan ajak ke vilanya untuk menyiapkan acaranya dia besok minggu."Inara menjawab dan menjelaskan kepada Arga."Hesti bukannya dia diluar negeri, emang dia ada di Indo?.""Baru kemarin dia datang sayang di Indo, mangkanya dia mau ngadakan acara reuni dan pesta ulang tahun di villa keluarganya, kamu ikut juga ya sayang hitung hitung quality time buat kita yang jarang banget bisa berdua.""Maaf gak bisa sayang, kan aku dah cerita aku sabtu pagi harus berangkat ke Lombok ada kerjaan disana sampai lima bulan kedepan."Mendengar perkataan Arga wajah Inara langsung berubah, dia cemberut."Sayang kita udah 3 bulan tidak pernah ketemu lo, baru hari ini kita bisa berdua, dan besok Sabtu mau ditinggal 5 bulan lagi, mama sudah mulai bertanya soal hubungan kita sayang."Protes Inara kepada Arga yang selalu sibuk dengan pekerjaannya."Ini terakhir aku ninggalin kamu lama ya, aku janji sayang setelah selesai semua kerjaanku, kita fokus sama pernikahan kita ya, aku juga sudah capek sayang LDR seperti ini sayang."Arga berusaha merayu Inara yang sedang ngambek."Ok kalau begitu, aku akan setia sabar nunggu kamu, kamu janji harus setia juga disana, tapi hari ini aku minta kamu ikut ya temenin aku kemana aja sebelum aku ditinggal lama lagi.""Siap Nyonya Arga."Dengan tersenyum Arga menjawab permintaan Inara sambil memeluknya.Disaat Arga dan Inara sedang melanjutkan obrolan mereka, dari depan terdengar pintu diketuk segera Inara kedepan ternyata itu adalah penjaga rumah Inara yang mengabarkan ada tamu didepan untuk Inara bernama Hesti dan Rio.Inara meminta kepada penjaga rumahnya untuk mempersilahkan masuk. Penjaga rumah Inara segera menghampiri Hesti dan Rio dan mempersilahkan masuk. Tampak dari kejauhan Inara sudah menunggu diteras rumahnya dan langsung menyambut Hesti dan Rio."Yuk masuk Hes Rio," Inara mempersilahkan mereka masuk.Rio menatap Inara kekaguman Rio semakin bertambah ketika dia melihat wajah cantik Inara. Mereka bertiga segera memasuki rumah Inara."Aku buatin minum dulu ya kalian santai aja dulu, gak keburu kan Hes?""Gak kok Ra, gak usah minum juga gak papa Ra kayak kedatangan tamu aja hehehehehe.""Iya kamu biasa ,tapi tu Rio kasian, mau minum apa Rio?"Rio hanya diam dan bengong tidak menjawab pertanyaan Inara, dia menatap Inara sampai tidak mendengar pertanyaan Inara."Hmmmm bengong nglamun aja, Rio tu ditanya Inara."Rio yang terhipnotis menatap kecantikan Inara segera tersadar karena di kagetkan oleh Hesti."Iya Ra ada apa maaf gak denger tadi.""Kamu mau minum apa?" sambil tersenyum Inara bertanya dan menawarkan mau minuman apa kepada Rio ."Terserah Inara saja," jawab Rio sambil tersenyum. Segera Inara masuk kedalam untuk meminta pelayannya membuat minuman. Inara yang telah selesai meminta pelayan membuat minum segera berejalan kedepan, dan dia menghampiri Arga yang sedang duduk diruang tengah dan meminta Arga untuk menemui Hesti dan Rio.Hesti langsung menyapa ketika melihat Arga "Hai Arga.""Halo Hes pa kabar kamu, kapan datang?""Kemarin Ga," lalu Hesti mengenalkan Rio pada Arga."Ga Kenalin ini Dokter Rio teman kita dulu sekampus." dan setelah itu Hesti mengenalkan Arga kepada Rio."Rio ini Arga calon nya Inara,"mendengar itu Rio sontak langsung terkejut bagaikan tersambar petir disaat cerah. Inara wanita yang mengganggu pikirannya dan berhasil masuk kedalam hatinya sejak mereka pertama bertemu ternyata telah ada yang memiliki.Rio tertunduk lemas yang semula dia bersemangat sekarang dia hanya diam. Inara dari dalam membawa minuman dan kue datang dan bergabung bersama mereka. Rio terus memandangi wajah Inara, hatinya tiba tiba merasakan sakit karna baru mengetahui kenyataan jika wanita yang baru ingin dia kenal lebih jauh ternyata sudah memiliki pasangan.Rio tidak melepaskan tatapannya dari Inara yang duduk disamping Arga, lalu Rio memejamkan matanya menyandarkan kepalanya di kursi dan menarik nafas panjang. Rio tidak menghiraukan obrolan mereka. Setelah ngobrol sebentar Inara mengajak Hesti untuk segera jalan karena sudah siang."Yuk Hes kita berangkat keburu kesorean nanti," ajak Inara."Ok, Rio ayuk,"Rio yang sedang galau perasaanya tidak menanggapi ajakan Hesti dia masih memejamkan matanya. Hesti mengulangi lagi sambil menepuk badan Rio"Rio ayooo, kamu kenapa sich," Rio terkejut "Hmm maaf Hes aku ketiduran,"jawab Rio beralasan ketiduran yang sebenarnya sedang menyembunyikan perasaanya yang sedang patah hati karena Inara.Melihat Rio dalam keadaan lelah Inara meminta agar Arga saja yang membawa mobil."Hes kita naik mobil Arga aja ya, biar Arga yang bawa mobil kasian Rio mungkin dia capek."Rio tersenyum kepada Inara sambil menatap wajah Inara. "Iya gak papa ya, maaf ya Nara semalaman saya gak istirahat karena pasien banyak sekali.""Iya Gak papa kok santai aja, yuk buruan berangkat."Mereka menuju mobil, Inara meminta agar Rio bersama Arga duduk didepan saja, setelah memasuki mobil merekapun berangkat untuk mempersiapkan keperluan pesta Hesti.Setelah selesain mengurus persiapan hidangan untuk acara pesta mereka melanjutkan perjalanan ke Villa. Dalam perjalanan menuju Villa Rio hanya terdiam. Perasaannya sudah tidak karuan. Namun dalam hatinya dia bersumpah untuk mendapatkan Inara dengan cara apapun dan merebutnya dari Arga. Berhari hari mempersiapkan pesta, hari dimana telah ditunggu tunggu Hesti tiba. Pesta yang sangat mewah dihadiri tamu tamu pilihan dan juga teman teman Hesti dan Inara di masa sekolah dan kuliah yang rata rata dari kaum borjuis. Inara bersiap siap akan berangkat ke Villa di daerah puncak tempat pesta itu diadakan. "Ma Pa Inara hari ini mau ke acara Hesti di puncak, mungkin sampai malam nanti aku disana, sekalian bantu bantu Hesti disana." "Puncak itu lumayan jauh Inara, papa kawatir kalo kamu berangkat sendiri, kamu harus mendapat pengawalan biar ajudan papa mengawal kamu apalagi acaranya sampai malam," papa Inara yang khawatir memintanya untuk pergi bersama ajudan. "Gak papa kok pah, santai aja, a
Rio menyadari yang telah dilakukannya kepada Inara semalam pergi meninggalkan Villa dalam keadaan menyesal dan kebingungan. Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnn!! suara klakson bus, menyadarkan dirinya dari kebingungannya Rio langsung membanting setir dan menghentikan mobilnya di tepi jalan. "Sial, bodoh sekali apa yang telah aku lakukan pada Inara," Rio menyalahkan dirinya sendiri sambil membenturkan kepalanya di setir. Dia mencoba menelpon Inara, namun telpon Inara sedang tidak aktif."Angkat Inara, angkat telponku aku mohon sayang angkat telponnya," sambil terus mencoba menghubungi Inara yang masih tidak bisa. Rio menyadari kesalahannya yang tak bisa mengendalikan hasratnya. Inara yang masih dalam keadaan terluka, dia dari tadi masih terdiam di toilet rest area, menangis tanpa henti menyadari kegadisannya telah hilang saat melihat di bagian pahanya terdapat bercak darah sisa kejadian semalam. Dalam keadaan emosi dan marah kepada Rio yang telah merenggut kegadisannya tanpa berpikir panjang m
Rio dan orang tuanya membulatkan keberaniannya memohon ampunan kepada Inara. Dengan berniat baik ingin bertanggung jawab atas semua yang dilakukan oleh Rio. Mereka berangkat menuju rumah Inara. Sesampai disana seperti biasa mereka harus melalui pemeriksaan ketat oleh penjaga dan pengawal ayah Inara. Keluarga Inara yang masih dirundung kesedihan karna yang telah dialami putrinya sempat menolak kedatangan tamu itu. Namun karena ayah Rio memohon kepada penjaga akhirnya papa Inara yang penasaran siapa tamu itu membolehkan mereka masuk "Silahkan masuk, harap tinggalkan identitas bapak disini." Setelah dipersilahkan masuk, mereka diantar kedalam rumah. Mengetahui ketatnya penjagaan rumah itu membuat papa dan mama Rio gemetar membayangkan nasib anaknya. "Ya Alloh Rio, semoga masih ada pengampunan untukmu, Ayah sudah tidak tahu lagi Rio, melihat seperti ini keluarga gadis yang telah kau ambil paksa kehormatannya Ayah sudah tidak bisa berbuat apa apa selain pasrah." Mama Rio hanya menangi
Ayah dan mama Rio pergi meninggalkan rumah Inara dengan sedikit lega karena papa Inara yang mulai membuka hatinya untuk permohonan maafnya. Mereka pulang membawa harapan bahwa putranya akan bisa keluar dari balik jeruji besi dan keluarga Inara menerima pertanggung jawaban putranya untuk menikahi Inara. Papa dan mama Inara hanya terdiam berdua ditengah malam, mereka yang tak dapat memejamkan matanya mencoba berdiskusi tentang tawaran keluarga Rio. "Gimana menurut mama, apa kita harus memutus hubungan Inara dan Arga, dan menerima Rio serta mengampuninnya?" "Mama gak tau pa, mama jadi kepikiran apa yang dikatakan ayah Rio, gimana kalo Arga tau dan malah meninggalkan Inara, atau dia tahu tapi terpaksa menerima Inara yang sudah ternoda dan malah nantinya menyia nyiakan Inara setelah mereka nikah, atau kemungkinan buruknya adalah Inara hamil tanpa suami." mama Inara menarik nafas panjang setelah menyampaikan itu semua."Gimana kalo menurut papa sendiri pa?" "Sama ma, papa ingin Rio dihu
"Sudah yakin mau mencabut laporanmu?" "Sudah Pa, aku tidak mau mengorbankan nama baik papa, bukan karena aku menerima maaf dan memberi ampunan pada laki laki itu." "Papa dan mama akan menemanimu mulai hari ini dan seterusnya papa dan mama tidak akan mengijinkanmu pergi sendi tanpa ada yang mendampingi."Mereka pergi untuk mencabut laporan, dalam perjalanan papa Inara menghubungi orang tua Rio dan mengabarkan bahwa Inara bersedia mencabut laporan dan tuntutannya kepada Rio. Hesti mencoba menghubungi Inara berkali kali dia mengkhawatirkan keadaan Inara yang pergi tanpa pamit saat di villa dan tanpa kabar, namun Inara hanya melihat ponsel nya yang berdering dan mengabaikannya. Inara masih trauma dengan kejadian malam itu, dia hanya diam dan tidak mau merespon semua panggilan dan pesan yang masuk bahkan dari Arga tunangannya. "Nara handphone mu dari tadi bunyi, kamu tidak mau jawab telponnya, siapa tau itu penting dari tempat kerjamu." "Biarkan saja ma, Nara masih belum siap untuk be
"Tentu saja saya simpati bu, sangat simpati bahkan, apa yang terjadi kepada Inara semua karena anak saya, saya uang semestinya tidak pantas meminta pengampunan apalagi sampai meminta membebaskan anak saya." "Jangan seperti itu bu, saya tau perasaan ibu kita sama sebagai orang tua tidak ingin melihat anaknya menderita, begitu juga dengan ibu, sudahlah apa yang terjadi tidak usah dibahas lagi, kita pikirkan saja apa yang harus kita lakukan selanjutnya yang tentunya terbaik untuk anak anak kita." Dalam hati mama Rio dia merasakan kekaguman kepada sikap bijaksana mama Inara yang menyikapi permasalahan sebesar ini dengan hati yang dingin. Ini membuat mama Rio menyadari mengapa anaknya bisa jatuh hati kepada Inara, mungkin bukan saja karena kecantikannya namun juga karena sifat baiknya yang diwariskan oleh mamanya. Tak berapa lama terdengar panggilan petugas untuk keluarga Rio dan Inara. Orang tua Rio dan Inara masuk ke dalam ruangan dan menandatangani surat pernyataan bahwa kedua belah
Tak terasa dua jam Rio tertidur, namun dia dibangunkan oleh suara dering telpon. Dalam keadaan masih mengantuk dan sedikit belum sadar sepenuhnya dia lihat handphonenya. Lagi lagi Hesti yang menelpon, dia yang sedang menghindari Hesti akhirnya dia menjawab juga panggilannya yang dulang ulang berkali kali. "Halo Hes, ada apa?" "Ya ampun Rio akhirnya kamu angkat juga telpon aku, pesan pesanku juga tidak ada satupun yang kamu balas hanya kamu baca saja, kamu kenapa sich?" "Maaf Hes aku lagi sibuk banget, o ya maaf aku gak sempat berpamitan waktu pulang dari Villa aku buru buru ada urusan." "Sesibuk itu ya sampai balas pesan pribadi aku dan jawab telponku aja kamu gak sempat." Mendengar kata kata keluhan yang keluar dari Hesti membuat Rio risih. "Wajib banget ya aku lapor semua aktifitasku ke kamu Hes, memang hubungan kita itu apa? dah ya Hes aku mandi dulu aku harus siap siap ke rumah sakit." Rio yang nampak kesal dengan sikap Hesti langsung mematikan telponnya. "Nyebelin banget
Sesampainya ditempat psikolog mereka harus menunggu karena ada beberapa klien, sampai tibalah saat panggilan untuk Rio. Rio yang ditemani Nasrul bertemu dengan psikolog itu dan segera menceritakan apa yang terjadi pada Inara. Dengan geram psikolog itu mendangar cerita Rio, namun dibalik itu dia juga bersimpati kepada Rio yang berani bertanggung jawab. Hampir satu jam mereka berdiskusi Rio membuat kesepakatan dengan psikolog itu apabila nantinya dia akan dipertemukan dengan Inara dengan membawanya kerumah Inara secara privat untuk proses pemulihannya. "Nas makasih banget ya kamu dah bantui aku, kamu emang temen aku yang baik dari dulu, kamu selalu ada buat ngebantu aku." "Ah bisa aja kamu, sama sama sekarang mumpung kamu masih libur kamu pakai kesempatan libur yang gak panjang ini buat fokua ke Inara, aku doakan semoga baik baik saja." "Ok Nas, kamu aku antar dulu balik ke rumah sakit buat ambil mobilmu habus itu aku mau langsung ke rumah Inara ketemu sama orang tuanya." "Gak usah
"Aku benci kamu Inara, aku benci kamu." Dalam perjalanan Rio terus meracau, dia tidak hentinya mengungkapkan kekecewaannya kepada Inara. Hesti memanfaatkan keadaan ini dengan baik, dia tak ingin menyia nyiakannya. Mobilnya terus melaju menuju sebuah tempat penginapan. Dia ingin memanfaatkan keadaan Rio yang sedang tidak sadar ini dengan sebaik mungkin. Sesampainya di sebuah hotel, Hesti segera membawa Rio masuk kedalam kamar yang telah dipesannya. Hesti merebahakan tubuh Rio yang sedang tidak sadar diatas ranjang. Dia melepas seluruh baju pengantin yang masih menempel pada tubuh Rio. Disaat itulah Hesti mulai bertindak nekat, dia meraba seluruh badan Rio. "Sayang, lampiaskan seluruh luka hatimu kepadaku. Aku akan mengobatimu dan mulai saat ini aku akan mendapatkanmu seutuhnya."Hesti dengan agresif menyerang tubuh Rio yang masih dalam pengaruh alkohol. Dia mencium seluruh tubuh Rio, melumat habis bibirnya dan tak melewatkan satuapun bagian tubuh Rio. Hesti melepas seluruh bajunya hi
Penghulu dan juga papa Inara segera bersiap untuk melanjutkan akad nikah itu. Dari kejauhan nampak Hesti dan Arga yang tersenyum sengit dan bertatapan seakan tidak sabar menunggu sebuah pertunjukkan drama yang akan segera dimulai. Sementara Rio sudah duduk dihadapan papa Inara yang akan menjadi wali nikah untuk putrinya, Rio tertunduk tak menatap papa Inara yang ada dihadapannya. "Nak Rio bisa kita mulai kan?" Rio memgangkat kepalanya yang tertunduk, dia menoleh kearah Inara dan Rio hanya mengengguk kecil me jawab pertanyaan penghulu yang akan membimbing acara akad nikah itu. Penghulu pun memulai acara akad nikah antara Rio dan Inara, dua membaca sebuah doa sebelum ijab qabul itu diucapkan. Setelah itu penghulupun mempersilahkan papa Inara untuk melantunkan ijab qabul itu. "Saudara Rio, saya nikahkan dan kawinkan kau dengan putri saya Inara Darmawan binti Darmawan dengan mas kawin uang sebesar tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu dan seperangkat alat sholat dibayar tunai." Suara l
"Batal? apa yang batal maksudnya ma?" Celetuk Ayah Rio yang baru saja mendengar percakapan terakhir antara Rio dan mamanya. "Rio ingin membatalkan pernikahannya dengan Inara." "Apa apaan kamu Rio, kamu ini kenapa semalam kamu sudah menghilang tiba tiba dari acara malam midodaren sekarang kamu mau mebatalkan pernikahanmu dengan Inara, kamu ini kenapa Rio? sekarang juga kamu siap siap dan kita pergi kerumah Inara!" "Gak yah aku gak akan melanjutkan pernikahan ini sampai Inara memberikan bukti bahwa anak yang ada dalam kandungannya benar benar anak Rio." Pernyataan Rio membuat ayahnya semakin marah. Ayah Rio tak menerima alasan apapun yang disampaikan oleh putranya, dia tetap memaksa Rio untuk bersiap melanjutkan acara pernikahannya di pagi ini. "Kamu tau Rio sebagai lelaki yang bertanggung jawab apapun itu kami harus tetap melanjutkan pernikahanmu, tepati janjimu kepada Inara. Bagaimanapun kamu yang telah menodainya dan sekarang kamu malah berkelit mencari alasan untuk membatalkan
"Arga..bisa bisanya kamu menjatuhkan tuduhan seperti itu sama aku tega sekali Arga kamu setelah sekian tahun aku menjaga kesetiaanku hanya buat kamu, aku hamil bukan karena selingkuh tapi karena pelecehan yang dilakukan Rio asal kamu tahu itu. Papa percaya aku pa semua yang dikatakan Arga iti tidak benar dan fitnah." "Tapi kamu menikmatinya kan Inara sampai sampai kamu hamil, halah mengaku saja kamu Inara, aku sudah lama tau kelakuanmu yang gampang sekali terjerat rayuan laki laki, sudahlah mungkin karena Rio tahu tingkah aslimu makanya dia ragu kan karena bukan hanya dia yang menanamlan bibitnya dirahimu." Hujatan dan hinaan Arga tak kunjung henti hentinya, hingga amarah dan emosi Inara terpancing, dan,,Plaaaaaak!! "Tutup mulutmu, aku tidak mengira laki laki yang aku kenal selama ini bermulut busuk sepertimu Arga." Inara meluapkan amarahnya yang sudah tidak bisa dia tahan karena mendengar kata kata Arga yang semakin menjadi jadi. Bukannya berhenti namun Arga semakin semangat mengu
Dia terus mengulang ulang rekaman itu. Disaat dia memutar rekaman itu papa Inara yang mendengar keributan dari kamar putrinya dan segera.menuju kamar Inara. "Ada apa ini?" Tanya papa Inara dengan nada tinggi. "Kebetulan sekali papamu juga ada disini, aku akan putar sekali lagi perlngakuan dosamu ini." Rio segera.mengulang kembali memutar rekaman itu dengan wajah yang memerah karena terbakar api amarah. "Hentikan Rio cukup Rio, semua yang kamu dengar itu tidak benar Rio. Aku bersumpah ini anakmu Rio, hentikan Rio. Fitnah Rio itu semua fitnah aku tidak pernah berbicara seperti itu Rio." Tangisan Inara pecah memenuhi ruang kamarnya. Mama dan papa Inara hanya terdiam setelah mendengar rekaman yang diputar oleh Rio. Mereka tak tau lagi apa yang harua mereka katakan. "Saya memutuskan untuk membatalkan pernikahan ini. Kamu minta Arga menikahimu Inara, seperti yang kamu katakan Arga adalah ayah dari anakmu, aku sudah memintamu jujur tapi kamu, kamu malah marah dan masih berkelit. Bapak ib
Melihat Inara yang sudah mulai menunjukkan bahwa dirinya telah menerima Rio dan juga kehamilannya membuat kemarahan Hesti semakin memuncak. Hesti dengan licik merekam semua cerita Inara, dia mebawa rekaman itu kepada seorang teman. Meminta temannya untuk mengedit rekaman itu dan menjadikan sebuah cerita baru yang akan siap menghancurkan pernikahan Inara dan juga Rio. Rekaman baru telah Hesti dapatkan, dia menghubungi Arga dan menceritakan semua rencananya yang telah dia siapkan dengan rapi. Keesokan harinya tepat dua hari sebelum pernikahan Rio berlangsung, Hesti menelpon Rio dengan berpura pura mengucapkan selamat kepadanya dan mengatakan ingin menemuinnya. "Halo Rio, selamat ya akhirnya temenku yang satu ini menemukan pelabuhan hatinya. Oh iya bisa gak kita ketemh sebentar aja, aku pengen ngobrol bentar." "Ok Hes, kebetulan aku juga lagi diluar, kita ketemu dicafe biasanya ya." "Ok Rio sampai ketemu nanti, hati hati ya calon pengantin." Hesti sudah tidak sabar ingin menunjukka
Hesti menyeret keluar tubuh Rio dan mengajaknya pergi meninggalkan Arga yang sedang kalap. Rio dan Hesti masuk kedalam mobil, melihat Rio yang penuh luka di wajahnya Hesti membersihkan wajah Rio. "Ya Alloh Rio apa yang sebenarnya terjadi sampai seperti ini?" "Aku tadi sudah menceritakkan jujur kepada Arga apa yang sebenarnya terjadi Hes, dan Arga langsung memukulku seperti ini." "Gila kamu Rio, sudah tau mereka masih belum putus posisinya kamu bicara seperti itu pantas saja Arga langsung kalap. Ya Alloh Rio Rio kamu ini." "Cepat atau lambat Arga juga harus tau Hes. Aw Hes pelan pelan sakit. Udah hes udah nanti saja ini sekarang ayo kita pergi dari sini aku gak mau sampai Arga menyusul kita kesini dan malah membuat masalah baru." Melajukan mobilnya meninggalkan cafe itu dan menuju sebuah tempat yang biasa dia kunjungi. Sepanjang perjalanan mereka menghabiskan dengan cerita antara Rio dan Inara yang berhasil membuat Hesti semakin memanas. Sesuai dengan rencanannya kini Hesti akan m
Setelah Arga dan Hesti bertemu, mereka melakukan strategi mereka untuk mengelabui Rio. Arga menghubungi Rio untuk mengabari Rio jika dia siap untuk bertemu. Saat telpon terhubung dan Arga berbicara dengan Rio, saat itulah Hesti melakukan perannya. Hesti mendekat kepada Arga dan berbicara dengan nada manja. "Sayang telpon siapa sich?" Hesti dengan sengaja memanggil Arga untuk mengelabui Rio. Benar saja Rio ketika mendengar suara itu langsung bertanya kepada Arga. "Siapa itu Ga?" Tanya Rio. "Inara, biasa dia lagi kambuh manjanya kalau habis lama tidak ketemu." Jawab Arga dan diikuti dengan suara Hesti yang kembali memanggil manja kepada Arga. "Sayang telpon siapa kok lama sekali, siapa sich sayang. Ayo keburi mama sama papa datang tutup dulu telponnya sayang kita lanjutkan lagi. Ayo sayang!" Hesti kembali memainkan perannya sebagai Inara yang sedang merayu Arga. "Aduh Rio maaf ya, kita lanjut nanti ya ngobrol nya kita langsung ketemuan di cafe aja ya aku kirim alamatnya. Ini Inara
"Menghabiskan dua malam bersama Inara di puncak." Kata kata itu terngiang ngiang di benak Rio setelah dia berbicara dengan Arga. Benar seperti yang telah direncanakan oleh Arga, dia membuat Rio akan berpikir negatif soal kehamilan Inara saat ini setelah mendengar kata katanya. Rio mencoba mengira ngira apa yang sebenarnya terjadi, namun dia masih tetap berusaha untuk berpikir positif soal Inara. "Tidak mungkin, Inara bukan perempuan seperti itu pasti Arga sedang mengada ada, Inara hanya melakukan itu bersamaku saat malam itu dan dia sedang hamil anakku bukan anak Arga." Runtuk dalam hati Rio disaat dia masih kepikiran soal kata kata Arga. Tapi semua tidak semudah itu, tanpa dia sadar perasaan ragu itu muncul dalam benaknya ketika kata kata Arga terngiang ngiang datang kembali dalam benaknya. Tak ingin berpikiran buruk soal Inara, dia mencoba menghubungi Inara, namun beberapa kali dia mencoba memghubungi Inara tak juga dijawab. Pikiran Rio semakin kacau, dia memutuskan untuk pergi ke